Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14764 | 25 Mar 2025
Klinis : pasien datang ingin melakukan kontrol ulang pasca op
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien yang datang untuk kontrol ulang pasca operasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Aktivitas/Istirahat
- Kelas: Pergerakan
- Kode: 00085
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Mobilitas
- Kode: 0208
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Peningkatan Mobilitas
- Kode: 6760
Penjelasan Singkat:
Pasien pasca operasi sering mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik sebagai dampak prosedur pembedahan. Diagnosa ini mengidentifikasi adanya penurunan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian fungsi gerak, pemberian edukasi mobilisasi dini, serta pemberian terapi latihan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas otot. -
Article No. 14765 | 25 Mar 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nausea
Definisi:
Nausea adalah sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nausea didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Diagnosa ini dapat terkait dengan berbagai kondisi seperti efek samping obat, kehamilan, infeksi, nyeri, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nausea adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya atau tidak adanya nausea, dapat menerima nutrisi dan cairan secara adekuat, serta menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nausea dapat meliputi pemberian antiemetik, manajemen diet dan nutrisi, terapi komplementer seperti akupresur, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai cara mengatasi nausea.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa nausea merupakan gejala yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah ini secara efektif. -
Article No. 14766 | 25 Mar 2025
Klinis : nausea
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi nausea:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Nausea
Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis untuk nausea, karena nausea merupakan gejala klinis yang umumnya ditangani secara konservatif dengan pemberian antiemetik atau perbaikan kondisi yang menyebabkan nausea. Tindakan medis yang mungkin dilakukan tergantung pada penyebab nausea, seperti pemberian cairan intravena, pemasangan sonde nasogastrik, atau pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi penyebab nausea.
Nausea adalah rasa mual yang tidak nyaman yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastroenteritis, kehamilan, efek samping obat, migrain, atau gangguan metabolik. Pasien dengan nausea perlu dievaluasi secara komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebabnya. Penanganan dapat berupa pemberian antiemetik, perbaikan kondisi medis yang mendasari, atau perawatan suportif lainnya. -
Article No. 14767 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun, dirawat di Ruang Penyakit Dalam dengan keluhan luka pada kaki kanan yang semakin parah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Hasil pengkajian: Setahun yang lalu kaki sering kesemutan dan terasa panas pada malam hari seperti terbakar. Pasien mengeluh mudah lapar, haus, dan sering BAK. Pasien tidak rutin memeriksa kadar gula darah, jarang berolahraga, dan sering makan gorengan. Empat bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami lecet pada bagian jempol kanan karena sepatu baru, dan pasien mengeluh pandangan kabur. Kondisi luka pasien: Terdapat ulkus pada plantar pedis dekstra dengan ukuran luka panjang 10 cm, lebar 5 cm, dalam 1 cm, keadaan luka terdapat sloughy. Diet yang diberikan: diet DM 1700 kkal dan ekstra putih telur 4 butir/hari. TB: 160 cm, BB: 45 kg. Hasil pemeriksaan laboratorium: • Hb: 10,7 g/dL • Leukosit: 19.600/uL • LED: 102 mm/jam • Hematokrit: 35% • Trombosit: 195.000/uL • GDS: 413 mg/dL • HbA1c: 10,5% • Ureum: 40 mg/dL • Kreatinin: 1,0 mg/dL • Albumin: 2,3 mg/dL • Na: 128 mEq/dL • K: 3,9 mEq/dL • Cl: 92 mEq/dL • Ca: 7,9 mEq/dL Saat ini pasien mendapatkan terapi Humulin N 1×16 U dan RI 3×10 U serta albumin 20% 100 cc. Sebelum ke rumah sakit, pasien minum obat metformin 3×500 mg dan glibenclamide 2×5 mg. Riwayat sosial: Pasien bekerja sebagai supir angkutan umum, memiliki 3 anak yang masih sekolah, dan istri sebagai ibu rumah tangga. Sejak mengalami luka, pasien jarang berinteraksi dengan tetangga dan tidak lagi terlibat kegiatan di lingkungan rumahnya. Pasien juga tidak pernah lagi ke masjid karena malu dengan kondisi lukanya yang berbau.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka yang buruk, status nutrisi buruk, dan kontrol glikemik yang tidak adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi: Kondisi yang rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan proses infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mempromosikan penyembuhan luka.
- Manajemen Diabetes Mellitus: Tindakan untuk membantu individu dalam mengendalikan kondisi diabetes mellitus.
- Terapi Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, kontrol glikemik yang buruk, dan status infeksi.
SDKI:
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI:
- Status Nutrisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI:
- Terapi Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
- Manajemen Diabetes Mellitus: Tindakan untuk membantu individu dalam mengendalikan kondisi diabetes mellitus.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka pada kaki.
SDKI:
- Gangguan Citra Tubuh: Persepsi negatif individu terhadap penampilan fisiknya.
SLKI:
- Citra Tubuh: Kemampuan individu untuk menerima penampilan fisiknya.
SIKI:
- Peningkatan Citra Tubuh: Tindakan untuk membantu individu dalam menerima penampilan fisiknya.
- Konseling: Tindakan untuk membantu individu dalam mengatasi masalah psikologis.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami luka pada kaki kanan yang semakin parah, disertai tanda-tanda infeksi (peningkatan jumlah leukosit, LED tinggi), kontrol glikemik yang buruk (gula darah tinggi, HbA1c tinggi), dan status nutrisi yang buruk (berat badan rendah, albumin rendah). Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi dan mempengaruhi proses penyembuhan luka. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan citra tubuh akibat perubahan penampilan fisik karena luka pada kaki. -
Article No. 14768 | 25 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan kondisi pasien wanita usia 60 tahun yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut, serta riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan laporan pasien tentang nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan pasien mengalami sesak napas.
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular berhubungan dengan infark miokard akut dan riwayat hipertensi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Nyeri akut
- Pasien melaporkan penurunan nyeri dada dari skala 8 menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas tanpa disertai nyeri dada.
b. Ketidakefektifan pola napas
- Pasien menunjukkan peningkatan frekuensi napas dari 28 kali/menit menjadi 16-20 kali/menit.
- Pasien menunjukkan peningkatan kedalaman napas.
- Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Pasien menunjukkan kadar glukosa darah dalam batas normal (80-120 mg/dL).
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan prinsip manajemen diabetes mellitus.
- Pasien menunjukkan kepatuhan dalam menerapkan manajemen diabetes mellitus.
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal).
- Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas dengan tanpa disertai nyeri dada atau gejala lainnya.
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan strategi untuk mencegah komplikasi kardiovaskular.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Nyeri akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (karakteristik, lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi)
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi napas dalam, distraksi)
- Pantau respon pasien terhadap intervensi analgetik dan non-farmakologis
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian penatalaksanaan nyeri
b. Ketidakefektifan pola napas
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, dan irama napas)
- Berikan oksigen sesuai indikasi medis
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan pengaturan terapi oksigen
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Kaji kadar glukosa darah pasien secara teratur
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes mellitus (diet, aktivitas, pemantauan glukosa, dan pengobatan)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi farmakologis diabetes
d. Risiko perubahan perfusi jaringan kardiovaskular
- Kaji tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen)
- Pantau tanda-tanda perubahan perfusi (warna kulit, suhu ekstremitas, pengisian kapiler)
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang aktivitas yang aman dan strategi pencegahan komplikasi kardiovaskular
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan pengaturan terapi kardiovaskular
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien wanita usia 60 tahun dengan infark miokard akut, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2. Penjelasan ini disajikan dengan tone akademis dan dari perspektif seorang perawat profesional. -
Article No. 14769 | 25 Mar 2025
Klinis : dislokasi sendi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan latar belakang akademis dan sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dislokasi sendi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan fisik akibat dislokasi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi akibat dislokasi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan stabilitas sendi yang terganggu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan mobilitas fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
3. Risiko cedera: Kerentanan terhadap cedera fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan nyeri: Kemampuan untuk meminimalkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulus luka.
2. Mobilitas sendi meningkat: Kemampuan untuk melakukan pergerakan sendi secara bebas dan tanpa hambatan.
3. Cedera tidak terjadi: Kondisi di mana tidak terjadi kerusakan fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Mobilisasi sendi: Tindakan untuk meningkatkan pergerakan dan fungsi sendi.
3. Pencegahan cedera: Tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko terjadinya cedera.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dislokasi sendi. -
Article No. 14770 | 25 Mar 2025
Klinis : anak kecanduan smartphone
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi anak kecanduan smartphone, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar dan perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak kecanduan smartphone adalah "Gangguan Penggunaan Teknologi" (Impaired Technology Use). Diagnosa ini menggambarkan adanya pola penggunaan teknologi yang tidak sehat dan menyebabkan dampak negatif pada kehidupan anak.
Ciri-ciri dari "Gangguan Penggunaan Teknologi" antara lain:
- Anak menggunakan smartphone atau perangkat digital secara berlebihan dan sulit untuk mengontrolnya.
- Anak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan, seperti rasa gelisah atau tidak nyaman ketika tidak dapat menggunakan smartphone.
- Penggunaan smartphone atau perangkat digital mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti tidur, makan, dan interaksi sosial.
- Anak mengabaikan tanggung jawab dan kebutuhan lainnya karena terlalu fokus pada penggunaan smartphone.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
- Perilaku Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Behavior)
- Anak dapat menggunakan smartphone atau perangkat digital dengan durasi yang wajar dan sesuai dengan kebutuhan.
- Anak dapat mengalihkan perhatian dari smartphone ke aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
- Anak dapat memenuhi kebutuhan dasar (makan, tidur, interaksi sosial) dengan baik tanpa terganggu oleh penggunaan smartphone.
- Kontrol Diri (Self-Control)
- Anak dapat mengenali tanda-tanda kecanduan smartphone dan berusaha untuk menguranginya.
- Anak dapat mengambil keputusan untuk membatasi penggunaan smartphone dan mengalihkan perhatian ke aktivitas lain.
- Anak dapat mempertahankan perilaku penggunaan smartphone yang sehat dalam jangka waktu yang lebih lama.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
- Edukasi Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Education)
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang dampak negatif kecanduan smartphone dan pentingnya penggunaan teknologi yang sehat.
- Menjelaskan tentang batas waktu penggunaan smartphone yang direkomendasikan berdasarkan usia anak.
- Mengajarkan strategi untuk mengalihkan perhatian dari smartphone, seperti melakukan aktivitas fisik, membaca buku, atau berinteraksi dengan orang lain.
- Pengaturan Lingkungan (Environmental Management)
- Membuat aturan atau batasan penggunaan smartphone di rumah, seperti waktu tertentu untuk menggunakan smartphone dan tempat-tempat yang dilarang untuk menggunakan smartphone.
- Menyediakan alternatif aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi anak, seperti permainan tradisional, olahraga, atau kegiatan seni.
- Memastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan berinteraksi sosial tanpa gangguan smartphone.
- Konseling (Counseling)
- Melakukan konseling individual untuk membantu anak memahami pola perilaku penggunaan smartphone yang tidak sehat.
- Membantu anak mengidentifikasi pemicu atau situasi yang mendorong penggunaan smartphone berlebihan.
- Mengembangkan rencana atau strategi bersama anak untuk mengurangi penggunaan smartphone dan menggantikannya dengan aktivitas yang lebih positif.
Melalui pendekatan yang komprehensif, mencakup edukasi, pengaturan lingkungan, dan konseling, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perilaku penggunaan teknologi yang sehat dan kontrol diri yang baik dalam penggunaan smartphone. -
Article No. 14771 | 25 Mar 2025
Klinis : hemodialisa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hemodialisa, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan Ketidakmampuan Ginjal untuk Mempertahankan Homeostasis
Penjelasan:
Pasien yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan fungsi ginjal, sehingga ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis tubuh secara optimal. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal, yang mengarah pada gangguan fungsi ginjal dan berbagai komplikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
- Faktor Terkait: Penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular.
- Karakteristik Definisi: Edema, oliguria, peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi Jaringan Ginjal Membaik, Keseimbangan Cairan Terjaga, Keseimbangan Elektrolit Terjaga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan Fungsi Ginjal, Manajemen Hidrasi, Manajemen Hemodialisis, Manajemen Obat.
Dengan penerapan standar tersebut, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien yang menjalani hemodialisa. -
Article No. 14772 | 25 Mar 2025
Klinis : hemodialisa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang menjalani hemodialisis, dari segi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien yang menjalani hemodialisis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan
Pasien yang menjalani hemodialisis seringkali mengalami kelebihan volume cairan yang dapat menyebabkan edema, hipertensi, dan sesak napas. Ketidakseimbangan cairan ini perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat.
2. Intoleransi aktivitas
Menjalani hemodialisis dapat menyebabkan keletihan, kelemahan, dan intoleransi terhadap aktivitas. Pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri kronis
Pasien hemodialisis sering mengalami nyeri kronis, misalnya nyeri otot, nyeri sendi, atau nyeri kepala yang perlu dievaluasi dan ditangani.
4. Gangguan tidur
Pasien hemodialisis dapat mengalami gangguan tidur, baik karena gejala fisik maupun faktor psikologis. Hal ini perlu diidentifikasi dan diatasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Tidak terdapat edema
- Intake dan output cairan seimbang
2. Toleransi aktivitas meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau minimal membutuhkan bantuan minimal
- Tidak terdapat tanda-tanda intoleransi aktivitas seperti kelelahan, sesak napas, atau palpitasi
3. Pengurangan nyeri
- Pasien melaporkan pengurangan atau hilangnya nyeri
- Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan tidak terganggu oleh nyeri
4. Pola tidur yang adekuat
- Pasien dapat tidur dengan cukup dan bangun merasa segar
- Tidak terdapat gangguan tidur yang signifikan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen cairan
- Memantau intake dan output cairan secara ketat
- Mengatur pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan
- Memberikan obat diuretik atau vasodilator jika diperlukan
- Melakukan hemodialisis sesuai jadwal untuk mengeluarkan kelebihan cairan
2. Manajemen aktivitas
- Mengkaji toleransi aktivitas pasien
- Mengembangkan rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memberikan bantuan dan alat bantu aktivitas jika diperlukan
- Mengajarkan teknik-teknik konservasi energi
3. Manajemen nyeri
- Mengkaji karakteristik nyeri secara komprehensif
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
4. Manajemen tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Mempertimbangkan pemberian obat tidur jika diperlukan
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien yang menjalani hemodialisis dapat mencapai keseimbangan cairan, peningkatan toleransi aktivitas, pengurangan nyeri, dan pola tidur yang adekuat, sehingga tercapai peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14773 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Usia <2 tahun, jenis kelamin laki-laki, penggunaan kateter urin, inkontinensia, hygiene yang buruk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Tanda-tanda infeksi berkurang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
- Tidak ada komplikasi infeksi
2. Pemulihan Kesehatan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Anak tampak lebih nyaman dan aktif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi tanda dan gejala infeksi
- Pantau tanda-tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan terapi cairan
- Pertahankan kebersihan dan higiene daerah genital
2. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan dan tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan jika diperlukan
3. Kenyamanan Anak
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan distraksi dan hiburan yang sesuai
- Lakukan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dan nyeri
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi Saluran Kemih dipilih karena anak mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih, seperti demam, sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan adanya perubahan warna serta bau urin yang tajam. Faktor risiko yang ditemukan adalah usia anak yang masih di bawah 2 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
Luaran yang diharapkan adalah kontrol infeksi, di mana tanda-tanda infeksi seperti demam dan keluhan saat berkemih berkurang, serta tidak ada tanda-tanda infeksi baru atau komplikasi. Selain itu, diharapkan anak mengalami pemulihan kesehatan, dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda dehidrasi, dan anak tampak lebih nyaman dan aktif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen infeksi, di mana perawat harus mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, memantau tanda-tanda vital, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan terapi cairan, serta menjaga kebersihan dan higiene daerah genital. Selain itu, diperlukan juga manajemen cairan untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kenyamanan anak selama perawatan.