Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14826 | 26 Mar 2025
Klinis : Luka babras pada tangan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi luka gesekan pada tangan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S51.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada lengan, tingkat tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Pembersihan dan penjahitan luka terbuka pada kulit dan jaringan subkutan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 S51.0 digunakan untuk mengkodekan luka terbuka pada lengan, dengan tingkat keparahan yang tidak dispesifikasi. Ini mencakup luka gesekan, lecet, atau abrasi pada tangan.
- Kode ICD-9-CM 86.22 menggambarkan prosedur pembersihan dan penjahitan luka terbuka pada kulit dan jaringan subkutan, yang mungkin diperlukan untuk penanganan luka gesekan pada tangan.
Catatan: Pemilihan kode yang tepat akan bergantung pada pemeriksaan klinis yang lebih rinci dan dokumentasi yang akurat dalam rekam medis pasien. -
Article No. 14827 | 26 Mar 2025
Klinis : Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I95.8
- Deskripsi: Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan hipotensi terkait kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon umumnya dilakukan melalui terapi non-pembedahan.
Tujuan Khusus:
- Pasien dan keluarga dapat memahami faktor-faktor yang menyebabkan hipotensi dan cara menanganinya.
- Pasien dan keluarga dapat meningkatkan asupan cairan yang adekuat dan mengonsumsi makanan yang seimbang.
- Pasien dan keluarga dapat mengelola perubahan hormon akibat menopause secara efektif.
Tujuan Umum:
- Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal dan mencegah komplikasi akibat hipotensi.
Kriteria Hasil:
Kognitif:
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab dan gejala hipotensi.
- Pasien dan keluarga dapat menyebutkan langkah-langkah penanganan hipotensi.
Afektif:
- Pasien dan keluarga menunjukkan motivasi untuk menerapkan perubahan gaya hidup yang diperlukan.
- Pasien dan keluarga merasa percaya diri dalam mengelola kondisi hipotensi.
Psikomotor:
- Pasien dan keluarga dapat melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri.
- Pasien dan keluarga dapat menyiapkan dan mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Edukasi kepada keluarga tentang hipotensi, penyebabnya, dan penanganannya.
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatur asupan cairan dan nutrisi yang seimbang.
3. Membantu keluarga dalam mengelola perubahan hormon akibat menopause, misalnya dengan terapi penggantian hormon atau teknik relaksasi.
4. Memantau secara berkala tekanan darah pasien dan evaluasi efektivitas intervensi.
5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada keluarga untuk menerapkan gaya hidup sehat. -
Article No. 14828 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pola Napas berhubungan dengan Paparan Asap Rokok Kronis
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Pola Napas adalah diagnosis keperawatan yang termasuk dalam domain Pertukaran, kelas Ventilasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Beberapa luaran yang terkait dengan diagnosis ini adalah Bebas Distres Pernapasan, Pola Napas Efektif, dan Fungsi Pernapasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis ini antara lain Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Edukasi Kesehatan.
Tujuan Umum:
Klien dan keluarga mampu mencegah dan mengontrol risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
Tujuan Khusus:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan faktor risiko, tanda dan gejala, serta komplikasi gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan motivasi yang tinggi untuk menghindari paparan asap rokok dan menjaga kesehatan pernapasan.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga mampu melakukan teknik pernapasan yang benar dan efektif untuk menjaga pola napas yang sehat.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Identifikasi paparan asap rokok di lingkungan keluarga dan strategi untuk menghindarinya.
2. Edukasi kepada keluarga tentang risiko kesehatan akibat paparan asap rokok, terutama gangguan pola napas.
3. Kolaborasi dengan keluarga dalam menyusun rencana berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok.
4. Latihan teknik pernapasan yang benar dan efektif untuk menjaga kesehatan paru-paru.
5. Monitoring dan evaluasi perkembangan kesehatan pernapasan klien dan keluarga. -
Article No. 14829 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko gangguan pola napas adalah keadaan di mana individu rentan mengalami kesulitan dalam bernapas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemeliharaan pola napas efektif adalah kemampuan individu untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, terapi oksigen, manajemen nyeri, dan konseling berhenti merokok.
Tujuan Umum:
Klien dan keluarga mampu mempertahankan pola napas yang efektif setelah diberikan tindakan keperawatan.
Tujuan Khusus:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan dampak dari risiko gangguan pola napas dengan paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan sikap positif dan motivasi untuk mengatasi risiko gangguan pola napas.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga dapat melakukan teknik-teknik untuk mempertahankan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan, penggunaan oksigen, dan menghindari paparan asap rokok.
Kriteria Hasil:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan dampak dari risiko gangguan pola napas dengan paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan kemauan dan komitmen untuk mengatasi risiko gangguan pola napas.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga dapat melakukan teknik-teknik untuk mempertahankan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan, penggunaan oksigen, dan menghindari paparan asap rokok.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji riwayat merokok klien dan keluarga.
2. Berikan edukasi tentang risiko gangguan pola napas terkait paparan asap rokok kronis.
3. Motivasi klien dan keluarga untuk berhenti merokok.
4. Ajarkan teknik-teknik pernapasan yang efektif, seperti latihan pernapasan dan penggunaan oksigen.
5. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan klien.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk terapi tambahan jika diperlukan.
7. Berikan dukungan dan bimbingan kepada klien dan keluarga dalam mengatasi risiko gangguan pola napas. -
Article No. 14830 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan SDKI-SLKI-SIKI, tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan keluarga untuk kondisi risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pola Napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjelaskan bahwa Risiko Gangguan Pola Napas adalah keadaan di mana individu rentan mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengancam kesehatan. Paparan asap rokok kronis merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pola napas.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengidentifikasi bahwa luaran yang diharapkan untuk Risiko Gangguan Pola Napas adalah Pemeliharaan Pola Napas, yang mencakup kemampuan individu dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Gangguan Pola Napas, seperti Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Edukasi Kesehatan.
Tujuan Khusus:
1. Keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Keluarga dapat mendemonstrasikan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif.
3. Keluarga dapat menerapkan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya gangguan pola napas.
Tujuan Umum:
Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan pola napas yang efektif guna mencegah terjadinya gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
Kriteria Hasil:
Domain Kognitif:
1. Keluarga dapat menjelaskan faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Keluarga dapat menjelaskan pentingnya pemeliharaan pola napas yang efektif.
Domain Afektif:
1. Keluarga menunjukkan sikap positif dalam mencegah terjadinya gangguan pola napas.
2. Keluarga termotivasi untuk menerapkan intervensi keperawatan.
Domain Psikomotor:
1. Keluarga dapat mempraktikkan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif.
2. Keluarga dapat melakukan intervensi keperawatan untuk mencegah gangguan pola napas.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Identifikasi faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Edukasi pentingnya pemeliharaan pola napas yang efektif.
3. Ajarkan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan diafragma.
4. Berikan intervensi keperawatan untuk mencegah gangguan pola napas, seperti terapi oksigen dan manajemen jalan napas.
5. Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.
Harapan saya penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa keperawatan, standar SDKI-SLKI-SIKI, tujuan, dan intervensi keperawatan keluarga untuk kondisi risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 14831 | 26 Mar 2025
Klinis : salah satu anggota keluarga memiliki diagnosa Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pola Napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh klien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
Tujuan Khusus:
Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga, anggota keluarga yang memiliki risiko gangguan pola napas mampu:
1. Mengenali faktor risiko paparan asap rokok kronis.
2. Mendemonstrasikan teknik pernapasan yang benar.
3. Berpartisipasi aktif dalam upaya mengurangi paparan asap rokok dalam lingkungan keluarga.
Tujuan Umum:
Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga, anggota keluarga yang memiliki risiko gangguan pola napas dapat mencegah dan mengelola risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
Kriteria Hasil:
Kognitif: Anggota keluarga dapat menjelaskan faktor risiko paparan asap rokok kronis dan dampaknya terhadap pola napas.
Afektif: Anggota keluarga menunjukkan motivasi yang tinggi untuk mengurangi paparan asap rokok dalam lingkungan keluarga.
Psikomotor: Anggota keluarga dapat mempraktikkan teknik pernapasan yang benar.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji faktor risiko paparan asap rokok kronis dalam keluarga.
2. Edukasi keluarga tentang risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
3. Latih anggota keluarga tentang teknik pernapasan yang benar.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk menyusun rencana aksi mengurangi paparan asap rokok dalam lingkungan keluarga.
5. Monitoring dan evaluasi perkembangan kondisi anggota keluarga yang berisiko. -
Article No. 14832 | 26 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan merokok sejak usia 20 tahun. Saat pemeriksaan, ditemukan: 1. Frekuensi napas: 30 kali/menit 2. Saturasi oksigen: 88% (tanpa oksigen tambahan) 3. Penggunaan otot bantu napas tampak jelas 4. Suara napas wheezing (+) Dokter telah mendiagnosis pasien dengan eksaserbasi akut PPOK dan meresepkan terapi oksigen, bronkodilator nebulisasi, serta kortikosteroid.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk efektif, dan/atau obstruksi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- Penyebab: Penyakit paru, kelelahan otot napas, dan/atau gangguan mekanik.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Penyebab: Penurunan kapasitas dan cadangan energi.
Penjelasan Singkat Menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat mencakup manajemen oksigen, manajemen jalan napas, dan pemberian terapi bronkodilator.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat mencakup manajemen oksigen, manajemen jalan napas, dan latihan pernapasan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat mencakup manajemen aktivitas, terapi energi, dan peningkatan toleransi latihan.
Dengan adanya diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya. -
Article No. 14833 | 26 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan merokok sejak usia 20 tahun. Saat pemeriksaan, ditemukan: 1. Frekuensi napas: 30 kali/menit 2. Saturasi oksigen: 88% (tanpa oksigen tambahan) 3. Penggunaan otot bantu napas tampak jelas 4. Suara napas wheezing (+) Dokter telah mendiagnosis pasien dengan eksaserbasi akut PPOK dan meresepkan terapi oksigen, bronkodilator nebulisasi, serta kortikosteroid.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.91
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lain-lain
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 58 tahun dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) serta merokok sejak usia 20 tahun. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan frekuensi napas 30 kali/menit, saturasi oksigen 88% tanpa oksigen tambahan, penggunaan otot bantu napas yang jelas, serta suara napas wheezing positif. Dokter telah mendiagnosis pasien dengan eksaserbasi akut PPOK dan memberikan terapi oksigen, bronkodilator nebulisasi, serta kortikosteroid.
Kode ICD-10 yang sesuai untuk diagnosis ini adalah J44.1 (Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain). Kode ICD-9-CM Procedure yang dapat digunakan adalah 93.91 (Pemberian oksigen, lain-lain) karena pasien mendapatkan terapi oksigen. -
Article No. 14834 | 26 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan merokok sejak usia 20 tahun. Saat pemeriksaan, ditemukan: 1. Frekuensi napas: 30 kali/menit 2. Saturasi oksigen: 88% (tanpa oksigen tambahan) 3. Penggunaan otot bantu napas tampak jelas 4. Suara napas wheezing (+) Dokter telah mendiagnosis pasien dengan eksaserbasi akut PPOK dan meresepkan terapi oksigen, bronkodilator nebulisasi, serta kortikosteroid.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu pertukaran gas.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik pernapasan.
SIKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi, memberikan nebulisasi, dan melatih batuk efektif.
SIKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
3. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat keterbatasan fisik.
SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur aktivitas, memberikan energi yang cukup, dan melatih aktivitas.
SIKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14835 | 26 Mar 2025
Klinis : Nn. S berusia 19 tahun datang ke Poliklinik RS didampingi oleh orang tuanya karena akan melakukan kontrol pada bekas luka apendektomi yang dilakukan 3 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian Nn. S mengeluh nyeri pada luka operasinya, wajah tampak meringis serta perban tampak lembab. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi pernafasan 23 kali/menit, suhu 37,4oC, dan skala nyeri 6. Perawat melakukan anamnesa tentang bagaimana aktivitas sehari-hari Nn.S yang bisa berdampak pada penyembuhan operasinya. Nn S menyampaikan tidak mengikuti discharge planning yang disampaikan saat meninggalkan RS seperti asupan nutrisi dan aktivitas yang dianjurkan. Selain itu perawat juga melakukan allo anamnesa pada keluarga klien untuk memvalidasi jawaban dari Nn.S. Perawat melakukan pengkajian pada luka Nn.S dan hasil observasi yaitu terdapat nanah dan rubor pada sekitar bekas luka dengan panjang ±5 cm. Perawat akan melakukan perawatan luka Nn.S. Selanjutnya perawat berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien dan melakukan pemberian tatalaksana yang tepat pada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1979 dalam SDKI, 2017).
Karakteristik Mayor: Melaporkan nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perubahan tanda-tanda vital, Perilaku menghindari nyeri.
Karakteristik Minor: Gelisah, Istirahat tidak adekuat, Posisi protektif.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan (SDKI, 2017).
Karakteristik Mayor: Prosedur invasif, Integritas kulit/mukosa terganggu, Kondisi kronis yang melemahkan sistem imun.
Karakteristik Minor: Paparan mikroorganisme patogen, Riwayat infeksi sebelumnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri 0-3).
- Tanda-tanda vital stabil.
- Klien menunjukkan ekspresi wajah rileks.
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
2. Risiko Infeksi
- Tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, funcio laesa) tidak ada.
- Luka operasi tampak bersih dan kering.
- Tidak ada tanda-tanda peradangan pada luka.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (misalnya distraksi, relaksasi).
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik yang adekuat.
2. Risiko Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan penunjang (misalnya kultur luka).
- Berikan antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi klien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan modifikasi rencana perawatan.
Penjelasan rinci:
Dalam kasus ini, Nn. S mengalami nyeri pada bekas luka apendektomi yang dilakukan 3 hari sebelumnya. Selain itu, juga terdapat tanda-tanda infeksi pada luka, seperti adanya nanah dan rubor. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Risiko Infeksi.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat melaporkan nyeri terkontrol, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, dan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, perawatan luka secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang dan pemberian antibiotik, serta edukasi klien dan keluarga.
Dengan intervensi yang tepat dan kolaborasi dengan dokter, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol dan tidak terjadi infeksi pada luka operasi.