Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15320 | 11 Apr 2025
Klinis : Hipertensi dengan diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi dengan diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi (SDKI):
Rentan mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Hipertensi
2. Aterosklerosis
3. Emboli
4. Trombus
5. Penyakit pembuluh darah perifer
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Tekanan darah dalam batas normal
2. Tidak ada keluhan sakit kepala
3. Tidak ada gangguan Neurologis
4. Tidak ada perubahan status mental
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Hipertensi
3. Terapi Oksigen
4. Pencegahan Komplikasi
5. Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien dengan hipertensi memiliki risiko mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Hal ini dapat terjadi akibat adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di otak yang mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi, terapi oksigen, pencegahan komplikasi, dan manajemen nutrisi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, mencegah gejala sakit kepala, gangguan neurologis, dan perubahan status mental yang dapat menandakan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 15321 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata rabun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun adalah "Gangguan Penglihatan". Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti katarak, glaukoma, retinopati diabetik, atau kelainan refraksi mata (miopia, hipermetropia, astigmatisme).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan keluhan mata rabun dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Penglihatan membaik: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan visual sesuai dengan normal atau mendekati normal.
2. Aktivitas sehari-hari terpenuhi: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca, menulis, dan melakukan pekerjaan tanpa kendala visual.
3. Pengetahuan meningkat: Pasien memahami penyebab, pencegahan, dan manajemen gangguan penglihatan yang dialami.
4. Koping efektif: Pasien dapat beradaptasi dan mengelola gangguan penglihatan yang dialami dengan baik.
5. Kepuasan pasien: Pasien merasa puas dengan hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan mata: Melakukan pemeriksaan mata secara komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab gangguan penglihatan.
2. Edukasi kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan manajemen gangguan penglihatan.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter spesialis mata untuk menentukan rencana penanganan yang sesuai, seperti pemberian kacamata, obat-obatan, atau tindakan operatif.
4. Terapi visual: Melakukan terapi visual, seperti latihan penajaman penglihatan, untuk meningkatkan kemampuan visual pasien.
5. Modifikasi lingkungan: Melakukan modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi aktivitas sehari-hari pasien, seperti menyediakan pencahayaan yang memadai, menghilangkan glare, dan memastikan kontras yang baik.
6. Dukungan psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada pasien untuk membantu beradaptasi dan mengelola gangguan penglihatan yang dialami.
7. Evaluasi dan tindak lanjut: Melakukan evaluasi berkala dan tindak lanjut untuk memantau perkembangan pasien dan menyesuaikan intervensi keperawatan yang diberikan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pasien dengan keluhan mata rabun mencapai kondisi yang optimal. -
Article No. 15322 | 11 Apr 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan standar SDKI PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Karakteristik Definisi: Perubahan frekuensi napas, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kardiovaskular, sehingga dapat mempengaruhi pola napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan yang berlebihan, energi yang terbatas, perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan penurunan curah jantung, sehingga mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas.
3. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu fungsi otak.
- Karakteristik Definisi: Hipertensi, riwayat stroke, penyakit kardiovaskular.
- Faktor Terkait: Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah serebral, sehingga meningkatkan risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif.
Standar SLKI dan SIKI yang terkait dengan diagnosa keperawatan di atas dapat dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang ditetapkan. -
Article No. 15323 | 11 Apr 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Penyebab:
1. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen hipertensi
2. Ketidakmampuan mengubah gaya hidup
3. Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan
Gejala dan Tanda:
1. Tekanan darah yang tidak terkontrol
2. Kelelahan
3. Sakit kepala
4. Kebingungan
Rencana Keperawatan:
1. Edukasi tentang hipertensi, faktor risiko, dan pengelolaannya
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan komprehensif
3. Monitoring tekanan darah secara teratur
4. Promosi gaya hidup sehat (diet, aktivitas fisik, manajemen stres)
5. Evaluasi kepatuhan terhadap pengobatan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00078
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 1803
Judul Luaran: Kontrol Hipertensi
Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 6240
Judul Intervensi: Manajemen Hipertensi
Definisi: Tindakan untuk membantu individu dengan hipertensi dalam mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi. -
Article No. 15324 | 11 Apr 2025
Klinis : Risiko Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya adalah seorang perawat profesional. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait kondisi Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi serebral.
Faktor Risiko:
1. Penyakit serebrovaskular (stroke, aneurisma, malformasi arteriovenosa)
2. Trauma kepala
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Penurunan curah jantung
5. Hipotensi
6. Anemia
7. Hipoksia
8. Hiperkarbia
Tujuan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan serebral membaik
2. Komplikasi perfusi jaringan serebral dapat dicegah
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan saturasi oksigen
2. Manajemen oksigenasi, misalnya pemberian oksigen
3. Manajemen hipertensi intrakranial, jika ada
4. Pencegahan komplikasi, seperti pencegahan terjadinya stroke
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai kondisi dan perawatannya
Evaluasi:
1. Perfusi jaringan serebral membaik, ditandai dengan perbaikan status neurologis
2. Tidak terjadi komplikasi akibat perfusi jaringan serebral yang tidak efektif
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berdasarkan standar PPNI. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15325 | 11 Apr 2025
Klinis : Isolasi jiwa akibat bully
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial didefinisikan sebagai pengalaman subyektif individu yang merasa terpisah atau terisolasi dari orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah bullying.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Isolasi Sosial akibat bullying adalah:
1. Individu dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Individu dapat mengungkapkan perasaan
3. Individu dapat meningkatkan harga diri
4. Individu dapat melakukan aktivitas sosial
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Isolasi Sosial akibat bullying antara lain:
1. Terapi kelompok, untuk memfasilitasi interaksi dan berbagi pengalaman
2. Konseling individual, untuk membantu mengungkapkan perasaan dan meningkatkan harga diri
3. Edukasi tentang bullying dan dampaknya, untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan mengatasi
4. Penguatan jaringan sosial, untuk memfasilitasi keterlibatan dalam aktivitas sosial
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan individu dapat pulih dari isolasi sosial akibat bullying dan kembali berpartisipasi dalam kehidupan sosial. -
Article No. 15326 | 11 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala menjalar dari mata sudah 2 bulan ini hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala menjalar dari mata yang hilang timbul selama 2 bulan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala berhubungan dengan situs/lokasi sakit kepala yang tidak jelas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada struktur kepala atau leher. Karakteristik utamanya adalah keluhan rasa sakit atau tidak nyaman di kepala atau leher.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Nyeri Kepala adalah pasien dapat melaporkan adanya penurunan nyeri kepala, dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan, dan dapat mengelola nyeri kepala secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Kepala antara lain:
1. Manajemen Nyeri: mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, memantau intensitas nyeri, dan memberikan intervensi farmakologis maupun non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Terapi Kompres: pemberian kompres hangat atau dingin pada area yang sakit untuk mengurangi nyeri.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: mengajarkan pasien cara mengelola nyeri secara mandiri.
Secara akademis, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang saya berikan diatas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai seorang pakar dan perawat, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan. -
Article No. 15327 | 11 Apr 2025
Klinis : DS: pasien mengungkapkan. rasa ketidaknyamanan terhadap bintik yang timbul pada kulit tubuhnya. DO: Banyak terdapat rash pada tubuh dan terasa gatal. Nadi 80 x Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut Kulit eritema membentuk macula papula di kulit normal Rash pada balik telinga,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang normal.
- Penjelasan: Pasien mengalami rash dan gatal pada kulit, serta terdapat perubahan pada kulit seperti makula dan papula. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada integritas kulit.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Judul: Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang normal.
- Karakteristik utama: Adanya lesi kulit, perubahan warna kulit, perubahan tekstur kulit, dan/atau rasa tidak nyaman pada kulit.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Judul: Integritas Kulit
- Definisi: Kemampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang normal.
- Indikator: Tidak ada lesi kulit, warna kulit normal, tekstur kulit normal, dan tidak ada rasa tidak nyaman pada kulit.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Judul: Perawatan Luka
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memulihkan integritas kulit yang rusak.
- Tindakan: Membersihkan luka, mengobati infeksi, dan membantu penyembuhan luka.
Jadi, berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Integritas Kulit, dengan penjelasan singkat sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI di atas. -
Article No. 15328 | 11 Apr 2025
Klinis : DS:pasien mengeluh panas pada seluruh tubuhnya DO:Hipertermi Akral terasa hangat Nadi 80 x per menit, Pernafasan 18 x per menit. Suhu tubuh 390 C. TD 100/60 mmHg Droplet infection Droplet infection Reaksi inflamasi: hiperemi. RR naik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh meningkat.
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Hipertermia adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal.
- Tanda dan gejala: Suhu tubuh meningkat, kulit terasa hangat, denyut nadi meningkat, pernapasan meningkat.
- Faktor terkait: Proses infeksi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Suhu tubuh menurun ke rentang normal.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Mengobservasi tanda-tanda vital.
- Menurunkan suhu tubuh (misalnya dengan kompres hangat-dingin).
- Memantau intake dan output cairan.
- Mengelola pengobatan.
- Memberikan edukasi tentang hipertermia dan penanganannya. -
Article No. 15329 | 11 Apr 2025
Klinis : kejang seluruh tubuh selama 15-30 menit. semalam makan kerang dan muntah2, setelah itu badan lemas. di ugd ku masih lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Keracunan Makanan
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kejang seluruh tubuh yang diduga terkait dengan keracunan makanan setelah makan kerang. Hal ini dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik otak dan kontraksi otot yang tidak terkontrol. Selain itu, pasien juga mengalami gejala mual dan muntah, serta kelemahan badan, yang merupakan manifestasi umum dari keracunan makanan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Individu rentan mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Keracunan zat, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, trauma kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Kejang terkontrol, vital sign stabil, tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan cedera, pemberian terapi antikonvulsan, manajemen cairan dan elektrolit, edukasi pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi risiko kejang dan komplikasi akibat keracunan makanan pada pasien.