Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15372 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 35 tahun, menikah dan mempunyai 2 orang anak, pernah kuliah S1 tapi gagal. Klien dibawa oleh istri ke RS Jiwa dengan alasan marah-marah, gelisah, mondar-mandir. Istri klien juga mengatakan klien sering bicara kasar dan tidak sopan, memukul istri jika kesal. Dari hasil observasi di rumah sakit, klien mudah tersinggung dan cepat marah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam. Dari hasil wawancara dengan klien pada saat tenang, klien mengatakan bahwa ia kesal pada istri karena ia sering dihina,sering dibanding-bandingkan dengan suami orang lain, malu karena gagal kuliah, merasa tidak berguna. Klien juga mengatakan sudah 1 tahun ia di PHK dari tempatnya bekerja (sebelumnya klien bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan dan sekarang ia hanya sebagai driver ojek online). Menurut klien ia malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak berguna.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan prosedur medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.0
- Deskripsi: Gangguan kontrol impuls - Kemarahan patologis
Penjelasan:
Klien menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan gangguan kontrol impuls, yaitu kemarahan yang berlebihan, memukul istri jika kesal, dan ekspresi wajah tegang serta pandangan tajam. Selain itu, klien juga mengalami perasaan malu dan merasa tidak berguna akibat dari kehilangan pekerjaan dan kegagalan dalam pendidikan. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah F63.0 untuk Gangguan kontrol impuls - Kemarahan patologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik, karena informasi yang diberikan tidak mencantumkan tindakan medis yang dilakukan.
Penjelasan:
Dari informasi yang diberikan, tidak disebutkan adanya tindakan medis atau prosedur yang dilakukan terhadap klien. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat ditentukan untuk kasus ini. -
Article No. 15373 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 35 tahun, menikah dan mempunyai 2 orang anak, pernah kuliah S1 tapi gagal. Klien dibawa oleh istri ke RS Jiwa dengan alasan marah-marah, gelisah, mondar-mandir. Istri klien juga mengatakan klien sering bicara kasar dan tidak sopan, memukul istri jika kesal. Dari hasil observasi di rumah sakit, klien mudah tersinggung dan cepat marah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam. Dari hasil wawancara dengan klien pada saat tenang, klien mengatakan bahwa ia kesal pada istri karena ia sering dihina,sering dibanding-bandingkan dengan suami orang lain, malu karena gagal kuliah, merasa tidak berguna. Klien juga mengatakan sudah 1 tahun ia di PHK dari tempatnya bekerja (sebelumnya klien bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan dan sekarang ia hanya sebagai driver ojek online). Menurut klien ia malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak berguna.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.0
- Deskripsi: Gangguan kontrol impuls, yang meliputi perilaku agresif, impulsif, dan maladaptif yang terkait dengan stres, seperti yang ditunjukkan oleh gejala-gejala klien, yaitu marah-marah, gelisah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi psikologis individu, termasuk psikoterapi, konseling, dan rehabilitasi psikiatri. Tindakan ini dapat dilakukan untuk membantu klien mengatasi masalah emosional, perilaku, dan interpersonal yang mendasari kondisinya, seperti melalui terapi kognitif-perilaku atau terapi stres.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dirasakan oleh klien, yaitu marah-marah, gelisah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, serta rasa malu dan merasa tidak berguna akibat kondisi yang dialami, diagnosis yang sesuai adalah Gangguan kontrol impuls (F63.0) dalam ICD-10. Gangguan ini ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengendalikan impuls atau dorongan yang dapat menyebabkan perilaku agresif, impulsif, dan maladaptif.
Selanjutnya, untuk tindakan medis yang dapat dilakukan adalah terapi psikologis individu (94.31 dalam ICD-9-CM), yang meliputi psikoterapi, konseling, dan rehabilitasi psikiatri. Tindakan ini bertujuan untuk membantu klien mengatasi masalah emosional, perilaku, dan interpersonal yang mendasari kondisinya, seperti melalui terapi kognitif-perilaku atau terapi stres. -
Article No. 15374 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, berusia 35 tahun, menikah dan mempunyai 2 orang anak, pernah kuliah S1 tapi gagal. Klien dibawa oleh istri ke RS Jiwa dengan alasan marah-marah, gelisah, mondar-mandir. Istri klien juga mengatakan klien sering bicara kasar dan tidak sopan, memukul istri jika kesal. Dari hasil observasi di rumah sakit, klien mudah tersinggung dan cepat marah, ingin menang sendiri, cenderung menyerang orang lain, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam. Dari hasil wawancara dengan klien pada saat tenang, klien mengatakan bahwa ia kesal pada istri karena ia sering dihina,sering dibanding-bandingkan dengan suami orang lain, malu karena gagal kuliah, merasa tidak berguna. Klien juga mengatakan sudah 1 tahun ia di PHK dari tempatnya bekerja (sebelumnya klien bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan dan sekarang ia hanya sebagai driver ojek online). Menurut klien ia malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak berguna.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perilaku kekerasan
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Situasi di mana individu menunjukkan niat, keinginan, atau tindakan untuk menyakiti diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara fisik, verbal, atau psikologis.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Perilaku individu yang menunjukkan kontrol yang efektif atas kemarahan dan agresi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan tanda-tanda risiko perilaku kekerasan, seperti mudah tersinggung, cepat marah, ingin menang sendiri, dan cenderung menyerang orang lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu klien untuk mengendalikan emosi dan agresi, meningkatkan kemampuan komunikasi yang efektif, serta mengajarkan strategi pengelolaan kemarahan yang sesuai. -
Article No. 15375 | 12 Apr 2025
Klinis : An. A dengan jenis kelamin perempuan berusia 5 bulan 4 hari datang ke IGD Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya diantar kedua orang tuanya pada 22 Januari 2023 pukul 02.15 WIB dengan diagnosis medis diare akut. Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien mengalami diare dan demam. Diare konsistensi cair, sedikit berampas, dan berlendir berwarna kuning. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami diare dan badan panas kemudian diberikan bye bye fever. Pasien beragama Islam dan bahasa yang sering digunakan adalah babbling “mengoceh” sebagai caranya berkomunikasi. Pasien adalah putri pertama dari Tn. S usia 34 tahun dan Ny. F usia 27 tahun. Orang tua pasien beragama Islam, pekerjaan ayah wiraswasta dan pekerjaan ibu IRT. Pasien dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap 5 pada tanggal 22 Januari 2023 pukul 03.29. Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Januari 2023 pukul 07.30 WIB dengan anamnesa diperoleh dari ibu pasien (Ny. F). Saat dilakukan pengkajian Ny. F mengatakan An. A masih diare dengan tekstur cair sedikit ampas dan berlendir berwarna kuning. Ny. F mengatakan anaknya tidak pernah sakit tetapi hanya panas setelah disuntik imunisasi dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. An. A telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio tetes, DPT, dan Polio suntik. Ny. F mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi dan operasi. Ny. F memberikan An. A susu formula karena ASInya tidak keluar. Sebelum MRS An. A biasa minum susu formula 1 hari 4 kali dalam sehari 360 ml, tetapi setelah MRS anak hanya menghabiskan susu formula 90 ml dalam sehari. Ny. F mengatakan saat sakit pola tidur An. A berubah menjadi 3 jam saat tidur siang, 10 jam saat tidur malam, dengan durasi aktivitas sehari-hari 9 jam. Setelah MRS, An. A juga mengalami penurunan aktivitas tidak seaktif dan seceria ketika di rumah. Ny. F mengatakan dalam sehari An. A bisa 4 kali BAB dalam bentuk encer dan berlendir kurang lebih 100 cc. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu tubuh pasien sebesar 38,2°C, SpO2 98%, frekuensi nadi 120x/menit, RR 30x/menit. Pada saat dilakukan pengkajian, An. A tampak lemas, lemah, dan masih mengalami diare. Saat di IGD, pasien mendapatkan pemeriksaan darah lengkap dan mendapatkan terapi pemasangan infus KN 3B 650 cc/24 jam dan diberi injeksi antrain 70 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan kondisi pasien An. A yang dipaparkan, berikut diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare Akut
Definisi: Risiko berkurangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
Tanda dan Gejala: Diare, muntah, kulit kering, bibir kering, timbunan lemak dan otot menurun.
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Demam
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang memadai.
Tanda dan Gejala: Perubahan frekuensi napas, perubahan kedalaman napas, peningkatan suhu tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Tanda dan Gejala: Kelelahan, penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare Akut
- Pasien tidak mengalami dehidrasi
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat dehidrasi
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Demam
- Pasien dapat mempertahankan status oksigenasi yang adekuat
- Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
- Pasien tidak mengalami kelelahan berlebih saat melakukan aktivitas
- Pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare Akut
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
- Berikan terapi rehidrasi intravena sesuai indikasi
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Berikan edukasi kepada keluarga tentang pencegahan dehidrasi
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Demam
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala
- Lakukan observasi respirasi pasien
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Pertahankan suhu tubuh pasien dalam batas normal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antipiretik
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Anjurkan pasien untuk beristirahat cukup
- Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi nutrisi
- Berikan edukasi kepada keluarga tentang manajemen aktivitas pasien
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain. Wassalamualaikum. -
Article No. 15376 | 12 Apr 2025
Klinis : An. A dengan jenis kelamin perempuan berusia 5 bulan 4 hari datang ke IGD Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya diantar kedua orang tuanya pada 22 Januari 2023 pukul 02.15 WIB dengan diagnosis medis diare akut. Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien mengalami diare dan demam. Diare konsistensi cair, sedikit berampas, dan berlendir berwarna kuning. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami diare dan badan panas kemudian diberikan bye bye fever. Pasien beragama Islam dan bahasa yang sering digunakan adalah babbling “mengoceh” sebagai caranya berkomunikasi. Pasien adalah putri pertama dari Tn. S usia 34 tahun dan Ny. F usia 27 tahun. Orang tua pasien beragama Islam, pekerjaan ayah wiraswasta dan pekerjaan ibu IRT. Pasien dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap 5 pada tanggal 22 Januari 2023 pukul 03.29. Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Januari 2023 pukul 07.30 WIB dengan anamnesa diperoleh dari ibu pasien (Ny. F). Saat dilakukan pengkajian Ny. F mengatakan An. A masih diare dengan tekstur cair sedikit ampas dan berlendir berwarna kuning. Ny. F mengatakan anaknya tidak pernah sakit tetapi hanya panas setelah disuntik imunisasi dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. An. A telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio tetes, DPT, dan Polio suntik. Ny. F mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi dan operasi. Ny. F memberikan An. A susu formula karena ASInya tidak keluar. Sebelum MRS An. A biasa minum susu formula 1 hari 4 kali dalam sehari 360 ml, tetapi setelah MRS anak hanya menghabiskan susu formula 90 ml dalam sehari. Ny. F mengatakan saat sakit pola tidur An. A berubah menjadi 3 jam saat tidur siang, 10 jam saat tidur malam, dengan durasi aktivitas sehari-hari 9 jam. Setelah MRS, An. A juga mengalami penurunan aktivitas tidak seaktif dan seceria ketika di rumah. Ny. F mengatakan dalam sehari An. A bisa 4 kali BAB dalam bentuk encer dan berlendir kurang lebih 100 cc. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu tubuh pasien sebesar 38,2°C, SpO2 98%, frekuensi nadi 120x/menit, RR 30x/menit. Pada saat dilakukan pengkajian, An. A tampak lemas, lemah, dan masih mengalami diare. Saat di IGD, pasien mendapatkan pemeriksaan darah lengkap dan mendapatkan terapi pemasangan infus KN 3B 650 cc/24 jam dan diberi injeksi antrain 70 mg.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis akut infeksi asal yang tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis akut infeksi asal yang tidak ditentukan) telah sesuai dengan diagnosis medis yang diberikan, yaitu diare akut pada pasien anak perempuan berusia 5 bulan 4 hari.
2. Kode ICD-9-CM 99.21 (Pemberian cairan intravena) sesuai dengan tindakan medis yang dilakukan di IGD, yaitu pemasangan infus KN 3B 650 cc/24 jam.
Berdasarkan informasi lain yang diberikan, pasien juga mendapatkan injeksi antrain 70 mg, namun tidak didapatkan kode ICD-9-CM yang sesuai dengan pemberian obat injeksi tersebut. Kode ICD-9-CM lebih fokus pada tindakan/prosedur medis, bukan pada pemberian obat-obatan. -
Article No. 15377 | 12 Apr 2025
Klinis : An. A dengan jenis kelamin perempuan berusia 5 bulan 4 hari datang ke IGD Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya diantar kedua orang tuanya pada 22 Januari 2023 pukul 02.15 WIB dengan diagnosis medis diare akut. Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien mengalami diare dan demam. Diare konsistensi cair, sedikit berampas, dan berlendir berwarna kuning. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami diare dan badan panas kemudian diberikan bye bye fever. Pasien beragama Islam dan bahasa yang sering digunakan adalah babbling “mengoceh” sebagai caranya berkomunikasi. Pasien adalah putri pertama dari Tn. S usia 34 tahun dan Ny. F usia 27 tahun. Orang tua pasien beragama Islam, pekerjaan ayah wiraswasta dan pekerjaan ibu IRT. Pasien dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap 5 pada tanggal 22 Januari 2023 pukul 03.29. Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Januari 2023 pukul 07.30 WIB dengan anamnesa diperoleh dari ibu pasien (Ny. F). Saat dilakukan pengkajian Ny. F mengatakan An. A masih diare dengan tekstur cair sedikit ampas dan berlendir berwarna kuning. Ny. F mengatakan anaknya tidak pernah sakit tetapi hanya panas setelah disuntik imunisasi dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. An. A telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio tetes, DPT, dan Polio suntik. Ny. F mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi dan operasi. Ny. F memberikan An. A susu formula karena ASInya tidak keluar. Sebelum MRS An. A biasa minum susu formula 1 hari 4 kali dalam sehari 360 ml, tetapi setelah MRS anak hanya menghabiskan susu formula 90 ml dalam sehari. Ny. F mengatakan saat sakit pola tidur An. A berubah menjadi 3 jam saat tidur siang, 10 jam saat tidur malam, dengan durasi aktivitas sehari-hari 9 jam. Setelah MRS, An. A juga mengalami penurunan aktivitas tidak seaktif dan seceria ketika di rumah. Ny. F mengatakan dalam sehari An. A bisa 4 kali BAB dalam bentuk encer dan berlendir kurang lebih 100 cc. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu tubuh pasien sebesar 38,2°C, SpO2 98%, frekuensi nadi 120x/menit, RR 30x/menit. Pada saat dilakukan pengkajian, An. A tampak lemas, lemah, dan masih mengalami diare. Saat di IGD, pasien mendapatkan pemeriksaan darah lengkap dan mendapatkan terapi pemasangan infus KN 3B 650 cc/24 jam dan diberi injeksi antrain 70 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut
2. Aktivitas perawatan diri menurun berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko dehidrasi berhubungan dengan diare akut
SDKI: Risiko Dehidrasi
SLKI: Hidrasi
SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami diare akut yang menyebabkan risiko dehidrasi. Perawat perlu memantau tanda-tanda dehidrasi, memberikan terapi cairan, dan mengevaluasi status hidrasi pasien.
2. Aktivitas perawatan diri menurun berhubungan dengan kelemahan
SDKI: Aktivitas Perawatan Diri Menurun
SLKI: Perawatan Diri
SIKI: Perawatan Mandiri
Penjelasan:
Pasien tampak lemas dan lemah, sehingga kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Perawat perlu membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan meningkatkan kemandirian sesuai dengan kondisi pasien.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit
SDKI: Gangguan Pola Tidur
SLKI: Tidur
SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan:
Pasien mengalami perubahan pola tidur, di mana pola tidur siang dan malam menjadi lebih sering dan lama. Perawat perlu mengevaluasi pola tidur pasien, memberikan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki pola tidur, dan memfasilitasi pasien untuk tidur yang cukup. -
Article No. 15378 | 12 Apr 2025
Klinis : nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri perut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik nyeri akut antara lain: tiba-tiba, berlangsung singkat, dapat dideskripsikan, dapat diidentifikasi penyebabnya, dan respon berupa peningkatan aktivitas saraf simpatis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama penanganan nyeri akut adalah klien dapat mengontrol nyeri dan mencapai tingkat kenyamanan yang optimal.
- Luaran keperawatan yang diharapkan antara lain: klien dapat mengenali faktor penyebab dan pemicu nyeri, klien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan klien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan untuk menangani nyeri akut meliputi: pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin), dan evaluasi efektivitas intervensi.
- Tujuan intervensi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, mencegah komplikasi akibat nyeri, dan memulihkan fungsi klien secara optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kondisi nyeri perut, perawat perlu melakukan pengkajian secara komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, menyusun rencana intervensi yang sesuai, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya hasil yang diharapkan. -
Article No. 15379 | 12 Apr 2025
Klinis : luka di kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi luka di kaki, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan/atau ekstrinsik.
- Karakteristik: Adanya lesi, perubahan warna kulit, perubahan konsistensi kulit, dan nyeri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, tidak terjadi komplikasi, dan gejala terkait luka berkurang.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, manajemen nyeri, pencegahan infeksi, edukasi pasien, dan pemantauan status kesehatan pasien.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan pendekatan komprehensif untuk mengelola luka di kaki pasien. Hal ini meliputi penilaian luka, pemilihan intervensi yang sesuai, pemantauan respons pasien, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. Tujuan utamanya adalah mempercepat penyembuhan luka, mencegah komplikasi, dan membantu pasien mempertahankan integritas kulit yang optimal. -
Article No. 15380 | 12 Apr 2025
Klinis : pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pusing, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan Pusing
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi adanya risiko terjadinya perubahan pada fungsi kardiovaskular dan sistem respirasi yang dapat mengancam kehidupan.
- Pusing dapat menjadi salah satu tanda dan gejala dari Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, yang mengindikasikan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular atau neurologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Stabilitas Hemodinamik, yang berarti fungsi kardiovaskular dan sistem respirasi dapat dipertahankan dalam batas normal.
- Indikator keberhasilan dapat dilihat dari tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada pusing, dan tidak ada perubahan signifikan pada fungsi kardiovaskular dan respirasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, manajemen oksigenasi, dan manajemen nyeri atau pusing.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat pusing.
Kesimpulannya, pusing dapat menjadi salah satu tanda dari Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, yang membutuhkan penanganan keperawatan yang komprehensif untuk mempertahankan stabilitas fungsi kardiovaskular dan respirasi pasien. -
Article No. 15381 | 12 Apr 2025
Klinis : suhu 39,2, demam, batuk, tbc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas terbuka. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit pernapasan seperti tuberkulosis (TBC) yang menyebabkan batuk dan produksi sputum yang berlebihan.
2. Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (di atas 37,5°C). Dalam kasus ini, suhu tubuh pasien mencapai 39,2°C, yang menunjukkan adanya demam. Demam dapat menjadi tanda dari infeksi, seperti yang terjadi pada penyakit tuberkulosis.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan:
Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen yang dapat berpotensi membahayakan kesehatan. Kondisi tuberkulosis (TBC) meningkatkan risiko infeksi karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui udara.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah klasifikasi standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mendukung praktik keperawatan yang berbasis bukti dan terstandarisasi di Indonesia.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan yang komprehensif dalam menangani kondisi pasien ini, dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan sosial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, pemberian terapi antipiretik, serta tindakan pencegahan dan kontrol infeksi yang sesuai dengan pedoman praktik klinis.