Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14846 | 26 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 35 tahun, mengatakan masuk kepanti Bina Laras 3 bulan lalu. Klien mengatakan bisa sampai ke panti Bina Laras karena dbawa oleh petugas satpol pp saat akan ke warung. Klien anak ke 1 dari 2 bersaudara, selama ini tinggal bersama ibu kandung,adik dan ipar pasien,karena ayah pasien sudah meninggal dan pasien sudah bercerai, pendidikan pasien SMA. Sebelum masuk panti pekerjaan klien berdagang. Klien mengatakan pernah ditempatkan di panti di Balaraja karena pasien mendengar suara suara,setelah kematian ayahnya. Klien mengatakan merasa sangat kehilangan ayahnya karena klien sangat dekat dengan ayahnya. Menurut klien ayahnya sangat baik, melindungi dan sangat memanjakan klien. Saat ayahnya meninggal klien merasa kehilangan, sedih berkepanjangan sampai akhirnya klien mendengar suara suara yang selalu mengganggunya.Klien mengatakan Sudah sempat pulang kerumah dari panti,dirumah rutin minum obat dan kontrol ke dokter. Saat pandemi covid 19 usaha toko tutup,pasien dan keluarga hanya di rumah saja,saat itu pasien mulai jarang kontrol ke dokter,sehingga berhenti minum obat juga.Pada tahun 2022 pasien bercerai,pasien mengatakan saat itu sering melamun sendiri karena sedih di tinggal istri dan anak anaknya.Pasien juga mengatakan semenjak bercerai jarang bertemu dengan anaknya karena anak anak di bawa istrinya tinggal di daerah Cibubur. Pasien merasa sedih dan kesepian dan rendah diri,sejak bercerai pasien mulai sering mendengar suara angin kencang seperti angin topan yang menyerang dirinya setelah itu dilanjutkan dengan suara orang bersiul yang seperti meledek dirinya. Pada saat awal di kaji Klien terlihat sedang menutup telinga,klien tampak terlihat berbicara sendiri setelah itu diam termenung. Saat pertama kali bertemu dengan perawat klien tampak tegang dan gugup, sulit memulai interaksi dan terlihat kaku, kontak mata kurang kadang cenderung menatap ke arah lain, pasif saat berkomunikasi, suara pelan dan halus, ekspresi tampak datar.Pada saat klien diajak berbicara oleh perawat tampak tidak fokus saat berkomunikasi,tidak banyak berbicara,bicara hanya seadanya saja.berbicara berpindah-pindah topik yang tidak nyambung (inkoheren),tampak menyelidik/mudah curiga ke perawat.tampak tertunduk saat bercerita tentang keluarganya, klien mengatakan rajin mengikuti kegiatan di panti.,tampak jarang berinteraksi dan berkenalan dengan orang lain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan untuk Tn. B adalah:
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
- Definisi: Persepsi palsu atau distorsi realitas mengenai stimulus auditori yang tidak benar-benar ada.
- Faktor terkait: Kehilangan sumber daya internal (kematian ayah), stres (perceraian), dan isolasi sosial.
2. Kesepian
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara tingkat hubungan sosial yang diinginkan dan tingkat hubungan sosial yang ada.
- Faktor terkait: Isolasi sosial (jarang bertemu anak), kehilangan sumber dukungan (bercerai), dan harga diri rendah.
3. Harga Diri Rendah
- Definisi: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
- Faktor terkait: Perubahan peran (tidak bekerja), kehilangan sumber dukungan (bercerai), dan isolasi sosial.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA-I.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan dan mengembangkan standar-standar tersebut sebagai panduan bagi perawat dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14847 | 26 Mar 2025
Klinis : pasien cf femur dextra 1/3 proximal dengan ureum 55 dan creatinin 0.82, pasien mengalami muntah darah, hasil OT 65.5 dan PT 34.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan ureum 55 dan creatinin 0.82.
Penjelasan:
Pasien dengan fraktur femur proksimal 1/3 dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan ureum (55) serta penurunan creatinin (0.82), mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Hal ini dapat menyebabkan risiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan, baik kelebihan maupun kekurangan cairan, sehingga perlu diidentifikasi dan diatasi.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan fungsi hati, ditandai dengan muntah darah dan hasil pemeriksaan laboratorium (PT 34.2, OT 65.5).
Penjelasan:
Pasien mengalami muntah darah dan memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya gangguan fungsi hati, yaitu peningkatan PT (34.2) dan OT (65.5). Kondisi ini dapat menyebabkan risiko terjadinya perdarahan, sehingga perlu diidentifikasi dan diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan
- Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Hidrasi Adekuat
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan hidrasi yang adekuat. Hal ini dapat dicapai melalui pemantauan dan pengaturan asupan dan pengeluaran cairan, serta perbaikan fungsi ginjal.
2. Risiko Perdarahan
- Perdarahan Terkendali
- Fungsi Pembekuan Darah Membaik
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mengontrol perdarahan dan fungsi pembekuan darah membaik. Hal ini dapat dicapai melalui pemantauan tanda-tanda perdarahan, pemberian terapi yang sesuai, serta perbaikan fungsi hati.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan
- Monitor asupan dan pengeluaran cairan secara ketat
- Lakukan pengkajian fungsi ginjal secara berkala
- Berikan terapi cairan IV sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara ketat, melakukan pengkajian fungsi ginjal secara berkala, memberikan terapi cairan IV sesuai kebutuhan, serta mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan.
2. Risiko Perdarahan
- Monitor tanda-tanda perdarahan secara ketat
- Lakukan pengkajian fungsi hati secara berkala
- Berikan terapi antikoagulan sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi gangguan fungsi hati
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko perdarahan dan pencegahannya
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau tanda-tanda perdarahan secara ketat, melakukan pengkajian fungsi hati secara berkala, memberikan terapi antikoagulan sesuai indikasi, berkolaborasi dengan dokter untuk mengatasi gangguan fungsi hati, serta mengedukasi pasien dan keluarga tentang risiko perdarahan dan pencegahannya.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi yang lebih baik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 14751 | 25 Mar 2025
Klinis : Assess severity Severe Airway obstruction (ineffective cough) Conscious 5 abdominal thrusts Unconscious Start CPR
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J98.1
- Deskripsi: Obstruksi jalan napas, parah (batuk tidak efektif)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Maneuver abdominal 5 dorongan (conscious)
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Resusitasi kardiopulmoner (unconscious)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J98.1 merujuk pada kondisi obstruksi jalan napas yang parah, dengan gejala batuk yang tidak efektif. Ini merupakan kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera.
2. Untuk pasien yang masih sadar, prosedur yang dilakukan adalah maneuver abdominal 5 dorongan (kode ICD-9-CM 93.94) untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas. Sedangkan untuk pasien yang tidak sadar, tindakan yang dilakukan adalah resusitasi kardiopulmoner (kode ICD-9-CM 93.90) untuk memulihkan fungsi pernapasan dan peredaran darah.
Penanganan segera dan tepat sangat penting dalam mengatasi obstruksi jalan napas yang parah, baik pada pasien yang sadar maupun tidak sadar, untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 14752 | 25 Mar 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "nyeri akut":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1979). Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan intensitas bervariasi dari ringan hingga berat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut, luaran/output yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
b. Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi nyeri.
c. Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
e. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran yang telah disebutkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi napas dalam.
d. Libatkan keluarga dalam proses manajemen nyeri pasien.
e. Pantau tanda-tanda vital pasien secara teratur untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat memengaruhi nyeri.
f. Dokumentasikan semua tindakan dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
g. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri, baik farmakologis maupun non-farmakologis.
h. Evaluasi efektivitas intervensi yang telah diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan dalam mengatasi nyeri, peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan stabilitas tanda-tanda vital. -
Article No. 14753 | 25 Mar 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut ditandai dengan onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu yang terbatas (kurang dari 3 bulan).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, dapat mengenali dan menggunakan strategi penanganan nyeri, dan menunjukkan perilaku untuk menghindari atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk nyeri akut dapat meliputi:
1. Pengkajian nyeri komprehensif
2. Manajemen farmakologis nyeri
3. Manajemen non-farmakologis nyeri
4. Edukasi dan konseling nyeri
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
Secara akademis, diagnosa dan intervensi keperawatan ini didasarkan pada standar-standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 14754 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan serangan stroke.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi saraf.
2. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman terhadap integritas diri.
3. Kurang Pengetahuan: Kurangnya informasi kognitif yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral: Kemampuan system vaskular untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan otak.
2. Tingkat Kecemasan: Derajat respon emosional terhadap ancaman yang dirasakan.
3. Pengetahuan: Derajat informasi kognitif yang dimiliki seseorang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Serebral: Tindakan untuk mempertahankan/meningkatkan aliran darah dan oksigenasi ke otak.
2. Manajemen Kecemasan: Tindakan untuk mengurangi respon emosional terhadap ancaman yang dirasakan.
3. Edukasi Kesehatan: Tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap kondisi kesehatannya.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, memberikan intervensi yang sesuai, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan untuk mencapai outcome yang optimal. -
Article No. 14755 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami Kecemasan, Harga diri rendah situasional, Berduka, dan ketidakberdayaan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang dapat dikodekan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemantauan neurologi, lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I63.9 (Stroke, tidak terspesifikasi):
- Pasien mengalami stroke yang ditandai dengan hemiparesis dextra (kelemahan setengah badan sebelah kanan) setelah tiba-tiba jatuh dan pingsan di kamar mandi.
- Karena tidak ada informasi spesifik tentang jenis stroke, maka kode tersebut digunakan untuk mengidentifikasi adanya stroke tanpa penyebab yang jelas.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 99.19 (Pemantauan neurologi, lainnya):
- Pasien memerlukan pemantauan neurologi untuk mengevaluasi kondisi dan perkembangan pasca-stroke.
- Tindakan ini dapat mencakup pemeriksaan fisik, pemantauan tanda-tanda vital, dan evaluasi fungsi saraf dan kognitif.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien juga mengalami beberapa masalah psikologis, seperti:
- Kecemasan: Pasien merasa cemas tentang kehidupan ke depan dan kemampuannya untuk bekerja.
- Harga diri rendah situasional: Pasien menyesali kondisinya saat ini dan merasa tidak berdaya.
- Berduka: Pasien belum sepenuhnya menerima kondisinya saat ini.
- Ketidakberdayaan: Pasien merasa tidak berdaya dan menyesali keputusannya untuk tidak rutin kontrol dan minum obat.
Penanganan komprehensif yang mungkin dibutuhkan oleh pasien ini meliputi terapi medis untuk stroke, serta intervensi psikologis untuk mengelola masalah-masalah psikologis yang muncul. -
Article No. 14756 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami Kecemasan, Harga diri rendah situasional, Berduka, dan ketidakberdayaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang belum jelas atau tidak diketahui penyebabnya, yang ditandai dengan perasaan takut, was-was, dan khawatir.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mengenali dan mengelola kecemasan yang dirasakan, serta mampu beradaptasi dengan kondisi kesehatannya.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengenali penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah Situasional
- SDKI: Harga Diri Rendah Situasional adalah penilaian negatif individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat sementara, sebagai akibat dari situasi atau kondisi yang dihadapinya.
- SLKI: Pasien dapat meningkatkan penerimaan diri dan mempertahankan harga dirinya sesuai dengan kondisi kesehatan yang dialaminya.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengidentifikasi faktor penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengenali potensi diri, dan memberikan dukungan emosional.
3. Diagnosa Keperawatan: Berduka
- SDKI: Berduka adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap kehilangan sesuatu yang dianggap berharga, yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak menerima, dan kecewa.
- SLKI: Pasien dapat menerima dan beradaptasi dengan kehilangan yang dialaminya, serta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi barunya.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengidentifikasi tahap berduka, memfasilitasi proses berduka, dan memberikan dukungan emosional.
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakberdayaan
- SDKI: Ketidakberdayaan adalah persepsi individu terhadap kurangnya kontrol atas situasi atau kondisi yang dialaminya, yang dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan tidak berdaya.
- SLKI: Pasien dapat meningkatkan rasa kontrol dan keyakinan terhadap kemampuan dirinya dalam mengatasi kondisi kesehatannya.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain membantu pasien mengidentifikasi sumber ketidakberdayaan, mengajarkan teknik pengambilan keputusan, dan memberikan dukungan emosional.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melibatkan pasien dalam proses perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. -
Article No. 14757 | 25 Mar 2025
Klinis : Pusing,mual, badan kaku, perut sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala pusing, mual, dan perut sakit yang menunjukkan adanya nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala badan kaku, yang dapat mengganggu mobilitas fisik. Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari tubuh atau salah satu bagian tubuh.
Standar Diagnosa Keperawatan (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI:
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1994).
- Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari tubuh atau salah satu bagian tubuh.
SLKI:
- Nyeri Akut: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri, pasien dapat mengendalikan nyeri.
- Gangguan Mobilitas Fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan tubuh secara mandiri, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari, pasien tidak mengalami komplikasi terkait mobilitas.
SIKI:
- Nyeri Akut: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi non-farmakologis.
- Gangguan Mobilitas Fisik: Peningkatan mobilitas, perawatan aktivitas, latihan fisik.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14758 | 25 Mar 2025
Klinis : Pusing,mual, badan kaku, perut sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing, mual, badan kaku, dan perut sakit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang ditampilkan, yaitu pusing, mual, badan kaku, dan perut sakit, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit/cedera, seperti infeksi, peradangan, atau gangguan metabolik.
Rasional: Gejala pusing, mual, badan kaku, dan perut sakit dapat menunjukkan adanya nyeri akut yang disebabkan oleh proses penyakit atau cedera.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
4. Menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi fisik, seperti penurunan mual dan kekakuan otot.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, dan distraksi.
d. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi secara berkala.
2. Manajemen Mual dan Muntah
a. Kaji tanda dan gejala mual dan muntah, serta faktor penyebab.
b. Berikan antiemetik sesuai indikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang ringan dan mudah dicerna.
d. Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah, seperti pola napas dalam dan distraksi.
3. Manajemen Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Kaji tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, termasuk perubahan tanda-tanda vital.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan/elektrolit yang sesuai.
c. Pantau input dan output cairan, serta elektrolit serum secara berkala.
d. Ajarkan pasien untuk mempertahankan asupan cairan yang adekuat.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
- Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit/cedera, seperti infeksi, peradangan, atau gangguan metabolik.
Rasional: Gejala pusing, mual, badan kaku, dan perut sakit dapat menunjukkan adanya nyeri akut yang disebabkan oleh proses penyakit atau cedera. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI)
- Melaporkan penurunan tingkat nyeri.
Rasional: Penurunan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien menunjukkan efektivitas intervensi yang dilakukan.
- Mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
Rasional: Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri yang telah diajarkan, sehingga dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan.
- Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rasional: Tanda-tanda vital yang berada dalam batas normal mengindikasikan perbaikan kondisi fisik pasien.
- Menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi fisik, seperti penurunan mual dan kekakuan otot.
Rasional: Penurunan gejala mual dan kekakuan otot menunjukkan perbaikan kondisi fisik pasien.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
- Manajemen Nyeri
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk menilai, mengelola, dan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
- Manajemen Mual dan Muntah
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mengelola mual dan muntah yang dialami oleh pasien.
- Manajemen Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mengelola ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi akibat gejala yang dialami oleh pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing, mual, badan kaku, dan perut sakit. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.