Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16957 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 5 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00030
2. Definisi SDKI:
Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
3. Definisi SLKI:
Intervensi Keperawatan untuk Meningkatkan Bersihan Jalan Napas
Kode SLKI: 0406
4. Definisi SIKI:
Tindakan Keperawatan untuk Meningkatkan Jalan Napas
Kode SIKI: 11010
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 5 hari, yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan. Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas secara efektif, yang dapat menghambat pertukaran gas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SLKI adalah "Meningkatkan Bersihan Jalan Napas", yang mencakup tindakan-tindakan untuk memfasilitasi pembersihan dan pemeliharaan saluran napas pasien. Sementara itu, SIKI memberikan definisi tindakan keperawatan yang lebih spesifik, yaitu "Meningkatkan Jalan Napas", yang dapat mencakup aktivitas seperti memberikan oksigen, memantau pola napas, dan melakukan suction bila diperlukan.
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar/perawat, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif. -
Article No. 16958 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 5 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan, yakni dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 5 hari, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Kode: 00030
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Permeabilitas Jalan Napas Membaik (1910)
Definisi: Tingkat kemampuan untuk mempertahankan saluran napas bebas dari obstruksi.
Kode: 1910
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembersihan saluran napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Kode: 3140
Dengan nada akademis, persona pakar dan perawat, penjelasan singkat mengenai kondisi pasien tersebut adalah sebagai berikut:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek yang telah berlangsung selama 5 hari. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan, di mana terdapat sekret yang menghambat aliran udara di saluran napas. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang ditandai dengan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga fungsi pernapasan menjadi terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, dengan tujuan untuk memfasilitasi pembersihan saluran napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. Luaran yang diharapkan adalah Permeabilitas Jalan Napas Membaik, dengan tingkat kemampuan pasien untuk mempertahankan saluran napas bebas dari obstruksi. -
Article No. 16959 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami keluhan demam, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti proses infeksi, respon imun, atau gangguan regulasi suhu tubuh.
- Karakteristik Definisi: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, sakit kepala, menggigil, dan mungkin disertai tanda-tanda infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Keperawatan Hipertermia, Luaran/Output yang diharapkan adalah:
1. Suhu Tubuh Terkendali
- Definisi: Keadaan di mana suhu tubuh pasien kembali ke dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh pasien berada dalam rentang 36,5°C - 37,5°C.
b. Pasien tidak lagi mengeluhkan gejala seperti menggigil atau tubuh terasa panas.
c. Tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Suhu Tubuh Terkendali, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Hipertermia
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat di atas normal.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Mengukur suhu tubuh pasien secara teratur (minimal setiap 4 jam).
b. Memberikan kompres hangat/dingin pada area aksila, leher, dan lipatan paha untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
c. Memberikan obat antipiretik sesuai resep dokter untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
d. Memastikan pasien mengonsumsi cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
e. Menjaga lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi pasien.
f. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
g. Mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI Hipertermia:
- Hipertermia adalah Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan demam. Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti proses infeksi, respon imun, atau gangguan regulasi suhu tubuh.
- Karakteristik definisi dari Hipertermia mencakup suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, sakit kepala, menggigil, dan mungkin disertai tanda-tanda infeksi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) - Suhu Tubuh Terkendali:
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Keperawatan Hipertermia adalah Suhu Tubuh Terkendali.
- Suhu Tubuh Terkendali didefinisikan sebagai keadaan di mana suhu tubuh pasien kembali ke dalam rentang normal, yaitu 36,5°C - 37,5°C.
- Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah pasien tidak lagi mengeluhkan gejala seperti menggigil atau tubuh terasa panas, serta tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) - Manajemen Hipertermia:
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai Luaran/Output Suhu Tubuh Terkendali adalah Manajemen Hipertermia.
- Manajemen Hipertermia adalah tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat di atas normal.
- Aktivitas Keperawatan dalam Manajemen Hipertermia mencakup pengukuran suhu tubuh secara teratur, pemberian kompres hangat/dingin, pemberian obat antipiretik, memastikan asupan cairan yang cukup, menjaga lingkungan yang sejuk dan nyaman, memantau tanda-tanda vital, serta mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kondisi demam, penting bagi perawat untuk mengidentifikasi Diagnosa Keperawatan yang sesuai, menetapkan Luaran/Output yang diharapkan, dan merancang Intervensi Keperawatan yang komprehensif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16960 | 08 May 2025
Klinis : pasien luka luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan luka-luka.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan luka-luka, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Integritas Kulit Terganggu". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada struktur dan fungsi kulit sehingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti infeksi, perdarahan, atau gangguan mobilitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Integritas Kulit Membaik: Pasien menunjukkan perbaikan pada luka, tidak ada tanda-tanda infeksi, penyembuhan luka berjalan baik, dan tidak ada komplikasi yang timbul.
2. Risiko Infeksi Menurun: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan pada area luka.
3. Mobilitas Fisik Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa mengalami hambatan dari luka yang ada.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan Luka:
- Melakukan penilaian luka secara komprehensif, termasuk lokasi, ukuran, kedalaman, tipe, dan stadium luka.
- Membersihkan luka dengan cairan antiseptik atau saline sesuai prosedur.
- Mengganti balutan luka secara teratur dan sesuai dengan kondisi luka.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan intervensi yang sesuai.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai intensitas nyeri pasien menggunakan skala yang sesuai.
- Memberikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi kompres.
3. Peningkatan Mobilitas:
- Mengkaji kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menghambat.
- Menyusun rencana latihan dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Memberikan bantuan atau alat bantu mobilitas yang dibutuhkan.
- Memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan mobilitas.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada perbaikan integritas kulit, pencegahan infeksi, serta peningkatan mobilitas, diharapkan pasien dengan luka-luka dapat memperoleh luaran yang optimal sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan. -
Article No. 16961 | 08 May 2025
Klinis : Wanita usia 70 tahun mengeluh mata sering berair, leher terasa kaku, sakit kepala sejak 3 hari. Tensi 160/90
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan Penglihatan
Definisi: Perubahan kemampuan visual yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Proses penuaan, kelainan anatomi atau fisiologis.
2. Nyeri Kepala
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
Faktor yang Berhubungan: Peningkatan tekanan intrakranial, ketegangan otot, penyakit vaskuler.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu oksigenasi dan metabolisme jaringan otak.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan hemodinamik, proses penuaan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Penglihatan:
- Pasien dapat melaporkan penurunan gejala mata berair.
- Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari terkait penglihatan.
2. Nyeri Kepala:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas dan durasi nyeri kepala.
- Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari tanpa terganggu nyeri kepala.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan kesadaran dan fungsi kognitif.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Penglihatan:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan perawatan mata.
- Edukasi pasien tentang perawatan mata, penggunaan obat tetes mata, dan pencegahan iritasi mata.
- Monitoring tanda-tanda peradangan atau infeksi mata.
2. Nyeri Kepala:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan pengobatan nyeri kepala.
- Manajemen nyeri dengan pemberian analgesik sesuai instruksi dokter.
- Terapi relaksasi, seperti kompres hangat atau dingin pada kepala.
- Edukasi pasien tentang strategi mengatasi nyeri kepala.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan pengobatan hipertensi.
- Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
- Edukasi pasien tentang manajemen hipertensi, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan.
- Intervensi untuk menjaga stabilitas hemodinamik, seperti pemberian cairan atau obat antihipertensi.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu wanita usia 70 tahun dengan keluhan mata sering berair, leher terasa kaku, sakit kepala sejak 3 hari, dan tekanan darah 160/90 mmHg, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Penglihatan, Nyeri Kepala, dan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral. Masing-masing diagnosa memiliki definisi, faktor yang berhubungan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Diagnosa Gangguan Penglihatan berkaitan dengan perubahan kemampuan visual yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, yang disebabkan oleh proses penuaan dan kelainan anatomi atau fisiologis. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan gejala mata berair dan menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari terkait penglihatan. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien, dan monitoring tanda-tanda peradangan atau infeksi mata.
Diagnosa Nyeri Kepala berkaitan dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala, yang dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, ketegangan otot, atau penyakit vaskuler. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas dan durasi nyeri kepala, serta menunjukkan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari tanpa terganggu nyeri kepala. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan edukasi pasien.
Diagnosa Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu oksigenasi dan metabolisme jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh perubahan hemodinamik dan proses penuaan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan kesadaran dan fungsi kognitif, serta tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, pemantauan tanda-tanda vital, edukasi pasien tentang manajemen hipertensi, dan intervensi untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup terkait kondisi kesehatannya. -
Article No. 16962 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3 Pertanyaan: 1. Sebutkan masalah keperawatan berdasarkan kasus diatas! 2. Buatlah Askep pada bayi tersebut!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas kasus ini secara rinci.
1. Masalah Keperawatan Berdasarkan Kasus:
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan prematuritas dan sindrom gawat napas, ditandai dengan pernapasan 55x/menit, terdengar suara napas ronkhi, dan saturasi oksigen 88%.
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan riwayat instabilitas suhu di pagi hari.
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan pemberian nutrisi enteral melalui OGT.
2. Asuhan Keperawatan:
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- Bayi menunjukkan peningkatan frekuensi pernapasan yang normal (40-60x/menit)
- Bayi menunjukkan perbaikan suara napas, tidak ada suara ronkhi
- Bayi menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (≥95%)
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
- Bayi mempertahankan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda instabilitas suhu
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Bayi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat melalui pemberian nutrisi enteral
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman napas
- Pantau saturasi oksigen dan lakukan sesuai target
- Berikan oksigen melalui CPAP sesuai kebutuhan
- Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan posisi semi-Fowler atau miring untuk memfasilitasi pernafasan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat-obatan yang mendukung fungsi pernapasan
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan lingkungan yang hangat dan nyaman
- Lakukan tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, seperti penggunaan inkubator atau pemanas radiant
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi untuk menstabilkan suhu tubuh
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan nutrisi enteral melalui OGT sesuai kebutuhan dan toleransi bayi
- Lakukan pemeriksaan laboratorium terkait nutrisi (electrolyte, glukosa, dll)
- Kolaborasi dengan dokter dalam penentuan jumlah dan komposisi nutrisi yang tepat
Penjelasan rinci:
Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu dan berat badan lahir 1800 gram, saat ini dirawat di ruang NICU selama 3 hari. Berdasarkan hasil pengkajian, bayi tampak lemah, terpasang CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21%, serta terpasang OGT. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya asidosis metabolik dengan pH 7,34, pCO2 29 mmHg, pO2 141 mmHg, HCO3 15,6 mmol/L, TCO2 16,5 mmol/L, dan BE -9,3 mmol/L.
Masalah keperawatan yang teridentifikasi adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan prematuritas dan sindrom gawat napas, yang ditandai dengan pernapasan 55x/menit, suara napas ronkhi, dan saturasi oksigen 88%.
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan riwayat instabilitas suhu di pagi hari.
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan pemberian nutrisi enteral melalui OGT.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Bayi menunjukkan peningkatan frekuensi pernapasan yang normal (40-60x/menit)
- Bayi menunjukkan perbaikan suara napas, tidak ada suara ronkhi
- Bayi menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (≥95%)
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh:
- Bayi mempertahankan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda instabilitas suhu
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Bayi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat melalui pemberian nutrisi enteral
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman napas
- Pantau saturasi oksigen dan lakukan sesuai target
- Berikan oksigen melalui CPAP sesuai kebutuhan
- Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan posisi semi-Fowler atau miring untuk memfasilitasi pernafasan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat-obatan yang mendukung fungsi pernapasan
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan lingkungan yang hangat dan nyaman
- Lakukan tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, seperti penggunaan inkubator atau pemanas radiant
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi untuk menstabilkan suhu tubuh
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan nutrisi enteral melalui OGT sesuai kebutuhan dan toleransi bayi
- Lakukan pemeriksaan laboratorium terkait nutrisi (electrolyte, glukosa, dll)
- Kolaborasi dengan dokter dalam penentuan jumlah dan komposisi nutrisi yang tepat -
Article No. 16963 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan prematuritas dan sindrom distres napas.
2. Risiko ketidakstabilan suhu berhubungan dengan prematuritas.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya alat invasif (OGT, CPAP).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
- Bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- Bayi dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda distres napas.
2. Ketidakstabilan suhu:
- Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda instabilitas suhu.
3. Risiko infeksi:
- Bayi tidak mengalami infeksi selama perawatan.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area alat invasif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk pernapasan dan saturasi oksigen.
- Pertahankan airway yang paten dengan memposisikan bayi secara tepat.
- Lakukan suction pada lendir atau sekret yang mengganggu pernafasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan CPAP (PEEP, FiO2) sesuai kondisi bayi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
2. Ketidakstabilan suhu:
- Pantau suhu tubuh bayi secara berkala.
- Pertahankan suhu lingkungan yang sesuai untuk menjaga stabilitas suhu tubuh bayi.
- Lakukan tindakan untuk mencegah kehilangan panas, seperti pembungkusan, penggunaan inkubator, dll.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian thermoregulasi farmakologis jika diperlukan.
3. Risiko infeksi:
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
- Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan invasif.
- Pantau tanda-tanda infeksi pada area alat invasif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik profilaksis jika diperlukan.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan orang sakit.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan data pengkajian yang menunjukkan adanya masalah keperawatan pada bayi, yaitu ketidakefektifan pola napas, risiko ketidakstabilan suhu, dan risiko infeksi. Luaran/output yang diharapkan sesuai dengan SLKI mencakup target yang ingin dicapai untuk setiap diagnosa keperawatan, seperti mempertahankan pola napas yang efektif, suhu tubuh yang stabil, dan mencegah terjadinya infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) mencakup tindakan-tindakan spesifik yang perlu dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan CPAP, tindakan untuk menjaga stabilitas suhu, dan upaya pencegahan infeksi. -
Article No. 16964 | 08 May 2025
Klinis : anjurkan pasien tidur siang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dengan kode dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "anjurkan pasien tidur siang":
Diagnosa Keperawatan:
Pola Tidur Terganggu (00198)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00198
Definisi: Terganggunya kualitas dan/atau kuantitas tidur yang dialami individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-00198
Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP-00198
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan mempertahankan pola tidur yang adekuat pada individu.
Penjelasan singkat:
Diagnosa Keperawatan "Pola Tidur Terganggu" menggambarkan kondisi dimana terjadi gangguan kualitas dan/atau kuantitas tidur yang dialami oleh individu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, nyeri, atau lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur.
Untuk mengatasi kondisi ini, perawat dapat memberikan intervensi sesuai dengan SIKI, yaitu melakukan serangkaian kegiatan untuk memfasilitasi dan mempertahankan pola tidur yang adekuat pada pasien. Intervensi tersebut dapat berupa edukasi tentang pentingnya tidur siang, pengaturan lingkungan yang nyaman untuk tidur, dan teknik relaksasi untuk membantu pasien tertidur.
Dengan adanya intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang sesuai dengan SLKI, yaitu keadaan individu yang menunjukkan pola tidur yang adekuat. -
Article No. 16965 | 08 May 2025
Klinis : caries gigi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis caries gigi, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait, dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K02
- Deskripsi: Caries gigi
Caries gigi adalah kerusakan pada struktur gigi yang disebabkan oleh proses demineralisasi akibat aktivitas bakteri pada permukaan gigi. Caries dapat terjadi pada bagian mahkota, leher, atau akar gigi. Kode ICD-10 K02 mencakup berbagai jenis caries gigi, seperti caries pada email, dentin, sementum, atau bagian gigi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 23.1X
- Deskripsi: Penambalan/restorasi gigi, dengan berbagai kode sub-kategori untuk jenis penambalan yang dilakukan (misalnya 23.11 untuk penambalan amalgam, 23.13 untuk penambalan komposit, dll.)
Prosedur yang umum dilakukan untuk menangani caries gigi adalah penambalan atau restorasi gigi, di mana material restorasi digunakan untuk mengisi dan menutup area yang rusak pada gigi. Kode ICD-9-CM 23.1X mencakup berbagai jenis prosedur penambalan, sesuai dengan bahan yang digunakan dan lokasi penambalan pada gigi. -
Article No. 16966 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran atau output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi bayi X yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032) berhubungan dengan imaturitas paru-paru dan penurunan surfaktan, ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen yang rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415): Bayi dapat menunjukkan pola napas yang teratur, tidak ada retraksi dada, frekuensi napas dalam batas normal, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
a. Pantau pernapasan bayi (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas)
b. Atur CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21% untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
c. Berikan posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
d. Berikan suplementasi oksigen jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen
e. Lakukan aspirasi lendir jika ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
2. Manajemen Oksigenasi (3320)
a. Pantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximetri
b. Atur parameter CPAP untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen
3. Manajemen Suhu Tubuh (3900)
a. Pantau suhu tubuh bayi secara teratur
b. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal menggunakan inkubator atau pemancar panas
c. Lakukan tindakan untuk mencegah kehilangan panas (membungkus bayi, menggunakan selimut, dll.)
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena bayi menunjukkan tanda-tanda seperti peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen yang rendah, yang berhubungan dengan imaturitas paru-paru dan penurunan surfaktan. Luaran atau output yang diharapkan adalah bayi dapat menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada retraksi dada, dan saturasi oksigen dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen suhu tubuh untuk mendukung pernafasan bayi dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.