Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15101 | 08 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 57 tahun, dirawat di ruang GICU, Hasil pengkajian: luka bakar pada dada, perut, ke dua tangan, dan ke dua kaki, penurunan kesadaran, tampak kebingungan, gelisah, akral dingin, TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 104 x/menit, napas cepat, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 39oC, SaO2 90%, AGD : pH : 7.31, pCO2: 35 mmHg, pO2: 75 mmHg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berikut saya sampaikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Syok
Definisi: Keadaan penurunan perfusi jaringan yang mengancam jiwa akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jaringan.
Faktor yang berhubungan: Luka bakar luas, hipovolemia, hipometabolik.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Faktor yang berhubungan: Kelemahan otot pernapasan, hipoventilasi, sekret berlebih.
3. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme regulasi suhu.
Faktor yang berhubungan: Luka bakar, infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Syok:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
b. Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi.
c. Hemodinamik stabil.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif:
a. Pasien dapat batuk efektif.
b. Jalan napas paten.
c. Tidak ada sianosis.
d. Tidak ada retraksi dinding dada.
3. Suhu Tubuh Normal:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Tidak ada tanda-tanda hipertermia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Syok:
a. Lakukan tindakan resusitasi cairan sesuai protokol.
b. Monitor tanda-tanda vital secara ketat.
c. Berikan vasopresor jika indikasi.
d. Pertahankan volume cairan dalam rentang normal.
e. Pantau intake dan output cairan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
b. Lakukan suction jika diperlukan.
c. Berikan bronkodilator dan mukolitik jika indikasi.
d. Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret.
e. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk fisioterapi dada.
3. Hipertermia:
a. Pantau suhu tubuh secara berkala.
b. Berikan antipiretik sesuai indikasi.
c. Lakukan tindakan pendinginan (kompres hangat, kipas angin) jika suhu di atas 38,5°C.
d. Pertahankan asupan cairan adekuat.
e. Kontrol lingkungan untuk menjaga suhu ruangan nyaman.
Perawatan yang komprehensif dengan memperhatikan kondisi pasien secara holistik sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 15102 | 08 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 57 tahun, dirawat di ruang GICU, Hasil pengkajian: luka bakar pada dada, perut, ke dua tangan, dan ke dua kaki, penurunan kesadaran, tampak kebingungan, gelisah, akral dingin, TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 104 x/menit, napas cepat, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 39oC, SaO2 90%, AGD : pH : 7.31, pCO2: 35 mmHg, pO2: 75 mmHg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan Luka Bakar
- SDKI: Risiko Syok Hipovolemik
- SLKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami luka bakar yang luas pada tubuh, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan darah sehingga berisiko mengalami syok hipovolemik. Kondisi ini ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi cepat, akral dingin, dan adanya gangguan asam-basa (pH rendah, pCO2 rendah, pO2 rendah).
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Bakar
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Perawatan Luka
- SIKI: Perawatan Luka
Penjelasan:
Pasien mengalami luka bakar pada dada, perut, tangan, dan kaki, yang dapat menyebabkan kerusakan pada integritas kulit. Kondisi ini memerlukan perawatan luka yang tepat untuk mencegah komplikasi, seperti infeksi dan kehilangan cairan yang berlebihan.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Luka Bakar
- SDKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SLKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Syok
Penjelasan:
Luka bakar yang luas dapat menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan, ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi cepat, dan gangguan asam-basa. Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat untuk mempertahankan perfusi jaringan dan mencegah komplikasi.
4. Kecemasan berhubungan dengan Kondisi Kesehatan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Pasien tampak gelisah dan bingung, yang dapat disebabkan oleh kondisi kesehatannya yang kritis akibat luka bakar. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan untuk mengelola kecemasan pasien dan membantu pasien beradaptasi dengan situasi yang dihadapi.
Catatan: Diagnosa keperawatan di atas hanya sebagian dari kemungkinan diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. Diperlukan pengkajian yang lebih komprehensif untuk dapat menetapkan diagnosa keperawatan lainnya. -
Article No. 15103 | 08 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 57 tahun, dirawat di ruang GICU, Hasil pengkajian: luka bakar pada dada, perut, ke dua tangan, dan ke dua kaki, penurunan kesadaran, tampak kebingungan, gelisah, akral dingin, TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 104 x/menit, napas cepat, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 39oC, SaO2 90%, AGD : pH : 7.31, pCO2: 35 mmHg, pO2: 75 mmHg.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: T30.3
- Deskripsi: Luka bakar tidak ditentukan tingkat keparahannya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.41
- Deskripsi: Pengobatan untuk luka bakar, tidak ditentukan tingkat keparahannya
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 57 tahun mengalami luka bakar pada dada, perut, kedua tangan, dan kedua kaki. Selain itu, pasien juga mengalami penurunan kesadaran, tampak kebingungan, gelisah, akral dingin, tekanan darah rendah (90/60 mmHg), nadi cepat (104 x/menit), napas cepat (28 x/menit), suhu tinggi (39°C), dan saturasi oksigen rendah (90%).
Kode ICD-10 yang sesuai untuk diagnosis adalah T30.3, yang mewakili luka bakar tidak ditentukan tingkat keparahannya. Dalam hal ini, tidak disebutkan tingkat keparahan luka bakar, sehingga kode T30.3 merupakan pilihan yang paling tepat.
Untuk tindakan medis, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 93.41, yang mewakili pengobatan untuk luka bakar tidak ditentukan tingkat keparahannya. Kode ini mencakup berbagai intervensi yang mungkin dilakukan, seperti debridement, perawatan luka, pemberian cairan, dan terapi oksigen, yang sesuai dengan kondisi pasien.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM membutuhkan penilaian klinis yang komprehensif oleh profesional kesehatan yang berwenang, serta mempertimbangkan faktor-faktor tambahan seperti penyulit, komorbiditas, dan riwayat medis pasien. -
Article No. 15007 | 07 Apr 2025
Klinis : DS : 1) Warga mengatakan sering melihat remaja kumpul-kumpul melakukan pesta minuman keras. 2) Warga melihat remaja berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah dan keadaan kacau. DO: 1) Terdapat data 30% remaja pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu 2) 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran. 3) Adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. 4) Saat bersih desa terdapat botol bekas minuman alcohol di tempat kumpul remaja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Penyalahgunaan Zat (SDKI)
Definisi:
Risiko peningkatan penggunaan zat secara tidak tepat yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental.
Karakteristik Definisi (SDKI):
1. Riwayat penggunaan zat yang tidak tepat
2. Akses yang mudah untuk mendapatkan zat
3. Kurangnya pengetahuan tentang efek negatif penggunaan zat
4. Kurangnya kontrol diri
5. Stres psikologis
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Pencegahan Penyalahgunaan Zat
2. Pengendalian Diri
3. Pengetahuan tentang Penyalahgunaan Zat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Bahaya Penyalahgunaan Zat
2. Konseling Pencegahan Penyalahgunaan Zat
3. Terapi Kelompok Pencegahan Penyalahgunaan Zat
4. Pengawasan Penggunaan Zat
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menunjukkan adanya risiko peningkatan penggunaan zat secara tidak tepat, seperti minuman beralkohol dan narkoba, yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental remaja. Hal ini didukung oleh data subjektif dan objektif yang menunjukkan adanya aktivitas minum-minuman keras, penyalahgunaan zat, dan akses yang mudah untuk mendapatkan zat tersebut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah edukasi tentang bahaya penyalahgunaan zat, konseling pencegahan, terapi kelompok, dan pengawasan penggunaan zat. -
Article No. 15008 | 07 Apr 2025
Klinis : DS : 1) Warga mengatakan sering melihat remaja kumpul-kumpul melakukan pesta minuman keras. 2) Warga melihat remaja berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah dan keadaan kacau. DO: 1) Terdapat data 30% remaja pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu 2) 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran. 3) Adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. 4) Saat bersih desa terdapat botol bekas minuman alcohol di tempat kumpul remaja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, kondisi tersebut dapat didiagnosis dengan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Risiko Penyalahgunaan Zat
SDKI: Risiko Penyalahgunaan Zat
SLKI: Perilaku Kesehatan Positif
SIKI: Manajemen Penyalahgunaan Zat
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada data subjektif yang menunjukkan adanya perilaku penyalahgunaan zat (minuman keras) pada remaja di lingkungan tersebut. Data objektif juga mengindikasikan bahwa terdapat prevalensi penyalahgunaan zat yang cukup tinggi di kalangan remaja, serta adanya akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras.
2. Risiko Perilaku Kekerasan
SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
SLKI: Perilaku Interaktif
SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
Diagnosa ini didasarkan pada data objektif yang menunjukkan adanya keterlibatan remaja dalam perkelahian dan tawuran. Perilaku ini dapat berkaitan dengan penyalahgunaan zat dan mencerminkan adanya risiko perilaku kekerasan di lingkungan tersebut.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat dapat menggunakan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah penyalahgunaan zat dan perilaku kekerasan di kalangan remaja. Hal ini dapat melibatkan intervensi individu, keluarga, dan masyarakat, serta kolaborasi dengan pihak terkait, seperti pemerintah, organisasi kesehatan, dan penegak hukum. -
Article No. 15009 | 07 Apr 2025
Klinis : DS : 1) Warga mengatakan sering melihat remaja kumpul-kumpul melakukan pesta minuman keras. 2) Warga melihat remaja berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah dan keadaan kacau. DO: 1) Terdapat data 30% remaja pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu 2) 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran. 3) Adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. 4) Saat bersih desa terdapat botol bekas minuman alcohol di tempat kumpul remaja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko penyalahgunaan zat
Definisi: Risiko untuk terlibat dalam pola penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan dari zat atau bahan yang dapat menimbulkan efek negatif.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko penyalahgunaan zat merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi adanya kemungkinan atau potensi seseorang untuk terlibat dalam pola penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan dari zat atau bahan yang dapat menimbulkan efek negatif.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perilaku yang menghindari penyalahgunaan zat dan mengembangkan strategi koping yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pendidikan kesehatan tentang risiko penyalahgunaan zat, identifikasi faktor-faktor pencetus, pengembangan keterampilan koping, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
2. Risiko kekerasan komunitas
Definisi: Risiko untuk terlibat dalam perilaku agresif atau berbahaya terhadap orang lain di dalam komunitas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Risiko kekerasan komunitas mengidentifikasi adanya potensi seseorang atau kelompok untuk terlibat dalam perilaku agresif atau berbahaya terhadap orang lain di dalam komunitas.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perilaku yang aman dan nonagresif dalam berinteraksi dengan orang lain di komunitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pengembangan keterampilan komunikasi dan koping yang efektif, pemberian pendidikan kesehatan tentang dampak negatif kekerasan, serta kolaborasi dengan pihak terkait untuk menciptakan lingkungan yang aman.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang ada, seperti akses mudah terhadap minuman keras, kurangnya pengawasan dan edukasi dari lingkungan, serta kemungkinan adanya masalah psikososial lainnya pada remaja. Peran perawat adalah memberikan intervensi yang komprehensif untuk mencegah dan mengatasi masalah penyalahgunaan zat dan kekerasan komunitas pada remaja. -
Article No. 15010 | 07 Apr 2025
Klinis : DS : 1) Warga mengatakan sering melihat remaja kumpul-kumpul melakukan pesta minuman keras. 2) Warga melihat remaja berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah dan keadaan kacau. DO: 1) Terdapat data 30% remaja pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu 2) 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran. 3) Adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. 4) Saat bersih desa terdapat botol bekas minuman alcohol di tempat kumpul remaja.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F10.1
- Deskripsi: Sindrom ketergantungan alkohol
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.63
- Deskripsi: Konseling terkait penyalahgunaan zat
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F10.1 (Sindrom ketergantungan alkohol) sesuai dengan gejala yang ditemukan, yaitu warga melihat remaja yang sering melakukan pesta minuman keras dan menunjukkan tanda-tanda intoksikasi alkohol seperti berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah, serta keadaan kacau.
2. Kode ICD-9-CM 94.63 (Konseling terkait penyalahgunaan zat) dapat dipertimbangkan sebagai prosedur/tindakan medis yang sesuai untuk menangani kondisi tersebut. Konseling dapat dilakukan untuk memberikan intervensi dan edukasi kepada remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan narkoba, serta mempromosikan gaya hidup yang sehat.
Selain itu, berdasarkan data yang diberikan, terdapat prevalensi tinggi penggunaan minuman beralkohol dan narkoba di kalangan remaja, serta adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. Ini mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan intervensi komprehensif, termasuk promosi kesehatan, pencegahan, dan pemberdayaan masyarakat, untuk mengatasi permasalahan ini secara lebih efektif. -
Article No. 15011 | 07 Apr 2025
Klinis : DS : 1) Warga mengatakan sering melihat remaja kumpul-kumpul melakukan pesta minuman keras. 2) Warga melihat remaja berjalan sempoyongan, mata cekung dan merah dan keadaan kacau. DO: 1) Terdapat data 30% remaja pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu 2) 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran. 3) Adanya dukungan akses yang mudah untuk mendapatkan minuman keras. 4) Saat bersih desa terdapat botol bekas minuman alcohol di tempat kumpul remaja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, kondisi tersebut dapat diidentifikasi dengan diagnosa keperawatan Risiko Penyalahgunaan Zat menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Berikut penjelasan singkatnya:
SDKI:
Diagnosis Keperawatan: Risiko Penyalahgunaan Zat
Definisi: Rentan terhadap penggunaan zat psikoaktif yang dapat menimbulkan dampak merugikan secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran Keperawatan yang terkait:
1. Kontrol Penggunaan Zat
2. Perilaku Kesehatan
3. Kesejahteraan Psikologis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Risiko Penyalahgunaan Zat
2. Konseling Pencegahan Penyalahgunaan Zat
3. Terapi Kelompok Penyalahgunaan Zat
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat risiko penyalahgunaan zat pada remaja di wilayah tersebut. Hal ini terlihat dari adanya perilaku minum-minuman keras, penggunaan narkoba, dan terlibat dalam tindak kekerasan. Perlu dilakukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencegah dan mengelola risiko penyalahgunaan zat pada remaja, seperti manajemen risiko, konseling, dan terapi kelompok. -
Article No. 15012 | 07 Apr 2025
Klinis : muntah 10x hari ini sejak sore setiap makan dan minum. BAB cair -, demam -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni:
- Muntah 10 kali dalam sehari sejak sore, setiap kali makan dan minum
- BAB cair
- Demam
Maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan asam-basa yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
Faktor Risiko:
- Muntah
- Diare
- Demam
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
Keseimbangan Cairan
Definisi: Kondisi di mana individu mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
Indikator:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Cairan
Definisi: Tindakan pemberian, pengaturan, dan pemantauan cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
Aktivitas:
- Kaji intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
b. Manajemen Mual dan Muntah
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan perasaan ingin muntah dan muntah aktual.
Aktivitas:
- Kaji penyebab mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Anjurkan teknik relaksasi
- Berikan makanan dan minuman yang dapat ditoleransi
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Cairan" mengidentifikasi kondisi di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti muntah, diare, dan demam yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh.
Luaran keperawatan "Keseimbangan Cairan" menggambarkan kondisi di mana individu mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat, yang dapat diukur melalui indikator-indikator seperti intake dan output cairan yang seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Cairan untuk menjaga keseimbangan cairan dan Manajemen Mual dan Muntah untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan gejala mual dan muntah. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini mencakup pengkajian, pemberian terapi, dan pemantauan. -
Article No. 15013 | 07 Apr 2025
Klinis : HNP
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
1. Kode ICD-10:
- Kode: M51.2
- Deskripsi: Lainnya Hernia Nukleus Pulposus Lumbar dan Lainnya Diskopati Lumbar
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 80.51
- Deskripsi: Diskektomi, Lumbago
Penjelasan:
- Kode ICD-10 M51.2 digunakan untuk mengkodekan kondisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP), yang merupakan kondisi di mana pada diskus intervertebralis terjadi prolaps atau herniasi dari inti pulposus (nukleus pulposus) yang menekan akar saraf atau struktur lainnya.
- Kode ICD-9-CM 80.51 digunakan untuk mengkodekan prosedur diskektomi, yang merupakan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan diskus yang herniasi atau bagian dari diskus yang menekan struktur saraf.
Sebagai dokter atau perekam medis, kode-kode ini digunakan untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi HNP, sehingga dapat membantu dalam dokumentasi medis, tagihan, dan analisis epidemiologi.