Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14982 | 04 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Pasien mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, yang merupakan gejala khas dari infark miokard akut. Nyeri dada hebat ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan membatasi aktivitas pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan pengurangan nyeri dalam skala 0-10 dari tingkat 8 menjadi ≤ 4 dalam waktu 30 menit setelah intervensi.
2. Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, seperti relaksasi napas dalam dan penggunaan obat analgesik.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, yaitu tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan dalam batas normal.
4. Pasien akan melaporkan tidak ada mual atau muntah setelah intervensi.
5. Pasien akan melaporkan berkurangnya keringat dingin setelah intervensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi.
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mengatasi sesak napas.
3. Berikan obat analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri.
5. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan.
6. Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengatasi mual.
7. Berikan kehangatan dan kompres hangat pada ekstremitas untuk mengurangi keringat dingin.
8. Berikan dukungan emosional dan komunikasi terapeutik untuk mengurangi kecemasan pasien.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk penanganan komprehensif.
10. Edukasikan pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan, dan tindakan perawatan yang diberikan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 14983 | 04 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama Pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak napas, riwayat keluhan utama Pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak hari kamis yang lalu. lokasi keluhan utama Keluhan dirasakan pada area dada. Keluhan juga disertai dengan nyeri dan nyeri lebih terasa saat batuk. mulai timbulnya keluhan muncul saat hari kamis diawali dengan nyeri dada. sifat keluhan dirasakan hilang timbul sejak hari kamis namun memberat pada hari minggu tanggal 23 Maret 2025. Keluhan lain yang menyertai adalah Demam dan menggigil. Faktor pencetus yang menimbulkan serangan adalah udara dingin dan area berdebu. Keluhan berkurang jika pasien mengambil posisi tidur berbaring ke samping kiri atau kanan. upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan adalah keluarga membawa pasien ke RS. Riwayat penyakit yang pernah diderita adalah ASMA, cara mengatasinya adalah pasien menghindari area atau lingkungan yang dingin dan berdebu. Riwayat alergi (-), RIwayat operasi Operasi pemasangan pan pada area tulang di kedua paha Tahun 2022 di RSU SILOAM Kupang. Merokok (-), Minum alkohol (-), minum kopi (-). • Tekanan Darah : 114/68 mmHg • Nadi : 116x/Menit • Pernapasan : 30x/Menit • Suhu Badan : 36,8ºc • SPO2 : 94% a. Kepala • Keadaan kepala : Simetris • Sakit kepala : Tidak • Pusing : Tidak • Bentuk, ukuran dan posisi : Normal • Lesi : Tidak ada • Massa : Tidak ada • Observasi wajah : Simetris b. Penglihatan : Baik • Konjungtiva : Normal • Sklera : Putih • Pakai kaca mata : Ya (untuk membaca) • Penglihatan kabur : Ya (membaca tulisan yang kecil) • Nyeri : Tidak ada • Peradangan : Tidak ada • Operasi (Jenis,waktu,tempat) : Tidak ada c. Pendengaran • Gangguan pendengaran : Tidak • Nyeri : Tidak • Peradangan : Tidak d. Hidung • Alergi Rhinitus : Tidak • Riwayat polip : Tidak • Sinusitis : Tidak • Epistaksis : Tidak e. Tenggorokan dan Mulut • Keadaan gigi : lengkap • Caries : Tidak • Memakai gigi palsu : Tidak • Gangguan bicara : Tidak • Gangguan menelan : Tidak • Pembesaran kelenjar leher : Tidak a. Nyeri dada : Nyeri dirasakan sejak hari kamis dan memberat pada hari minggu. Nyeri memberat juga saat pasien batuk b. Inspeksi • Kesadaran/GCS ; Komposmentis/ E4V5M6 • Bentuk dada : simetris • Bibir : Normal • Kuku : Normal • CRT : Normal • Tangan : Normal • Kaki : Normal • Sendi : Normal • Ictus cordis/Apical Pulse : Teraba • Vena jugularis : Teraba c. Perkusi • Pembesaran jantung : Tidak ada d. Auskultasi • BJ 1 : Normal • BJ 2 : Normal • Murmur : Tidak • Gallop : Tidak a. Keluhan : batuk disertai sesak napas sejak hari kamis lalu dan memberat pada 1 hari yang lalu sebelum MRS b. Inspeksi • Jejas : Tidak • Bentuk dada : Simetris • Jenis pernapasan : Dispnea • Irama pernapasan : Tidak teratur • Retraksi otot pernapasan : Tidak • Penggunaan alat bantu pernapasan : Nasal kanus 3 Lpm c. Perkusi • Cairan : Tidak • Massa : Tidak d. Auskultasi • Inspirasi : Abnormal • Ekspirasi : Abnormal • Ronchi : Ya • Wheezing : Tidak • Krepitasi : Tidak • Rales : Tidak e. Clubbing Finger : Tidak 5. SISTEM PENCERNAAN a. Keluhan : Tidak ada keluhan b. Inspeksi • Turgor kulit : normal • Keadaan bibir : kering • Keadaan rongga mulut - Warna mukosa : merah muda - Luka/perdarahan : Tidak ada - Tanda-tanda radang : Tidak ada - Keadaan gusi : Normal • Keadaan abdomen - Warna kulit : kuning langsat - Luka : Tidak - Pembesaran : Tidak • Keadaan rektal - Luka : Tidak - Perdarahan : Tidak - Haemoroid : Tidak - Lecet/tumor/bengkak : Tidak c. Auskultasi • Bising usus/peristaltic : 10x/menit d. Perkusi • Cairan : Normal • Udara : Normal e. Palpasi • Tonus otot : Normal • Nyeri : Normal • Massa : Normal 6. SISTEM PERSYARAFAN a. Keluhan ; Tidak ada keluhan b. Tingkat kesadaran : Komposmentis c. GSC : E4V5M6 d. Pupil : isokor e. Kejang : Tidak f. Jenis kelumpuhan : Tidak g. Parasthesia : Tidak h. Koordinasi gerak : Tidak i. Cranial Nerves : Tidak j. Reflexes : Normal 7. SISTEM MUSKULOSKELETAL a. Keluhan : pasien terkadang mengalami nyeri pada kedua tungkai bawah sejak pemasangan PAN pada pangkal kedua paha di tahun 2022 b. Kelainan Ekstremitas : Tidak ada c. Nyeri otot : Nyeri otot paha d. Nyeri Sendi : Tidak ada e. Refleksi sendi : Normal f. Kekuatan otot 5 5 4 4 Keluhan pergerakan ekstremitas bagian bawah sejak di RS 8. SISTEM INTEGUMEN a. Rash : Tidak ada b. Lesi : Tidak ada c. Turgor : elastis d. Warna : kuning langsat e. Kelembaban : Normal f. Petechie : Tidak ada g. Lain lain : Tidak ada 9. SISTEM PERKEMIHAN a. Gangguan • kencing menetes : Tidak ada • inkontinensia retensi : Tidak ada • gross hematuri : Tidak ada • dysuria : Tidak ada • poliuri : Tidak ada • oliguri : Tidak ada • anuri : Tidak ada b. Alat bantu (kateter,dll) : Tidak ada c. Kandung kencing : tidak membesar d. Nyeri tekan : Tidak ada e. Produksi urine : pengeluaran urine 6-9x/hari f. Intake • Oral : 1.600cc/hari • Parenteral : 535 cc g. Bentuk kelamin : Tidak dikaji h. Uretra : Tidak dikaji 10. SISTEM ENDOKRIN a. Keluhan : Tidak ada b. Pembesaran Kelenjar : Tidak ada c. Lain – lain : Tidak ada 11. SISTEM REPRODUKSI a. Keluhan : Tidak ada b. Wanita: Siklus menstruasi : Menopause • Keadaan payudara : Normal • Riwayat Persalinan : G3P3A0 • Abortus : Tidak ada • Pengeluaran pervagina : Tidak ada • Lain-lain : Tidak ada c. Pria • Pembesaran prostat : Tidak ada d. Lain-lain 12. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (ADL) a. Nutrisi • Kebiasaan - Pola makan : Pola makan baik sebelum MRS - Frekuensi makan : 3x/sehari dengan konsumsi nasi, sayur dan lauk pauk - Nafsu makan : baik - Makanan pantangan : Tidak ada - Makanan yang disukai : buah-buahan - Banyaknya minuman dalam sehari : 1.900cc/hari - Jenis minuman dan makanan yang tidak disukai : Tidak ada - BB : 47 kg - TB : 151 cm - IMT: 20,6 (Berat badan ideal) - Kenaikan/Penurunan BB: 2 kg, dalam waktu: 4 hari • Perubahan selama sakit b. Eliminasi • Buang air kecil (BAK) - Frekuensi dalam sehari : 7-8x/hari - Warna : kuning jernih - Bau ; Khas - Jumlah/ hari : ±2.000cc • Buang air besar (BAB) - Kebiasaan : Normal - Frekuensi dalam sehari : 1-2x/hari - Warna : coklat - Bau : khas feses - Konsistensi ; lembek - Perubahan selama sakit : tidak ada c. Olah raga dan Aktivitas • Tidur malam jam : 22.00 Wita • Bangun jam : 06.00 Wita • Tidur siang jam : 14.00 Wita • Bangun jam : 17.00 Wita • Apakah mudah terbangun : Tidak ada • Apa yang dapat menolong untuk tidur nyaman : menonton TV d. Istirahat dan tidur 13. POLA INTERAKSI SOSIAL a. Siapa orang yang penting/ terdekat : anak-anak b. Organisasi sosial yang diikuti : Tidak ada c. Keadaan rumah dan lingkungan : dalam keadaan bersih dengan kebiasaan membersihkan rumah setiap hari d. Status rumah : Milik sendiri - Cukup / tidak : - Bising / tidak: - Banjir / tidak : e. Jika mempunyai masalah apakah dibicarakan dengan orang lain yang dipercayai/ terdekat : anak-anak f. Bagaimana anda mengatasi suatu masalah dalam keluarga: diskusi dan berbagi Bersama keluarga g. Bagaimana interaksi dalam keluarga : baik 14. KEGIATAN KEAGAMAAN/ SPIRITUAL a. Ketaatan menjalankan ibadah : ibadah mingguan dan ibadah dalam keluarga b. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan : tidak ada 15. KEADAAN PSIKOLOGIS SELAMA SAKIT a. Persepsi klien terhadap penyakit yang diderita: pasien mengatakan optimis jika penyakit yang diderita dapat disembuhkan dengan penuh keyakinan. b. Persepsi klien terhadap keadaan kesehatannya : pasien mengatakan status kesehatannya dapat diatasi jika mengikuti pengobatan yang teratur. c. Pola interaksi dengan tenaga kesehatan dan lingkungannya : baik 16. DATA LABORATORIUM & DIAGNOSTIK TEST No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Tanggal 23/3/25 24/3/25 25/3/25 1 WBC 4.000 – 10.000 /µL 21,53 2 RBC 4,2 – 5,4 juta/µL 5,24 3 NATRIUM 135 – 145 mEq/L 133 4 KALIUM 3,5 – 5,1 mEq/L 2,60 5 KALSIUM 8,5 – 10,5 mg/dL 0,956 6 ALBUMIN 3,5 – 5,0 g/dL 3,2 7 NATRIUM 135 – 145 mEq/L 138,9 8 KALIUM 3,5 – 5,1 mEq/L 3,48 9 KLORIDA 96 – 106 mEq/L 109,8 10 KALSIUM 8,5 – 10,5 mg/dL 1,132 11 GDS < 200 mg/dL 231 12 TROPONIN < 15 ng/L 14,2 13 ANTI-HIV NON REAKTIF NON REAKTIF Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil 24/3/2025 Sputum Tidak ditemukan mycobacterium TB 24/3/2025 Sputum gram 1. Batang gram negative ; basil soliter (3+) 2. Batang gram positif ; tidak ditemukan 3. Kokus gram negative ; coccus gerombol (2=) Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil 23/3/2025 Thorax Peradangan paru dapat merupakan proses spesifik, Cor tak tampak kelainan, kesan ; Dispneumonia Foto gigi dan mulut - Foto oesophagus, lambung, dan usus halus - Cholescystogram - Foto colon -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Sekret yang berlebihan, lemahnya batuk, dan obstruksi jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Kekakuan dinding dada, perubahan mekanika pernapasan, dan kelelahan otot pernapasan.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
Penyebab: Agen cedera biologis, seperti proses penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Meningkat
Kriteria hasil:
a. Pasien mampu mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
b. Tidak ada obstruksi jalan napas.
c. Suara napas normal.
2. Pola Napas Membaik
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas normal.
b. Irama napas teratur.
c. Kedalaman napas adekuat.
3. Nyeri Terkontrol
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan kepala dan leher terangkat untuk memfasilitasi drainase sekret.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika perlu.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
b. Manajemen Batuk
- Ajarkan teknik batuk efektif.
- Anjurkan pasien untuk melakukan deep breathing dan batuk setiap 1-2 jam.
c. Pemantauan Pernapasan
- Kaji frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Pantau adanya penggunaan otot tambahan dan retraksi dinding dada.
2. Pola Napas Tidak Efektif
a. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan kepala dan leher terangkat untuk memfasilitasi ventilasi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
b. Manajemen Pernapasan
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik.
- Anjurkan pasien untuk melakukan deep breathing dan batuk setiap 1-2 jam.
c. Pemantauan Pernapasan
- Kaji frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Pantau adanya penggunaan otot tambahan dan retraksi dinding dada.
3. Nyeri Akut
a. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
b. Dokumentasi
- Catat respon pasien terhadap intervensi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Catatan: Intervensi keperawatan di atas merupakan contoh yang dapat diterapkan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang teridentifikasi. Evaluasi dan modifikasi intervensi dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 14961 | 03 Apr 2025
Klinis : post stroke
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi post stroke:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I69
- Deskripsi: Konsekuensi serebrovaskular akibat penyakit serebrovaskular sebelumnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.20-93.29
- Deskripsi: Terapi fisik, okupasi, dan terapi wicara; Terapi rehabilitasi pasca cedera, penyakit, atau tindakan medis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I69 mencakup berbagai konsekuensi serebrovaskular yang dapat terjadi setelah stroke, seperti hemiplegia, afasia, disfagia, dan gangguan lainnya yang berkaitan dengan fungsi neurologis.
2. Kode ICD-9-CM 93.20-93.29 mencakup berbagai jenis terapi rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien post stroke, seperti terapi fisik, okupasi, dan wicara, untuk membantu pemulihan fungsi dan kemampuan pasien.
Pemilihan kode yang tepat bergantung pada kondisi klinis pasien dan rincian tindakan medis yang dilakukan. Evaluasi dan dokumentasi yang cermat oleh tenaga kesehatan sangat penting untuk memastikan kodefikasi yang akurat. -
Article No. 14962 | 03 Apr 2025
Klinis : stroke karena sumbatan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi stroke karena sumbatan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63
- Deskripsi: Infark serebri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.11
- Deskripsi: Trombektomi perkutan dari arteri serebral
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I63 untuk Infark serebri mencakup semua jenis stroke iskemik, termasuk stroke karena sumbatan. Kode ini mencakup infark serebri akibat trombosis, emboli, atau kondisi lain yang menyebabkan oklusi atau stenosis pembuluh darah serebral.
2. Kode ICD-9-CM 38.11 untuk Trombektomi perkutan dari arteri serebral menggambarkan prosedur bedah untuk membuang bekuan darah atau plak yang menyumbat pembuluh darah serebral. Prosedur ini dilakukan secara perkutan (melalui kulit) untuk membuka kembali aliran darah ke otak dan menghentikan infark serebri.
Pengkodean yang tepat dan terstruktur seperti ini membantu dalam dokumentasi medis yang akurat, pemantauan penyakit, pengkajian kualitas perawatan, serta perhitungan biaya perawatan yang sesuai. -
Article No. 14963 | 03 Apr 2025
Klinis : Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Harga Diri Rendah Kronis" (D.0086):
1. Kode ICD-10:
- Kode: F34.1
- Deskripsi: Distimia (Persistent Depressive Disorder)
Penjelasan:
Distimia, atau Persistent Depressive Disorder, adalah kondisi depresi kronis yang ditandai dengan perasaan putus asa, rendah diri, dan kurangnya minat atau motivasi yang berlangsung setidaknya selama 2 tahun. Hal ini sering dikaitkan dengan harga diri rendah sebagai salah satu gejala utamanya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.44
- Deskripsi: Psikoterapi, individual
Penjelasan:
Dalam penanganan kondisi harga diri rendah kronis, psikoterapi individual dapat menjadi salah satu intervensi yang direkomendasikan. Psikoterapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan pemahaman yang lebih positif tentang dirinya, meningkatkan rasa harga diri, dan mengatasi gejala depresi yang menyertai.
Kode ICD-9-CM 94.44 mencakup berbagai jenis psikoterapi individual, termasuk terapi kognitif-perilaku, terapi interpersonal, dan pendekatan psikodinamik, yang dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan preferensi pasien. -
Article No. 14965 | 03 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien diusir oleh saudaranya Keponakannya berjanji mengunjunginya di panti werdha namun tidak pernah datang Pasien mengalami gejala seperti, perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, kelelahan. DO: Skor kecemasan: 28 Skor depresi: 21
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien ini dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.2
- Deskripsi: Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan akan berfokus pada terapi psikologis dan farmakologis untuk mengatasi episode depresi.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala depresi berat, termasuk perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, dan kelelahan. Skor kecemasan pasien adalah 28 dan skor depresi adalah 21, yang menunjukkan adanya gangguan depresi berat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh stres psikososial, seperti pengabaian oleh keluarga dan hilangnya dukungan sosial. Penanganan yang tepat diperlukan untuk membantu pasien pulih dari episode depresi berat ini. -
Article No. 14966 | 03 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien diusir oleh saudaranya Keponakannya berjanji mengunjunginya di panti werdha namun tidak pernah datang Pasien mengalami gejala seperti, perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, kelelahan. DO: Skor kecemasan: 28 Skor depresi: 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Depresi
Penjelasan:
- Risiko Depresi merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan adanya kemungkinan seseorang mengalami depresi.
- Pasien menunjukkan gejala-gejala depresi seperti perasaan putus asa, sulit tidur, kehilangan minat pada aktivitas, sering menangis, perasaan tidak berharga, dan kelelahan.
- Skor depresi yang tinggi, yaitu 21, juga mendukung diagnosis ini.
2. Kesepian
Penjelasan:
- Kesepian merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan pengalaman subjektif individu merasa terisolasi dan kekurangan hubungan sosial yang memuaskan.
- Pasien diusir oleh saudaranya dan keponakannya tidak pernah mengunjunginya di panti werdha, sehingga menimbulkan perasaan kesepian.
- Kesepian dapat berkontribusi pada munculnya gejala depresi pada pasien.
3. Kecemasan
Penjelasan:
- Kecemasan merupakan diagnosa keperawatan yang diambil dari SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang menggambarkan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan tentang sesuatu yang akan terjadi dengan hasil yang tidak pasti.
- Skor kecemasan pasien yang tinggi, yaitu 28, menggambarkan adanya kecemasan yang dialami oleh pasien.
- Kecemasan dapat menjadi faktor pencetus atau pemicu munculnya gejala depresi pada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14967 | 03 Apr 2025
Klinis : Nyeri punggung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri punggung.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan:
- Cedera muskuloskeletal
- Proses penyakit
- Stres emosional
Gejala dan Tanda:
- Melaporkan pengalaman nyeri
- Perubahan tanda-tanda vital
- Perubahan ekspresi wajah
- Perubahan pola tidur
- Perubahan aktivitas
Rencana Asuhan Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang efektif
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi Nyeri Akut
- Faktor yang Berhubungan
- Gejala dan Tanda Mayor dan Minor
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengontrolan Nyeri
- Kenyamanan Fisik
- Fungsi Fisik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Terapi Modalitas Nyeri
- Edukasi Manajemen Nyeri
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk membantu pasien dengan nyeri punggung mengatasi masalah kesehatannya. -
Article No. 14968 | 03 Apr 2025
Klinis : Poliklinik rehabilitasi medik: pasien mengeluh nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronis Berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai dengan adanya keluhan nyeri yang menetap di daerah pinggang, yang mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, meningkatkan aktivitas fungsional, dan mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen nyeri, terapi modalitas, edukasi, dan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi.
Sebagai perawat, kami akan melakukan assessment komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal, mengelola nyeri kronis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14969 | 03 Apr 2025
Klinis : Poliklinik rehabilitasi medik: pasien mengeluh nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri pinggang di poliklinik rehabilitasi medik.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri kronik berhubungan dengan penyakit muskuloskeletal, seperti osteoarthritis, herniated disc, atau muscle strain.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, dengan onset yang lambat dan berlangsung lama.
- Faktor-faktor yang berhubungan: Penyakit muskuloskeletal, cedera, stress psikologis, faktor-faktor fisik (postur, aktivitas, dan lain-lain).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit yang dirasakan.
- Toleransi aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengurangi atau menghilangkan sumber nyeri serta meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
- Terapi latihan: Intervensi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan koordinasi otot.
Dalam penanganan pasien dengan nyeri pinggang di poliklinik rehabilitasi medik, perawat dapat melakukan assessment yang komprehensif, memberikan intervensi manajemen nyeri (seperti terapi latihan, terapi modalitas, dan edukasi), serta memantau luaran yang diharapkan seperti kontrol nyeri dan toleransi aktivitas pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti fisioterapis, juga diperlukan untuk optimalisasi penanganan pasien.