Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15051 | 08 Apr 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S mengatakan hanya minum air putih sebanyak 1,5 Liter perhari, jarang merasa haus, dan minum kopi setiap hari. Data objektif : Kulit kering problem dan etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko dehidrasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko dehidrasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan volume cairan di dalam tubuh yang dapat menyebabkan gangguan fisiologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, yang ditandai dengan peningkatan asupan cairan, perbaikan turgor kulit, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau intake dan output cairan
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan, terutama air putih
3. Edukasi klien tentang pentingnya hidrasi yang adekuat
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan intravena jika diperlukan.
Etiologi:
Kondisi Ny. S yang hanya minum air putih sebanyak 1,5 liter per hari, jarang merasa haus, dan minum kopi setiap hari, menunjukkan asupan cairan yang tidak adekuat. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi.
Persona: Saya adalah seorang perawat profesional yang berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan berbasis standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tone: Akademis, dengan penjelasan yang rinci dan mengacu pada standar keperawatan yang berlaku. -
Article No. 15052 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Enggan untuk membicarakan kejadian pascatrauma Sering merasa cemas Tidak mempercayai orang lain dan suka menyalahkan diri sendiri Objektif data (Tidak ada) Problem : pasca trauma Etiologi : Kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif yang diberikan, yaitu enggan membicarakan kejadian pascatrauma, sering merasa cemas, serta tidak mempercayai orang lain dan suka menyalahkan diri sendiri, didapatkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan Pascatrauma
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap peristiwa traumatis yang dialami atau disaksikan yang ditandai dengan perasaan takut, gelisah, dan khawatir yang menetap.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kepercayaan Diri
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan rasa harga diri dan keyakinan diri yang adekuat.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Berdasarkan etiologi yang diberikan, yaitu kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan SIKI antara lain:
1. Terapi Kognitif
2. Manajemen Kecemasan
3. Peningkatan Harga Diri
4. Terapi Suportif
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mengatasi kecemasan pascatrauma dan memulihkan kepercayaan dirinya. -
Article No. 15053 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Enggan untuk membicarakan kejadian pascatrauma Sering merasa cemas Tidak mempercayai orang lain dan suka menyalahkan diri sendiri Objektif data (Tidak ada) Problem : pasca trauma Etiologi : Kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif yang diberikan, yaitu:
1. Enggan untuk membicarakan kejadian pascatrauma
2. Sering merasa cemas
3. Tidak mempercayai orang lain dan suka menyalahkan diri sendiri
Serta etiologi yang disebutkan, yaitu:
Kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah
Maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Trauma Emosional
2. Penjelasan Singkat:
Trauma Emosional adalah respon psikologis yang merugikan akibat pengalaman atau peristiwa yang sangat mengganggu, mengancam, atau menakutkan. Pasien menunjukkan gejala seperti enggan membicarakan kejadian traumatis, sering merasa cemas, tidak mempercayai orang lain, dan menyalahkan diri sendiri. Etiologi yang mendasari kondisi ini adalah kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah.
3. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Trauma Emosional
4. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Penerimaan terhadap peristiwa traumatis
Perilaku coping adaptif
Kepercayaan diri
5. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Terapi kognitif
Terapi kelompok
Manajemen stres
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus bersikap empati, non-judgemental, dan membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi terapi kognitif untuk memperbaiki pola pikir maladaptif, terapi kelompok untuk memberikan dukungan sosial, serta manajemen stres untuk membantu pasien mengelola kecemasan dan trauma emosional yang dialami. -
Article No. 15054 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Enggan untuk membicarakan kejadian pascatrauma Sering merasa cemas Tidak mempercayai orang lain dan suka menyalahkan diri sendiri Objektif data (Tidak ada) Problem : pasca trauma Etiologi : Kegagalan saat berusaha melakukan sesuatu dan memberikan kepercayaan kepada orang yang salah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Gangguan Adaptasi" (00976). Gangguan Adaptasi adalah kesulitan individu untuk beradaptasi dengan perubahan dalam hidup atau stres psikososial yang dihadapi. Pada kasus ini, pasien mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pengalaman traumatis yang dialaminya di masa lalu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kemampuan Beradaptasi Meningkat (00839)
- Individu dapat menerima dan mengintegrasikan pengalaman traumatis ke dalam kehidupannya.
- Individu dapat mengelola emosi negatif terkait pengalaman traumatis dengan baik.
- Individu dapat kembali menjalin hubungan saling percaya dengan orang lain.
2. Kontrol Kecemasan Meningkat (00076)
- Individu dapat mengenali tanda-tanda kecemasan dan melakukan strategi koping yang efektif.
- Individu dapat mengurangi frekuensi dan intensitas episode kecemasan.
- Individu dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat kecemasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Terapi Kognitif (6680)
- Membantu pasien mengidentifikasi pemikiran dan keyakinan maladaptif terkait pengalaman traumatis.
- Membantu pasien menggantikan pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih realistis dan positif.
- Mendorong pasien untuk menerapkan keterampilan kognitif dalam situasi kehidupan sehari-hari.
2. Terapi Relaksasi (5880)
- Mengajarkan teknik relaksasi (misalnya pernapasan dalam, visualisasi, dll.) untuk mengelola kecemasan.
- Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi secara rutin.
- Mengevaluasi efektivitas teknik relaksasi dalam mengurangi kecemasan.
3. Konseling Dukungan (5270)
- Menciptakan hubungan yang suportif dan empatis dengan pasien.
- Membantu pasien mengekspresikan perasaan dan pengalaman traumatis dengan aman.
- Memberikan dukungan emosional dan validasi terhadap respon pasien.
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan yang ada.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan kemampuan beradaptasi serta pengurangan kecemasan, diharapkan pasien dapat mengatasi dampak negatif dari pengalaman traumatis yang dialaminya dan kembali berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. -
Article No. 15055 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Nyeri telan pada saat makan dan minum Pernah mengalami batuk sebelum dan sesudah makan Pernah mengalami sulit menelan makanan Objektif data Memiliki benjolan di tenggorokan Terdengar suara serak saat berbicara Tercium bau mulut problem : amandel atau tonsil etiologi : Terjangkit bakteri Streptococcus pyogenes.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa 1: Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan: Infeksi tonsil (tonsillitis)
Diagnosa 2: Gangguan Menelan
Definisi: Ketidakmampuan atau kesulitan dalam mengirim makanan dari mulut ke lambung.
Faktor yang Berhubungan: Edema atau pembengkakan tonsil
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Klien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri telan.
- Klien dapat mengatasi nyeri telan dengan menggunakan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri telan.
2. Gangguan Menelan:
- Klien dapat menelan makanan dan minuman dengan lancar.
- Klien dapat mempertahankan status gizi yang adekuat.
- Klien tidak mengalami komplikasi yang disebabkan oleh gangguan menelan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri telan.
- Kaji efektivitas analgesik yang diberikan.
- Ajarkan teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat, distraksi, relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang adekuat.
2. Gangguan Menelan:
- Lakukan pengkajian fungsi menelan secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi gangguan menelan.
- Berikan posisi yang nyaman saat makan dan minum.
- Atur konsistensi makanan dan minuman sesuai toleransi klien.
- Ajarkan teknik menelan yang benar.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, terapis) untuk penanganan lebih lanjut.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri telan dan gangguan menelan. Nyeri telan disebabkan oleh infeksi tonsil (tonsillitis), sedangkan gangguan menelan disebabkan oleh edema atau pembengkakan tonsil. Tujuan asuhan keperawatan adalah mengatasi nyeri telan, membantu klien menelan makanan dan minuman dengan lancar, serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, pemberian terapi, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 15056 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Nyeri telan pada saat makan dan minum Pernah mengalami batuk sebelum dan sesudah makan Pernah mengalami sulit menelan makanan Objektif data Memiliki benjolan di tenggorokan Terdengar suara serak saat berbicara Tercium bau mulut problem : amandel atau tonsil etiologi : Terjangkit bakteri Streptococcus pyogenes.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Tenggorokan (Sore Throat) berhubungan dengan Peradangan Tonsil (Tonsilitis) akibat Infeksi Bakteri Streptococcus pyogenes.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Tenggorokan: Sensasi tidak nyaman atau nyeri pada tenggorokan yang mungkin disebabkan oleh peradangan, iritasi, atau kerusakan pada struktur-struktur tenggorokan.
- Tonsilitis: Peradangan pada tonsil (amandel) yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengurangan Nyeri: Pencapaian atau pemeliharaan tingkat kenyamanan yang dapat diterima, yang bebas dari atau mengurangi sensasi nyeri.
- Pemulihan Infeksi: Pencapaian pemulihan dari infeksi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Upaya untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
- Terapi Oksigen: Pemberian oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Terapi Cairan: Pemberian cairan intravena atau pemberian cairan melalui rute oral untuk memenuhi kebutuhan cairan.
- Perawatan Luka: Tindakan untuk memelihara integritas kulit dan mencegah komplikasi.
- Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi tentang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu, keluarga, atau masyarakat dalam memelihara kesehatan.
Dalam kasus ini, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Nyeri, Terapi Oksigen (jika diperlukan), Terapi Cairan, Perawatan Luka (jika ada luka pada tonsil), dan Edukasi Kesehatan terkait perawatan dan pencegahan tonsilitis. -
Article No. 15057 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Nyeri telan pada saat makan dan minum Pernah mengalami batuk sebelum dan sesudah makan Pernah mengalami sulit menelan makanan Objektif data Memiliki benjolan di tenggorokan Terdengar suara serak saat berbicara Tercium bau mulut problem : amandel atau tonsil etiologi : Terjangkit bakteri Streptococcus pyogenes.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan infeksi tonsil/amandel
Penjelasan:
- Subjektif data: Nyeri telan saat makan dan minum, pernah mengalami batuk sebelum dan sesudah makan, serta pernah mengalami kesulitan menelan makanan.
- Objektif data: Memiliki benjolan di tenggorokan, terdengar suara serak saat berbicara, dan tercium bau mulut.
- Etiologi: Terjangkit bakteri Streptococcus pyogenes, menyebabkan infeksi pada tonsil/amandel.
SDKI:
Kode: 00132
Judul: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain)
SLKI:
Kode: 10018
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri
SIKI:
Kode: 6160
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan atau penghilangan rasa nyeri yang dirasakan individu
Sebagai perawat, saya akan membantu Anda dengan memberikan intervensi manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, atau teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri yang Anda rasakan. Selain itu, saya juga akan memastikan Anda mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat untuk menangani infeksi tonsil/amandel. -
Article No. 15058 | 08 Apr 2025
Klinis : Subjektif data Nyeri telan pada saat makan dan minum Pernah mengalami batuk sebelum dan sesudah makan Pernah mengalami sulit menelan makanan Objektif data Memiliki benjolan di tenggorokan Terdengar suara serak saat berbicara Tercium bau mulut problem : amandel atau tonsil etiologi : Terjangkit bakteri Streptococcus pyogenes.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, terkait dengan masalah amandel atau tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes, berikut adalah analisa diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Menelan (00103)
Definisi: Kesulitan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan dengan aman dan efektif.
Etiologi: Infeksi bakteri Streptococcus pyogenes pada amandel atau tonsil.
Luaran/Output Keperawatan SLKI:
1. Pemulihan Menelan (1010)
Definisi: Kemampuan individu untuk menelan makanan, cairan, dan obat-obatan dengan aman dan efektif.
Kriteria Hasil:
a. Menelan makanan dan cairan dengan mudah.
b. Tidak ada keluhan nyeri saat menelan.
c. Tidak ada riwayat batuk saat makan atau minum.
d. Tidak ada benjolan di area tenggorokan.
e. Suara berbicara normal.
f. Tidak ada bau mulut.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri (1400)
Tindakan:
a. Kaji nyeri telan saat makan dan minum.
b. Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan Mulut (1730)
Tindakan:
a. Kaji kebersihan mulut dan tenggorokan.
b. Berikan instruksi dan demonstrasi cara menjaga kebersihan mulut.
c. Lakukan perawatan mulut secara berkala.
3. Manajemen Jalan Napas (3200)
Tindakan:
a. Pantau tanda-tanda vital, terutama pernapasan.
b. Berikan oksigen jika diperlukan.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan infeksi amandel atau tonsil.
4. Edukasi Kesehatan (5510)
Tindakan:
a. Jelaskan penyebab dan gejala infeksi amandel atau tonsil.
b. Ajarkan cara mencegah infeksi melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Anjurkan untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Menelan" dipilih karena pasien mengalami kesulitan untuk menelan makanan dan minuman akibat infeksi pada amandel atau tonsil. Luaran keperawatan "Pemulihan Menelan" bertujuan untuk memulihkan kemampuan pasien dalam menelan makanan, cairan, dan obat-obatan secara aman dan efektif. Intervensi keperawatan yang diberikan mencakup manajemen nyeri, perawatan mulut, manajemen jalan napas, dan edukasi kesehatan. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri telan, meningkatkan kebersihan mulut, memastikan jalan napas tetap berfungsi, serta memberikan pemahaman kepada pasien tentang kondisi dan pengelolaannya. -
Article No. 15059 | 08 Apr 2025
Klinis : Pola makan yang tidak teratur, infeksi yang terjadi di organ pencernaan. problem : maag etiologi : Pola makan yang tidak teratur, infeksi yang terjadi di organ pencernaan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (SDKI). Diagnosa ini mencakup gejala-gejala seperti pola makan yang tidak teratur dan infeksi pada organ pencernaan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak mencukupi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Nutrisi: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan tubuh.
2. Manajemen Nutrisi: Pasien dapat menyesuaikan pola makan dan mengelola infeksi pada organ pencernaan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Kontrol Gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala-gejala terkait ketidakseimbangan nutrisi, seperti rasa sakit/tidak nyaman pada perut (maag).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Asuhan Keperawatan Nutrisi:
a. Kaji pola makan, intake nutrisi, dan faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi.
b. Berikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang sesuai dan cara mengatur pola makan yang teratur.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan memantau asupan nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen Infeksi:
a. Kaji tanda-tanda infeksi pada organ pencernaan (misalnya lambung) dan riwayat infeksi sebelumnya.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan intervensi yang tepat, seperti pemberian antibiotik atau terapi lainnya.
c. Ajarkan pasien untuk menjaga kebersihan tangan dan pencegahan infeksi.
3. Manajemen Gejala:
a. Kaji tingkat keparahan dan frekuensi gejala-gejala terkait, seperti rasa sakit/tidak nyaman pada perut.
b. Berikan intervensi untuk mengurangi gejala, misalnya pemberian obat antasida atau proton pump inhibitor.
c. Ajarkan pasien teknik manajemen gejala mandiri, seperti mengonsumsi makanan yang mudah dicerna.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat, mengelola infeksi pada organ pencernaan, dan mengendalikan gejala-gejala terkait ketidakseimbangan nutrisi. -
Article No. 15060 | 08 Apr 2025
Klinis : low back pain
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi low back pain.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Nyeri punggung bawah (low back pain)
Penjelasan:
Kode ICD-10 M54.5 digunakan untuk mendiagnosis kondisi nyeri punggung bawah (low back pain). Kondisi ini mencakup nyeri yang terjadi di area punggung bawah, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, penyakit degeneratif, postur tubuh yang buruk, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik untuk low back pain
- Deskripsi: Tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani low back pain dapat mencakup:
- Terapi fisik dan latihan untuk memperkuat otot punggung dan meningkatkan fleksibilitas
- Penggunaan obat-obatan antiinflamasi atau analgesik untuk mengurangi nyeri
- Teknik manipulasi tulang belakang oleh dokter spesialis
- Injeksi steroid epidural untuk mengurangi inflamasi dan nyeri
- Operasi pembedahan sebagai pilihan terakhir untuk kasus yang parah dan tidak responsif terhadap perawatan konservatif
Dalam kasus low back pain, tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik, karena tindakan medis yang dilakukan akan bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi pasien. Perawatan yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan individual pasien.