Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15707 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami aktivitas listrik abnormal di otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan/atau fungsi motorik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang adalah diagnosis keperawatan yang mengidentifikasi kemungkinan terjadinya aktivitas listrik abnormal di otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan/atau fungsi motorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk pasien dengan risiko kejang adalah terhindarinya kejang, stabil tanda-tanda vital, tidak ada cedera, dan pasien dan keluarga memahami manajemen risiko kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan risiko kejang meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat anti-kejang, pencegahan cedera, edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen risiko kejang, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 15708 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien perempuan datang dengan keluhan kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Neurologis
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien perempuan datang dengan keluhan kejang, yang mengindikasikan adanya perubahan fungsi neurologis. Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera pada pasien, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Neurologis".
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Cedera adalah kerentanan individu terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat menyebabkan kerusakan atau disfungsi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Tidak terjadi cedera selama perawatan
2. Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat kejang
3. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko dan tanda-tanda peningkatan kejang
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perubahan neurologis
2. Berikan penanganan kejang sesuai prosedur
3. Lindungi pasien dari bahaya selama kejang
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan kejang
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen kejang
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) diharapkan dapat membantu meminimalkan risiko cedera pada pasien dan mengelola kondisi kejang secara optimal. -
Article No. 15709 | 17 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien perempuan, usia 58 tahun, telah dirawat di ruang penyakit dalam RS selama 10 hari. Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak 5 hari sebelum masuk RS. Pasien mengatakan sering muntah setelah makan dan perutnya terasa sakit. Pasien dirawat dengan Dx: Gastroenteritris Akut + Ulkus Peptikum + Dehidrasi sedang. Saat pengkajian, didapatkan data pasien beraktivitas di tempat tidur, pasien mengeluh mual dan muntah setelah makan. Nyeri abdomen masih terasa, badan terasa lemah. Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah dirawat dengan nyeri pada abdomen, tidak ada keluarga yang memiliki keluhan/ riwayat sakit seperti yang dikeluhkan pasien saat ini. TTV saat pengkajian: TD 134/80mmHg, N: 115 x/1, RR: 25 x/I, S: 36,8°C. KU: Lemah, Kesadaran: Composmentis. Mukosa bibir pucat dan kering, Kulit kering. Saat ini pada pasien terpasang IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf, Eas Pfrimmer. Hasil pemeriksaan Penunjang: Hematologi: Hb 8.5 gr/dl. Leukosit 11.660/mm3, Ht 26%, Trombosit:210.000/mm3.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
- SDKI: Mual dan Muntah
- SLKI: Pengendalian Mual dan Muntah
- SIKI: Manajemen Mual dan Muntah
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
- SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Pemantauan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna
- Pasien mengalami mual dan muntah setelah makan, yang merupakan gejala dari gangguan saluran cerna.
- Intervensi keperawatan meliputi manajemen mual dan muntah, seperti pemberian antiemetik, manajemen diet, dan edukasi pasien.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Ulkus Peptikum
- Pasien mengeluhkan nyeri abdomen yang merupakan gejala dari ulkus peptikum.
- Intervensi keperawatan meliputi manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi non-farmakologis, dan edukasi pasien.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Diare dan Muntah
- Pasien berisiko mengalami kekurangan volume cairan akibat diare dan muntah yang dialami.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi pasien. -
Article No. 15710 | 17 Apr 2025
Klinis : Pasien rujukan dari RSUD Pesanggrahan datang karena keluhan demam sejak 6 hari yll. Demam dirasakan terus menerus dan hanya turun dengan pemberian paracetamol selama 30 menit pertama. Keluhan disertai bibir kering dan sariawan sehingga nafsu makan menurun. Orangtua mengatakan pasien mual disertai muntah, muntah 1x berisi makanan. BAK tidak ada keluhan. Keluhan batuk, pilek, BAB cair disangkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Peningkatan suhu tubuh di atas normal
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Suhu tubuh dalam rentang normal
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen demam
Penjelasan:
Pasien mengalami demam yang terus-menerus sejak 6 hari yang lalu. Demam tidak dapat diturunkan dengan pemberian paracetamol dan disertai dengan gejala lain seperti bibir kering, sariawan, dan penurunan nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat
- SLKI: Berat badan dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan mual/muntah, sehingga asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- SLKI: Tingkat aktivitas dalam rentang normal
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan:
Kondisi demam dan gangguan nutrisi yang dialami pasien dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, serta menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 15711 | 17 Apr 2025
Klinis : D.0014 - Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi dengan diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif" berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: D.0014 - Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi: Risiko gangguan aliran darah ke otot jantung yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.
Karakteristik Definisi:
a. Adanya penyakit atau kondisi yang dapat mengganggu aliran darah ke miokard, seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, atau gagal jantung.
b. Adanya gejala atau tanda yang menunjukkan kemungkinan gangguan perfusi miokard, seperti nyeri dada, sesak napas, fatigue, edema, atau perubahan irama jantung.
c. Tes diagnostik yang menunjukkan adanya gangguan aliran darah ke miokard, seperti elektrokardiogram, echokardiogram, atau uji stres jantung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Pasien akan menunjukkan perfusi miokard yang efektif, yang ditandai dengan:
i. Tidak adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, atau gejala lain yang menunjukkan gangguan perfusi miokard.
ii. Hasil pemeriksaan diagnostik (seperti EKG, echokardiogram, atau uji stres jantung) yang menunjukkan perfusi miokard yang normal.
iii. Tanda-tanda vital yang stabil, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas.
b. Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik, tanpa mengalami gejala yang menunjukkan gangguan perfusi miokard.
c. Pasien akan memahami dan dapat menjelaskan faktor risiko dan gejala yang terkait dengan gangguan perfusi miokard.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas.
b. Pemantauan gejala yang dapat menunjukkan gangguan perfusi miokard, seperti nyeri dada, sesak napas, fatigue, atau perubahan irama jantung.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan, seperti EKG, echokardiogram, atau uji stres jantung.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor risiko, gejala, dan tindakan pencegahan untuk mempertahankan perfusi miokard yang efektif.
e. Pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan perfusi miokard, seperti antiangina, antihipertensi, atau diuretik, sesuai dengan resep dokter.
f. Pengaturan aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan dan menjaga perfusi miokard yang optimal.
g. Evaluasi dan modifikasi intervensi keperawatan secara berkala berdasarkan respon pasien dan hasil pemeriksaan diagnostik.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif bertujuan untuk mempertahankan perfusi miokard yang efektif, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan risiko perfusi miokard tidak efektif. -
Article No. 15712 | 17 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rematic jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) untuk pasien dengan keluhan rematik jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan rematik jantung adalah "Nyeri Akut". Rematik jantung merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan nyeri dada. Nyeri akut ini ditandai dengan adanya keluhan nyeri dada yang dirasakan oleh pasien, yang dapat diakibatkan oleh inflamasi dan kerusakan pada struktur jantung. Diagnosis ini berfokus pada penanganan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output, antara lain:
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri hingga level yang dapat ditoleransi.
2. Perilaku Mengendalikan Nyeri: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Kenyamanan: Pasien dapat melaporkan peningkatan kenyamanan secara fisik dan psikologis.
4. Pengetahuan: Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor penyebab, gejala, dan penatalaksanaan rematik jantung.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pencetus nyeri.
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk membantu mengurangi nyeri.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, terapi kompres hangat/dingin, dan distraksi.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang rematik jantung, termasuk penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
- Menjelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, modifikasi gaya hidup, dan kontrol rutin ke tenaga kesehatan.
- Memberikan materi edukasi tertulis atau audiovisual untuk mendukung pemahaman pasien dan keluarga.
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan pasien.
3. Manajemen Kenyamanan
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
- Mengatur posisi/postur tubuh pasien untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan keluhan rematik jantung dapat memperoleh penanganan yang komprehensif dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 15713 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
- Definisi: Kemampuan keluarga yang tidak adekuat untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- Karakteristik mayor: Keluarga tidak mampu mengelola regimen pengobatan anggota keluarga, Keluarga tidak mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu, Keluarga tidak mengambil tindakan pencegahan untuk masalah kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan anggota keluarga tentang masalah kesehatan dan pengelolaannya, Ketidakmampuan keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan.
2. Ketidakpatuhan
- Definisi: Perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- Karakteristik mayor: Gagal melakukan tindakan yang direkomendasikan untuk promosi kesehatan, Gagal mengelola regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pemahaman tentang manfaat dan tujuan regimen pengobatan, Kurangnya motivasi untuk mengikuti rekomendasi.
3. Risiko Komplikasi
- Definisi: Kondisi yang mempengaruhi risiko terjadinya komplikasi.
- Karakteristik mayor: Riwayat penyakit kronis, Riwayat perawatan kesehatan yang tidak adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan, Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengelolaannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Keluarga: Perilaku Promosi Kesehatan
- Definisi: Kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- Kriteria hasil:
- Keluarga mengetahui informasi kesehatan yang dibutuhkan.
- Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber kesehatan yang dapat diakses.
- Keluarga melakukan perilaku promosi kesehatan.
- Keluarga mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
2. Manajemen Penyakit
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas yang mendukung pengelolaan penyakitnya.
- Kriteria hasil:
- Individu mendemonstrasikan pemahaman tentang penyakitnya.
- Individu melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Individu mengelola gejala penyakit secara efektif.
- Individu mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
3. Kontrol Glikemik
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Kriteria hasil:
- Individu mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Individu mendemonstrasikan pemahaman tentang diabetes mellitus.
- Individu melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan.
- Individu melakukan aktivitas fisik yang sesuai.
- Individu mengelola diet yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Asesmen kesehatan keluarga
- Pendidikan kesehatan untuk keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan keluarga
- Dukungan keluarga
- Koordinasi asuhan kesehatan keluarga
2. Manajemen Regimen Terapeutik: Individu
- Identifikasi pemahaman individu tentang penyakit dan regimen terapeutik
- Fasilitasi modifikasi gaya hidup
- Pendidikan kesehatan tentang penyakit dan regimen terapeutik
- Pengaturan lingkungan untuk mendukung terapeutik
- Evaluasi kepatuhan dan hambatan dalam kepatuhan
3. Manajemen Diabetes Mellitus
- Asesmen komprehensif diabetes mellitus
- Pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus
- Fasilitasi pengelolaan diet
- Fasilitasi aktivitas fisik
- Monitoring glukosa darah
- Koordinasi asuhan diabetes mellitus
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif: Keluarga Bpk. M dan Ibu S tidak mampu secara efektif mengelola masalah kesehatan anggota keluarga, seperti tidak mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu dan tidak mengambil tindakan pencegahan untuk masalah kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anggota keluarga tentang masalah kesehatan dan pengelolaannya, serta ketidakmampuan keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan.
- Ketidakpatuhan: Ibu S tidak mematuhi regimen pengobatan yang direkomendasikan untuk mengatasi tekanan darah tingginya, seperti tidak minum obat secara teratur dan tidak melakukan kontrol rutin. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman Ibu S tentang manfaat dan tujuan regimen pengobatan, serta kurangnya motivasi untuk mengikuti rekomendasi.
- Risiko Komplikasi: Bpk. M dan Ibu S memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes mellitus dan hipertensi) dan riwayat perawatan kesehatan yang tidak adekuat, sehingga berisiko mengalami komplikasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengelolaannya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Manajemen Keluarga: Perilaku Promosi Kesehatan: Diharapkan keluarga Bpk. M dan Ibu S dapat mengetahui informasi kesehatan yang dibutuhkan, mengidentifikasi sumber-sumber kesehatan yang dapat diakses, melakukan perilaku promosi kesehatan, dan mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
- Manajemen Penyakit: Diharapkan Bpk. M dan Ibu S dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang penyakitnya, melakukan regimen pengobatan yang direkomendasikan, mengelola gejala penyakit secara efektif, dan mencari pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu.
- Kontrol Glikemik: Diharapkan Bpk. M dapat mempertahankan kadar glukosa da -
Article No. 15714 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Keluarga Bpk. M dan Ibu S:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidaktahuan Tentang Manajemen Diet Diabetes Melitus pada Bpk. M.
Penjelasan: Bpk. M memiliki riwayat diabetes melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Ia tidak memahami manajemen diet yang tepat untuk mengontrol kadar gula darahnya.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Hipertensi pada Ibu S.
Penjelasan: Ibu S memiliki riwayat hipertensi, namun tidak patuh dalam pengobatan dan pemantauan tekanan darah secara rutin. Ia juga tidak mengikuti program olahraga dan edukasi kesehatan yang tersedia.
3. Risiko Komplikasi Diabetes Melitus berhubungan dengan Ketidakstabilan Kadar Gula Darah pada Bpk. M.
Penjelasan: Hasil pemeriksaan gula darah Bpk. M menunjukkan kadar yang sangat tinggi dan tidak terkontrol, meningkatkan risiko komplikasi diabetes seperti neuropati, retinopati, dan lain-lain.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien/klien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai.
- Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi harus mencakup masalah, penyebab, dan gejala/tanda yang ditemukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- Luaran keperawatan harus dapat diukur dan dapat diamati, serta sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan harus berpusat pada pasien/klien dan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan yang dihadapi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan standar-standar tersebut sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. -
Article No. 15715 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Definisi: Ketidakmampuan klien/keluarga untuk mengidentifikasi, menangani, dan/atau memenuhi kebutuhan kesehatan yang dirasakan.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan diabetes, ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat, dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran.
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Definisi: Rentan mengalami perubahan kadar gula darah melebihi batas normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Ketidakpatuhan dalam pengobatan diabetes, asupan makanan dan minuman yang tidak sesuai, serta aktivitas fisik yang kurang.
3. Risiko Komplikasi:
- Definisi: Rentan mengalami komplikasi akibat penyakit kronis yang dialami, seperti stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.
- Penyebab: Kontrol gula darah dan tekanan darah yang tidak optimal, serta kurangnya pengetahuan dalam mengelola penyakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Pengetahuan Tentang Kesehatan
- Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan Kesehatan
- Kepatuhan Terhadap Pengobatan
- Perilaku Kesehatan Promotif
2. Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Kontrol Gula Darah
- Pemantauan Kadar Gula Darah
- Perilaku Pengelolaan Diabetes
3. Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi:
- Kontrol Tekanan Darah
- Pengetahuan Tentang Komplikasi
- Pencegahan Komplikasi
- Pemantauan Tanda dan Gejala Komplikasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Edukasi Kesehatan
- Konseling
- Pengaturan Lingkungan
- Aktivitas Kelompok
- Manajemen Obat
2. Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah:
- Pemantauan Kadar Gula Darah
- Edukasi Manajemen Diabetes
- Terapi Nutrisi Medis
- Aktivitas Fisik
- Kolaborasi Pengobatan
3. Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi:
- Pemantauan Tekanan Darah
- Edukasi Pencegahan Komplikasi
- Perawatan Kaki
- Koordinasi Perawatan
- Konseling Manajemen Stres
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Keluarga Bpk. M dan Ibu S memiliki pengetahuan yang kurang tentang hipertensi dan diabetes, serta ketidakpatuhan dalam pengobatan dan gaya hidup. Intervensi yang diperlukan adalah edukasi kesehatan, konseling, pengaturan lingkungan, aktivitas kelompok, dan manajemen obat.
- Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Bpk. M memiliki riwayat diabetes dengan kontrol gula darah yang buruk. Intervensi yang diperlukan adalah pemantauan kadar gula darah, edukasi manajemen diabetes, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, dan kolaborasi pengobatan.
- Risiko Komplikasi: Bpk. M dan Ibu S memiliki risiko komplikasi akibat penyakit kronis yang tidak terkontrol dengan baik. Intervensi yang diperlukan adalah pemantauan tekanan darah, edukasi pencegahan komplikasi, perawatan kaki, koordinasi perawatan, dan konseling manajemen stres.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang baik, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kesehatan, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, dan menerapkan perilaku kesehatan promotif.
- Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Diharapkan Bpk. M dapat mencapai kontrol gula darah yang optimal, melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, dan menerapkan perilaku pengelolaan diabetes dengan baik.
- Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi: Diharapkan Bpk. M dan Ibu S dapat mencapai kontrol tekanan darah yang optimal, memiliki pengetahuan tentang komplikasi, dapat mencegah komplikasi, dan memantau tanda serta gejala komplikasi secara rutin.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Memberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi dan diabetes, melakukan konseling untuk meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengatur lingkungan yang mendukung kepatuhan, melakukan aktivitas kelompok untuk meningkatkan pemahaman, dan mengelola pengobatan secara optimal.
- Untuk Diagnosa Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Memantau kadar gula darah secara rutin, memberikan edukasi tentang manajemen diabetes, memberikan terapi nutrisi medis yang sesuai, memfasilitasi aktivitas fisik yang teratur, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengobatan diabetes.
- Untuk Diagnosa Risiko Komplikasi: Memantau tekanan darah secara rutin, memberikan edukasi tentang pencegahan komplikasi, melakukan perawatan kaki secara komprehensif, melakukan koordinasi perawatan dengan tim kesehatan, dan memberikan konseling untuk manajemen stres.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 15716 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Pola kehidupan yang tidak efektif dalam mengintegrasikan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ke dalam gaya hidup.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, kurangnya motivasi untuk mengubah perilaku, serta dukungan keluarga yang kurang.
2. Risiko Komplikasi Penyakit Kronis
Definisi: Rentan mengalami komplikasi akibat penyakit kronis yang diderita.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan yang tidak teratur, serta gaya hidup yang tidak sehat.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh.
Penyebab: Pola makan yang tidak tepat, termasuk konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat melakukan perawatan dan pengobatan sesuai dengan kondisi kesehatan
- Keluarga dapat menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah komplikasi penyakit
2. Kontrol Gejala Penyakit Kronis
- Keluarga dapat mengontrol gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat mencegah komplikasi penyakit hipertensi dan diabetes
3. Keseimbangan Nutrisi
- Keluarga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
- Keluarga dapat mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Berikan edukasi tentang penyakit hipertensi dan diabetes, termasuk tanda, gejala, komplikasi, dan penanganan
- Bantu keluarga dalam pemantauan tanda vital dan kadar gula darah secara teratur
- Motivasi keluarga untuk mematuhi pengobatan dan melakukan kontrol kesehatan secara teratur
- Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan
2. Manajemen Nutrisi
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk penyakit hipertensi dan diabetes
- Bantu keluarga dalam merencanakan dan menyiapkan makanan yang sesuai
- Motivasi keluarga untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
3. Manajemen Aktifitas
- Dorong keluarga untuk meningkatkan aktivitas fisik, seperti senam lansia
- Berikan edukasi tentang manfaat aktivitas fisik dalam mengontrol penyakit
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah saya berikan untuk setiap poin di atas. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.