Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15658 | 16 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 58 tahun, dirawat di RS karena gagal jantung kongestif dan sepsis. Keluhan yang dialami: Sesak napas terasa sejak 10 hari yang lalu dan bertambah berat ketika jalan kekamar mandi. Kesadaran Sopor GCS: E,M3Vet Kedua kaki pasien terlihat bengkak dengan derajat edema 2. Hasil pengkajian didapatkan TD: 85/55 mmHg, frekuensi nafas 27 x/mnt, HR: 115x/ mnt, Sp02= 90%. Hasil foto thorax didapatkan cardiomegali dan edema Pulmo bilateral. Riwayat HT dan tb Paru • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Pathway Kasus:
1. Gagal Jantung Kongestif
2. Sepsis
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan perfusi perifer yang tidak efektif, ditandai dengan sesak napas saat aktivitas.
2. Edema perifer berhubungan dengan retensi cairan dan penurunan fungsi pompa jantung, ditandai dengan edema pada kedua kaki dengan derajat 2.
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipoperfusi, ditandai dengan TD: 85/55 mmHg, HR: 115x/mnt, dan Sp02: 90%.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pasien berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan perfusi perifer yang tidak efektif:
- Kaji status kardiovaskular dan respirasi pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur pola makan yang sesuai
2. Edema perifer berhubungan dengan retensi cairan dan penurunan fungsi pompa jantung:
- Kaji tanda-tanda vital dan status cairan pasien
- Atur posisi elevasi ekstremitas bawah
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai resep dokter
- Pantau intake dan output cairan pasien
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipoperfusi:
- Kaji tanda-tanda vital dan status perfusi jaringan pasien
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan vasopressor
- Lakukan pemantauan ketat status hemodinamik pasien
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lebih lanjut. -
Article No. 15659 | 16 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 58 tahun, dirawat di RS karena gagal jantung kongestif dan sepsis. Keluhan yang dialami: Sesak napas terasa sejak 10 hari yang lalu dan bertambah berat ketika jalan kekamar mandi. Kesadaran Sopor GCS: E,M3Vet Kedua kaki pasien terlihat bengkak dengan derajat edema 2. Hasil pengkajian didapatkan TD: 85/55 mmHg, frekuensi nafas 27 x/mnt, HR: 115x/ mnt, Sp02= 90%. Hasil foto thorax didapatkan cardiomegali dan edema Pulmo bilateral. Riwayat HT dan tb Paru • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung (NANDA-I)
Definisi: Tidak adekuatnya pemompaan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Faktor yang berhubungan: Gagal jantung, disritmia, penyakit katup jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Faktor yang berhubungan: Penyakit paru kronis, edema paru.
3. Intoleransi Aktivitas (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena kelelahan.
Faktor yang berhubungan: Gangguan kardiovaskular, malnutrisi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Memberikan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia, seperti contoh yang disebutkan di atas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Memberikan standar luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Pathway Kasus:
Gagal Jantung Kongestif + Sepsis
|
↓
Penurunan Curah Jantung
|
↓
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
|
↓
Intoleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan:
Diagnosa 1: Penurunan Curah Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi pemberian diuretik dan vasodilator
- Atur posisi semi fowler untuk menurunkan beban jantung
- Anjurkan istirahat yang cukup
Diagnosa 2: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitoring status pernapasan dan oksigenasi
- Lakukan fisioterapi dada dan suction jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
Diagnosa 3: Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien
- Anjurkan aktivitas bertahap sesuai toleransi
- Ajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi
- Berikan dukungan emosional -
Article No. 15660 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien 45 tahun dengan diagnosa medis CKD dan MODS, pasien nampak somnolen, tampak edema pada tangan dan ekstremitas, edama grade 3. TD 180/110mmHg., Nadi 130x/menit., RR 28x/menit, Kesadaran Soporokoma, GCS E2, M3 V 2, SpO2 90% dengan sungkup NRM 10 I/ menit. Anuria, Hasil lab menunjukkan Nilai Ureum 48 Cr 1.5 eGFR 48, GDS 250. • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan:
Pathway Kasus:
Pasien 45 tahun dengan diagnosa medis CKD (Chronic Kidney Disease) dan MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) memiliki manifestasi klinis berupa somnolen, edema pada tangan dan ekstremitas (grade 3), tekanan darah tinggi (180/110 mmHg), nadi cepat (130x/menit), laju napas cepat (28x/menit), kesadaran soporokoma dengan skor GCS E2 M3 V2, dan SpO2 rendah (90%) serta membutuhkan oksigen melalui sungkup NRM 10 L/menit. Laboratorium menunjukkan nilai ureum tinggi (48 mg/dL), kreatinin tinggi (1,5 mg/dL), eGFR menurun (48 mL/menit/1,73m2), dan gula darah sewaktu tinggi (250 mg/dL). Kondisi anuria juga teridentifikasi.
Masalah Keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan dan edema paru, ditandai dengan SpO2 rendah, peningkatan laju napas, dan kesadaran soporokoma.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan hipervolemia, ditandai dengan edema, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan denyut nadi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan status fisiologis dan keterbatasan fungsi organ, ditandai dengan somnolen.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan anuria, peningkatan ureum, dan kreatinin.
5. Risiko komplikasi (MODS) berhubungan dengan penurunan fungsi organ multipel.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran gas: Saturasi oksigen membaik, laju napas normal, dan kesadaran membaik.
2. Perfusi jaringan: Tekanan darah dan denyut nadi terkendali, edema berkurang.
3. Toleransi aktivitas: Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.
4. Keseimbangan cairan: Output urin meningkat, nilai ureum dan kreatinin membaik.
5. Tidak terjadi komplikasi MODS.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pertukaran gas:
- Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan tindakan suportif pernapasan (misalnya postural drainage)
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan
2. Perfusi jaringan:
- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, edema)
- Berikan terapi diuretik sesuai instruksi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan antihipertensi
3. Toleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas pasien dan batasi sesuai toleransi
- Berikan perawatan mandiri secara bertahap
- Berikan dukungan psikologis dan pendidikan kesehatan
4. Keseimbangan cairan:
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Lakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan terkait gangguan ginjal
5. Pencegahan komplikasi:
- Monitor tanda-tanda awal MODS
- Berikan perawatan suportif komprehensif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk pencegahan dan penanganan komplikasi
Penjelasan:
Pathway kasus menggambarkan kondisi pasien dengan CKD dan MODS yang memiliki gejala-gejala khas seperti somnolen, edema, gangguan hemodinamik, dan gangguan fungsi ginjal. Berdasarkan kondisi tersebut, diidentifikasi beberapa masalah keperawatan utama yang harus ditangani, yaitu gangguan pertukaran gas, penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta risiko komplikasi MODS.
Luaran/output yang diharapkan dari asuhan keperawatan adalah memulihkan fungsi pernapasan, menstabilkan hemodinamik, meningkatkan toleransi aktivitas, memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mencegah komplikasi MODS. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, seperti pemantauan status klinis, pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, aktivitas yang bertahap, serta kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dalam pemulihan dan mencegah komplikasi yang lebih buruk. -
Article No. 15661 | 16 Apr 2025
Klinis : batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk berdahak.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sekret, dan dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pengisapan jalan napas
2. Pemberian bronkodilator
3. Peningkatan batuk efektif
4. Pemberian mukolitik
5. Pengaturan posisi
6. Pemberian oksigen
7. Edukasi mengenai teknik batuk efektif
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar-standar yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan pelayanan yang diberikan. -
Article No. 15662 | 16 Apr 2025
Klinis : Ijin bertanya bapak/ibu terkait kode pneumonia Pasien dengan du pneumonia Klebsiella, ds tb paru Apakah kode pneumonia dikode juga atau include tb paru? Karena mnrt dpjp tdk semua pneumonia disebabkan karena tb paru?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, terima kasih atas pertanyaan Anda mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis pneumonia dengan disertai tuberkulosis paru. Berikut adalah penjelasan yang saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia karena Klebsiella
Dalam kasus ini, pneumonia Klebsiella dan tuberkulosis paru (TB paru) merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah. Meskipun pneumonia dapat terjadi sebagai komplikasi dari TB paru, tidak semua pneumonia disebabkan oleh TB paru. Oleh karena itu, kode J15.0 digunakan untuk mengkodekan pneumonia Klebsiella, sementara kode untuk TB paru akan dikodekan secara terpisah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang terkait
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis atau prosedur yang perlu dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM. Fokus utama adalah pada diagnosis pneumonia Klebsiella dan TB paru, yang dikodekan menggunakan kode ICD-10.
Penting untuk mencatat bahwa pneumonia dan TB paru merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah, meskipun mereka dapat terkait dalam beberapa kasus. Hal ini membantu memastikan akurasi dalam pencatatan dan penagihan medis. -
Article No. 15663 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluarga Tn. Solihin (33 tahun) yang tinggal di Jl. Yossudarso, Gempal, Sumbersari, Jember merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami (Tn. S), istri (Ny. R, 29 tahun), dan dua orang anak perempuan berusia 9 tahun (An. R) dan 3 bulan (An. K). Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir SD, sedangkan Ny. R adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Dalam pengkajian tahap perkembangan keluarga terungkap bahwa Ny. R lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada anak kedua (An. K) yang masih berusia 3 bulan, sehingga waktu untuk anak pertama (An. R) yang berusia 9 tahun menjadi berkurang. An. R yang sudah berusia 9 tahun (usia sekolah) masih belum bisa mandiri dalam melakukan pekerjaan rumah sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat bajunya sendiri. Keluarga Tn. S belum memiliki rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga. Meskipun komunikasi dalam keluarga terjalin dengan baik dan setiap permasalahan diselesaikan dengan musyawarah, namun masih terdapat keterbatasan dalam pengaturan peran dan tanggung jawab terkait pengasuhan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (NANDA-I)
Berhubungan dengan keterbatasan kemampuan anak (An. R) dalam melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan (NANDA-I)
Berhubungan dengan fokus perhatian Ny. R yang lebih banyak tercurah pada anak kedua (An. K) yang masih bayi, sehingga mengakibatkan pengabaian terhadap anak pertama (An. R).
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga (NANDA-I)
Berhubungan dengan belum adanya rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Karakteristik: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan kemampuan anak, kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Karakteristik: Fokus perhatian orang tua, terutama ibu, yang lebih banyak tercurah pada anak kedua sehingga mengabaikan anak pertama.
- Faktor Berhubungan: Peran dan tanggung jawab dalam pengasuhan anak yang belum optimal.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Karakteristik: Belum adanya rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
- Faktor Berhubungan: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam manajemen pengasuhan dan kesehatan keluarga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Luaran: Anak dapat melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian secara mandiri.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Luaran: Orang tua, terutama ibu, dapat memberikan perhatian yang seimbang kepada anak-anak.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Luaran: Keluarga memiliki rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Intervensi: Bimbingan dan latihan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sederhana, serta pengawasan dan umpan balik dari orang tua.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Intervensi: Konseling dan edukasi bagi orang tua, terutama ibu, untuk mengoptimalkan pemberian perhatian dan pengasuhan yang seimbang kepada anak-anak.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Intervensi: Pemberian edukasi dan fasilitasi penyusunan rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga. -
Article No. 15664 | 16 Apr 2025
Klinis : tahap rencana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tahap rencana dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan terkait Kondisi Kesehatan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan adalah keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Pengetahuan, di mana pasien/klien dapat menunjukkan pemahaman yang meningkat mengenai kondisi kesehatannya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan adalah Edukasi Kesehatan, yang meliputi pemberian informasi dan pengajaran terkait kondisi kesehatan, prosedur, pengobatan, dan manajemen diri.
Dalam tahap rencana, perawat berperan untuk mengidentifikasi kebutuhan edukasi pasien/klien, menetapkan tujuan pembelajaran, merancang materi edukasi yang sesuai, dan melaksanakan sesi edukasi yang efektif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman pasien/klien terhadap kondisi kesehatannya, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan perawatan diri yang optimal. -
Article No. 15665 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang sudah meninggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kematian
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua fungsi vital tubuh secara permanen. Tanda-tanda kematian meliputi pupil tidak bereaksi, tidak ada denyut nadi, tidak ada pernafasan, kulit pucat dan dingin.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pasien dengan kematian adalah:
1. Kondisi tubuh pasien terpelihara dengan baik.
2. Keluarga menerima kematian pasien dengan tenang.
3. Proses pemakaman dapat dilakukan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan kematian meliputi:
1. Mempertahankan integritas tubuh pasien.
2. Memberikan dukungan emosional kepada keluarga.
3. Memfasilitasi proses pemakaman sesuai dengan adat dan keyakinan keluarga.
Dalam konteks pasien yang sudah meninggal dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, fokus intervensi keperawatan adalah mempertahankan integritas tubuh pasien, memberikan dukungan emosional kepada keluarga, dan memfasilitasi proses pemakaman yang sesuai dengan adat dan keyakinan keluarga. Perawat berperan sebagai advokat dan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan keluarga terkait perawatan jenazah dan proses pemakaman. -
Article No. 15666 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari SMRS. Keluhan diawali dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam dan keras sejak 2 hari SMRS. Hari ini pasien mengalami muntah darah sebanyak 2 kali dan BAB hitam sebanyak 1 kali. Makan dan minum dbn. Mual (+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan adanya lesi pada mukosa lambung atau usus.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Risiko perdarahan gastrointestinal: Kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran cerna.
- Faktor risiko: Adanya lesi pada mukosa lambung atau usus, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat penyakit gastrointestinal, dan trauma.
- Tanda dan gejala: Muntah darah segar, feses berwarna hitam, nyeri ulu hati, mual, dan penurunan tekanan darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien tidak mengalami komplikasi perdarahan gastrointestinal.
- Kriteria hasil: Tidak ada muntah darah, feses berwarna normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi penurunan kadar hemoglobin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda perdarahan, pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, pemberian cairan/darah sesuai indikasi, dan edukasi terkait gaya hidup yang sehat.
Sebagai perawat, saya akan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini untuk mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 15667 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari SMRS. Keluhan diawali dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam dan keras sejak 2 hari SMRS. Hari ini pasien mengalami muntah darah sebanyak 2 kali dan BAB hitam sebanyak 1 kali. Makan dan minum dbn. Mual (+).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (Muntah darah)
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), disertai dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS dan BAB hitam serta keras sejak 2 hari SMRS. Gejala ini mengarah pada diagnosis hematemesis (muntah darah), yang tercakup dalam kode ICD-10 K92.0.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.43
- Deskripsi: Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
Penjelasan:
Dalam penanganan pasien dengan keluhan muntah darah, prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan adalah esofagogastroduodenoskopi (EGD) untuk mengevaluasi sumber perdarahan. Kode ICD-9-CM 44.43 mencakup tindakan ini.
Dokter mungkin akan melakukan EGD untuk menentukan penyebab dan lokasi perdarahan, serta mempertimbangkan tindakan lanjutan yang diperlukan, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya.