Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15247 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat do dan ds yang paling sesuai, tujuan umum dan khususnya, intervensi (observasi, terapeutik, edukasi), implementasi, serta evaluasi (soap) sesuai dx tersebut (buat kode dx nya juga) (buat panjang)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan b.d. Penularan Penyakit (00126)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan pengetahuan tentang penyakit yang diderita, termasuk proses penularan, pencegahan, dan manajemen penyakit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini meliputi pemberian edukasi tentang penyakit, proses penularan, dan upaya pencegahannya.
Tujuan Umum:
Pasien dapat memahami penyakit yang diderita, proses penularan, serta upaya pencegahannya setelah diberikan edukasi keperawatan.
Tujuan Khusus:
1. Pasien dapat menjelaskan penyakit yang diderita dan proses penularannya.
2. Pasien dapat menyebutkan upaya pencegahan penularan penyakit.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku pencegahan penularan penyakit.
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi:
a. Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit yang diderita.
b. Identifikasi kebutuhan edukasi pasien terkait penyakit dan proses penularan.
2. Terapeutik:
a. Berikan edukasi tentang penyakit yang diderita, termasuk gejala, proses penularan, dan komplikasi.
b. Jelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan manajemen penyakit.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan perawatan diri untuk mencegah penularan.
3. Edukasi:
a. Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah penularan.
b. Ajarkan keluarga tentang upaya pencegahan penularan penyakit.
c. Berikan edukasi tentang gaya hidup sehat dan nutrisi yang tepat untuk mendukung pemulihan.
Implementasi:
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan, seperti memberikan edukasi, melatih teknik batuk efektif, dan mengajarkan perilaku pencegahan penularan penyakit.
Evaluasi (SOAP):
S: Pasien mengatakan memahami penyakit yang diderita dan proses penularannya.
O: Pasien dapat menyebutkan upaya pencegahan penularan penyakit dan mendemonstrasikan perilaku pencegahan dengan benar.
A: Tujuan keperawatan tercapai.
P: Rencana selanjutnya adalah mempertahankan pemahaman pasien dan perilaku pencegahan penularan penyakit. -
Article No. 15248 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat intervensi (observasi, terapeutik, edukasi), implementasi dan evaluasinya (SOAP) buat panjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Penularan Penyakit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan adalah ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara pencegahan penularannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan, memfasilitasi pembelajaran, dan meningkatkan motivasi pasien.
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi:
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara pencegahan penularannya
- Identifikasi gaya belajar dan preferensi pasien dalam menerima informasi
2. Terapeutik:
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, cara penularan, dan tindakan pencegahan yang harus dilakukan
- Gunakan media edukasi yang sesuai dengan gaya belajar pasien (misalnya leaflet, video, demonstrasi)
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk meningkatkan dukungan
3. Edukasi:
- Jelaskan mengenai penyakit yang diderita, termasuk gejala, penyebab, dan proses pengobatan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan cara mencegah penularan kepada orang lain
- Motivasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan dan menjaga pola hidup sehat
Implementasi (SOAP):
S: Pasien mengatakan masih belum memahami dengan baik penyakit yang dideritanya dan cara mencegah penularannya.
O: Pasien tampak kurang antusias saat diberikan edukasi kesehatan.
A: Pasien mengalami defisit pengetahuan berhubungan dengan penularan penyakit.
P: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara pencegahan penularannya.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit TB, cara penularan, dan tindakan pencegahan yang harus dilakukan.
3. Gunakan media edukasi yang sesuai dengan gaya belajar pasien (leaflet, video, demonstrasi).
4. Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk meningkatkan dukungan.
5. Motivasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan dan menjaga pola hidup sehat.
Evaluasi:
Pada akhir intervensi, diharapkan pasien dapat:
1. Menjelaskan dengan benar penyakit yang diderita, termasuk gejala, penyebab, dan proses pengobatan.
2. Mempraktikkan teknik batuk efektif dan cara mencegah penularan kepada orang lain.
3. Menunjukkan motivasi yang tinggi untuk mematuhi regimen pengobatan dan menjaga pola hidup sehat. -
Article No. 15249 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat intervensi (observasi, terapeutik, edukasi), implementasi, evaluasinya (SOAP) buat panjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan b.d Penularan Penyakit
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakit dan pencegahan penularannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi observasi, terapeutik, dan edukasi terkait penyakit dan penularannya.
Intervensi Keperawatan:
Observasi:
1. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita dan cara penularannya.
2. Memantau tanda dan gejala penyakit.
3. Memantau status nutrisi dan berat badan pasien.
Terapeutik:
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi obat yang sesuai.
2. Membantu pasien dalam meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
3. Memfasilitasi pemeriksaan diagnostik yang diperlukan.
Edukasi:
1. Memberikan edukasi tentang penyakit yang diderita, cara penularan, dan pencegahannya.
2. Mengajarkan teknik batuk efektif dan pencegahan penyebaran droplet.
3. Memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan istirahat yang cukup.
4. Memberikan edukasi tentang bahaya merokok dan pentingnya berhenti merokok.
5. Mendorong pasien untuk memeriksakan keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
Implementasi:
Nurse: Selamat pagi, Pak. Saya adalah perawat yang akan mendampingi Anda selama perawatan. Saya akan melakukan beberapa hal untuk membantu Anda dalam proses pemulihan.
Observasi:
- Saya akan mengkaji pemahaman Anda terkait penyakit yang Anda alami dan cara penularannya. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Anda saat ini.
- Saya juga akan memantau tanda dan gejala penyakit, seperti batuk, nafsu makan, dan berat badan Anda secara berkala.
- Selain itu, saya akan memantau status nutrisi dan berat badan Anda untuk memastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Terapeutik:
- Saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan Anda mendapatkan terapi obat yang sesuai dengan kondisi Anda saat ini.
- Saya akan membantu Anda untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan yang diberikan.
- Saya juga akan memfasilitasi pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk mengetahui perkembangan kondisi Anda.
Edukasi:
- Saya akan memberikan edukasi tentang penyakit yang Anda alami, cara penularannya, dan bagaimana cara mencegahnya.
- Saya akan mengajarkan teknik batuk efektif dan cara mencegah penyebaran droplet.
- Saya akan memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan istirahat yang cukup untuk membantu proses pemulihan Anda.
- Saya juga akan memberikan edukasi tentang bahaya merokok dan pentingnya berhenti merokok.
- Saya akan mendorong Anda untuk memeriksakan keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
Evaluasi (SOAP):
S: Pasien menyatakan bahwa ia mulai memahami penyakit yang diderita dan cara penularannya.
O: Pasien dapat mempraktikkan teknik batuk efektif untuk mencegah penyebaran droplet. Pasien juga mulai menunjukkan peningkatan nafsu makan dan berat badan.
A: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit dan pencegahan penularannya.
P: Intervensi keperawatan terkait defisit pengetahuan b.d penularan penyakit dilanjutkan, dengan fokus pada edukasi dan monitoring status kesehatan pasien. -
Article No. 15250 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat intervensi (observasi, terapeutik, edukasi), implementasi (buat per poin), evaluasinya (SOAP) buat panjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang komprehensif untuk kondisi defisit pengetahuan berhubungan dengan penularan penyakit pada pasien ini, sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan penularan penyakit
Definisi: Kurangnya atau ketiadaan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Faktor Berhubungan:
- Kurangnya paparan terhadap informasi
- Keterbatasan kemampuan mengingat
- Kurangnya minat untuk belajar
Karakteristik Definisi:
- Menyatakan masalah kesehatan yang tidak dapat dijelaskan
- Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti instruksi perawatan
- Menunjukkan perilaku yang tidak tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
Rencana Intervensi:
1. Observasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita dan cara penularannya.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi defisit pengetahuan pasien.
c. Pantau kemampuan pasien dalam memahami informasi yang diberikan.
2. Terapeutik:
a. Berikan informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang penyakit yang diderita, cara penularan, dan pencegahannya.
b. Gunakan media edukasi yang sesuai dengan gaya belajar pasien (visual, audiovisual, atau demonstrasi).
c. Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung pemahaman pasien.
d. Buat rencana perawatan bersama pasien dan keluarga untuk memastikan kepatuhan terhadap pengobatan.
3. Edukasi:
a. Jelaskan tentang penyakit tuberkulosis, gejala, dan cara penularannya.
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan kebersihan diri yang baik untuk mencegah penularan.
c. Diskusikan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan untuk kesembuhan.
d. Berikan informasi tentang komplikasi dan tanda bahaya yang perlu diperhatikan.
e. Edukasi tentang gaya hidup sehat, seperti manajemen stres, nutrisi, dan berhenti merokok.
Implementasi:
1. Melakukan pengkajian awal tentang tingkat pengetahuan pasien terkait penyakit tuberkulosis dan cara penularannya.
2. Memberikan informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang penyakit tuberkulosis, cara penularan, dan pencegahannya menggunakan media edukasi berupa leaflet.
3. Melibatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung pemahaman pasien.
4. Membuat rencana perawatan bersama pasien dan keluarga, membahas pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
5. Mengajarkan teknik batuk efektif dan kebersihan diri yang baik untuk mencegah penularan.
6. Mendiskusikan gaya hidup sehat, seperti manajemen stres, nutrisi, dan berhenti merokok.
7. Memantau kemampuan pasien dalam memahami informasi yang diberikan dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi.
Evaluasi (SOAP):
S: Pasien menyatakan sudah memahami informasi yang diberikan tentang penyakit tuberkulosis, cara penularan, dan pencegahannya.
O: Pasien dapat menjelaskan kembali dengan baik tentang penyakit tuberkulosis, cara penularan, dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Keluarga juga terlibat aktif dalam proses edukasi.
A: Defisit pengetahuan pasien terkait penyakit tuberkulosis dan cara penularannya teratasi.
P: Rencana perawatan dilanjutkan dengan fokus pada kepatuhan pengobatan dan gaya hidup sehat. -
Article No. 15251 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat intervensi (observasi, terapeutik, edukasi), implementasi (buat per poin), kriteria hasil, evaluasinya (SOAP) buat panjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta intervensi, implementasi, kriteria hasil, dan evaluasi (SOAP) untuk kondisi pasien dengan defisit pengetahuan b.d penularan penyakit.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan b.d Penularan Penyakit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Defisit pengetahuan adalah kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik. Dalam kasus ini, pasien memiliki kurangnya informasi mengenai penularan penyakit yang ia alami.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang cukup tentang penularan penyakit yang ia alami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang diderita, termasuk cara penularan, pencegahan, dan pengobatan.
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit yang diderita, termasuk penyebab, tanda-tanda, dan penanganan yang tepat.
b. Identifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses oleh pasien untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik.
c. Pantau kemajuan pemahaman pasien setelah diberikan pendidikan kesehatan.
2. Terapeutik
a. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita, termasuk cara penularan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat.
b. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan penyakit.
c. Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan pemahaman mereka.
3. Edukasi
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita, termasuk penyebab, tanda-tanda, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai cara mencegah penularan penyakit, seperti menjaga kebersihan, penggunaan masker, dan pembatasan kontak dengan orang lain.
c. Berikan informasi mengenai sumber-sumber yang dapat diakses untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit yang diderita.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dengan benar penyakit yang diderita, termasuk penyebab, tanda-tanda, dan cara penularan.
2. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan langkah-langkah pencegahan penularan penyakit yang tepat.
3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan penyakit.
4. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit yang diderita.
Evaluasi (SOAP):
S (Subjektif): Pasien dan keluarga menyatakan memahami lebih baik mengenai penyakit yang diderita, termasuk cara penularan dan pencegahannya.
O (Objektif): Pasien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab, tanda-tanda, dan langkah-langkah pencegahan penularan penyakit dengan benar.
A (Analisis): Pasien dan keluarga telah menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakit yang diderita, sehingga dapat ditingkatkan lagi pemahaman mereka.
P (Perencanaan): Lanjutkan pemberian pendidikan kesehatan dan diskusi dengan pasien dan keluarga untuk memastikan pemahaman yang komprehensif mengenai penyakit yang diderita. -
Article No. 15252 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku Batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering didorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Ny. R yang mengalami gangguan kecemasan berat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat berhubungan dengan persepsi ancaman terhadap integritas diri yang ditandai dengan gejala fisiologis, kognitif, dan afektif.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kecemasan Berat adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu yang ditandai dengan rasa takut, khawatir, dan perasaan tidak berdaya yang disebabkan oleh ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat
3. Tingkat stres menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan
2. Psikoedukasi
3. Terapi Relaksasi
Penjelasan Singkat:
Ny. R berasal dari suku Batak, di mana budaya tersebut sering mendorong perempuan untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan, termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Hal ini menyebabkan Ny. R enggan untuk berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Kecemasan Berat, di mana Ny. R mengalami rasa takut, khawatir, dan perasaan tidak berdaya akibat ancaman yang tidak jelas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kecemasan, Psikoedukasi, dan Terapi Relaksasi. Tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan kemampuan Ny. R dalam mengatasi kecemasan, dan menurunkan tingkat stres. Pendekatan yang sensitif budaya sangat penting dalam menangani kasus ini, agar Ny. R dapat terbuka dan menerima bantuan perawatan yang diberikan. -
Article No. 15253 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku Batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering didorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat (NANDA-I)
- Definisi: Respon maladaptif individu terhadap ancaman yang dirasakan, baik ancaman aktual maupun potensial, yang ditandai dengan perasaan takut, gelisah, dan khawatir.
- Faktor yang Berhubungan: Budaya, kurang pengetahuan, pengalaman traumatis, dan defisit koping.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00146
- Definisi: Respon psikologi dan fisiologi individu terhadap ancaman yang dirasakan, baik ancaman aktual maupun potensial, yang ditandai dengan perasaan takut, gelisah, dan khawatir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 1402
- Judul Luaran: Tingkat Kecemasan
- Definisi: Tingkat perasaan tidak nyaman dan khawatir yang dialami individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 5820
- Judul Intervensi: Manajemen Kecemasan
- Definisi: Membantu klien untuk mengenali dan mengurangi kecemasan serta meningkatkan kemampuan koping.
Dalam kasus Ny. R, tampak adanya hambatan budaya yang membatasi kemampuan klien untuk mengekspresikan kecemasannya secara terbuka. Perawat perlu mempertimbangkan pendekatan yang sensitif budaya, seperti melibatkan keluarga atau tokoh adat untuk membantu klien merasa nyaman dan aman dalam mengungkapkan perasaannya. Selain itu, edukasi tentang kesehatan mental dan manajemen stres juga dapat diberikan untuk membantu klien mengembangkan strategi koping yang adaptif. -
Article No. 15254 | 10 Apr 2025
Klinis : defisit pengetahuan b.d penularan penyakit DS (Data Subjektif) Batuk berdahak terus-menerus sejak 1 bulan Batuk sering memburuk pada malam hari Nafsu makan menurun Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan Riwayat pernah berobat dengan keluhan serupa 3 bulan lalu Pernah diberi ambroxol & dexamethasone Merokok sejak usia 17 tahun hingga saat ini Kakak pasien juga menderita batuk lama (riwayat TB dicurigai) Setelah 2 bulan terapi RHZE, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan BAB merah kecoklatan Hasil Pemeriksaan Penunjang Hb: 12 g/dL Leukosit: 8000/mm³ Trombosit: 180.000/mm³ Foto thoraks: Fibronod infiltrat apex dextra TCM Sputum: Mycobacterium TB detected, Rifampicin Sensitive DO (Data Objektif) Suhu: 36.8°C TD: 120/80 mmHg HR: 90 kali/menit RR: 20 kali/menit BB: 44 kg TB: 160 cm IMT: ±17,2 kg/m² (kategori underweight) Kepala dan leher: KGB (-), tiroid (-) Dada: Simetris, suara napas vesikuler, tambahan ronki (+) paru kanan Abdomen: Supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik buat kriteria hasilnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda dengan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan. Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan informasi dalam nada akademis dan dengan perspektif seorang pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan Terkait Penularan Penyakit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan Terkait Penularan Penyakit adalah kondisi di mana individu menunjukkan kurangnya informasi atau pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan, mencegah, atau mengontrol penularan penyakit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penularan penyakit, termasuk faktor risiko, tanda dan gejala, serta tindakan pencegahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
a. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, cara penularan, tanda dan gejala, serta langkah-langkah pencegahan.
b. Asesmen Pengetahuan: Mengevaluasi tingkat pemahaman pasien terkait penyakit dan pencegahannya.
c. Konseling: Memberikan dukungan dan bimbingan kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mencegah penularan penyakit.
d. Kolaborasi: Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memastikan pasien memperoleh informasi yang akurat dan komprehensif.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penularan penyakit, sehingga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif dan menghindari komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 15255 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku Batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering didorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. R dengan nada akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat berhubungan dengan keyakinan budaya yang mendorong perempuan untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan, ditandai dengan Ny. R yang enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan Berat: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui yang ditandai dengan gejala fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Terkontrol: Individu mampu mengendalikan respons fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif terhadap sumber kecemasan.
2. Kemampuan Mengatasi Kecemasan: Individu mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk menurunkan kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan: Tindakan untuk membantu individu mengurangi rasa takut, tegang, atau cemas.
2. Terapi Relaksasi: Tindakan untuk memfasilitasi rileksasi fisik dan mental individu.
3. Terapi Kognitif: Tindakan untuk membantu individu mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir disfungsional yang menyebabkan kecemasan.
Dalam kasus Ny. R, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu Ny. R untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya terkait masalah kesehatan mentalnya, serta memberikan edukasi dan dukungan psikologis dengan mempertimbangkan latar belakang budaya Batak yang mendorong perempuan untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan. -
Article No. 15256 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku Batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering didorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat berhubungan dengan Budaya Batak yang menekankan Perempuan Harus Kuat dan Tidak Menunjukkan Kelemahan.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan Berat: Respon neurologis, perilaku, emosi, dan kognitif individu terhadap ancaman yang dipersepsikan tidak jelas atau tidak dikenal yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan, ketakutan, dan gejala fisiologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Klien dapat mengungkapkan emosi dan perasaan dalam menghadapi masalah dengan nyaman.
- Kriteria Hasil: Klien mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan mengungkapkan perasaan dengan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi Kognitif Perilaku, Terapi Suportif, dan Edukasi Budaya.
- Rasional: Membantu klien mengatasi hambatan budaya dalam mengungkapkan emosi, mengembangkan koping yang adaptif, dan meningkatkan pemahaman terhadap kondisi klien.
Dalam kasus Ny. R, pendekatan keperawatan yang komprehensif dengan mempertimbangkan aspek budaya dibutuhkan untuk membantu mengatasi kecemasan berat yang dialaminya. Kolaborasi dengan keluarga dan pemberian edukasi budaya menjadi penting dalam proses pemulihan.