Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14769 | 25 Mar 2025
Klinis : dislokasi sendi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan latar belakang akademis dan sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dislokasi sendi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan fisik akibat dislokasi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi akibat dislokasi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan stabilitas sendi yang terganggu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan mobilitas fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
3. Risiko cedera: Kerentanan terhadap cedera fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan nyeri: Kemampuan untuk meminimalkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulus luka.
2. Mobilitas sendi meningkat: Kemampuan untuk melakukan pergerakan sendi secara bebas dan tanpa hambatan.
3. Cedera tidak terjadi: Kondisi di mana tidak terjadi kerusakan fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Mobilisasi sendi: Tindakan untuk meningkatkan pergerakan dan fungsi sendi.
3. Pencegahan cedera: Tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko terjadinya cedera.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dislokasi sendi. -
Article No. 14770 | 25 Mar 2025
Klinis : anak kecanduan smartphone
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi anak kecanduan smartphone, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar dan perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak kecanduan smartphone adalah "Gangguan Penggunaan Teknologi" (Impaired Technology Use). Diagnosa ini menggambarkan adanya pola penggunaan teknologi yang tidak sehat dan menyebabkan dampak negatif pada kehidupan anak.
Ciri-ciri dari "Gangguan Penggunaan Teknologi" antara lain:
- Anak menggunakan smartphone atau perangkat digital secara berlebihan dan sulit untuk mengontrolnya.
- Anak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan, seperti rasa gelisah atau tidak nyaman ketika tidak dapat menggunakan smartphone.
- Penggunaan smartphone atau perangkat digital mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti tidur, makan, dan interaksi sosial.
- Anak mengabaikan tanggung jawab dan kebutuhan lainnya karena terlalu fokus pada penggunaan smartphone.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
- Perilaku Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Behavior)
- Anak dapat menggunakan smartphone atau perangkat digital dengan durasi yang wajar dan sesuai dengan kebutuhan.
- Anak dapat mengalihkan perhatian dari smartphone ke aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
- Anak dapat memenuhi kebutuhan dasar (makan, tidur, interaksi sosial) dengan baik tanpa terganggu oleh penggunaan smartphone.
- Kontrol Diri (Self-Control)
- Anak dapat mengenali tanda-tanda kecanduan smartphone dan berusaha untuk menguranginya.
- Anak dapat mengambil keputusan untuk membatasi penggunaan smartphone dan mengalihkan perhatian ke aktivitas lain.
- Anak dapat mempertahankan perilaku penggunaan smartphone yang sehat dalam jangka waktu yang lebih lama.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
- Edukasi Penggunaan Teknologi Sehat (Healthy Technology Use Education)
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang dampak negatif kecanduan smartphone dan pentingnya penggunaan teknologi yang sehat.
- Menjelaskan tentang batas waktu penggunaan smartphone yang direkomendasikan berdasarkan usia anak.
- Mengajarkan strategi untuk mengalihkan perhatian dari smartphone, seperti melakukan aktivitas fisik, membaca buku, atau berinteraksi dengan orang lain.
- Pengaturan Lingkungan (Environmental Management)
- Membuat aturan atau batasan penggunaan smartphone di rumah, seperti waktu tertentu untuk menggunakan smartphone dan tempat-tempat yang dilarang untuk menggunakan smartphone.
- Menyediakan alternatif aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi anak, seperti permainan tradisional, olahraga, atau kegiatan seni.
- Memastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan berinteraksi sosial tanpa gangguan smartphone.
- Konseling (Counseling)
- Melakukan konseling individual untuk membantu anak memahami pola perilaku penggunaan smartphone yang tidak sehat.
- Membantu anak mengidentifikasi pemicu atau situasi yang mendorong penggunaan smartphone berlebihan.
- Mengembangkan rencana atau strategi bersama anak untuk mengurangi penggunaan smartphone dan menggantikannya dengan aktivitas yang lebih positif.
Melalui pendekatan yang komprehensif, mencakup edukasi, pengaturan lingkungan, dan konseling, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perilaku penggunaan teknologi yang sehat dan kontrol diri yang baik dalam penggunaan smartphone. -
Article No. 14771 | 25 Mar 2025
Klinis : hemodialisa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hemodialisa, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan Ketidakmampuan Ginjal untuk Mempertahankan Homeostasis
Penjelasan:
Pasien yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan fungsi ginjal, sehingga ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis tubuh secara optimal. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal, yang mengarah pada gangguan fungsi ginjal dan berbagai komplikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
- Faktor Terkait: Penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular.
- Karakteristik Definisi: Edema, oliguria, peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi Jaringan Ginjal Membaik, Keseimbangan Cairan Terjaga, Keseimbangan Elektrolit Terjaga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan Fungsi Ginjal, Manajemen Hidrasi, Manajemen Hemodialisis, Manajemen Obat.
Dengan penerapan standar tersebut, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien yang menjalani hemodialisa. -
Article No. 14772 | 25 Mar 2025
Klinis : hemodialisa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang menjalani hemodialisis, dari segi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien yang menjalani hemodialisis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan
Pasien yang menjalani hemodialisis seringkali mengalami kelebihan volume cairan yang dapat menyebabkan edema, hipertensi, dan sesak napas. Ketidakseimbangan cairan ini perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat.
2. Intoleransi aktivitas
Menjalani hemodialisis dapat menyebabkan keletihan, kelemahan, dan intoleransi terhadap aktivitas. Pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri kronis
Pasien hemodialisis sering mengalami nyeri kronis, misalnya nyeri otot, nyeri sendi, atau nyeri kepala yang perlu dievaluasi dan ditangani.
4. Gangguan tidur
Pasien hemodialisis dapat mengalami gangguan tidur, baik karena gejala fisik maupun faktor psikologis. Hal ini perlu diidentifikasi dan diatasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Tidak terdapat edema
- Intake dan output cairan seimbang
2. Toleransi aktivitas meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau minimal membutuhkan bantuan minimal
- Tidak terdapat tanda-tanda intoleransi aktivitas seperti kelelahan, sesak napas, atau palpitasi
3. Pengurangan nyeri
- Pasien melaporkan pengurangan atau hilangnya nyeri
- Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan tidak terganggu oleh nyeri
4. Pola tidur yang adekuat
- Pasien dapat tidur dengan cukup dan bangun merasa segar
- Tidak terdapat gangguan tidur yang signifikan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen cairan
- Memantau intake dan output cairan secara ketat
- Mengatur pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan
- Memberikan obat diuretik atau vasodilator jika diperlukan
- Melakukan hemodialisis sesuai jadwal untuk mengeluarkan kelebihan cairan
2. Manajemen aktivitas
- Mengkaji toleransi aktivitas pasien
- Mengembangkan rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memberikan bantuan dan alat bantu aktivitas jika diperlukan
- Mengajarkan teknik-teknik konservasi energi
3. Manajemen nyeri
- Mengkaji karakteristik nyeri secara komprehensif
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
4. Manajemen tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Mempertimbangkan pemberian obat tidur jika diperlukan
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien yang menjalani hemodialisis dapat mencapai keseimbangan cairan, peningkatan toleransi aktivitas, pengurangan nyeri, dan pola tidur yang adekuat, sehingga tercapai peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14773 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Usia <2 tahun, jenis kelamin laki-laki, penggunaan kateter urin, inkontinensia, hygiene yang buruk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Tanda-tanda infeksi berkurang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
- Tidak ada komplikasi infeksi
2. Pemulihan Kesehatan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Anak tampak lebih nyaman dan aktif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi tanda dan gejala infeksi
- Pantau tanda-tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan terapi cairan
- Pertahankan kebersihan dan higiene daerah genital
2. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan dan tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan jika diperlukan
3. Kenyamanan Anak
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan distraksi dan hiburan yang sesuai
- Lakukan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dan nyeri
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi Saluran Kemih dipilih karena anak mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih, seperti demam, sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan adanya perubahan warna serta bau urin yang tajam. Faktor risiko yang ditemukan adalah usia anak yang masih di bawah 2 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
Luaran yang diharapkan adalah kontrol infeksi, di mana tanda-tanda infeksi seperti demam dan keluhan saat berkemih berkurang, serta tidak ada tanda-tanda infeksi baru atau komplikasi. Selain itu, diharapkan anak mengalami pemulihan kesehatan, dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda dehidrasi, dan anak tampak lebih nyaman dan aktif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen infeksi, di mana perawat harus mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, memantau tanda-tanda vital, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan terapi cairan, serta menjaga kebersihan dan higiene daerah genital. Selain itu, diperlukan juga manajemen cairan untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kenyamanan anak selama perawatan. -
Article No. 14774 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penyebaran bakteri di area genital dan kandung kemih.
Penjelasan:
- Berdasarkan data yang diberikan, anak laki-laki usia 15 bulan mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih, seperti demam tinggi, sering buang air kecil, mengejan dan menjerit saat berkemih, serta urin berbau tajam.
- Tanda-tanda vital yang tidak normal, seperti peningkatan denyut nadi dan pernafasan, serta suhu tubuh yang tinggi, menunjukkan adanya proses infeksi.
- Kulit yang hangat dan kemerahan, serta adanya ruam di area genital dan selangkangan, dapat menjadi fokus infeksi dan penyebaran bakteri.
- Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah risiko infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penyebaran bakteri di area genital dan kandung kemih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen di saluran kemih, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- Faktor yang Berhubungan: Higiene personal yang buruk, anatomis saluran kemih yang tidak normal, dan penurunan imunitas.
- Gejala dan Tanda: Demam, nyeri saat berkemih, sering buang air kecil, urin berbau, hematuria, dan gelisah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi saluran kemih, dan gejala infeksi berkurang.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada nyeri saat berkemih, urin tidak berbau, dan tidak ada ruam di area genital.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen infeksi, perawatan higiene genital, dan edukasi tentang pencegahan infeksi saluran kemih. -
Article No. 14775 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital. 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) berhubungan dengan paparan mikroorganisme patogen ditandai dengan demam, frekuensi berkemih yang meningkat, dan disuria.
2. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada saluran kemih ditandai dengan anak mengejan dan menjerit ketika berkemih.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh dan rasa tidak nyaman yang dialami anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK): Anak akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada saluran kemih, dengan indikator: suhu badan kembali normal, frekuensi berkemih menurun, tidak ada disuria, dan urin tidak berbau tajam.
2. Kontrol Nyeri: Anak akan melaporkan nyeri berkurang atau hilang, dengan indikator: anak tidak mengejan dan menjerit saat berkemih.
3. Toleransi Aktivitas: Anak akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, dengan indikator: anak tampak lebih aktif, tidak pucat, dan tidak gelisah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK):
a. Kaji tanda dan gejala infeksi saluran kemih, seperti demam, frekuensi berkemih yang meningkat, disuria, dan urin berbau tajam.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
c. Pantau masukan dan pengeluaran cairan anak.
d. Anjurkan anak untuk minum cukup cairan untuk meningkatkan diuresis.
e. Ajarkan orang tua teknik perawatan genital yang benar untuk mencegah infeksi berulang.
2. Nyeri:
a. Kaji intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri yang dirasakan anak.
b. Berikan intervensi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi dan teknik relaksasi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri anak.
3. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji tanda-tanda vital anak secara berkala.
b. Batasi aktivitas anak sesuai toleransinya, dan tingkatkan secara bertahap.
c. Anjurkan istirahat yang cukup untuk memulihkan energi anak.
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada anak dan keluarga.
e. Edukasi keluarga tentang manajemen perawatan anak dengan infeksi saluran kemih.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) berhubungan dengan paparan mikroorganisme patogen ditandai dengan demam, frekuensi berkemih yang meningkat, dan disuria.
- Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi yang terjadi akibat adanya invasi dan pertumbuhan mikroorganisme patogen di saluran kemih. Pada kasus ini, anak mengalami demam tinggi, frekuensi berkemih yang meningkat, dan disuria (nyeri saat berkemih), yang merupakan tanda-tanda khas ISK.
2. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada saluran kemih ditandai dengan anak mengejan dan menjerit ketika berkemih.
- Nyeri pada saluran kemih dapat timbul akibat adanya proses infeksi yang menyebabkan iritasi dan inflamasi. Pada kasus ini, anak menunjukkan perilaku mengejan dan menjerit saat berkemih, yang mengindikasikan adanya nyeri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh dan rasa tidak nyaman yang dialami anak.
- Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penurunan energi. Pada kasus ini, anak mengalami peningkatan suhu tubuh dan merasa tidak nyaman, yang dapat menyebabkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK): Anak akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada saluran kemih, dengan indikator: suhu badan kembali normal, frekuensi berkemih menurun, tidak ada disuria, dan urin tidak berbau tajam.
- Luaran ini menunjukkan pemulihan anak dari infeksi saluran kemih, dengan indikator klinis yang kembali normal.
2. Kontrol Nyeri: Anak akan melaporkan nyeri berkurang atau hilang, dengan indikator: anak tidak mengejan dan menjerit saat berkemih.
- Luaran ini menunjukkan anak mampu mengendalikan nyeri yang dirasakan, dengan indikator perilaku anak saat berkemih.
3. Toleransi Aktivitas: Anak akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, dengan indikator: anak tampak lebih aktif, tidak pucat, dan tidak gelisah.
- Luaran ini menunjukkan anak mampu meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan peningkatan energi dan kenyamanan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Setiap intervensi keperawatan yang diuraikan di atas merupakan langkah-langkah sistematis yang dirancang untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan. Masing-masing intervensi memiliki tujuan spesifik dan harus dilaksanakan secara komprehensif untuk membantu anak pulih dari kondisi infeksi saluran kemih. -
Article No. 14776 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital. 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah 3 diagnosis keperawatan dengan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Infeksi Saluran Kemih (SDKI: Infeksi)
- Definisi: Proses patologis yang ditandai dengan adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme di dalam saluran kemih.
- Faktor risiko: Usia anak, frekuensi berkemih yang tinggi, kelembapan area genital.
- Gejala: Demam, frekuensi berkemih yang meningkat, nyeri saat berkemih, urin berbau tajam, ruam pada area genital.
2. Nyeri Akut (SDKI: Nyeri)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Infeksi saluran kemih, distress psikologis.
- Gejala: Anak terlihat gelisah, menjerit, dan menangis saat berkemih.
3. Risiko Kekurangan Cairan (SDKI: Ketidakseimbangan Cairan)
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan cairan yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor risiko: Kehilangan cairan melalui frekuensi berkemih yang meningkat, demam.
- Gejala: Kulit teraba hangat dan kemerahan, anak terlihat pucat.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 14777 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam 1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu: 38,9⁰C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin berbau tajam, terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital. 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi urinaria berhubungan dengan hipertermia, disuria, dan inkontinensia urinaria.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi urinaria.
2. Anak dapat mengenali dan mengkomunikasikan rasa nyeri.
3. Anak dapat beraktivitas sesuai kapasitasnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko infeksi urinaria berhubungan dengan hipertermia, disuria, dan inkontinensia urinaria:
a. Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
b. Identifikasi faktor risiko infeksi urinaria.
c. Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotik.
d. Terapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi.
e. Edukasi orang tua tentang pencegahan infeksi urinaria.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih:
a. Observasi ekspresi nyeri anak.
b. Berikan analgesik sesuai indikasi.
c. Terapkan teknik nonfarmakologis pengelolaan nyeri.
d. Edukasi orang tua tentang manajemen nyeri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik:
a. Monitor tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
b. Berikan aktivitas sesuai toleransi anak.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
d. Edukasi orang tua tentang program aktivitas yang aman.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi urinaria berhubungan dengan hipertermia, disuria, dan inkontinensia urinaria. Anak laki-laki usia 15 bulan ini memiliki gejala infeksi saluran kemih, seperti demam tinggi, disuria, dan inkontinensia urinaria, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi urinaria.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Anak ini menunjukkan gejala nyeri saat berkemih, seperti mengejan dan menjerit, yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik. Anak ini terlihat pucat, gelisah, dan menangis, yang mengindikasikan adanya kelelahan dan kelemahan fisik akibat infeksi yang dialaminya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi urinaria. Tujuan ini diharapkan dapat dicapai melalui intervensi yang tepat dan pengelolaan infeksi urinaria yang adekuat.
2. Anak dapat mengenali dan mengkomunikasikan rasa nyeri. Tujuan ini diharapkan dapat dicapai melalui observasi yang tepat dan pemberian intervensi manajemen nyeri yang efektif.
3. Anak dapat beraktivitas sesuai kapasitasnya. Tujuan ini diharapkan dapat dicapai melalui pemantauan status hemodinamik, pemberian aktivitas yang tepat, serta rehabilitasi yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Setiap intervensi yang diberikan bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah-masalah keperawatan yang teridentifikasi. Intervensi tersebut meliputi pemantauan, identifikasi faktor risiko, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, penerapan prinsip pencegahan infeksi, edukasi, pemberian analgesik, teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, serta pemberian aktivitas dan rehabilitasi yang sesuai. -
Article No. 14778 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki, berusia 18 bulan, berat badan 14 Kg, panjang badan 85 cm, dibawa oleh ayah dan ibunya ke RSUD A dengan keluhan kepala anak membesar sejak usia 3 bulan tidak seperti bayi seusianya, dan anak sering mengalami muntah-muntah sejak 2 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit. Keluhan muntah-muntah didahului dengan adanya keluhan batuk pilek selama 2 minggu sebelumnya. Keluhan batuk pilek juga disertai demam. Keluhan membaik setelah anak dibawa berobat ke klinik dokter umum, namun keluhan muntah tetap ada. Menurut ibunya, anak mengalami muntah seperti menyemprot/menyembur setiap kali anak coba diberi makan atau minum. Anak kemudian dirawat di RSUD A. Saat dirawat ukuran kepala anak semakin membesar sehingga akhirnya dilakukan pemeriksaan CT Scan, dan didapatkan hasil adanya peningkatan cairan di otak. Selain itu mata anak juga menjadi juling. Anak kemudian dirujuk ke dokter spesialis anak di RSUP B. Anak juga sempat mengalami kejang 2 kali dengan bentuk kejang kelojotan setelah mendengar suara bising. Anak kejang selama kurang lebih 5 menit dan tidak sadar. Orangtua berkali-kali bertanya terkait kesembuhan anak. Berdasarkan penuturan ibu, anak belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, dan di keluarga pun tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Tidak ada riwayat alergi dan kejang sebelumnya. Ibu mengatakan bahwa selama kehamilan tidak pernah mengalami gangguan. Kehamilan baru diketahui pada usia 7 bulan kehamilan. Ibu sering mengkonsumsi obat-obatan warung apabila sakit. Ibu juga tidak mengetahui bahwa bayi yang dikandungnya kembar. Anak lahir dengan operasi sesar di Rumah Sakit karena ibu mengalami ketuban pecah dini pada minggu ke-32. Anak lahir dengan BB 2,4 Kg dan lahir kembar, tidak ada riwayat penyakit kuning dan tidak mengalami kebiruan saat lahir, serta tidak terdapat gangguan kongenital saat lahir. Akan tetapi kembaran anak hanya bertahan selama 7 jam. Anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai usianya. Dan saat ini anak belum lancar berjalan. Pada pemeriksaan fisik saat ini didapatkan sutura tampak/teraba melebar, kulit kepala licin, adanya sunset phenomenon (kedua bola mata berdeviasi ke atas dan kelopak mata atas tertarik), anak composmentis, tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 100/50 mmHg, laju nadi 110x/menit, laju napas 25 x/menit, dan suhu 36,50 C. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan ukuran lingkar kepala 57 cm dan mengindikasikan adanya peningkatan ukuran lingkar kepala dengan Z-Skor berdasarkan kurva WHO diatas 3 SD. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan LED, CRP kuantitatif, dan adanya hiponatremia. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan hasil normal untuk jantung dan paru. Sedangkan pada CT Scan baik tanpa maupun dengan kontras menunjukkan kesan hidrosefalus dengan pelebaran pada ventrikel lateralis kanan-kiri, ventrikel 3, dan ventrikel 4 di otak. Pada anak direncanakan akan dilakukan tindakan pemasangan VP-Shunt. Analisis data berdasarkan kasus (meliputi DO dan DS, etiologi, dan masalah keperawatan) tolong jawab dari kasus diatas dengan jelas dan rinci serta kajian dari mana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Otak (00201) berhubungan dengan peningkatan cairan di otak (hidrosefalus) yang ditandai dengan pembesaran lingkar kepala, sunset phenomenon, dan kejang.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (00306) berhubungan dengan muntah-muntah yang ditandai dengan dehidrasi dan hiponatremia.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00047) berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan kulit kepala licin.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Perfusi Otak (00201): Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (00306): Kondisi di mana individu berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00047): Kondisi di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada lapisan epidermis dan/atau dermis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Otak: Tercapainya status optimal suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
2. Keseimbangan Cairan: Tercapainya status optimal keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Integritas Kulit: Tercapainya status optimal kesatuan dan keutuhan jaringan kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Serebral: Intervensi untuk mempertahankan aliran darah dan oksigenasi otak.
2. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Perawatan Luka: Intervensi untuk mempertahankan integritas dan penyembuhan kulit.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang muncul berkaitan dengan gangguan perfusi otak akibat hidrosefalus, risiko ketidakseimbangan cairan akibat muntah-muntah, dan risiko kerusakan integritas kulit akibat peningkatan tekanan intrakranial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen perfusi serebral, manajemen cairan, dan perawatan luka.