Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21630 | 08 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24\par
\par
\b Kondisi: Pasien dengan Keluhan Muntah\b0\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI: B.2.1)\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
\par
\b SDKI (B.2.1) - Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan:\b0\par
Diagnosa ini dipilih karena muntah berulang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, berpotensi mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat dan intervensi keperawatan yang tepat.\par
\par
\b SLKI (B.0801) - Pemantauan Keseimbangan Cairan:\b0\par
\tab1. Memantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, output urine)\par
\tab2. Memantau frekuensi dan karakteristik muntah\par
\tab3. Memantau asupan dan output cairan setiap 2-4 jam\par
\tab4. Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)\par
\tab5. Memantau status elektrolit melalui hasil laboratorium\par
\par
\b SIKI (B.0801.1) - Pemantauan Tanda-tanda Dehidrasi:\b0\par
\tab1. Mengkaji turgor kulit dengan mencubit kulit di area klavikula\par
\tab2. Mengobservasi kekeringan membran mukosa mulut\par
\tab3. Mengukur output urine setiap 2-4 jam\par
\tab4. Mendokumentasikan perubahan status hidrasi setiap shift\par
\tab5. Melaporkan tanda dehidrasi yang memburuk kepada tim medis\par
\par
\b SIKI (B.0801.2) - Pemantauan Asupan dan Output Cairan:\b0\par
\tab1. Mencatat semua asupan cairan per oral dan parenteral\par
\tab2. Mengukur dan mencatat output urine, muntahan, dan drainase lainnya\par
\tab3. Menghitung balance cairan setiap 8 jam\par
\tab4. Mengkaji trend balance cairan dalam 24 jam\par
\tab5. Melaporkan ketidakseimbangan cairan yang signifikan\par
\par
\b Catatan:\b0\par
Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien, penyebab underlying muntah, dan hasil assessment menyeluruh. Pemantauan ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit.\par
} -
Article No. 21631 | 08 Sep 2025
Klinis : NYERI LUKA POST OP DEBRIDEMEN,MUAL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
\b Kondisi: Nyeri Luka Post Op Debridemen, Mual\b0\par
\par
\b 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN: NYERI AKUT (00032)\b0\par
\b\i Definisi:\b0\i0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain); onset mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dan perkiraan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan durasi kurang dari 3 bulan.\par
\par
\b\i Faktor yang Berhubungan:\b0\i0\par
- \i Agen cedera (debridemen bedah)\i0\par
- \i Kerusakan integritas kulit\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 0803: Tingkat Nyeri\i0\par
\i Indikator:\i0 Skala nyeri, ekspresi wajah, gelisah, tekanan darah, denyut nadi, pernapasan\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1400: Manajemen Nyeri\i0\par
\i Aktivitas:\i0 Kaji karakteristik nyeri, monitor tanda vital, ajarkan teknik nonfarmakologis (nafas dalam, distraksi), kolaborasi pemberian analgesik, evaluasi efektivitas intervensi\par
\par
\b 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN: MUAL (00134)\b0\par
\b\i Definisi:\b0\i0 Sensasi tidak nyaman yang dirasakan di faring, abdomen, atau dada yang mungkin atau tidak berakhir dengan muntah.\par
\par
\b\i Faktor yang Berhubungan:\b0\i0\par
- \i Efek samping anestesi/pembedahan\i0\par
- \i Stimulasi kimiawi (obat-obatan)\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1206: Kontrol Mual\i0\par
\i Indikator:\i0 Frekuensi mual, intensitas mual, aktivitas muntah, nafsu makan, asupan nutrisi\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \i Kode 1450: Manajemen Mual\i0\par
\i Aktivitas:\i0 Kaji karakteristik mual, monitor tanda dehidrasi, berikan posisi nyaman, berikan makanan kecil sering, kolaborasi pemberian antiemetik, pantau asupan dan output cairan\par
\par
\b Catatan Klinis:\b0 Kedua diagnosa ini saling berhubungan dalam konteks post operasi debridemen. Nyeri dapat memperberat mual melalui aktivasi sistem saraf otonom, sementara mual dapat meningkatkan persepsi nyeri melalui mekanisme stres psikologis. Pendekatan holistik diperlukan dengan mempertimbangkan interaksi antara kedua masalah keperawatan tersebut.\par
} -
Article No. 21571 | 07 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosis Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Kecemasan (00146)
d. Risiko Dehidrasi (00028)
2. Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
SDKI: Kerusakan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis.
SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
SIKI: Perawatan Luka
Kode: D0046
b. Nyeri Akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI: Manajemen Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri
Kode: P0132
c. Kecemasan (00146)
SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI: Manajemen Kecemasan
SIKI: Manajemen Kecemasan
Kode: P0146
d. Risiko Dehidrasi (00028)
SDKI: Berisiko mengalami kekurangan cairan tubuh.
SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
SIKI: Manajemen Cairan
Kode: R0028
Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046): Luka bakar pada lengan kanan dan sebagian dada, dengan kulit eritema, bula berisi cairan, dan kerusakan lapisan kulit.
b. Nyeri Akut (00132): Nyeri hebat, menusuk, dan perih pada area luka bakar, yang menghambat mobilitas lengan.
c. Kecemasan (00146): Pasien merasa khawatir, takut, dan stres terkait proses penyembuhan luka, penampilan, serta dampak pada ekonomi keluarga.
d. Risiko Dehidrasi (00028): Asupan cairan yang berkurang akibat mual, penurunan nafsu makan, serta kehilangan cairan melalui luka bakar. -
Article No. 21572 | 07 Sep 2025
Klinis : KAD DM TIPE 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Tipe 2, berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b. Resiko Komplikasi
c. Gangguan Perfusi Jaringan
d. Kurang Pengetahuan
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Resiko Komplikasi (00035)
Definisi: Berisiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
c. Gangguan Perfusi Jaringan (00024)
Definisi: Pengurangan aliran darah ke suatu bagian tubuh, yang dapat mengancam kesehatan.
d. Kurang Pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Status Nutrisi (0004)
b. Manajemen Komplikasi (1902)
c. Perfusi Jaringan (0400)
d. Pengetahuan: Manajemen Penyakit (1803)
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nutrisi (1100)
b. Manajemen Komplikasi (6680)
c. Peningkatan Perfusi Jaringan (4054)
d. Pendidikan Kesehatan: Manajemen Penyakit (5602)
Dalam kondisi Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Tipe 2, pasien membutuhkan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nutrisi, risiko komplikasi, perfusi jaringan, serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen penyakitnya. Perawat berperan penting dalam memberikan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 21573 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien mengeluh demam hari ke-3, badan terasa dingin menggigil, suhu 39,5
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluh demam hari ke-3, badan terasa dingin menggigil, dan suhu 39,5°C, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Hipertermia. Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk melepaskan panas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Suhu Tubuh: Pasien dapat mencapai suhu tubuh normal (36,5-37,5°C) setelah diberikan asuhan keperawatan.
2. Kontrol Menggigil: Pasien dapat mengendalikan reaksi menggigil sebagai respons terhadap peningkatan suhu tubuh.
3. Peningkatan Kenyamanan: Pasien dapat merasakan peningkatan kenyamanan seiring dengan penurunan suhu tubuh dan kontrol terhadap reaksi menggigil.
4. Peningkatan Pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami penyebab, tanda, gejala, dan manajemen hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital:
- Ukur suhu tubuh secara rutin, minimal 4 kali sehari.
- Pantau frekuensi nadi, respirasi, dan tekanan darah.
2. Manajemen Suhu Tubuh:
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Atur lingkungan yang sejuk dan nyaman.
- Berikan cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
3. Manajemen Nyeri dan Menggigil:
- Berikan obat-obatan analgesik atau antipiretik sesuai instruksi dokter.
- Gunakan selimut atau pakaian yang ringan untuk mencegah menggigil.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan penyebab, tanda, gejala, dan manajemen hipertermia.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengendalikan suhu tubuh dan mengatasi menggigil.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan suhu tubuh, kontrol menggigil, peningkatan kenyamanan, dan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermia. -
Article No. 21574 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien laki-laki berusia 62 tahun dengan diagnosis medis ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia).
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
Penyebab: Anemia, lemah, dan penurunan oksigenasi jaringan.
b. Perubahan Perfusi Jaringan
Definisi: Perubahan aliran darah ke jaringan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
Penyebab: Anemia, penurunan curah jantung, dan vasokonstriksi perifer.
c. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
Penyebab: Penurunan sistem imun akibat kondisi ALL.
2. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
a. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
b. Perfusi Jaringan
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan.
- Pasien melaporkan pengurangan gejala penurunan perfusi jaringan.
- Pasien menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin.
c. Kontrol Infeksi
- Pasien bebas dari tanda-tanda dan gejala infeksi.
- Pasien menunjukkan peningkatan sistem imun.
- Pasien melaporkan penurunan risiko infeksi.
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
a. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan energi.
- Manajemen Kelelahan: Mengevaluasi tingkat kelelahan pasien dan membantu mengurangi kelelahan.
- Peningkatan Mobilitas: Membantu pasien meningkatkan mobilitas dan aktivitas secara bertahap.
b. Perfusi Jaringan
- Manajemen Anemia: Memantau kadar hemoglobin dan mengatur pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan.
- Peningkatan Sirkulasi: Mempertahankan sirkulasi perifer yang adekuat, seperti menghangatkan ekstremitas.
- Manajemen Cairan: Mengatur pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien.
c. Kontrol Infeksi
- Manajemen Risiko Infeksi: Memantau tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan pencegahan.
- Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka dan pencegahan infeksi secara aseptik.
- Edukasi Pencegahan Infeksi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, memantau respons pasien terhadap intervensi, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 21575 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3. Tidak ada nafsu makan, Berat badan 39 Kg, pasien mengeluh mual, hasil USG terdapat hepatomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien laki-laki 62 tahun dengan diagnosa medis ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia), mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3, tidak ada nafsu makan, berat badan 39 Kg, mengeluh mual, serta hasil USG terdapat hepatomegali, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebih.
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien dapat mengelola energi dengan baik.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai dengan kebutuhan.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mengatasi mual yang dialami.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah:
- Pasien tidak mengalami perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan perdarahan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malnutrisi dan anemia:
- Pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Manajemen energi, seperti pengaturan jadwal aktivitas dan istirahat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi penggantian darah.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan aktivitas.
b. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan perubahan metabolisme:
- Pengkajian status nutrisi pasien, termasuk asupan, berat badan, dan riwayat mual.
- Pemberian makanan dan suplemen sesuai kebutuhan gizi pasien.
- Manajemen mual, seperti pemberian antiemetik dan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi asupan nutrisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi dan manajemen mual.
c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan produksi sel darah:
- Pengkajian tanda-tanda perdarahan.
- Pemberian intervensi pencegahan perdarahan, seperti pencegahan trauma, perawatan luka, dan pemantauan laboratorium.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi penggantian darah.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan dan tindakan pencegahan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa mempertimbangkan kondisi klinis pasien, hasil pemeriksaan penunjang, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 21576 | 07 Sep 2025
Klinis : pasien laki-laki 62 tahun, dengan diagnosa medis ALL. Mengeluh lemas, konjungtiva anemis, kulit pucat, tangan teraba dingin, hasil pemeriksaan penunjang GDS 46, Hb 3,3, leukosit 71.330. Tidak ada nafsu makan, Berat badan 39 Kg, pasien mengeluh mual, hasil USG terdapat hepatomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat ahli, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Pasien menunjukkan gejala-gejala malnutrisi, seperti berat badan rendah (39 kg), tidak ada nafsu makan, dan mual. Hasil pemeriksaan penunjang juga menunjukkan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan (3,3 g/dL).
2. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluh lemas, yang mengindikasikan adanya keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Kondisi ini dapat berdampak pada penurunan kapasitas fungsional.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
Temuan klinis seperti konjungtiva anemis, kulit pucat, dan tangan terasa dingin menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan. Selain itu, hepatomegali yang ditemukan pada pemeriksaan USG juga dapat memengaruhi perfusi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
a. Asupan Nutrisi: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
b. Status Gizi: Pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
b. Kapasitas Fungsional: Pasien dapat meningkatkan kapasitas fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
a. Perfusi Jaringan: Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Tanda-Tanda Vital: Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien, seperti kondisi penyakit, efek samping pengobatan, dan preferensi makanan.
b. Berikan intervensi nutrisi yang sesuai, seperti pemberian makanan tinggi kalori dan protein, atau suplemen nutrisi jika diperlukan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat.
d. Pantau status gizi pasien secara berkala, termasuk berat badan, kadar hemoglobin, dan parameter laboratorium lainnya.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Evaluasi kemampuan fungsional pasien dan identifikasi batasan aktivitas.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien, seperti latihan ringan atau aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tidur.
c. Ajarkan teknik manajemen energi untuk menghemat tenaga saat beraktivitas.
d. Lakukan kolaborasi dengan fisioterapis untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Perubahan Perfusi Jaringan
a. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh.
b. Berikan intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti peningkatan asupan cairan, pemberian oksigen jika diperlukan, dan pengaturan posisi tubuh.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab perubahan perfusi jaringan.
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda perubahan perfusi jaringan dan tindakan yang perlu dilakukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang komprehensif. -
Article No. 21577 | 07 Sep 2025
Klinis : lemas,detak jantung lemah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi lemas dan detak jantung lemah adalah "Penurunan Curah Jantung" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai "Ketidakcukupan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi jantung, ketidakseimbangan cairan, dan perubahan irama jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan pernapasan yang berada dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan yang Memadai: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti warna kulit, suhu tubuh, dan pengisian kapiler yang normal.
3. Kemampuan Melakukan Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan, untuk mendeteksi perubahan hemodinamik.
2. Manajemen Cairan: Melakukan pengkajian dan pengaturan keseimbangan cairan tubuh, seperti pemberian cairan intravena atau pembatasan cairan, untuk mempertahankan volume darah yang adekuat.
3. Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien, untuk memastikan oksigenasi jaringan yang memadai.
4. Edukasi Aktivitas: Memberikan edukasi dan bimbingan kepada pasien mengenai aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
5. Manajemen Rasa Nyaman: Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau kelelahan yang dialami pasien, seperti pemberian obat-obatan, teknik relaksasi, atau pengaturan lingkungan yang kondusif.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat, bersama dengan pemantauan yang cermat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diinginkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 21578 | 07 Sep 2025
Klinis : Pada pengkajian yang dilakukan pada pasien hari Sabtu tanggal 6 Mei 2023 pukul 07.30 WIB di Ruang Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan mendapatkan data identitas pasien yaitu: pasien usia 45 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama islam, memiliki kewarganegaraan Indonesia, pasien sudah menikah, bahasa yang digunakan sehari- hari Bahasa Indonesia dan Jawa, pendidikan terakhir SLTP, pasien hanya ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Klaten, pasien dirawat dengan diagnose medis AML (Acute Mieloblastic Leukemia). Data keluhan utama yaitu pasien mengatakan badan terasa lemas. Riwayat Kesehatan sekarang yaitu Pasien mengatakan badannya terasa lemas sudah 1 bulan yang lalu dan mulai memburuk selama 5 hari terakhir disertai dengan nyeri kepala, P : saat beraktivitas terlalu lama Q: tertusuk- tusuk, R : kepala, S : 5, T : hilang timbul. Keluarga pasien memutuskan memeriksakan pasien ke RS Aisiyah Klaten tanggal 4 April 2023, pada tanggal yang sama pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada jam 10 malam melalui IGD karena terdapat kelainan pada darah pasien yaitu kondisi klinis leukemia dengan pemeriksaan TTV tekanan darah 110/84 mmhg, Nadi 92 x/menit, pernafasan 21x/menit, dan suhu 36,5oC dengan keluhan badan terasa lemas dan pusing saat duduk terlalu lama. Pasien di IGD diberikan infus RL 20 tpm. Pasien lalu dipindakan dari IGD ke Flamboyan 8 pada tanggal 5 Mei 2023. Riwayat kesehatan dahulu didapatkan bahwa pasien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit, pertama kali dirawat di RS klaten dengan terdiagnosa leukemia. Pasien mengatakan awal mula mengeluhkan badan terasa lemas kurang lebih 1 bulan. Badan lemas dirasakan terus menerus sepanjang waktu hingga 1 minggu terakhir keluhan tersebut memberat sehingga semua aktivitas pasien dilakukan di kasur apabila pasien melakukan aktivitasterlalu lama akan merasakan pusing berputar- putar. Data riwayat keluarga yaitu pasien mengatakan tidak ada riwayat keturunan keluarga seperti hipertensi dan penyakit menular. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien didapatkan data konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, warna kulit pucat, turgor kulit tidak elastis, pengisian kapiler >2detik, pasien mengatakan nyeri kepala, P : saat beraktivitas terlalu lama Q: tertusuk- tusuk, R : kepala, S : 5, T : hilang timbul. Pada pemeriksaan pola Gordon didapatkan data: pada nutrisi metabolik pasien mengatakan hanya makan 2- 3 sendok saja yang telah disediakan RS dengan jumlah kalori yang disediakan 1900 (tinggi protein dan tinggi karbohidrat). Pola istirahat tidur didapatkan bahwa pasien mengatakan tidur kurang nyenyak sering terbangun karena badan terasa pegal- pegal dan lemas kurang lebih hanya 6 jam perhari di RS. Pada aktivitas latihan didapatkan data pasien memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas termasuk makan minum dan kebersihan diri, pasien merasa lemah dan pusing, pasien tidak mampu duduk tanpa sandaran dan tidakmampu untuk berjalan kekamar mandi karena badan terasa lemas. Pada pemeriksaan penunjang gambaran sum-sum tulang yaitu AML. Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium tanggal 5 Mei 2023 Hb 6,2 g/dl, Hematokrit 20 %, Leukosit 89.8ribu/ul, Trombosit 86 ribu/ul.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan yang ditandai dengan pasien memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas, merasa lemah dan pusing, tidak mampu duduk tanpa sandaran, dan tidak mampu berjalan ke kamar mandi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri kepala dengan karakteristik: P - saat beraktivitas terlalu lama, Q - tertusuk-tusuk, R - kepala, S - 5, T - hilang timbul.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang ditandai dengan pasien hanya mampu mengonsumsi 2-3 sendok makanan yang disediakan rumah sakit.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan pasien mengatakan tidur kurang nyenyak, sering terbangun karena badan terasa pegal-pegal dan lemas, hanya tidur sekitar 6 jam per hari di rumah sakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Nyeri Akut: Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skala nyeri ? 3.
3. Keseimbangan Nutrisi: Asupan nutrisi pasien dapat memenuhi 100% kebutuhan tubuh.
4. Pola Tidur: Pasien dapat tidur nyenyak selama 7-8 jam per hari tanpa terbangun.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Bantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi
- Berikan bantuan dan dampingi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas secara bertahap
2. Nyeri Akut:
- Identifikasi karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T)
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kondisi pasien
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri
3. Keseimbangan Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi pasien
- Berikan makanan yang kaya nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Pantau asupan dan keluaran nutrisi pasien secara berkala
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
4. Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu pola tidur pasien
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur
- Evaluasi pola tidur pasien secara berkala dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.