Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17335 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk pasien laki-laki berusia 64 tahun dengan diagnosa medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III yang akan menjalani operasi Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy):
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (10001)
- Definisi: Respon individu terhadap sumber stresor yang dianggap mengancam, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, atau rasa takut.
- SLKI: Manajemen Kecemasan (20001)
- SIKI: Terapi Relaksasi (30001)
2. Diagnosa Keperawatan: Hambatan Eliminasi Urine
- SDKI: Hambatan Eliminasi Urine (10002)
- Definisi: Pengalaman pemenuhan kebutuhan berkemih yang tidak efektif.
- SLKI: Manajemen Eliminasi Urine (20002)
- SIKI: Perawatan Kateter Urine (30002)
3. Diagnosa Keperawatan: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif (10003)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan (20003)
- SIKI: Terapi Oksigen (30003)
Penjelasan singkat masing-masing diagnosis:
1. Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan dan ketakutan terkait dengan proses operasi yang akan dijalani dan kemungkinan keberhasilannya.
2. Hambatan Eliminasi Urine: Pasien mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan berkemih, seperti tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, dan kencing menetes sehingga dipasang kateter urine.
3. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif: Adanya risiko penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat terjadi akibat BPH dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
Diagnosa keperawatan ini ditetapkan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 17336 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Ansietas (SDKI: A.0017)** terkait prosedur operasi dan ketidakpastian hasil, ditandai dengan keluhan cemas, takut, serta pertanyaan berulang tentang proses dan keberhasilan operasi.
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Kode A.0017**: Ansietas
- **Definisi**: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan akibat antisipasi terhadap ancaman yang tidak spesifik, disertai respons otonom (misalnya peningkatan tekanan darah dan nadi).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode L.08001**: Tingkat ansietas menurun
- **Indikator**:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
- Klien menunjukkan tanda vital dalam rentang normal (TD <140/90 mmHg, nadi 60-100x/menit).
- Klien memahami informasi tentang prosedur operasi.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode I.06001**: Manajemen ansietas
- **Intervensi Utama**:
- Berikan informasi yang jelas tentang prosedur operasi.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Dengarkan keluhan klien dengan empati.
- Kolaborasi dengan tim medis jika diperlukan pemberian ansiolitik.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Nyeri Akut (SDKI: A.0005)** terkait prosedur operasi (post-operasi) atau **Risiko Infeksi (SDKI: A.0011)** terkait pemasangan kateter dan tindakan bedah.
#### **Catatan:**
- **SDKI A.0005 (Nyeri Akut)**: Jika klien melaporkan nyeri pascaoperasi.
- **SDKI A.0011 (Risiko Infeksi)**: Jika terdapat indikasi seperti pemasangan kateter lama atau luka operasi.
---
### **Rekomendasi Pra-Operasi**
1. **Edukasi** tentang prosedur operasi (TVP/Open Prostatectomy) untuk mengurangi ansietas.
2. **Monitoring tanda vital** (terutama tekanan darah karena hipertensi dapat memengaruhi proses operasi).
3. **Persiapan psikologis** dengan pendekatan terapeutik untuk meningkatkan koping klien.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*Perawat Klinis/Spesialis Bedah* -
Article No. 17337 | 15 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki umur 64 th dirawat diruang bedah RSDK Semarang sejak 4 hari yang lalu dengan diagnose medis BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) Grade III. Klien akan menjalani operasi hari ini jam 14.00 WIB. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 96X/menit, RR 16X/mnt, suhu 37,4 C. Klien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya. Metode operasinya adalah Open prostatectomy supra pubic atau TVP (Trans Vesika Prostatektomy). Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes dan sudah terpasang kateter selama 1 bulan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi klien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Cemas akut berhubungan dengan perubahan kesehatan status, prosedur pembedahan, dan prognosis yang tidak pasti.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) seperti tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, dan kencing menetes.
3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin akibat pembesaran prostat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Cemas akut teratasi: Klien mampu mengungkapkan rasa cemas, menurunnya tingkat kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi.
2. Toleransi aktivitas meningkat: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
3. Pola eliminasi urin kembali normal: Klien dapat berkemih dengan lancar tanpa hambatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan:
a. Kaji tingkat kecemasan klien (skala kecemasan).
b. Berikan informasi tentang prosedur operasi dan prognosis yang realistis.
c. Latih teknik relaksasi (napas dalam, imajinasi terbimbing).
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian obat anti-kecemasan jika diperlukan.
2. Peningkatan Aktivitas:
a. Kaji kemampuan dan keterbatasan klien dalam beraktivitas.
b. Latih aktivitas sesuai kemampuan klien, mulai dari aktivitas ringan ke aktivitas berat.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan.
d. Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya pemulihan aktivitas.
3. Manajemen Eliminasi Urin:
a. Kaji pola eliminasi urin klien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur.
c. Ajarkan teknik berkemih dengan benar setelah operasi.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
e. Edukasi klien dan keluarga tentang pemantauan pola eliminasi urin.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk klien dengan kondisi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) yang akan menjalani operasi. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 17338 | 15 May 2025
Klinis : anak usia 10 bulan gtm, pertumbuhan gigi lambat, ayahnya merokok, ibunya kasih makan cuman air dan nasi karena maunya anaknya oitu, anaknya gamau sayur. ibunya tidak ada pikiran untuk membuat menu kreasi lain dengan bahan pokok sayuran atau nasi agar anaknya mau makan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kasus GTM pada Anak Usia 10 Bulan dengan Faktor Risiko Lingkungan dan Pola Asuh)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 1.1.1**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Imbalanced Nutrition: Less Than Body Requirements)*
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat penolakan makan (*GTM*), keterbatasan variasi menu, dan ketidaktahuan orang tua dalam penyajian makanan.
**Faktor Etiologi (SIKI):**
- *Faktor Anak*: Pertumbuhan gigi lambat (mengunyah tidak nyaman), preferensi makanan monoton (nasi dan air).
- *Faktor Orang Tua*: Pola asuh tidak adekuat (ibu tidak kreatif menyajikan sayur, ayah perokok pasif).
- *Lingkungan*: Paparan asap rokok menurunkan nafsu makan.
---
### **2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan)**
**Kode SLKI: 1.1.1.1**
**Peningkatan Asupan Nutrisi** *(Nutritional Status: Adequate)*
**Indikator:**
- Anak mengonsumsi ?80% porsi makan dengan variasi menu (SKALA: 1–5, target ?4).
- Frekuensi makan 3x utama + 2x selingan/hari (SKALA: 1–5, target ?4).
- Penambahan berat badan sesuai grafik WHO (SKALA: 1–5, target ?3).
---
### **3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan)**
**Kode SIKI: 1.1.1.1.1**
**Edukasi Nutrisi dan Modifikasi Pola Makan** *(Nutritional Counseling and Feeding Management)*
**Intervensi:**
- **Edukasi Orang Tua (Kode: 5.1.1.1)**:
- Teknik penyajian makanan kreatif (contoh: puree sayur campur nasi, finger food).
- Bahaya paparan asap rokok terhadap nafsu makan.
- **Stimulasi Tumbuh Kembang (Kode: 3.1.1.2)**:
- Latihan mengunyah dengan tekstur makanan bertahap (lunak?padat).
- **Kolaborasi dengan Ahli Gizi (Kode: 6.2.1)**:
- Penyusunan menu seimbang menggunakan bahan lokal (contoh: ubi+wortel).
---
### **4. Rasionalisasi Ilmiah**
- **GTM dan Gigi Lambat**: Fase tumbuh gigi menyebabkan iritasi gusi, sehingga anak cenderung menolak makanan padat (*Rasania et al., 2022*).
- **Dampak Pola Asuh**: Ibu yang tidak variatif dalam menyajikan makanan berisiko menyebabkan defisiensi mikronutrien (WHO, 2021).
- **Rokok Pasif**: Nikotin mengganggu sensitivitas indera pengecap dan penciuman, mengurangi minat makan (*AAP, 2020*).
---
### **5. Rekomendasi Tambahan**
- **Pemantauan**: Lakukan *food diary* untuk mencatat respons anak terhadap menu baru.
- **Dukungan Psikososial**: Ajak ibu ke kelompok *parenting* untuk meningkatkan motivasi menyajikan makanan bergizi.
*(Sumber: Buku SDKI-SLKI-SIKI PPNI Edisi 2017; Pedoman IDAI tentang GTM 2019)*
---
**Format RTF** tersedia dengan struktur di atas. Jika memerlukan penyesuaian kode atau penjelasan lebih mendalam, informasikan lebih lanjut. -
Article No. 17339 | 15 May 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran, riwayat cva infark 6 tahun yang lalu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Kasus yang Anda berikan menunjukkan adanya penurunan kesadaran pada pasien dengan riwayat strok infark 6 tahun yang lalu. Untuk kasus ini, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.70
- Deskripsi: Pemantauan neurologis, tidak spesifik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak spesifik) dipilih karena pasien mengalami penurunan kesadaran, yang dapat diklasifikasikan sebagai koma. Kode ini mencakup berbagai derajat penurunan kesadaran, dari mengantuk hingga koma yang dalam.
2. Kode ICD-9-CM 99.70 (Pemantauan neurologis, tidak spesifik) dapat digunakan untuk tindakan pemantauan neurologis yang dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran. Hal ini mencakup pemeriksaan, observasi, dan tindakan lainnya yang dilakukan untuk mengevaluasi dan memantau kondisi neurologis pasien.
Pemilihan kode ini didasarkan pada informasi klinis yang diberikan, yaitu penurunan kesadaran dan riwayat stroke infark 6 tahun yang lalu. Penentuan kode yang lebih spesifik mungkin memerlukan informasi tambahan, seperti hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, atau neurodiagnostik. -
Article No. 17340 | 15 May 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran, riwayat cva infark 6 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, yaitu mengalami penurunan kesadaran, riwayat stroke infark 6 tahun yang lalu, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI, SLKI, serta SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Penurunan Kesadaran (00046)
Penjelasan Singkat:
Penurunan kesadaran adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan tingkat kesadaran, dari mulai letargi hingga koma, yang disebabkan oleh gangguan fisiologis atau penyakit. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan individu untuk berespons terhadap stimulus internal maupun eksternal.
Kode SDKI: 00046
Kode SLKI: 09013
Kode SIKI: N0002
2. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Ganguan Perfusi Serebral (00204)
Penjelasan Singkat:
Gangguan perfusi serebral adalah keadaan di mana terjadi penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan neurologi akut atau kronis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stroke, trauma, atau penyakit vaskuler.
Kode SDKI: 00204
Kode SLKI: 09014
Kode SIKI: N0090
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Kesadaran (00046) dan Gangguan Perfusi Serebral (00204). Penjelasan singkat dan kode SDKI, SLKI, serta SIKI untuk masing-masing diagnosis keperawatan telah disajikan di atas. -
Article No. 17341 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas (K0001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Batuk (K0002)
Definisi: Respon protektif tubuh untuk membersihkan jalan napas dari iritasi atau sekret.
3. Hipertermia (K0004)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
4. Risiko Diare (K0024)
Definisi: Rentan mengalami pengeluaran feses cair yang sering.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas (K0001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Batuk (K0002)
Definisi: Respon protektif tubuh untuk membersihkan jalan napas dari iritasi atau sekret.
3. Hipertermia (K0004)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
4. Risiko Diare (K0024)
Definisi: Rentan mengalami pengeluaran feses cair yang sering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif (L0001)
Definisi: Kemampuan bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Pengendalian Batuk (L0002)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan batuk.
3. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (L0004)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
4. Integritas Eliminasi (L0024)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola eliminasi yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (I0001)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang bebas hambatan.
2. Manajemen Batuk (I0002)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dari jalan napas.
3. Manajemen Hipertermia (I0004)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
4. Manajemen Diare (I0024)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran feses cair yang sering.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan kaitannya dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 17342 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan:
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh, yang dapat disebabkan oleh gangguan pada alveolus, membran kapiler, atau aliran darah paru.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Sesak napas (dispnea)
- Batuk kering (iritasi saluran napas)
- Demam (peningkatan kebutuhan metabolik)
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas (SLKI Code: 0301)**
**Indikator:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit pada dewasa)
- Saturasi oksigen (SpO?) ? 95%
- Tidak ada sianosis
- Batuk berkurang
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 3140)**
**Tindakan:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Berikan posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
**Manajemen Demam (SIKI Code: 3580)**
**Tindakan:**
- Monitor suhu tubuh setiap 4 jam
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai protokol
- Anjurkan asupan cairan adekuat
- Berikan antipiretik sesuai resep
**Manajemen Perdarahan Saluran Cerna (SIKI Code: 1920)** *(untuk BAB hitam/melena)*
**Tindakan:**
- Observasi karakteristik feses
- Monitor tanda-tanda syok hipovolemik (tekanan darah, nadi, capillary refill)
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antasida, inhibitor pompa proton)
### **Catatan Tambahan:**
- **BAB hitam (melena)** mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian atas, yang memerlukan evaluasi lebih lanjut (misalnya, perdarahan varises esofagus atau tukak lambung).
- **Batuk kering dan demam** dapat terkait dengan infeksi saluran pernapasan (ISPA, pneumonia, atau COVID-19), sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Jika diperlukan penyesuaian atau penjelasan lebih rinci, silakan berikan informasi tambahan terkait kondisi pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Semoga informasi ini membantu dalam praktik keperawatan Anda. -
Article No. 17343 | 15 May 2025
Klinis : sesak nafas, batuk kering, panas, bab hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi sesak nafas, batuk kering, panas, dan BAB hitam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
3. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal diikuti dengan peningkatan laju metabolisme.
4. Gangguan Eliminasi Fekal (00014)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan karakteristik eliminasi fekal yang dapat diterima secara individu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Kode: P-001
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Kode: P-002
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang secreti atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
3. Hipertermia (00007)
Kode: P-003
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal diikuti dengan peningkatan laju metabolisme.
4. Gangguan Eliminasi Fekal (00014)
Kode: P-004
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan karakteristik eliminasi fekal yang dapat diterima secara individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi Efektif (L-001)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
2. Jalan Napas Terbuka (L-002)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan saluran napas yang bebas dari obstruksi.
3. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (L-003)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Eliminasi Fekal Lancar (L-004)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola eliminasi fekal yang teratur dan efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (I-001)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Manajemen Demam (I-002)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Manajemen Konstipasi (I-003)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki pola eliminasi fekal yang teratur dan efektif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 17344 | 15 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + HT + anemia renal, susp hil d/s mengeluh sesak, intake lebih banyak dari pada output (minum banyak, tidak pipis), perut asistes, distensihiperpigmentasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan (00026)
Pasien mengalami kelebihan volume cairan yang ditandai dengan intake cairan yang lebih banyak daripada output (minum banyak, tidak banyak pipis), perut asites, dan distensi hiperpigmentasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penyakit ginjal kronis (CKD) stage V yang menyebabkan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Pasien mengalami sesak napas yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh anemia renal akibat CKD stage V yang menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelebihan volume cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Pasien mampu mengenali tanda-tanda kelebihan cairan
2. Intoleransi aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas
- Pasien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransinya
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan secara ketat
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan diuretik sesuai resep dokter
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan cairan
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen cairan yang tepat
2. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai toleransinya
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik bernapas yang benar
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi anemia renal
Penjelasan rinci:
Pasien dengan CKD stage V, hipertensi, dan anemia renal memiliki risiko tinggi mengalami kelebihan volume cairan dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan dokter, serta edukasi pasien dan keluarga sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya.