Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15418 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah perempuan berusia 60 tahun asal LOP 30, mengeluh sesak setelah menyelesaikan umroh. Sejak 3 hari yang lalu kedua tungkai tampak bengkak. Jemaah tersebut memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan memiliki Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/mnt, suhu tubuh 36,5 C, frekuensi pernafasan 28 x/mnt. Ditemukan Ronkhi basah halus di basal paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif yang memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Faktor Penyebab: Kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan perubahan mekanik pernapasan.
2. Edema (SDKI)
- Definisi: Akumulasi cairan interstisial yang berlebihan di jaringan.
- Faktor Penyebab: Gangguan kardiovaskular, penurunan aliran balik vena, dan perubahan permeabilitas kapiler.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik (SDKI)
- Definisi: Risiko perubahan yang tidak diharapkan dalam tekanan darah, frekuensi nadi, atau cardiac output yang dapat mengancam kesejahteraan.
- Faktor Terkait: Penyakit kardiovaskular, perubahan hemodinamik, dan ketidakseimbangan cairan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan masalah kesehatan klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan klien. -
Article No. 15419 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah perempuan berusia 60 tahun asal LOP 30, mengeluh sesak setelah menyelesaikan umroh. Sejak 3 hari yang lalu kedua tungkai tampak bengkak. Jemaah tersebut memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan memiliki Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/mnt, suhu tubuh 36,5 C, frekuensi pernafasan 28 x/mnt. Ditemukan Ronkhi basah halus di basal paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular ditandai dengan sesak napas, edema tungkai, dan ronki basah halus di basal paru.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kelebihan volume cairan: Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi dalam ruang interstitial, intravaskular, atau rongga tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi kardiovaskular, obstruksi aliran darah vena, dan lain-lain.
- Batasan karakteristik: Sesak napas, edema, bunyi napas tambahan, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan, perfusi jaringan, dan fungsi pernapasan yang membaik.
- Intervensi keperawatan: Manajemen cairan, pemantauan tanda vital, oksigenasi, dan lain-lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen cairan, monitor masukan dan pengeluaran cairan, oksigenasi, manajemen tekanan darah, dan lain-lain.
Jadi, diagnosa keperawatan utama yang sesuai adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular. Standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan yang komprehensif untuk menangani kondisi ini secara holistik. -
Article No. 15420 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah perempuan berusia 60 tahun asal LOP 30, mengeluh sesak setelah menyelesaikan umroh. Sejak 3 hari yang lalu kedua tungkai tampak bengkak. Jemaah tersebut memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan memiliki Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/mnt, suhu tubuh 36,5 C, frekuensi pernafasan 28 x/mnt. Ditemukan Ronkhi basah halus di basal paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi jemaah perempuan berusia 60 tahun tersebut adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Kelebihan volume cairan
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Risiko ketidakstabilan hemodinamik
2. Penjelasan singkat:
a. Kelebihan volume cairan:
- Ditandai dengan bengkak pada kedua tungkai.
- Disebabkan oleh kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dan riwayat serangan jantung.
- Dapat menyebabkan sesak napas dan perubahan tanda-tanda vital.
b. Ketidakefektifan pola napas:
- Ditandai dengan sesak napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.
- Disebabkan oleh kelebihan cairan yang menyebabkan kongesti paru dan gangguan ventilasi.
- Dapat menyebabkan hipoksemia dan perubahan tanda-tanda vital.
c. Risiko ketidakstabilan hemodinamik:
- Ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi.
- Disebabkan oleh kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dan riwayat serangan jantung.
- Dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular dan kebutuhan intervensi medis.
3. Standar SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar untuk menentukan tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 15421 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah perempuan berusia 60 tahun asal LOP 30, mengeluh sesak setelah menyelesaikan umroh. Sejak 3 hari yang lalu kedua tungkai tampak bengkak. Jemaah tersebut memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan memiliki Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/mnt, suhu tubuh 36,5 C, frekuensi pernafasan 28 x/mnt. Ditemukan Ronkhi basah halus di basal paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak
- SDKI: Penurunan aliran darah ke jantung, yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jaringan jantung.
- SLKI: Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, aritmia, dan gagal jantung.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen aktivitas, pemberian oksigen, dan edukasi terkait pengelolaan penyakit kardiovaskular.
2. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel yang melebihi kemampuan tubuh untuk mengolahnya.
- SLKI: Risiko edema, peningkatan tekanan darah, dan gangguan fungsi organ.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan perawatan edema.
3. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Risiko gangguan pertukaran gas, kelelahan, dan penurunan perfusi jaringan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan pola napas, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan pengaturan posisi yang nyaman.
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami penurunan perfusi jantung akibat riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan serangan jantung sebelumnya. Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan yang ditandai dengan pembengkakan pada tungkai. Selain itu, pasien juga mengalami pola napas tidak efektif yang ditandai dengan sesak napas dan ronki basah halus di basal paru. Penanganan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan diuretik, pemberian oksigen, serta latihan pernapasan dan pengaturan posisi. -
Article No. 15422 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah perempuan berusia 60 tahun asal LOP 30, mengeluh sesak setelah menyelesaikan umroh. Sejak 3 hari yang lalu kedua tungkai tampak bengkak. Jemaah tersebut memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan memiliki Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 110 x/mnt, suhu tubuh 36,5 C, frekuensi pernafasan 28 x/mnt. Ditemukan Ronkhi basah halus di basal paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kapasitas inspirasi dan ekspirasi yang ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan ronki basah halus di basal paru.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan yang ditandai dengan pembengkakan pada tungkai.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan cadangan energi yang ditandai dengan sesak napas setelah menyelesaikan umroh.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi pernapasan 12-20 x/menit, irama teratur, dan tidak ada retraksi dinding dada.
2. Volume cairan seimbang, ditandai dengan tidak ada pembengkakan pada tungkai dan tanda-tanda kelebihan cairan lainnya.
3. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Ketidakefektifan pola napas:
a. Monitoring tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan)
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Latihan pernapasan diafragmatik
d. Memposisikan pasien dengan posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat-obatan yang sesuai
2. Kelebihan volume cairan:
a. Monitoring intake dan output cairan
b. Pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Pemberian diuretik sesuai resep dokter
d. Edukasi mengenai pembatasan asupan garam
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan laboratorium, USG, dll.)
3. Intoleransi aktivitas:
a. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
b. Perencanaan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien
c. Edukasi mengenai manajemen energi dan pacing aktivitas
d. Pendampingan dan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
e. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, membangun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan. Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 15423 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala nyeri dada yang menyerupai tertekan benda berat, yang merupakan salah satu tanda khas angina pektoris.
- Pasien juga mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang cepat, yang dapat terjadi pada episode angina pektoris tidak stabil.
- Riwayat diabetes melitus yang dimiliki pasien juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, termasuk angina pektoris.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam kasus ini. Penanganan yang mungkin diperlukan adalah pemberian oksigen, nitrogliserin sublingual, dan memantau tanda-tanda vital secara ketat serta penanganan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan adanya episode angina pektoris tidak stabil pada seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun dengan riwayat diabetes melitus. Penanganan cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 15424 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri dada berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (kemungkinan infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kebugaran fisik dan status kardiovaskular yang tidak stabil.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan penyakit kardiovaskular yang tidak terkontrol.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Persepsi ketidaknyamanan yang dirasakan di daerah dada, dapat menyebar ke lengan, leher, atau rahang.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan fisik.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Menurunnya intensitas dan frekuensi nyeri dada, perbaikan status kardiovaskular.
- Intoleransi aktivitas: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, peningkatan status fungsional.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan jantung, pemeliharaan status kardiovaskular.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Nyeri dada: Manajemen nyeri, pemberian oksigen, pemantauan tanda-tanda vital.
- Intoleransi aktivitas: Peningkatan toleransi aktivitas, pembatasan aktivitas, rehabilitasi jantung.
- Risiko gangguan perfusi jaringan jantung: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, edukasi manajemen penyakit kardiovaskular.
Dalam praktik keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI digunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, merencanakan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 15425 | 13 Apr 2025
Klinis : Seorang jemaah laki-laki usia 56 thn berasal dari kloter JKG 05 ditemukan tergeletak lemah di WC 9 basement 3 masjid Nabawi, jemaah tampak kesakitan jemaah memegang dadanya dan menyatakan bahwa dadanya seperti terhimpit benda berat. Jemaah tampak berkeringat sehingga membasahi seluruh bajunya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit. Jemaah mempunyai Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh jemaah laki-laki usia 56 tahun tersebut, yaitu rasa nyeri di dada, kelemahan, berkeringat, tekanan darah tinggi, dan denyut nadi yang cepat, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Karakteristik definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut ditandai dengan tanda dan gejala seperti ekspresi wajah yang menunjukkan rasa nyeri, perilaku protektif, dan keluhan nyeri.
Faktor yang berhubungan: Agen pencedera biologis (penyakit jantung koroner).
2. Intoleransi Aktivitas
Karakteristik definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan. Intoleransi aktivitas ditandai dengan gejala seperti kelelahan, kelemahan, dan peningkatan tanda-tanda vital saat aktivitas.
Faktor yang berhubungan: Gangguan kardiovaskular (penyakit jantung koroner).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan pengurangan nyeri.
c. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Pasien mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
b. Pasien melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tanda-tanda vital pasien stabil selama aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus).
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin).
d. Kaji efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Rencanakan dan terapkan program latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
c. Ajarkan teknik penghemat energi saat beraktivitas.
d. Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
e. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam aktivitas.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan gejala yang dialami oleh jemaah adalah Nyeri Akut dan Intoleransi Aktivitas. Nyeri akut disebabkan oleh agen pencedera biologis berupa penyakit jantung koroner, sedangkan intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular yang dialami.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien melaporkan pengurangan nyeri, mendemonstrasikan perilaku pengurangan nyeri, dan memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal. Selain itu, pasien diharapkan dapat mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas, melaporkan peningkatan energi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta memiliki tanda-tanda vital yang stabil selama beraktivitas.
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik, penerapan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pengkajian kemampuan dan toleransi aktivitas pasien, perencanaan dan penerapan program latihan aktivitas bertahap, pengajaran teknik penghemat energi, pemantauan tanda-tanda vital, serta pemberian dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam aktivitas.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh pengurangan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan pemulihan kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 15426 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi serebrovaskular
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.65 (Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi serebrovaskular) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, serta mulut bau keton. Hal ini menunjukkan adanya komplikasi serebrovaskular yang dapat terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus.
2. Kode ICD-9-CM 99.75 (Pemberian cairan intravena) sesuai dengan tindakan medis yang perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, hipotensi, dan tanda-tanda dehidrasi (acral dingin, turgor > 3 detik). Pemberian cairan intravena diperlukan untuk mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Selain itu, berdasarkan data dari siskohatkes, pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, yang dapat menjadi faktor predisposisi bagi komplikasi serebrovaskular yang dialami. -
Article No. 15427 | 13 Apr 2025
Klinis : Saat anda sedang melakukan visitasi di pemondokan ditemukan seorang jemaah laki-laki berusia 60 tahun dari Kloter SUB 03 mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal mulut bau keton. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 90/60, Nadi 120x/mt, RR: 35X/mt suhu 39 °C. Acral dingin, turgor > 3 detik, terdapat ulkus pada tungkai kanan. Data dari siskohatkes didapatkan pasien riwayat DM dan Hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Ketidakseimbangan Antara Asupan Insulin, Aktivitas, dan Kebutuhan Metabolik
- Definisi: Risiko terjadinya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Risiko: Riwayat Diabetes Mellitus, Penurunan Kesadaran, Asupan Makanan Tidak Adekuat.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Proses Penyakit Vaskuler
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam integritas jaringan.
- Faktor Risiko: Diabetes Mellitus, Hipertensi, Peningkatan Suhu Tubuh.
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Risiko: Ulkus pada Tungkai Kanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam batas normal (70-180 mg/dL)
- Tidak terjadi gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
2. Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
- Kriteria Hasil:
- Akral hangat dan kering
- Pengisian kapiler <3 detik
- Tidak terjadi ulkus atau kerusakan jaringan lainnya
3. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri minimal atau tidak ada
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Glukosa Darah
- Tindakan: Pemantauan kadar glukosa darah, Pemberian insulin sesuai kebutuhan, Pengaturan diet dan aktivitas.
- Tujuan: Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Tindakan: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian cairan intravena, Tindakan perawatan luka pada ulkus.
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan perifer yang adekuat dan mencegah kerusakan jaringan.
3. Manajemen Nyeri
- Tindakan: Pengkajian nyeri, Pemberian analgesik, Intervensi non-farmakologis (kompres hangat, distraksi).
- Tujuan: Menurunkan intensitas nyeri dan memfasilitasi aktivitas.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, pasien mengalami penurunan kesadaran, gejala ketosis (nafas cepat dan dangkal, bau keton), serta tanda-tanda dehidrasi (TD rendah, nadi cepat, suhu tinggi, dan turgor kulit menurun). Selain itu, pasien juga memiliki riwayat DM dan hipertensi, serta ditemukan ulkus pada tungkai kanan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, gangguan perfusi jaringan perifer, dan nyeri akut.
Luaran atau hasil yang diharapkan adalah stabilitas kadar glukosa darah, perfusi jaringan perifer yang adekuat, dan kontrol nyeri yang baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen glukosa darah (pemantauan, pemberian insulin, pengaturan diet dan aktivitas), manajemen perfusi jaringan (pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, perawatan luka), dan manajemen nyeri (pengkajian, pemberian analgesik, intervensi non-farmakologis).
Implementasi yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya akan sangat membantu dalam mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien secara holistik.