Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15197 | 10 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Tes tuberkulin, interpretasi dan pembacaan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya lesi di paru, yang sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Tes tuberkulin, interpretasi dan pembacaan) adalah salah satu prosedur yang mungkin dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. Tes tuberkulin dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis, baik aktif maupun laten.
Dalam kasus ini, selain pemeriksaan fisik dan radiologis, pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan dahak untuk bakteri Mycobacterium tuberculosis juga sangat penting untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan menentukan rencana tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 15198 | 10 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Faktor yang Berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, kelelahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
- Manifestasi Klinis: Batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
- Manifestasi Klinis: Penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik.
- Faktor yang Berhubungan: Kelemahan umum, kelelahan, dan gangguan pernapasan.
- Manifestasi Klinis: Sesak napas saat beraktivitas dan kelelahan saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Penerapan standar ini memastikan kualitas dan kesinambungan perawatan yang diberikan. -
Article No. 15199 | 10 Apr 2025
Klinis : Pasien mengalami batuk berdahak dengan sputum hijau
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak dengan sputum hijau.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan batuk berdahak dan sputum hijau adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi dari saluran pernapasan sehingga menyebabkan jalan napas tidak efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan produksi sekresi, penurunan kemampuan batuk, atau adanya obstruksi jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi batuk berkurang
b. Sputum menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan
c. Suara napas normal tanpa suara napas tambahan
d. Oksigenasi darah membaik (peningkatan SpO2)
2. Pengendalian Batuk: Pasien dapat mengontrol batuk secara efektif, ditandai dengan:
a. Pasien dapat melakukan teknik batuk efektif
b. Frekuensi dan intensitas batuk berkurang
c. Pasien dapat mengeluarkan sputum dengan baik
3. Status Pernapasan: Pasien menunjukkan status pernapasan yang stabil, ditandai dengan:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sputum jika pasien tidak dapat mengeluarkannya sendiri
b. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk efektif dan napas dalam
c. Berikan humidifikasi oksigen untuk melembapkan jalan napas
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi nebulizer atau bronkodilator jika diperlukan
2. Manajemen Batuk
a. Latih pasien untuk melakukan teknik batuk efektif
b. Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu batuk (misalnya: incentive spirometer)
c. Berikan terapi antitusif atau mukolitik sesuai indikasi
3. Manajemen Oksigenasi
a. Monitor status oksigenasi pasien (SpO2, ABG)
b. Berikan oksigen suplementasi sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mempertahankan oksigenasi yang optimal
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, pengendalian batuk yang baik, dan status pernapasan yang stabil. Hal ini akan membantu mempercepat pemulihan pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 15200 | 10 Apr 2025
Klinis : Pasien mengalami batuk berdahak dengan sputum hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak dengan sputum hijau, maka dapat diidentifikasi diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Jalan Napas Terbuka
Definisi: Kondisi di mana saluran napas terbuka dan bebas dari obstruksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi masuknya udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
Aktivitas:
- Auskultasi suara napas
- Identifikasi sputum (warna, konsistensi, jumlah)
- Berikan posisi semi-fowler
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Lakukan suction apabila diperlukan
- Berikan nebulizer/inhaler bronkodilator sesuai indikasi
Harapan yang ingin dicapai adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi sehingga dapat bernapas dengan lancar.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada yang kurang jelas, silakan tanyakan kembali. Wassalamualaikum. -
Article No. 15201 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan usia 47 tahun mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, nafas terasa berat, keluarga pasien mengatakan pasien didiagnosa oleh dokter TB paru sejak 6 bulan yang lalu, riwayat minum obat tidak rutin, pasien susah mengeluarkan dahak dan sudah dibawa ke puskesmas tapi kondisi tidak membaik, pemeriksan fisik didapatkan RR: 32x/menit, nadi 98x/menit, TD 130/90 mmHg, saturasi oksigen 88%, terdengar suara ronchi di semua lapang paru, ditemukan adanya jari tabuh, bibir pucat. a. Tentukan diagnosis keperawatan utama pada kasus di atas! b. Intervensi utama apa yang perlu dilakukan? c. Jelaskan dengan singkat patofisiologi kasus di atas sampai ke diagnosis keperawatan yang aktual (mengapa sampai muncul diagnosis keperawatan tersebut)!
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: a. Diagnosis Keperawatan Utama: Penurunan Ventilasi Spontan
b. Intervensi Keperawatan Utama:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%
3. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam untuk mengeluarkan sputum
4. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi medis
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk evaluasi dan pemberian terapi obat TB yang adekuat
c. Penjelasan Singkat Patofisiologi dan Diagnosis Keperawatan:
Pasien perempuan usia 47 tahun didiagnosis menderita Tuberkulosis (TB) Paru sejak 6 bulan yang lalu. Namun, pasien tidak minum obat secara teratur, sehingga kondisinya tidak membaik. Hal ini menyebabkan proses infeksi di paru-paru semakin progresif, mengakibatkan peradangan dan obstruksi jalan napas. Kondisi ini ditandai dengan gejala sesak napas, napas terasa berat, dan sulit mengeluarkan dahak.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan pernapasan, seperti laju napas cepat (takipnea), nadi cepat (takikardia), dan saturasi oksigen rendah (hipoksemia). Selain itu, ditemukan juga ronki di seluruh lapangan paru, serta tanda-tanda kegagalan ventilasi, yaitu jari tabuh dan bibir pucat.
Berdasarkan kondisi tersebut, diagnosis keperawatan utama yang muncul adalah Penurunan Ventilasi Spontan. Hal ini disebabkan oleh adanya obstruksi jalan napas, inflamasi paru, dan kegagalan ventilasi yang mengakibatkan penurunan kemampuan pasien untuk bernapas secara spontan dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi keperawatan utama yang perlu dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan batuk efektif dan napas dalam, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk evaluasi dan pemberian terapi obat TB yang adekuat. Tujuannya adalah untuk mempertahankan fungsi ventilasi, memperbaiki oksigenasi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 15202 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan usia 47 tahun mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, nafas terasa berat, keluarga pasien mengatakan pasien didiagnosa oleh dokter TB paru sejak 6 bulan yang lalu, riwayat minum obat tidak rutin, pasien susah mengeluarkan dahak dan sudah dibawa ke puskesmas tapi kondisi tidak membaik, pemeriksan fisik didapatkan RR: 32x/menit, nadi 98x/menit, TD 130/90 mmHg, saturasi oksigen 88%, terdengar suara ronchi di semua lapang paru, ditemukan adanya jari tabuh, bibir pucat. a. Tentukan diagnosis keperawatan utama pada kasus di atas! b. Intervensi utama apa yang perlu dilakukan? c. Jelaskan dengan singkat patofisiologi kasus di atas sampai ke diagnosis keperawatan yang aktual (mengapa sampai muncul diagnosis keperawatan tersebut)!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien tersebut.
a. Diagnosis Keperawatan Utama
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini dikarenakan pasien mengalami sesak napas, nafas terasa berat, sulit mengeluarkan dahak, dan ditemukan adanya suara ronchi di semua lapang paru.
b. Intervensi Utama
Intervensi utama yang perlu dilakukan adalah:
1. Kaji pola napas, kedalaman, dan irama napas pasien.
2. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara tambahan seperti ronchi.
3. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas 92%.
4. Libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan bersihan jalan napas, seperti mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
5. Berikan bronkodilator atau mukolitik sesuai instruksi dokter untuk membantu mengeluarkan dahak.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekresi, misalnya semi-fowler atau fowler.
c. Patofisiologi dan Diagnosis Keperawatan
Pasien ini didiagnosis dengan TB paru 6 bulan lalu, namun tidak minum obat secara rutin. Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi yang terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan pada jaringan paru. Kerusakan ini dapat mengakibatkan peningkatan produksi sekret, penyumbatan jalan napas, dan kesulitan bernapas.
Selain itu, ada temuan jari tabuh yang dapat menunjukkan hipoksemia kronis. Hipoksemia ini juga dapat menyebabkan sesak napas dan takipnea (peningkatan frekuensi napas) sebagai upaya kompensasi tubuh untuk mempertahankan oksigenasi.
Berdasarkan tanda dan gejala yang muncul, diagnosis keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif menjadi diagnosis keperawatan yang paling sesuai. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk bernapas secara efektif dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan jalan napas yang bersih, dengan frekuensi napas 20-24 kali per menit, irama teratur, dan suara napas normal.
2. Pasien akan menunjukkan saturasi oksigen ≥ 92% pada oksigen suplemental.
3. Pasien akan melaporkan tidak ada lagi sesak napas atau kesulitan bernapas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji pola napas, kedalaman, dan irama napas pasien.
2. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara tambahan.
3. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
4. Libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan bersihan jalan napas.
5. Berikan bronkodilator atau mukolitik sesuai instruksi dokter.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekresi.
7. Monitor saturasi oksigen dan tanda-tanda vital.
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan fisioterapis, untuk optimalisasi perawatan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan utama, intervensi utama, patofisiologi, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran. Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam memahami kasus ini secara komprehensif. -
Article No. 15203 | 10 Apr 2025
Klinis : Lali laki 45 tahun keluhan penurunan kesadaran akibat jatuh ke kamar mandi,sebelum jatuh pasien sesaj nafas,kesadaran somnolen TD 180/90 suhu 36,8 HR 92 RR 30 rhonchi ada,slem banyak kental
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan trauma kepala akibat jatuh.
Penjelasan Singkat:
Penurunan kesadaran merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami penurunan tingkat kesadaran yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma kepala, gangguan metabolik, infeksi, atau penyebab lainnya. Dalam kasus ini, penurunan kesadaran pasien disebabkan oleh trauma kepala akibat jatuh di kamar mandi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Kesadaran
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tingkat Kesadaran Membaik
- Pola Nafas Membaik
- Hemodinamik Stabil
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Syok
- Manajemen Trauma
Berdasarkan standar PPNI, perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti memantau tanda-tanda vital, mengelola jalan napas, mengelola syok, dan mengelola trauma, dengan tujuan agar tingkat kesadaran pasien, pola napas, dan hemodinamik dapat kembali stabil. -
Article No. 15204 | 10 Apr 2025
Klinis : Lali laki 45 tahun keluhan penurunan kesadaran akibat jatuh ke kamar mandi,sebelum jatuh pasien sesaj nafas,kesadaran somnolen TD 180/90 suhu 36,8 HR 92 RR 30 rhonchi ada,slem banyak kental
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan cedera kepala sekunder akibat jatuh ke kamar mandi, ditandai dengan pasien somnolen, penurunan tingkat kesadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat:
1. Mempertahankan tingkat kesadaran dalam rentang normal (Compos Mentis).
2. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, HR 80-100 x/menit, RR 12-20 x/menit, suhu 36,5-37,5°C).
3. Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut akibat penurunan kesadaran (misalnya: gangguan fungsi pernapasan, gangguan kardiovaskular, aspirasi).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Kesadaran
- Lakukan pemantauan tingkat kesadaran secara berkala menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS).
- Catat setiap perubahan tingkat kesadaran dan laporkan segera ke tenaga kesehatan.
- Perhatikan tanda-tanda perubahan kesadaran, seperti penurunan respon terhadap stimulus.
2. Manajemen Jalan Napas
- Pertahankan jalan napas terbuka dengan posisi kepala ekstensi atau supinasi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari jalan napas.
3. Manajemen Kardiovaskular
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernapasan.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan tubuh dan perfusi jaringan.
- Pantau tanda-tanda hipovolemia atau hipertensi, dan laporkan segera ke tenaga kesehatan.
4. Pencegahan Komplikasi
- Posisikan pasien dalam posisi semi fowler atau fowler untuk memudahkan pernapasan.
- Lakukan pencegahan aspirasi, seperti meletakkan pasien dalam posisi miring atau menggunakan selang nasogastrik.
- Lakukan perawatan kulit dan cegah terjadinya dekubitus.
5. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran dan rencana penanganan yang tepat.
- Lakukan koordinasi dengan tim kesehatan untuk memastikan pemberian terapi, pengobatan, dan pemantauan yang adekuat.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dipilih, "Penurunan Kesadaran", menggambarkan kondisi pasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran akibat cedera kepala sekunder dari jatuh ke kamar mandi. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup pemulihan tingkat kesadaran, stabilisasi tanda-tanda vital, dan pencegahan komplikasi lebih lanjut. Intervensi Keperawatan (SIKI) yang direkomendasikan mencakup pemantauan kesadaran, manajemen jalan napas, manajemen kardiovaskular, pencegahan komplikasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan penanganan yang komprehensif. -
Article No. 15205 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien wanita usia 45 tahun mengeluh lemah, letih dan lesu. Pasien mengeluh tidak nafsu makan dan berat badan menurun dan sering sesak. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, wajah pucat, bibir anemis, RR 28 x/menit, suhu 37,8oC, nadi 90x/menit, TD 125/90 mmHg, Hb: 9 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Penyebab: Kelemahan, Mual, Nyeri, Malnutrisi, Anemia.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Tingkat Energi: Meningkat
b. Kapasitas Aktivitas: Meningkat
c. Toleransi Aktivitas: Meningkat
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Energi
- Kaji tingkat energi pasien
- Atur aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi pemberian nutrisi dan terapi anemia
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kaji kapasitas aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Berikan dorongan dan motivasi kepada pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluh lemah, letih, lesu, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan sesak napas. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda anemia, seperti konjungtiva anemis, wajah pucat, bibir anemis, dan Hb rendah. Kondisi ini dapat menyebabkan intoleransi aktivitas karena kelemahan dan malnutrisi. Intervensi keperawatan akan diarahkan pada manajemen energi dan peningkatan toleransi aktivitas, dengan kolaborasi pemberian nutrisi dan terapi anemia. -
Article No. 15206 | 10 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien wanita usia 45 tahun mengeluh lemah, letih dan lesu. Pasien mengeluh tidak nafsu makan dan berat badan menurun dan sering sesak. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, wajah pucat, bibir anemis, RR 28 x/menit, suhu 37,8oC, nadi 90x/menit, TD 125/90 mmHg, Hb: 9 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan (Fatigue) berhubungan dengan anemia, penurunan nafsu makan, dan sesak napas.
Penjelasan:
Pasien mengalami keluhan utama berupa lemah, letih, dan lesu (kelelahan), yang berhubungan dengan kondisi anemia yang ditandai dengan konjungtiva anemis, wajah pucat, bibir anemis, dan penurunan kadar hemoglobin (Hb: 9 g/dL). Selain itu, pasien juga mengeluh tidak nafsu makan dan berat badan menurun, serta sering sesak napas (RR 28 x/menit), yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kelelahan.
Luaran/Output SLKI:
1. Pemulihan Energi
- Pasien mampu mempertahankan/meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan.
- Pasien mampu melakukan aktivitas tanpa rasa lelah yang berlebihan.
- Pasien mampu mempertahankan/meningkatkan berat badan sesuai dengan kebutuhan.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan adalah pemulihan energi pasien, sehingga ia dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya, melakukan aktivitas tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan mempertahankan atau meningkatkan berat badan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini akan membantu pasien untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kesejahteraan yang optimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Energi
- Kaji tingkat energi pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Bantu pasien untuk mengatur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen energi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan.
2. Peningkatan Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, asupan makan, dan kadar hemoglobin.
- Berikan makanan yang bergizi dan sesuai dengan preferensi pasien untuk meningkatkan nafsu makan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat bagi pasien.
- Pantau asupan makan dan berat badan pasien secara berkala.
3. Manajemen Pernapasan
- Kaji tanda-tanda vital pasien, terutama frekuensi pernapasan.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik pernapasan yang baik.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk memberikan latihan pernapasan yang sesuai.
- Pantau dan dokumentasikan perkembangan kondisi pernapasan pasien.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah manajemen energi, peningkatan nutrisi, dan manajemen pernapasan. Manajemen energi bertujuan untuk membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat agar dapat mempertahankan atau meningkatkan energinya. Peningkatan nutrisi bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki status nutrisi, termasuk kadar hemoglobin. Manajemen pernapasan bertujuan untuk memantau dan mengelola kondisi pernapasan pasien, serta memberikan edukasi dan intervensi yang sesuai.