Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14878 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun dirawat di ruangan perawatan bedah karena mengeluh nyeri sendi, keluhan dirasakan sejak 15 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, pada saat dilakukan pengkajian, pasien tampak lemah, kekuatan otot 3 pada ekstremitas atas dan bawah (kanan), dan kekuatan otot 4 pada ekstremitas atas dan bawah (kiri). Muncul ruam pada wajah dan kulit lengan, pasien juga mengeluh nyeri pada lutut dengan skala 5. Nyeri terasa tertusuk-tusuk dan terus menerus. Pasien juga mengeluh aneroksia dan mengalami penurunan berat badan sebanyak 10kg selama 3 bulan terakhir. Wajah pasien tampak pucat, kelopak mata tampak hitam, jumlah tidur hanya 3jam sehari dan sering terjaga, pasien selalu memikirkan penyakitnya dan malu bertemu temannya. Tekanan Darah 150/90mmhg, Nadi: 102x/m, pernapasan 28x/m, suhu:38,5. Pemeriksaan Lab ANA positif, anti DSDNA positif dan peningkatan laju endap darah. cuma dengan niat itu disaat yang sama cara minum itu langsung dinilai sebagai ibadah perintah Allah malaikat ditulis ya berapa tulisnya sesuai keadaan keikhlasannya minimal 10
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit lupus erythematosus sistemik (LES) yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri sendi, nyeri pada lutut dengan skala 5, serta rasa nyeri yang tertusuk-tusuk dan terus menerus.
2. Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot akibat penyakit LES yang ditandai dengan kekuatan otot 3 pada ekstremitas atas dan bawah (kanan) serta kekuatan otot 4 pada ekstremitas atas dan bawah (kiri).
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan penurunan berat badan sebanyak 10 kg selama 3 bulan terakhir.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi penyakit dan kecemasan yang ditandai dengan jumlah tidur hanya 3 jam sehari dan sering terjaga.
5. Cemas berhubungan dengan ketakutan akan penyakit yang ditandai dengan pasien selalu memikirkan penyakitnya dan malu bertemu teman.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut teratasi: Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 2-3, tidak ada tanda-tanda inflamasi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
2. Kekuatan otot meningkat: Pasien mampu melakukan pergerakan aktif pada seluruh ekstremitas dengan kekuatan otot 4-5.
3. Status nutrisi membaik: Pasien mempunyai berat badan ideal, tidak ada penurunan berat badan, dan asupan makanan sesuai kebutuhan.
4. Pola tidur membaik: Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari.
5. Kecemasan menurun: Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, mampu mengendalikan pikiran negatif, dan berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis manajemen nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
2. Manajemen Aktivitas dan Latihan:
- Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas
- Berikan latihan gerak aktif dan pasif untuk meningkatkan kekuatan otot
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam beraktivitas
- Evaluasi peningkatan kekuatan otot pasien
3. Manajemen Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai
- Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan makanan
- Evaluasi peningkatan berat badan pasien
4. Manajemen Tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor yang memengaruhinya
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Evaluasi perbaikan pola tidur pasien
5. Manajemen Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan konseling
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping adaptif
- Evaluasi penurunan tingkat kecemasan pasien
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi klinis pasien dengan nada akademis dan perspektif pakar keperawatan. -
Article No. 14879 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki laki berusia 45 tahun di rawat di Rumah Sakit karena mengeluh nyeri pada lutut, bengkak dan tampak merah. Riwayat penyakit sekarang nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 1 Minggu yang lalu, sulit beraktivitas karena nyeri skala nyeri 7, nyeri di rasakan hilang timbul seperti rasa terbakar, pasien tampak meringis dan sesekali memegang lututnya, pasien memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama dimana ibunya juga mengalami Nyeri lutut. Pasien riwayat merokok saat di lakukan pengkajian pasien tidak mengetahui penyakitnya dan sering bertanya tanya pada petugas kesehatan. Derajat ketergantungan parsial care tanda dan gejala setiap mau ke toilet pasti do bantu, rambut tampak kotor, kuku tampak panjang dan jarang sikat gigi. TTV: TD 150/90 N:98x/m, S : 37, P: 20x/m. Hasil pemeriksaan penunjang RF positif. BUAT ASKEP MINIMAL 3 DIAGNOSIS, INTERVENSI 7 IMPLEMENTASI 7, CP 1 HARI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis, kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, dan rancangan asuhan keperawatan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M17.0
- Deskripsi: Osteoartritis, lutut primer
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.47
- Deskripsi: Artroskopi lutut, dengan atau tanpa biopsi
Rancangan Asuhan Keperawatan:
Diagnosis Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (osteoartritis lutut)
- Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor pencetus)
2. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
3. Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan lutut, gunakan alat bantu jika diperlukan
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (kompres dingin, relaksasi, distraksi)
5. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi
6. Berikan edukasi tentang penyebab, manajemen, dan prognosis nyeri
7. Kolaborasi dengan dokter untuk perencanaan pengobatan lebih lanjut
Diagnosis Keperawatan 2: Ketidakefektifan perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik
- Intervensi:
1. Lakukan pengkajian kemampuan perawatan diri pasien (mandi, berpakaian, toileting, makan)
2. Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
3. Ajarkan dan latih pasien melakukan perawatan diri secara mandiri
4. Sediakan alat bantu perawatan diri yang sesuai
5. Berikan motivasi dan dukungan pada pasien untuk meningkatkan kemandirian
6. Edukasi keluarga untuk membantu pasien dalam perawatan diri
7. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan rehabilitasi
Diagnosis Keperawatan 3: Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan kemampuan perawatan diri
- Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda infeksi pada area lutut (nyeri, bengkak, kemerahan, peningkatan suhu)
2. Lakukan perawatan luka dan perawatan kulit secara rutin
3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
4. Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misalnya nilai C-Reactive Protein)
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik jika diperlukan
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan tindak lanjut sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil dalam 1 Hari:
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, manajemen, dan prognosis nyeri lutut
- Pasien dapat melakukan sebagian perawatan diri secara mandiri
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area lutut -
Article No. 14880 | 28 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki laki berusia 45 tahun di rawat di Rumah Sakit karena mengeluh nyeri pada lutut, bengkak dan tampak merah. Riwayat penyakit sekarang nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 1 Minggu yang lalu, sulit beraktivitas karena nyeri skala nyeri 7, nyeri di rasakan hilang timbul seperti rasa terbakar, pasien tampak meringis dan sesekali memegang lututnya, pasien memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama dimana ibunya juga mengalami Nyeri lutut. Pasien riwayat merokok saat di lakukan pengkajian pasien tidak mengetahui penyakitnya dan sering bertanya tanya pada petugas kesehatan. Derajat ketergantungan parsial care tanda dan gejala setiap mau ke toilet pasti do bantu, rambut tampak kotor, kuku tampak panjang dan jarang sikat gigi. TTV: TD 150/90 N:98x/m, S : 37, P: 20x/m. Hasil pemeriksaan penunjang RF positif. BUAT ASKEP MINIMAL 3 DIAGNOSIS, INTERVENSI 7 IMPLEMENTASI 7, CP 1 HARI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut
2. Keterbatasan mobilitas fisik
3. Kesiapan meningkatkan pengetahuan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu oleh nyeri.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik:
- Pasien dapat meningkatkan rentang gerak sendi lutut.
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
3. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan:
- Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
- Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang manajemen penyakitnya.
- Pasien dapat mengungkapkan keinginan untuk terlibat dalam perawatannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri yang tidak terkontrol.
c. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres dingin.
d. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
f. Dokumentasikan respons pasien terhadap intervensi.
g. Berikan dukungan emosional dan psikologis.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik:
a. Lakukan pengkajian kemampuan fungsional pasien.
b. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan rentang gerak dan penguatan otot.
c. Ajarkan pasien latihan rentang gerak dan penguatan otot yang dapat dilakukan secara mandiri.
d. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
e. Lakukan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan.
f. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan kemandirian pasien.
g. Kolaborasi dengan tim perawatan untuk memfasilitasi lingkungan yang mendukung mobilitas pasien.
3. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan:
a. Lakukan pengkajian pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan manajemen perawatannya.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, tanda gejala, dan pengelolaan penyakit.
c. Ajarkan pasien tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan regimen perawatan.
d. Libatkan pasien dalam perencanaan dan pengambilan keputusan perawatan.
e. Fasilitasi pasien untuk mengungkapkan pertanyaan dan kekhawatiran.
f. Kolaborasi dengan tim perawatan untuk menyediakan sumber informasi yang sesuai bagi pasien.
g. Evaluasi pemahaman pasien tentang penyakit dan manajemen perawatannya.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, peningkatan mobilitas fisik, dan peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya. -
Article No. 14881 | 28 Mar 2025
Klinis : isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi isolasi sosial.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
Definisi:
Isolasi sosial adalah keadaan di mana individu mengalami keterasingan atau keterbatasan dalam berinteraksi dengan orang lain secara bermakna.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI merupakan panduan standar dalam menentukan diagnosa keperawatan yang diakui secara nasional.
- Untuk kondisi isolasi sosial, SDKI menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang mempengaruhi diagnosa keperawatan tersebut.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah panduan standar yang menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Dalam kasus isolasi sosial, SLKI mencakup berbagai luaran yang dapat ditetapkan, seperti peningkatan interaksi sosial, peningkatan harga diri, dan peningkatan kualitas hidup.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah panduan standar yang menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Untuk menangani isolasi sosial, SIKI menyediakan berbagai intervensi, seperti terapi kelompok, terapi aktivitas, dan pengembangan jaringan sosial.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan kondisi isolasi sosial. -
Article No. 14882 | 28 Mar 2025
Klinis : Pasien Ny. K berusia 35 tahun post operasi appendicitis. Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasinya, nyeri dirasakan seperti di iris-iris, nyeri dirasakan pada perut kanan bagian bawah, skala nyeri 6, nyeri dirasakan bertambah saat pasien bergerak. TD 130/80, N 84 kali/menit, RR 18 kali/menit. Terapi IVFD RL 20 tetes/menit, cefotaxime 3 x 1 gram, ranitidine 2 x 25 mg, ketorolac 3 x 30 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan appendicitis) ditandai dengan keluhan pasien nyeri pada luka bekas operasi seperti diiris-iris, skala nyeri 6, nyeri bertambah saat bergerak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri menjadi ≤ 4 dalam waktu 24-48 jam.
2. Mobilitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa peningkatan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/skala nyeri)
b. Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai instruksi dokter (ketorolac 3x30 mg)
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (distraksi, relaksasi, kompres hangat)
e. Evaluasi efektivitas tindakan dalam mengurangi nyeri
2. Peningkatan Mobilitas
a. Kaji kemampuan mobilitas pasien
b. Bantu pasien melakukan mobilisasi dini sesuai toleransi (duduk, berjalan)
c. Anjurkan pasien melakukan latihan ROM (Range of Motion) aktif/pasif
d. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk program latihan mobilitas
e. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi appendicitis dengan karakteristik nyeri spesifik seperti diiris-iris, skala nyeri 6, dan bertambah saat bergerak. Luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri menjadi ≤ 4 dan peningkatan mobilitas pasien tanpa peningkatan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri farmakologis (analgesik) dan nonfarmakologis, serta peningkatan mobilitas pasien secara bertahap. Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. -
Article No. 14883 | 28 Mar 2025
Klinis : Tumpukan sendi di sendi siku dan dilakukan operasi pengeluaran cairan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M21.12
- Deskripsi: Tumpukan sendi di sendi siku
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 81.93
- Deskripsi: Aspirasi atau drainase sendi, siku
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 M21.12 mengindikasikan diagnosa "Tumpukan sendi di sendi siku". Tumpukan sendi adalah kondisi di mana sendi terlihat menonjol atau bengkak akibat penumpukan cairan atau zat lain di sekitar sendi.
Dalam kasus ini, dilakukan prosedur operasi pengeluaran cairan dari sendi siku, yang dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM 81.93 "Aspirasi atau drainase sendi, siku". Prosedur ini melibatkan pengeluaran cairan atau zat lain dari dalam sendi melalui tindakan pembedahan atau aspirasi (penyedotan) untuk mengurangi pembengkakan dan gejala yang terkait.
Dengan menggunakan kode-kode tersebut, informasi diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dapat didokumentasikan dengan baik dalam rekam medis pasien. Hal ini penting untuk keperluan perawatan, klaim asuransi, serta analisis epidemiologi dan penelitian medis. -
Article No. 14884 | 28 Mar 2025
Klinis : Tindakan pengekuaran cairan dari sendi siku
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.42
- Deskripsi: Cairan dalam sendi, siku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.92
- Deskripsi: Aspirasi atau pengeluaran cairan sendi, siku
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu tindakan pengekuaran cairan dari sendi siku, maka kode ICD-10 yang sesuai adalah M25.42 yang merujuk pada "Cairan dalam sendi, siku". Ini adalah kode diagnosis yang menggambarkan kondisi adanya cairan berlebih di dalam sendi siku.
Untuk tindakan medis yang dilakukan, yaitu pengekuaran (aspirasi atau pengeluaran) cairan dari sendi siku, maka kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai adalah 81.92. Kode ini mendeskripsikan prosedur aspirasi atau pengeluaran cairan dari sendi, termasuk sendi siku.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk keperluan dokumentasi medis, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 14885 | 28 Mar 2025
Klinis : integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas kulit adalah "Integritas Kulit Terganggu". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis" (PPNI, 2017). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, nutrisi yang tidak adekuat, gangguan sirkulasi, atau paparan terhadap kelembaban dan gesekan yang berlebihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Integritas Kulit Membaik". Luaran ini didefinisikan sebagai "Kondisi kulit yang menunjukkan kondisi yang sehat, utuh, dan berfungsi secara normal" (PPNI, 2019). Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini antara lain: tidak adanya lesi, kulit tetap bersih dan lembab, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan kemampuan untuk menjaga integritas kulit.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Integritas Kulit Membaik", beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Perawatan kulit: Melakukan perawatan kulit secara rutin, seperti memandikan pasien dengan lembut, menggunakan pelembab, dan menjaga kebersihan kulit.
2. Manajemen tekanan: Melakukan tindakan untuk mencegah dan mengurangi tekanan pada kulit, seperti memposisikan pasien dengan baik, menggunakan alat bantu (misalnya alas tempat tidur yang sesuai), dan melakukan mobilisasi.
3. Peningkatan sirkulasi: Melakukan tindakan untuk meningkatkan sirkulasi darah, seperti melakukan terapi panas atau dingin, melakukan latihan pergerakan, dan memberikan perawatan kaki.
4. Nutrisi yang adekuat: Memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, terutama protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk pemeliharaan integritas kulit.
5. Pencegahan infeksi: Melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti menjaga kebersihan kulit, menggunakan teknik aseptik, dan memantau tanda-tanda infeksi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien, diharapkan dapat mencapai luaran "Integritas Kulit Membaik" dan memperbaiki kondisi integritas kulit pasien. -
Article No. 14886 | 28 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk berdahak, suara napas bronkial di paru kanan atas, dan sesak napas pada pasien. Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses penyakit yang menghambat bersihan jalan napas secara normal.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kondisi pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi, di mana asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi status kesehatan dan pemulihan pasien.
c. Intoleransi Aktivitas
Gejala sesak napas yang dialami pasien dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas. Pasien mungkin akan mengalami kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk dan bernapas dengan mudah
- Pasien dapat mengeluarkan sekret/dahak dengan efektif
- Pasien tidak lagi mengalami sesak napas
b. Status Nutrisi
- Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan berat badan sesuai dengan kebutuhan
- Pasien dapat mengonsumsi makanan dengan cukup
- Pasien tidak lagi mengalami penurunan nafsu makan
c. Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi dan pemulihan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Auskultasi suara napas
- Observasi adanya sekret/dahak
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi dokter
- Berikan posisi semi-fowler untuk memudahkan drainase sekret
- Anjurkan pasien untuk latihan batuk efektif dan bernafas dalam
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji status nutrisi pasien (berat badan, lingkar lengan atas, dll.)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan makanan dan suplemen gizi sesuai kebutuhan pasien
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala
c. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas
- Berikan latihan fisik dan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan teknik mengatur energi dan konservasi energi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
- Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan memfasilitasi proses pemulihan. -
Article No. 14887 | 28 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang profesional kesehatan, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi pada paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan rontgen dada, PA dan lateral.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan lesi pada paru) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru yang ditegakkan berdasarkan gejala klinis pasien (batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan) serta hasil pemeriksaan fisik (suara napas bronkial di paru kanan atas) dan rontgen (adanya lesi di paru).
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan rontgen dada, PA dan lateral) merupakan tindakan diagnostik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. Pemeriksaan rontgen dada merupakan salah satu pemeriksaan penunjang penting dalam diagnosis tuberkulosis paru.
Catatan: Untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru yang definitif, diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan bakteriologis (BTA, kultur) dan/atau pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan standar praktik klinis.