Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15345 | 11 Apr 2025
Klinis : RESIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL":
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL" adalah:
1. Risiko Harga Diri Rendah Situasional
Definisi: Kerentanan terhadap penurunan persepsi nilai diri atau kemampuan yang disebabkan oleh situasi tertentu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Harga Diri
Definisi: Persepsi individu tentang nilai dirinya.
Indikator yang diharapkan:
a. Mengekspresikan penerimaan diri
b. Menunjukkan rasa percaya diri
c. Menunjukkan kepuasan diri
d. Menunjukkan penghargaan diri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Harga Diri
Definisi: Membantu individu untuk meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya.
Aktivitas keperawatan:
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga diri.
b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan negatif secara aman dan konstruktif.
c. Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang dimiliki.
d. Beri umpan balik positif dan pujian yang spesifik untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien.
e. Libatkan pasien dalam aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.
f. Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial dan mengembangkan jaringan dukungan sosial.
g. Ajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengatasi situasi yang dapat menurunkan harga diri.
h. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan harga diri pasien.
Penjelasan rinci:
Kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL" menggambarkan kerentanan pasien terhadap penurunan persepsi nilai diri atau kemampuan yang disebabkan oleh situasi tertentu. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Harga Diri Rendah Situasional".
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Harga Diri", yaitu persepsi individu tentang nilai dirinya. Indikator yang diharapkan adalah pasien dapat mengekspresikan penerimaan diri, menunjukkan rasa percaya diri, menunjukkan kepuasan diri, dan menunjukkan penghargaan diri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah "Peningkatan Harga Diri", yaitu membantu individu untuk meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya. Aktivitas keperawatan meliputi identifikasi faktor-faktor penyebab, mendorong ekspresi emosi negatif, membantu mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan, memberikan umpan balik positif, melibatkan pasien dalam aktivitas yang meningkatkan harga diri, mendorong keterlibatan sosial, mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya dan mencapai luaran harga diri yang diharapkan. -
Article No. 15346 | 11 Apr 2025
Klinis : hipokalemi 2.9 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi hipokalemi 2.9 dan tidak makan dan minum selama 4 hari.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
Hipokalemia merupakan penurunan kadar kalium dalam darah di bawah normal (3,5-5,1 mEq/L). Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat, gangguan absorpsi, atau kehilangan kalium yang berlebihan melalui saluran pencernaan, ginjal, atau kulit. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa kelemahan otot, fatigue, kram otot, konstipasi, irama jantung tidak teratur, dan penurunan refleks tendon.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Elektrolit: Hipokalemia Membaik
Luaran ini bertujuan untuk mencapai kadar kalium darah yang normal kembali (3,5-5,1 mEq/L) setelah pemberian intervensi keperawatan yang tepat. Kriteria hasil yang diharapkan antara lain:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
b. Pasien tidak mengalami kejang atau irama jantung tidak teratur
c. Hasil laboratorium menunjukkan kadar kalium darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
Intervensi ini bertujuan untuk memantau asupan dan pengeluaran cairan, serta status elektrolit pasien secara berkala. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Ukur tanda-tanda vital secara rutin
b. Pantau intake dan output cairan pasien
c. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar elektrolit, terutama kalium
d. Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
2. Manajemen Hipokalemia
Intervensi ini bertujuan untuk mengoreksi kadar kalium darah yang rendah. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Berikan suplemen kalium oral atau intravena sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Batasi asupan cairan yang mengandung natrium atau klorida yang berlebihan
c. Edukasi pasien tentang pentingnya asupan makanan kaya kalium
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan penyesuaian terapi
3. Manajemen Nutrisi
Intervensi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang tidak makan dan minum selama 4 hari. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Lakukan asesmen status nutrisi pasien
b. Berikan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan toleransi pasien
c. Pantau asupan makan dan minum pasien secara berkala
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk evaluasi dan penyesuaian diet
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan elektrolit, khususnya kadar kalium yang normal, serta pemenuhan nutrisi yang adekuat. Hal ini akan mendukung proses pemulihan pasien secara optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 15347 | 11 Apr 2025
Klinis : kalium 5 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan elektrolit: Kalium tinggi (Hyperkalemia)
Definisi: Peningkatan kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam kehidupan.
Penyebab: Tidak makan dan minum selama 4 hari dapat menyebabkan penurunan asupan kalium, sehingga terjadi peningkatan kadar kalium dalam darah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Elektrolit
- Indikator: Kadar kalium dalam batas normal
- Target: Kadar kalium 3,5-5,0 mEq/L
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Elektrolit
- Pantau kadar kalium secara berkala
- Pantau tanda-tanda dan gejala hiperkalemia (mual, lemah, detak jantung lambat)
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Berikan cairan infus yang sesuai untuk mengoreksi defisit cairan dan elektrolit
- Berikan suplemen kalium, jika diperlukan, untuk mencapai kadar kalium normal
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan elektrolit yang adekuat
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda hiperkalemia dan melaporkannya segera
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Ketidakseimbangan elektrolit: Kalium tinggi (Hiperkalemia)
- Hiperkalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah melebihi batas normal (>5,0 mEq/L).
- Pada kasus ini, tidak makan dan minum selama 4 hari dapat menyebabkan penurunan asupan kalium, sehingga terjadi peningkatan kadar kalium dalam darah.
- Hiperkalemia dapat menimbulkan gejala seperti mual, lemah, dan detak jantung lambat, serta dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
- Keseimbangan Elektrolit: Indikator yang menunjukkan bahwa kadar kalium dalam darah telah kembali normal (3,5-5,0 mEq/L).
- Tujuan utama adalah mencapai kadar kalium yang normal untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
- Pemantauan Elektrolit: Pemantauan kadar kalium secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi. Pantau juga tanda-tanda dan gejala hiperkalemia.
- Manajemen Cairan dan Elektrolit: Pemberian cairan infus yang sesuai untuk mengoreksi defisit cairan dan elektrolit. Jika diperlukan, berikan suplemen kalium untuk mencapai kadar kalium normal.
- Edukasi Pasien dan Keluarga: Berikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan elektrolit yang adekuat, serta cara memantau tanda-tanda hiperkalemia dan melaporkannya segera.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai keseimbangan elektrolit, khususnya kadar kalium, serta mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 15348 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan usia 5 tahun, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak (Measles)
Penjelasan:
Kode ICD-10 B05 merupakan kode untuk diagnosis campak (measles). Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak. Gejala khas yang ditunjukkan oleh pasien sesuai dengan gambaran klinis campak, yaitu demam tinggi, ruam kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, serta gejala pernapasan seperti batuk kering dan mata merah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: - (tidak ada)
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik untuk diagnosis campak. Penatalaksanaan umumnya bersifat suportif, seperti pemberian cairan, antipiretik, dan pemantauan komplikasi.
Dalam menangani pasien dengan dugaan campak, evaluasi dan pemantauan klinis merupakan hal yang penting. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti deteksi antibodi IgM atau deteksi virus campak untuk konfirmasi diagnosis. -
Article No. 15349 | 11 Apr 2025
Klinis : kalium 2.9 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah jawaban saya:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu kalium 2.9 dan tidak makan dan minum selama 4 hari, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
Ketidakseimbangan elektrolit ini ditandai dengan penurunan kadar kalium dalam darah (2.9 mEq/L) dan disertai dengan tidak adanya asupan makan dan minum selama 4 hari, yang dapat menyebabkan defisiensi elektrolit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Elektrolit: Kalium
a. Mempertahankan kadar kalium darah dalam rentang normal (3.5-5.0 mEq/L)
b. Tidak terjadi tanda-tanda hipokalemia (misalnya: aritmia, kelemahan otot, hiporefleksia)
c. Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait hipokalemia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Elektrolit
a. Pantau kadar kalium dalam darah secara berkala
b. Pantau tanda-tanda hipokalemia (misalnya: denyut nadi, refleks, irama jantung)
c. Lakukan tindakan pemberian suplemen kalium per oral atau parenteral sesuai indikasi
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Berikan cairan intravena yang mengandung elektrolit (misalnya, ringer laktat atau normal saline)
b. Atur pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian suplemen kalium secara parenteral jika perlu
3. Edukasi Kesehatan
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya kalium
b. Ajarkan pasien cara memantau gejala hipokalemia dan melaporkan segera kepada petugas kesehatan
c. Motivasi pasien untuk patuh dalam mengkonsumsi makanan dan minuman serta suplemen kalium yang diberikan
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami hipokalemia yang ditandai dengan penurunan kadar kalium dalam darah (2.9 mEq/L) dan tidak adanya asupan makan dan minum selama 4 hari. Hipokalemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti aritmia, kelemahan otot, dan hiporefleksia, sehingga harus ditangani dengan segera.
Diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia" karena sesuai dengan kondisi pasien. Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kadar kalium dalam rentang normal, tidak terjadi tanda-tanda hipokalemia, dan pasien tidak memiliki keluhan terkait hipokalemia.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan elektrolit, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Pemantauan elektrolit dilakukan untuk mengontrol kadar kalium dan tanda-tanda hipokalemia. Manajemen cairan dan elektrolit bertujuan untuk mengoreksi defisiensi kalium, baik melalui pemberian cairan intravena maupun suplemen kalium. Edukasi kesehatan penting dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan makanan dan minuman yang kaya kalium, serta cara mengenali dan melaporkan gejala hipokalemia. -
Article No. 15350 | 11 Apr 2025
Klinis : Demam panas,gembreges pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi demam panas, gemeregesi, dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Faktor Terkait: Infeksi.
Gejala dan Tanda: Suhu tubuh meningkat, gemeregesi, pusing.
2. Nyeri akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Terkait: Infeksi.
Gejala dan Tanda: Keluhan nyeri, pusing.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terarah dari satu atau lebih ekstremitas.
Faktor Terkait: Demam, kelemahan.
Gejala dan Tanda: Gemeregesi, keterbatasan pergerakan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah seperangkat standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah seperangkat standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam merumuskan luaran keperawatan yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah seperangkat standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam merencanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. -
Article No. 15351 | 11 Apr 2025
Klinis : Demam panas,gembreges pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan. Berdasarkan gejala demam panas dan gembreng pusing, berikut adalah informasi yang dapat saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik sesuai dengan gejala demam panas dan gembreng pusing. Perawatan yang mungkin diberikan adalah pemeriksaan fisik, pengukuran tanda-tanda vital, dan pemberian obat sesuai dengan manifestasi klinis.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasi di tempat lain):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan demam yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
- Demam panas dan gembreng pusing dapat menjadi gejala dari berbagai kondisi medis, seperti infeksi, penyakit sistemik, atau bahkan gangguan neurologis.
- Kode R50.9 mencakup demam tanpa penyebab yang jelas, demam dengan etiologi yang tidak diketahui, dan demam yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik sesuai dengan gejala demam panas dan gembreng pusing.
- Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan fisik, pengukuran tanda-tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan lain-lain), serta pemberian obat sesuai dengan manifestasi klinis dan diagnosis yang ditegakkan.
- Tindakan lebih lanjut, seperti pemeriksaan laboratorium atau pencitraan, mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasari gejala tersebut.
Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan atau membutuhkan informasi tambahan, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15352 | 11 Apr 2025
Klinis : Demam panas,gembreges pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu demam panas, gemetar, dan pusing, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau gangguan mekanisme pengendalian suhu tubuh.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Penjelasan: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik.
3. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan (SDKI)
Penjelasan: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali (SLKI)
Penjelasan: Tercapainya suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat (SLKI)
Penjelasan: Peningkatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
3. Perfusi Jaringan Terjaga (SLKI)
Penjelasan: Terpeliharanya aliran darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (SIKI)
Penjelasan: Tindakan keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
2. Peningkatan Aktivitas (SIKI)
Penjelasan: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
3. Pemantauan Perfusi Jaringan (SIKI)
Penjelasan: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, diharapkan penjelasan di atas dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan. -
Article No. 15353 | 11 Apr 2025
Klinis : Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Hepatitis C) yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan atas dengan skala nyeri 6.
2. Gangguan intake nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan makan karena mual, muntah, dan anoreksia yang ditandai dengan penurunan berat badan dan konsumsi kalori tidak adekuat.
3. Inkontinensia urin berhubungan dengan kerusakan struktural (terpasang kateter) yang ditandai dengan warna urin gelap seperti teh.
4. Diare berhubungan dengan proses penyakit (Hepatitis C) yang ditandai dengan feses berwarna kuning seperti tanah liat.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan malaise yang ditandai dengan pasien tampak lemah dan membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, klasifikasi diagnosis, diagnosa NANDA-I, dll.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan, kriteria hasil, intervensi, dll.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Definisi intervensi, aktivitas keperawatan, dll.
Standar tersebut merupakan acuan yang digunakan oleh perawat Indonesia dalam menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 15354 | 11 Apr 2025
Klinis : Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit Hepatitis C ditandai dengan adanya nyeri perut kanan atas, VAS 6, keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, mual, dan muntah akibat Hepatitis C.
3. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare dan asupan cairan yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat Hepatitis C.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri Akut
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (nyeri).
SLKI: Kemampuan klien untuk melaporkan, mengenali, dan mengelola pengalaman nyeri.
SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri yang dirasakan klien.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Kemampuan klien untuk mencapai dan mempertahankan status nutrisi yang optimal.
SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
3. Risiko Dehidrasi
SDKI: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar dari yang dapat diganti.
SLKI: Kemampuan klien untuk mempertahankan status cairan dan elektrolit yang adekuat.
SIKI: Intervensi untuk mempertahankan status cairan dan elektrolit klien.
4. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: Kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi partisipasi klien dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.