Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21574 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien laki-laki berusia 62 tahun dengan diagnosis medis ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia).
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
Penyebab: Anemia, lemah, dan penurunan oksigenasi jaringan.
b. Perubahan Perfusi Jaringan
Definisi: Perubahan aliran darah ke jaringan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
Penyebab: Anemia, penurunan curah jantung, dan vasokonstriksi perifer.
c. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
Penyebab: Penurunan sistem imun akibat kondisi ALL.
2. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
a. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
b. Perfusi Jaringan
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan.
- Pasien melaporkan pengurangan gejala penurunan perfusi jaringan.
- Pasien menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin.
c. Kontrol Infeksi
- Pasien bebas dari tanda-tanda dan gejala infeksi.
- Pasien menunjukkan peningkatan sistem imun.
- Pasien melaporkan penurunan risiko infeksi.
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
a. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan energi.
- Manajemen Kelelahan: Mengevaluasi tingkat kelelahan pasien dan membantu mengurangi kelelahan.
- Peningkatan Mobilitas: Membantu pasien meningkatkan mobilitas dan aktivitas secara bertahap.
b. Perfusi Jaringan
- Manajemen Anemia: Memantau kadar hemoglobin dan mengatur pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan.
- Peningkatan Sirkulasi: Mempertahankan sirkulasi perifer yang adekuat, seperti menghangatkan ekstremitas.
- Manajemen Cairan: Mengatur pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien.
c. Kontrol Infeksi
- Manajemen Risiko Infeksi: Memantau tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan pencegahan.
- Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka dan pencegahan infeksi secara aseptik.
- Edukasi Pencegahan Infeksi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, memantau respons pasien terhadap intervensi, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 21575 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3. Tidak ada nafsu makan, Berat badan 39 Kg, pasien mengeluh mual, hasil USG terdapat hepatomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien laki-laki 62 tahun dengan diagnosa medis ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia), mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3, tidak ada nafsu makan, berat badan 39 Kg, mengeluh mual, serta hasil USG terdapat hepatomegali, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebih.
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien dapat mengelola energi dengan baik.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai dengan kebutuhan.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mengatasi mual yang dialami.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah:
- Pasien tidak mengalami perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan perdarahan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia:
- Pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Manajemen energi, seperti pengaturan jadwal aktivitas dan istirahat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi penggantian darah.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan aktivitas.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme:
- Pengkajian status nutrisi pasien, termasuk asupan, berat badan, dan riwayat mual.
- Pemberian makanan dan suplemen sesuai kebutuhan gizi pasien.
- Manajemen mual, seperti pemberian antiemetik dan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi asupan nutrisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi dan manajemen mual.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah:
- Pengkajian tanda-tanda perdarahan.
- Pemberian intervensi pencegahan perdarahan, seperti pencegahan trauma, perawatan luka, dan pemantauan laboratorium.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi penggantian darah.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan dan tindakan pencegahan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa mempertimbangkan kondisi klinis pasien, hasil pemeriksaan penunjang, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 21576 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3, leukosit 71.330. Tidak ada nafsu makan, Berat badan 39 Kg, pasien mengeluh mual, hasil USG terdapat hepatomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat ahli, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Pasien menunjukkan gejala-gejala malnutrisi, seperti berat badan rendah (39 kg), tidak ada nafsu makan, dan mual. Hasil pemeriksaan penunjang juga menunjukkan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan (3,3 g/dL).
2. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluh lemas, yang mengindikasikan adanya keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Kondisi ini dapat berdampak pada penurunan kapasitas fungsional.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
Temuan klinis seperti konjungtiva anemis, kulit pucat, dan tangan terasa dingin menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan. Selain itu, hepatomegali yang ditemukan pada pemeriksaan USG juga dapat memengaruhi perfusi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
a. Asupan Nutrisi: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
b. Status Gizi: Pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
b. Kapasitas Fungsional: Pasien dapat meningkatkan kapasitas fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
a. Perfusi Jaringan: Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Tanda-Tanda Vital: Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien, seperti kondisi penyakit, efek samping pengobatan, dan preferensi makanan.
b. Berikan intervensi nutrisi yang sesuai, seperti pemberian makanan tinggi kalori dan protein, atau suplemen nutrisi jika diperlukan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat.
d. Pantau status gizi pasien secara berkala, termasuk berat badan, kadar hemoglobin, dan parameter laboratorium lainnya.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Evaluasi kemampuan fungsional pasien dan identifikasi batasan aktivitas.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien, seperti latihan ringan atau aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tidur.
c. Ajarkan teknik manajemen energi untuk menghemat tenaga saat beraktivitas.
d. Lakukan kolaborasi dengan fisioterapis untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
a. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh.
b. Berikan intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti peningkatan asupan cairan, pemberian oksigen jika diperlukan, dan pengaturan posisi tubuh.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab perubahan perfusi jaringan.
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda perubahan perfusi jaringan dan tindakan yang perlu dilakukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang komprehensif. -
Article No. 21577 | 07 Sep 2025
Klinis : lemas,detak jantung lemah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi lemas dan detak jantung lemah adalah "Penurunan Curah Jantung" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai "Ketidakcukupan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi jantung, ketidakseimbangan cairan, dan perubahan irama jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan pernapasan yang berada dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan yang Memadai: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti warna kulit, suhu tubuh, dan pengisian kapiler yang normal.
3. Kemampuan Melakukan Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan, untuk mendeteksi perubahan hemodinamik.
2. Manajemen Cairan: Melakukan pengkajian dan pengaturan keseimbangan cairan tubuh, seperti pemberian cairan intravena atau pembatasan cairan, untuk mempertahankan volume darah yang adekuat.
3. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien, untuk memastikan oksigenasi jaringan yang memadai.
4. Edukasi Aktivitas: Memberikan edukasi dan bimbingan kepada pasien mengenai aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
5. Manajemen Rasa Nyaman: Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau kelelahan yang dialami pasien, seperti pemberian obat-obatan, teknik relaksasi, atau pengaturan lingkungan yang kondusif.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat, bersama dengan pemantauan yang cermat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diinginkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 21578 | 07 Sep 2025
Klinis : Pada pengkajian yang dilakukan pada pasien hari Sabtu tanggal 6 Mei 2023 pukul 07.30 WIB di Ruang Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan mendapatkan data identitas pasien yaitu: pasien usia 45 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama islam, memiliki kewarganegaraan Indonesia, pasien sudah menikah, bahasa yang digunakan sehari- hari Bahasa Indonesia dan Jawa, pendidikan terakhir SLTP, pasien hanya ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Klaten, pasien dirawat dengan diagnose medis AML (Acute Mieloblastic Leukemia). Data keluhan utama yaitu pasien mengatakan badan terasa lemas. Riwayat Kesehatan sekarang yaitu Pasien mengatakan badannya terasa lemas sudah 1 bulan yang lalu dan mulai memburuk selama 5 hari terakhir disertai dengan nyeri kepala, P : saat beraktivitas terlalu lama Q: tertusuk- tusuk, R : kepala, S : 5, T : hilang timbul. Keluarga pasien memutuskan memeriksakan pasien ke RS Aisiyah Klaten tanggal 4 April 2023, pada tanggal yang sama pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada jam 10 malam melalui IGD karena terdapat kelainan pada darah pasien yaitu kondisi klinis leukemia dengan pemeriksaan TTV tekanan darah 110/84 mmhg, Nadi 92 x/menit, pernafasan 21x/menit, dan suhu 36,5oC dengan keluhan badan terasa lemas dan pusing saat duduk terlalu lama. Pasien di IGD diberikan infus RL 20 tpm. Pasien lalu dipindakan dari IGD ke Flamboyan 8 pada tanggal 5 Mei 2023. Riwayat kesehatan dahulu didapatkan bahwa pasien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit, pertama kali dirawat di RS klaten dengan terdiagnosa leukemia. Pasien mengatakan awal mula mengeluhkan badan terasa lemas kurang lebih 1 bulan. Badan lemas dirasakan terus menerus sepanjang waktu hingga 1 minggu terakhir keluhan tersebut memberat sehingga semua aktivitas pasien dilakukan di kasur apabila pasien melakukan aktivitasterlalu lama akan merasakan pusing berputar- putar. Data riwayat keluarga yaitu pasien mengatakan tidak ada riwayat keturunan keluarga seperti hipertensi dan penyakit menular. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien didapatkan data konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, warna kulit pucat, turgor kulit tidak elastis, pengisian kapiler >2detik, pasien mengatakan nyeri kepala, P : saat beraktivitas terlalu lama Q: tertusuk- tusuk, R : kepala, S : 5, T : hilang timbul. Pada pemeriksaan pola Gordon didapatkan data: pada nutrisi metabolik pasien mengatakan hanya makan 2- 3 sendok saja yang telah disediakan RS dengan jumlah kalori yang disediakan 1900 (tinggi protein dan tinggi karbohidrat). Pola istirahat tidur didapatkan bahwa pasien mengatakan tidur kurang nyenyak sering terbangun karena badan terasa pegal- pegal dan lemas kurang lebih hanya 6 jam perhari di RS. Pada aktivitas latihan didapatkan data pasien memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas termasuk makan minum dan kebersihan diri, pasien merasa lemah dan pusing, pasien tidak mampu duduk tanpa sandaran dan tidakmampu untuk berjalan kekamar mandi karena badan terasa lemas. Pada pemeriksaan penunjang gambaran sum-sum tulang yaitu AML. Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium tanggal 5 Mei 2023 Hb 6,2 g/dl, Hematokrit 20 %, Leukosit 89.8ribu/ul, Trombosit 86 ribu/ul.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan yang ditandai dengan pasien memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas, merasa lemah dan pusing, tidak mampu duduk tanpa sandaran, dan tidak mampu berjalan ke kamar mandi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri kepala dengan karakteristik: P - saat beraktivitas terlalu lama, Q - tertusuk-tusuk, R - kepala, S - 5, T - hilang timbul.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang ditandai dengan pasien hanya mampu mengonsumsi 2-3 sendok makanan yang disediakan rumah sakit.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan pasien mengatakan tidur kurang nyenyak, sering terbangun karena badan terasa pegal-pegal dan lemas, hanya tidur sekitar 6 jam per hari di rumah sakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Nyeri Akut: Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skala nyeri ? 3.
3. Keseimbangan Nutrisi: Asupan nutrisi pasien dapat memenuhi 100% kebutuhan tubuh.
4. Pola Tidur: Pasien dapat tidur nyenyak selama 7-8 jam per hari tanpa terbangun.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Bantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi
- Berikan bantuan dan dampingi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas secara bertahap
2. Nyeri Akut:
- Identifikasi karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T)
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kondisi pasien
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri
3. Keseimbangan Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi pasien
- Berikan makanan yang kaya nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Pantau asupan dan keluaran nutrisi pasien secara berkala
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
4. Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu pola tidur pasien
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur
- Evaluasi pola tidur pasien secara berkala dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 21579 | 07 Sep 2025
Klinis : dengan keluhan pusing, kepala cekot cekot kadang kadang pusing berputar hingga tidak bisa untuk beraktifitas, mual tapi tidak muntah. Susah tidur, bila tidur sering terbangun. Pasien ada riwayat HT dan DM biasa minum glimepirid 1x 4 mg pagi dan amlodipin 1x 10 mg malam. Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang cukup untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pemeliharaan Ventilasi
Kode SLKI: 0301
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Jalan Napas
Kode SIKI: I0301
Definisi: Pemberian bantuan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" didasarkan pada gejala pusing, kepala terasa berputar, dan mual yang dialami oleh pasien. Hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi fungsi pernapasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi yang adekuat.
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat hipertensi (HT) dan diabetes mellitus (DM) yang mungkin turut mempengaruhi kondisi kesehatannya. Pemantauan tanda-tanda vital, pemeliharaan ventilasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) menjadi penting dalam penanganan kondisi ini. -
Article No. 21580 | 07 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, laki-laki, berusia 27 tahun, datang ke poli THT rumah sakit dengan keluhan nyeri telinga kanan hebat sejak 2 hari terakhir. Nyeri terutama muncul saat malam hari dan membuat pasien sering menangis. Pasien mengatakan sejak 4 hari sebelumnya pasien mengalami demam, pilek, dan batuk. Dua hari kemudian, muncul keluhan nyeri telinga dan penurunan pendengaran pada telinga kanan. Kemarin malam, telinga kanan mengeluarkan cairan kekuningan bercampur darah, setelah itu pasien tampak agak lega karena nyeri berkurang. Saat ini pasien masih demam (suhu 38,2°C) dan tampak gelisah, sulit tidur karena nyeri, kurang nafsu makan, dan jarang mau minum. Pasien sering memegang telinga kanannya. Tidak ada riwayat trauma pada telinga. Dahulu pasien sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) sejak kecil, rata-rata 4–5 kali per tahun. Pasien suka berenang. Riwayat alergi makanan atau obat tidak ada. Tidak ada riwayat penyakit kronis lain. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat kelainan telinga kronis. Ayah pasien memiliki riwayat sinusitis berulang. Biasanya pasien aktif beraktivitas, sekarang lebih banyak berbaring karena nyeri dan demam. BAB 1x/hari, normal. BAK normal, tetapi sedikit berkurang karena asupan cairan rendah. Pasien sadar compos mentis, mengeluh nyeri telinga (skala 7/10). Pendengaran telinga kanan menurun, sering tidak merespons bila dipanggil dari arah kanan. Pasien tampak gelisah karena merasa tidak nyaman Ketika berinteraksi dengan orang lain akibat cairan keluar dari telinga. Pasien percaya bahwa sakit adalah cobaan, dan selalu membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan bila kondisi makin berat. Pasien ke puskesmas bila sakit, tetapi sering hanya membeli obat demam di warung. Pasien belum pernah mendapatkan imunisasi influenza. Nafsu makan menurun sejak sakit, hanya mau makan bubur sedikit. Minum berkurang karena malas. Berat badan 29 kg. Pasien anak sulung dari dua bersaudara. Saat sakit, aktivitas terganggu, Pemeriksaan Fisik ? Tanda vital: Suhu 38,2°C, Nadi 110x/menit, RR 24x/menit, TD 100/65 mmHg. ? Telinga kanan: terdapat sekret purulen bercampur darah di liang telinga, bau tidak sedap. Daun telinga tidak nyeri tekan. Pemeriksaan otoskopi: membran timpani tidak tampak utuh, terdapat perforasi kecil dengan cairan purulen di kavum timpani. ? Telinga kiri: normal. ? Hidung & tenggorokan: terdapat sekret mukopurulen dari hidung, tonsil hiperemis. Pemeriksaan Penunjang ? Laboratorium: Leukosit 14.500/?L (meningkat), CRP meningkat ? Audiometri sederhana (Rinne & Weber): menunjukkan gangguan konduktif di telinga kanan. ? Timpanometri: menunjukkan datar (tipe B) ? Kultur cairan telinga: sedang dikerjakan untuk mengetahui bakteri penyebab (dugaan Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang dideskripsikan, maka dapat ditetapkan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
SLKI: Tindakan untuk mengurangi atau memperlancar pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau mencegah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
2. Risiko infeksi (00004)
SDKI: Peningkatan risiko terkena organisme patogen
SLKI: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan terkena organisme patogen
SIKI: Intervensi untuk mencegah atau meminimalkan terkena organisme patogen
3. Gangguan tidur (00095)
SDKI: Gangguan dalam kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang
SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi tidur dan pemulihan agar dapat kembali berfungsi
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi tidur dan pemulihan agar dapat kembali berfungsi
4. Defisit perawatan diri: makan (00102)
SDKI: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri makan
SLKI: Tindakan untuk membantu atau meningkatkan kemampuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri makan
SIKI: Intervensi untuk membantu atau meningkatkan kemampuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri makan
5. Gangguan komunikasi verbal (00051)
SDKI: Pengurangan, ketidakmampuan, atau ketidakmungkinan untuk menerima, memproses, atau mengekspresikan konsep verbal
SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi atau meningkatkan kemampuan menerima, memproses, atau mengekspresikan konsep verbal
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi atau meningkatkan kemampuan menerima, memproses, atau mengekspresikan konsep verbal
Penjelasan singkat diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut: Pasien mengalami nyeri telinga kanan yang hebat, terutama pada malam hari, dan menyebabkan pasien sering menangis.
2. Risiko infeksi: Pasien memiliki risiko tinggi untuk infeksi karena adanya komplikasi otitis media dengan perforasi membran timpani dan cairan purulen pada kavum timpani.
3. Gangguan tidur: Pasien sulit tidur karena nyeri telinga, sehingga mengganggu kualitas dan kuantitas tidurnya.
4. Defisit perawatan diri: makan: Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan asupan cairan yang rendah akibat sakit.
5. Gangguan komunikasi verbal: Pasien mengalami penurunan pendengaran di telinga kanan yang menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi verbal. -
Article No. 21581 | 07 Sep 2025
Klinis : Secara keseluruhan, tercatat 106 unit rumah mengalami kerusakan, terdiri dari 14 rumah rusak berat dan 92 rumah rusak ringan. Di Desa Tokilo, empat rumah mengalami kerusakan berat dan 21 rumah rusak ringan. Di Desa Tindoli, terdapat 10 rumah rusak berat dan 70 rumah rusak ringan. Selain itu, satu sekolah TK dan sebuah gereja di Desa Tindoli mengalami kerusakan ringan. Desa Pendolo juga melaporkan kerusakan rumah, meskipun data masih terus dikumpulkan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Lingkungan Fisik Rumah
- Definisi: Kerusakan atau perubahan kondisi fisik rumah yang tidak memadai untuk perlindungan, keamanan, dan kesejahteraan penghuninya.
- Faktor yang Berhubungan: Bencana alam (gempa bumi)
2. Kerusakan Sarana Fasilitas Umum
- Definisi: Kerusakan atau perubahan kondisi fisik fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan sarana publik lainnya yang tidak memadai untuk penggunaan.
- Faktor yang Berhubungan: Bencana alam (gempa bumi)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Membaik
- Kriteria Hasil:
- Rumah menjadi aman dan nyaman untuk ditinggali
- Tidak ada lagi risiko kerusakan atau bahaya bagi penghuni
- Penghuni merasa terlindungi dan sejahtera di lingkungan rumahnya
2. Kondisi Sarana Fasilitas Umum Membaik
- Kriteria Hasil:
- Fasilitas umum dapat digunakan kembali dengan baik dan aman
- Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas umum secara optimal
- Tidak ada lagi risiko kerusakan atau bahaya bagi pengguna fasilitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan Fisik Rumah
- Kolaborasi dengan pihak terkait (pemerintah, organisasi, dll.) untuk perbaikan dan rekonstruksi rumah-rumah yang rusak
- Edukasi kepada masyarakat tentang perawatan dan pemeliharaan rumah yang baik
- Pengawasan dan monitoring kondisi rumah secara berkala
2. Manajemen Sarana Fasilitas Umum
- Kolaborasi dengan pihak terkait (pemerintah, organisasi, dll.) untuk perbaikan dan rekonstruksi fasilitas umum yang rusak
- Edukasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan fasilitas umum yang aman dan bertanggung jawab
- Pengawasan dan monitoring kondisi fasilitas umum secara berkala
Penjelasan Rinci:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tampak terdapat kerusakan lingkungan fisik rumah dan fasilitas umum akibat bencana alam (gempa bumi) di wilayah tersebut. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kerusakan Lingkungan Fisik Rumah" dan "Kerusakan Sarana Fasilitas Umum". Luaran yang diharapkan adalah agar kondisi lingkungan fisik rumah dan fasilitas umum dapat membaik, sehingga masyarakat merasa aman, nyaman, dan dapat memanfaatkan lingkungan serta fasilitas tersebut secara optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup kolaborasi dengan pihak terkait untuk perbaikan dan rekonstruksi, edukasi kepada masyarakat, serta pengawasan dan monitoring secara berkala. -
Article No. 21582 | 07 Sep 2025
Klinis : Secara keseluruhan, tercatat 106 unit rumah mengalami kerusakan, terdiri dari 14 rumah rusak berat dan 92 rumah rusak ringan. Di Desa Tokilo, empat rumah mengalami kerusakan berat dan 21 rumah rusak ringan. Di Desa Tindoli, terdapat 10 rumah rusak berat dan 70 rumah rusak ringan. Selain itu, satu sekolah TK dan sebuah gereja di Desa Tindoli mengalami kerusakan ringan. Desa Pendolo juga melaporkan kerusakan rumah, meskipun data masih terus dikumpulkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat didiagnosis dengan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (Kode: 00035)
Definisi: Risiko mengalami luka fisik akibat interaksi individu dengan lingkungan atau orang lain.
SDKI: Risiko Cedera
SLKI: Kesejahteraan Fisik
SIKI: Manajemen Lingkungan, Manajemen Keamanan
2. Kerusakan Lingkungan (Kode: 00079)
Definisi: Kerusakan atau perubahan negatif pada lingkungan fisik atau biologi.
SDKI: Kerusakan Lingkungan
SLKI: Kesejahteraan Komunitas
SIKI: Manajemen Lingkungan, Manajemen Bencana
3. Risiko Kerusakan Properti (Kode: 00195)
Definisi: Risiko mengalami kehilangan atau kerusakan barang milik pribadi atau orang lain.
SDKI: Risiko Kerusakan Properti
SLKI: Kesejahteraan Ekonomi
SIKI: Manajemen Lingkungan, Manajemen Keamanan
4. Stres Komunitas (Kode: 00129)
Definisi: Pengalaman individu atau kelompok yang merasa tidak mampu mengatasi kejadian atau masalah yang mengancam kesejahteraan atau fungsi normal komunitas.
SDKI: Stres Komunitas
SLKI: Kesejahteraan Komunitas
SIKI: Manajemen Bencana, Dukungan Psikologis
Penjelasan singkat:
1. Risiko Cedera: Kondisi di mana terdapat potensi untuk terjadinya luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan yang rusak, seperti rumah yang rusak.
2. Kerusakan Lingkungan: Kondisi di mana terjadi perubahan negatif pada lingkungan fisik atau biologi, seperti kerusakan pada rumah-rumah dan fasilitas umum.
3. Risiko Kerusakan Properti: Kondisi di mana terdapat potensi kehilangan atau kerusakan barang milik pribadi atau orang lain, seperti kerusakan pada rumah-rumah.
4. Stres Komunitas: Kondisi di mana individu atau kelompok merasa tidak mampu mengatasi kejadian atau masalah yang mengancam kesejahteraan atau fungsi normal komunitas, seperti dampak dari kerusakan bangunan dan fasilitas umum.
Kode dan definisi ini sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21583 | 07 Sep 2025
Klinis : Secara keseluruhan, tercatat 106 unit rumah mengalami kerusakan, terdiri dari 14 rumah rusak berat dan 92 rumah rusak ringan. Di Desa Tokilo, empat rumah mengalami kerusakan berat dan 21 rumah rusak ringan. Di Desa Tindoli, terdapat 10 rumah rusak berat dan 70 rumah rusak ringan. Selain itu, satu sekolah TK dan sebuah gereja di Desa Tindoli mengalami kerusakan ringan. Desa Pendolo juga melaporkan kerusakan rumah, meskipun data masih terus dikumpulkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
Berdasarkan data kerusakan infrastruktur pasca bencana yang dilaporkan, berikut adalah diagnosa keperawatan komunitas yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI:\par
\par
\b 1. Risiko Kerusakan Lingkungan (00046) - SDKI\b0\par
\tab\b Penjelasan:\b0 Kondisi dengan peningkatan kerusakan infrastruktur perumahan dan fasilitas publik (sekolah, gereja) yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat.\par
\par
\b SLKI:\b0\par
\- Membuat peta risiko lingkungan (6810)\par
\- Memantau kondisi lingkungan (6480)\par
\- Identifikasi bahaya lingkungan (6486)\par
\par
\b SIKI:\b0\par
\- Observasi kondisi fisik lingkungan (6480)\par
\- Dokumentasi area berisiko (6510)\par
\- Kolaborasi dengan tim penilai kerusakan (7610)\par
\par
\b 2. Risiko Cedera (00035) - SDKI\b0\par
\tab\b Penjelasan:\b0 Adanya kerusakan struktur bangunan (rumah rusak berat dan ringan) meningkatkan potensi cedera fisik bagi penghuni dan masyarakat sekitar.\par
\par
\b SLKI:\b0\par
\- Manajemen lingkungan: keselamatan (6486)\par
\- Pengendalian risiko (6520)\par
\- Pendidikan: keselamatan individu (5560)\par
\par
\b SIKI:\b0\par
\- Identifikasi faktor risiko cedera (6520)\par
\- Penyuluhan bahaya struktur tidak stabil (5510)\par
\- Rekomendasi evakuasi sementara (6450)\par
\par
\b 3. Ansietas (00146) - SDKI\b0\par
\tab\b Penjelasan:\b0 Keadaan ketidakpastian akibat kerusakan properti dan ketidaklengkapan data dapat memicu respons kecemasan pada masyarakat terdampak.\par
\par
\b SLKI:\b0\par
\- Pengurangan ansietas (5820)\par
\- Dukungan emosional (5270)\par
\- Peningkatan koping (5230)\par
\par
\b SIKI:\b0\par
\- Assesmen tingkat ansietas (5820)\par
\- Teknik relaksasi sederhana (5880)\par
\- Fasilitasi dukungan sosial (7260)\par
\par
\b 4. Keterbatasan Pemukiman (00098) - SDKI\b0\par
\tab\b Penjelasan:\b0 Kerusakan 106 unit rumah menyebabkan keterbatasan tempat tinggal yang layak, terutama pada 14 rumah rusak berat yang tidak layak huni.\par
\par
\b SLKI:\b0\par
\- Manajemen tempat tinggal (6900)\par
\- Bantuan tempat tinggal sementara (6990)\par
\- Koordinasi bantuan perumahan (7410)\par
\par
\b SIKI:\b0\par
\- Identifikasi kebutuhan tempat tinggal (6900)\par
\- Kolaborasi dengan dinas perumahan (7410)\par
\- Pemantauan kondisi pengungsian (6480)\par
\par
\b Rekomendasi:\b0 Perlu dilakukan assesmen menyeluruh di Desa Pendolo mengingat data yang masih dikumpulkan, serta pemantauan berkelanjutan terhadap kondisi struktur bangunan yang mengalami kerusakan ringan untuk mencegah deteriorasi lebih lanjut.\par
}