Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15340 | 11 Apr 2025
Klinis : umur pasien 70 tahun dan pasien mengatakan sulit bergerak karna jika bergerak malah tambah nyeri, pasien merasa lemah saat beraktifitas karna mudah keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dengan usia 70 tahun yang mengeluhkan sulit bergerak karena nyeri serta merasa lemah dan mudah kelelahan saat beraktivitas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terarah, dari satu tempat ke tempat lain.
Penyebab: Usia lanjut, nyeri, kelemahan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mobilitas Fisik
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat bergerak sesuai kemampuan.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
d. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Mobilitas
Definisi: Memfasilitasi pergerakan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan fungsi fisik.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas.
b. Kaji kemampuan mobilitas pasien.
c. Libatkan pasien dalam aktivitas sesuai kemampuan.
d. Ajarkan teknik-teknik mobilisasi yang aman.
e. Kolaborasi dengan profesi lain untuk memfasilitasi mobilitas pasien.
f. Berikan motivasi dan dukungan dalam upaya meningkatkan mobilitas.
2. Manajemen Nyeri
Definisi: Mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dialami individu.
Aktivitas:
a. Kaji karakteristik nyeri pasien.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
c. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri pada pasien.
e. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
3. Manajemen Kelelahan
Definisi: Mengatur dan memfasilitasi pemulihan energi individu.
Aktivitas:
a. Kaji penyebab dan tingkat kelelahan pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan.
c. Ajarkan teknik manajemen energi pada pasien.
d. Kolaborasi dengan profesi lain untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien.
e. Berikan dukungan dan motivasi dalam upaya mengatasi kelelahan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik, yaitu sulit bergerak karena nyeri dan merasa lemah serta mudah kelelahan saat beraktivitas. Usia lanjut, nyeri, dan kelemahan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan masalah mobilitas pada pasien.
Luaran/output yang diharapkan adalah Mobilitas Fisik, yang mencakup kemampuan pasien bergerak sesuai kemampuan, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan, serta menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan pasien dalam bergerak dan beraktivitas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Mobilitas, Manajemen Nyeri, dan Manajemen Kelelahan. Manajemen Mobilitas bertujuan untuk memfasilitasi pergerakan pasien dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi fisiknya. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dialami pasien. Manajemen Kelelahan bertujuan untuk mengatur dan memfasilitasi pemulihan energi pasien. Kolaborasi dengan profesi lain, seperti fisioterapis, juga dapat dilakukan untuk memfasilitasi mobilitas pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik, pengurangan nyeri, dan pemulihan energi, sehingga pasien dapat beraktivitas secara optimal sesuai dengan kemampuannya. -
Article No. 15341 | 11 Apr 2025
Klinis : umur pasien 70 tahun dan pasien mengatakan sulit bergerak karna jika bergerak malah tambah nyeri, pasien merasa lemah saat beraktifitas karna mudah keletihan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat nyeri dan keletihan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mobilitas fisik terganggu didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, dan/atau kontrol otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik, ditandai dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik, kompres hangat/dingin, dan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri saat bergerak.
2. Latihan rentang gerak: Mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Peningkatan aktivitas: Mengatur aktivitas sehari-hari sesuai toleransi pasien untuk mencegah keletihan.
4. Edukasi dan dukungan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi dan mengatasi hambatan.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik, mengurangi nyeri saat bergerak, dan mengatasi keletihan, sehingga dapat kembali beraktivitas secara mandiri. -
Article No. 15342 | 11 Apr 2025
Klinis : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi Hipertermia berdasarkan standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan suhu tubuh di atas nilai normal adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
2. Kontrol Suhu Tubuh: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh dan mempertahankannya dalam batas normal.
3. Manajemen Gejala: Pasien menunjukkan pengurangan gejala yang terkait dengan hipertermia, seperti kulit kemerahan, berkeringat, dan rasa tidak nyaman.
4. Peningkatan Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman dan penurunan rasa tidak nyaman akibat hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Pantau suhu tubuh secara teratur.
- Pantau denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah.
- Catat dan laporkan adanya perubahan tanda-tanda vital.
2. Manajemen Suhu Tubuh:
- Lakukan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh, seperti kompres dingin, pemberian antipiretik, atau pengaturan lingkungan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi yang tepat.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen suhu tubuh.
3. Manajemen Gejala:
- Berikan kenyamanan dengan mengatur lingkungan (suhu, kelembaban, ventilasi).
- Berikan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang akibat peningkatan suhu tubuh.
- Lakukan perawatan kulit untuk mencegah iritasi akibat keringat.
4. Edukasi Kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan hipertermia.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam manajemen hipertermia.
- Berikan informasi tentang pola makan, aktivitas, dan perawatan diri yang dapat membantu mencegah atau mengatasi hipertermia.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital, kontrol suhu tubuh, manajemen gejala, dan peningkatan kenyamanan. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mengedukasi pasien serta keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 15343 | 11 Apr 2025
Klinis : Tekanan intrakranial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tekanan intrakranial dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi:
Peningkatan tekanan pada rongga intrakranial yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perdarahan, edema, atau pembentukan massa di dalam rongga kranial.
Penyebab:
1. Trauma kepala
2. Perdarahan intrakranial (perdarahan intraserebral, subdural, atau subarakhnoid)
3. Edema serebral
4. Tumor otak
5. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
6. Hidrosefalus
Tanda dan Gejala:
1. Sakit kepala
2. Muntah
3. Penurunan kesadaran
4. Perubahan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan)
5. Perubahan pupil (asimetris, reaksi lambat/tidak ada)
6. Perubahan status mental (kebingungan, agitasi, koma)
7. Perubahan fungsi saraf kranial (gangguan penglihatan, pendengaran, motorik)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Tekanan Intrakranial
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol tekanan intrakranial
2. Keseimbangan cairan serebral
3. Integritas neurologis
4. Adaptasi keluarga terhadap perubahan neurologi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan peningkatan tekanan intrakranial
3. Manajemen tekanan intrakranial
4. Manajemen perubahan neurologis
5. Dukungan keluarga
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan pada kondisi peningkatan tekanan intrakranial memerlukan pemantauan yang ketat, manajemen yang tepat, serta dukungan keluarga untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 15344 | 11 Apr 2025
Klinis : Seorang gadis berusia 30 tahun dibawah ke IGD dengan keluhan muntah-muntah, kesadaran menurun setelah jatuh dari motor 1 jam lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hematoma pada kepala bagian belakang dengan diameter 5x5 cm, GCS (1.2. 2.),TD: 160/60mmHg, nadi: 54x/m, RR: 20x/m, pupil unisokor, oleh dokter didiagnosa cedera kepala berat DD/ Braindeath.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perubahan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Cedera Kepala Berat
Penjelasan:
Pasien mengalami cedera kepala berat yang dapat menyebabkan perubahan perfusi serebral dan kemungkinan terjadinya brain death. Pasien ditemukan dengan hematoma di kepala bagian belakang, GCS rendah (1-2-2), dan tanda-tanda penurunan kesadaran serta hemodinamik yang tidak stabil (TD 160/60 mmHg, nadi 54x/menit).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perubahan Perfusi Serebral
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Perfusi Serebral Adekuat
Profil Hemodinamik Stabil
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Intrakranial Pressure (ICP)
3. Manajemen Cedera Kepala
4. Pemberian Terapi Oksigen
5. Manajemen Cairan dan Elektrolit
Penerapan standar ini bertujuan untuk mempertahankan perfusi serebral yang adekuat dan profil hemodinamik yang stabil pada pasien dengan cedera kepala berat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan perburukan kondisi. -
Article No. 15345 | 11 Apr 2025
Klinis : RESIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL":
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL" adalah:
1. Risiko Harga Diri Rendah Situasional
Definisi: Kerentanan terhadap penurunan persepsi nilai diri atau kemampuan yang disebabkan oleh situasi tertentu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Harga Diri
Definisi: Persepsi individu tentang nilai dirinya.
Indikator yang diharapkan:
a. Mengekspresikan penerimaan diri
b. Menunjukkan rasa percaya diri
c. Menunjukkan kepuasan diri
d. Menunjukkan penghargaan diri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Harga Diri
Definisi: Membantu individu untuk meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya.
Aktivitas keperawatan:
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga diri.
b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan negatif secara aman dan konstruktif.
c. Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang dimiliki.
d. Beri umpan balik positif dan pujian yang spesifik untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien.
e. Libatkan pasien dalam aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.
f. Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial dan mengembangkan jaringan dukungan sosial.
g. Ajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengatasi situasi yang dapat menurunkan harga diri.
h. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan harga diri pasien.
Penjelasan rinci:
Kondisi "RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL" menggambarkan kerentanan pasien terhadap penurunan persepsi nilai diri atau kemampuan yang disebabkan oleh situasi tertentu. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Harga Diri Rendah Situasional".
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Harga Diri", yaitu persepsi individu tentang nilai dirinya. Indikator yang diharapkan adalah pasien dapat mengekspresikan penerimaan diri, menunjukkan rasa percaya diri, menunjukkan kepuasan diri, dan menunjukkan penghargaan diri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah "Peningkatan Harga Diri", yaitu membantu individu untuk meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya. Aktivitas keperawatan meliputi identifikasi faktor-faktor penyebab, mendorong ekspresi emosi negatif, membantu mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan, memberikan umpan balik positif, melibatkan pasien dalam aktivitas yang meningkatkan harga diri, mendorong keterlibatan sosial, mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien meningkatkan persepsi positif terhadap dirinya dan mencapai luaran harga diri yang diharapkan. -
Article No. 15346 | 11 Apr 2025
Klinis : hipokalemi 2.9 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi hipokalemi 2.9 dan tidak makan dan minum selama 4 hari.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
Hipokalemia merupakan penurunan kadar kalium dalam darah di bawah normal (3,5-5,1 mEq/L). Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat, gangguan absorpsi, atau kehilangan kalium yang berlebihan melalui saluran pencernaan, ginjal, atau kulit. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa kelemahan otot, fatigue, kram otot, konstipasi, irama jantung tidak teratur, dan penurunan refleks tendon.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Elektrolit: Hipokalemia Membaik
Luaran ini bertujuan untuk mencapai kadar kalium darah yang normal kembali (3,5-5,1 mEq/L) setelah pemberian intervensi keperawatan yang tepat. Kriteria hasil yang diharapkan antara lain:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
b. Pasien tidak mengalami kejang atau irama jantung tidak teratur
c. Hasil laboratorium menunjukkan kadar kalium darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
Intervensi ini bertujuan untuk memantau asupan dan pengeluaran cairan, serta status elektrolit pasien secara berkala. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Ukur tanda-tanda vital secara rutin
b. Pantau intake dan output cairan pasien
c. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar elektrolit, terutama kalium
d. Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
2. Manajemen Hipokalemia
Intervensi ini bertujuan untuk mengoreksi kadar kalium darah yang rendah. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Berikan suplemen kalium oral atau intravena sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Batasi asupan cairan yang mengandung natrium atau klorida yang berlebihan
c. Edukasi pasien tentang pentingnya asupan makanan kaya kalium
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan penyesuaian terapi
3. Manajemen Nutrisi
Intervensi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang tidak makan dan minum selama 4 hari. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Lakukan asesmen status nutrisi pasien
b. Berikan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan toleransi pasien
c. Pantau asupan makan dan minum pasien secara berkala
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk evaluasi dan penyesuaian diet
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan elektrolit, khususnya kadar kalium yang normal, serta pemenuhan nutrisi yang adekuat. Hal ini akan mendukung proses pemulihan pasien secara optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 15347 | 11 Apr 2025
Klinis : kalium 5 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan elektrolit: Kalium tinggi (Hyperkalemia)
Definisi: Peningkatan kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam kehidupan.
Penyebab: Tidak makan dan minum selama 4 hari dapat menyebabkan penurunan asupan kalium, sehingga terjadi peningkatan kadar kalium dalam darah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Elektrolit
- Indikator: Kadar kalium dalam batas normal
- Target: Kadar kalium 3,5-5,0 mEq/L
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Elektrolit
- Pantau kadar kalium secara berkala
- Pantau tanda-tanda dan gejala hiperkalemia (mual, lemah, detak jantung lambat)
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Berikan cairan infus yang sesuai untuk mengoreksi defisit cairan dan elektrolit
- Berikan suplemen kalium, jika diperlukan, untuk mencapai kadar kalium normal
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan elektrolit yang adekuat
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda hiperkalemia dan melaporkannya segera
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Ketidakseimbangan elektrolit: Kalium tinggi (Hiperkalemia)
- Hiperkalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah melebihi batas normal (>5,0 mEq/L).
- Pada kasus ini, tidak makan dan minum selama 4 hari dapat menyebabkan penurunan asupan kalium, sehingga terjadi peningkatan kadar kalium dalam darah.
- Hiperkalemia dapat menimbulkan gejala seperti mual, lemah, dan detak jantung lambat, serta dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
- Keseimbangan Elektrolit: Indikator yang menunjukkan bahwa kadar kalium dalam darah telah kembali normal (3,5-5,0 mEq/L).
- Tujuan utama adalah mencapai kadar kalium yang normal untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
- Pemantauan Elektrolit: Pemantauan kadar kalium secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi. Pantau juga tanda-tanda dan gejala hiperkalemia.
- Manajemen Cairan dan Elektrolit: Pemberian cairan infus yang sesuai untuk mengoreksi defisit cairan dan elektrolit. Jika diperlukan, berikan suplemen kalium untuk mencapai kadar kalium normal.
- Edukasi Pasien dan Keluarga: Berikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan elektrolit yang adekuat, serta cara memantau tanda-tanda hiperkalemia dan melaporkannya segera.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai keseimbangan elektrolit, khususnya kadar kalium, serta mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 15348 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan usia 5 tahun, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak (Measles)
Penjelasan:
Kode ICD-10 B05 merupakan kode untuk diagnosis campak (measles). Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak. Gejala khas yang ditunjukkan oleh pasien sesuai dengan gambaran klinis campak, yaitu demam tinggi, ruam kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, serta gejala pernapasan seperti batuk kering dan mata merah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: - (tidak ada)
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik untuk diagnosis campak. Penatalaksanaan umumnya bersifat suportif, seperti pemberian cairan, antipiretik, dan pemantauan komplikasi.
Dalam menangani pasien dengan dugaan campak, evaluasi dan pemantauan klinis merupakan hal yang penting. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti deteksi antibodi IgM atau deteksi virus campak untuk konfirmasi diagnosis. -
Article No. 15349 | 11 Apr 2025
Klinis : kalium 2.9 tidak makan dan minum selama 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah jawaban saya:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu kalium 2.9 dan tidak makan dan minum selama 4 hari, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
Ketidakseimbangan elektrolit ini ditandai dengan penurunan kadar kalium dalam darah (2.9 mEq/L) dan disertai dengan tidak adanya asupan makan dan minum selama 4 hari, yang dapat menyebabkan defisiensi elektrolit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Elektrolit: Kalium
a. Mempertahankan kadar kalium darah dalam rentang normal (3.5-5.0 mEq/L)
b. Tidak terjadi tanda-tanda hipokalemia (misalnya: aritmia, kelemahan otot, hiporefleksia)
c. Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait hipokalemia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Elektrolit
a. Pantau kadar kalium dalam darah secara berkala
b. Pantau tanda-tanda hipokalemia (misalnya: denyut nadi, refleks, irama jantung)
c. Lakukan tindakan pemberian suplemen kalium per oral atau parenteral sesuai indikasi
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Berikan cairan intravena yang mengandung elektrolit (misalnya, ringer laktat atau normal saline)
b. Atur pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian suplemen kalium secara parenteral jika perlu
3. Edukasi Kesehatan
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya kalium
b. Ajarkan pasien cara memantau gejala hipokalemia dan melaporkan segera kepada petugas kesehatan
c. Motivasi pasien untuk patuh dalam mengkonsumsi makanan dan minuman serta suplemen kalium yang diberikan
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami hipokalemia yang ditandai dengan penurunan kadar kalium dalam darah (2.9 mEq/L) dan tidak adanya asupan makan dan minum selama 4 hari. Hipokalemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti aritmia, kelemahan otot, dan hiporefleksia, sehingga harus ditangani dengan segera.
Diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia" karena sesuai dengan kondisi pasien. Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kadar kalium dalam rentang normal, tidak terjadi tanda-tanda hipokalemia, dan pasien tidak memiliki keluhan terkait hipokalemia.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan elektrolit, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Pemantauan elektrolit dilakukan untuk mengontrol kadar kalium dan tanda-tanda hipokalemia. Manajemen cairan dan elektrolit bertujuan untuk mengoreksi defisiensi kalium, baik melalui pemberian cairan intravena maupun suplemen kalium. Edukasi kesehatan penting dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan makanan dan minuman yang kaya kalium, serta cara mengenali dan melaporkan gejala hipokalemia.