Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15746 | 18 Apr 2025
Klinis : • An. A tidak bisa mengerjakan PR • Ny. S tidak pernah menemani anak belajar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan 1:
An. A tidak bisa mengerjakan PR
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Proses Belajar
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Proses Belajar didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memperoleh, mengingat, atau menerapkan informasi baru dari suatu pembelajaran, yang dapat menghambat pencapaian tujuan belajar.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Peningkatan Proses Belajar, di mana pasien dapat menunjukkan kemampuan belajar yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Proses Belajar, yang meliputi pemberian bimbingan dan dukungan untuk meningkatkan kemampuan belajar pasien.
Diagnosa Keperawatan 2:
Ny. S tidak pernah menemani anak belajar
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Asuh
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan Pola Asuh didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan orang tua atau pengasuh dalam menyediakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi perkembangan anak secara optimal.
- SLKI: Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Pola Asuh Efektif, di mana orang tua atau pengasuh dapat memenuhi kebutuhan anak dan mendukung perkembangan anak secara optimal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Pola Asuh, yang meliputi pemberian informasi dan bimbingan kepada orang tua atau pengasuh tentang pola asuh yang efektif.
Dalam konteks akademis, saya berperan sebagai pakar dan perawat yang memberikan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar PPNI untuk membantu memahami kondisi yang Anda berikan. -
Article No. 15747 | 18 Apr 2025
Klinis : Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu risiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko infeksi: Risiko Peningkatan ISPA
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan, yang dapat ditunjukkan oleh gejala atau tanda-tanda infeksi saluran pernapasan akut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Pengetahuan tentang Penyakit ISPA
Definisi: Tingkat pemahaman individu, keluarga, atau komunitas tentang penyakit ISPA, termasuk penyebab, tanda, gejala, pencegahan, dan pengelolaan.
Kriteria Hasil:
a. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan tentang penyakit ISPA.
b. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan tanda dan gejala ISPA.
c. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan cara pencegahan ISPA.
d. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan cara pengelolaan ISPA.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan
Definisi: Memfasilitasi proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan individu, keluarga, atau komunitas tentang masalah kesehatan, termasuk penyakit ISPA.
Aktivitas Keperawatan:
a. Menilai tingkat pengetahuan individu, keluarga, atau komunitas tentang penyakit ISPA.
b. Menyusun rencana edukasi kesehatan tentang ISPA yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu, keluarga, atau komunitas.
c. Menyediakan materi edukasi kesehatan tentang ISPA dalam bentuk yang mudah dipahami (misalnya leaflet, poster, video).
d. Melakukan edukasi kesehatan tentang ISPA secara individual, kelompok, atau komunitas.
e. Mengevaluasi pemahaman individu, keluarga, atau komunitas setelah edukasi kesehatan tentang ISPA.
f. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko infeksi: Risiko Peningkatan ISPA merupakan diagnosa yang sesuai karena kondisi yang diberikan menunjukkan adanya risiko peningkatan ISPA yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA. Diagnosa ini menggambarkan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Pengetahuan: Pengetahuan tentang Penyakit ISPA merupakan luaran yang sesuai untuk mencapai tujuan peningkatan pemahaman masyarakat tentang penyakit ISPA. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, diharapkan dapat menurunkan risiko peningkatan ISPA di lingkungan tersebut.
Intervensi Keperawatan (SIKI): Peningkatan Pengetahuan Kesehatan merupakan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Intervensi ini berfokus pada memfasilitasi proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA, termasuk penyebab, tanda, gejala, pencegahan, dan pengelolaan. Melalui aktivitas keperawatan yang terstruktur, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga dapat menurunkan risiko peningkatan ISPA di lingkungan tersebut. -
Article No. 15748 | 18 Apr 2025
Klinis : DS (Data Subjektif): Keluarga mengungkapkan bahwa anak-anak aktif dan berlari-lari meskipun sering dilarang oleh orang tuanya. Ny. Y menyusui ASI eksklusif selama 6 bulan, namun setelah itu mengganti susu menjadi susu formula. Riwayat perawatan anak-anak di puskesmas akibat diare dan alergi susu sapi. DO (Data Objektif): Anak-anak sehat dan aktif, dengan pemeriksaan fisik dalam batas normal sesuai usia. Pola makan anak-anak terganggu, lebih memilih jajanan dibandingkan makanan utama. Riwayat penyakit sebelumnya termasuk diare dan typhoid.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi metabolisme tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan tanda: Pola makan yang terganggu, lebih memilih jajanan dibandingkan makanan utama.
- Faktor risiko: Riwayat penyakit sebelumnya termasuk diare dan typhoid.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Anak-anak mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat sesuai usia.
- Kriteria hasil: Berat badan dan tinggi badan sesuai dengan usia, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Edukasi tentang gizi seimbang, pemberian konseling nutrisi, pemantauan pola makan dan asupan nutrisi anak.
2. Perubahan Pola Tidur
Definisi: Perubahan dalam pola tidur yang normal atau yang diharapkan.
SDKI:
- Gejala dan tanda: Anak-anak aktif dan berlari-lari meskipun sering dilarang oleh orang tuanya.
- Faktor risiko: Pola makan yang terganggu, lebih memilih jajanan dibandingkan makanan utama.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Anak-anak dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Kriteria hasil: Anak-anak dapat beristirahat dengan cukup, tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Edukasi tentang pentingnya pola tidur yang teratur, pemberian aktivitas yang menenangkan sebelum tidur, pemantauan kualitas dan kuantitas tidur anak. -
Article No. 15749 | 18 Apr 2025
Klinis : Inhalasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi inhalasi.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Hipersekresi, hiperreaktivitas bronkus, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Sputum berlebih, suara napas tambahan, hiperventilasi, dispnea.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih, bebas sputum, dan pernapasan yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat batuk efektif, mampu mengeluarkan sputum, frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, Fisioterapi Dada.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan bersihan jalan napas, meningkatkan ventilasi dan oksigenasi, mengurangi sputum.
- Aktivitas Keperawatan: Monitor status pernapasan, bantu pasien batuk dan bersihan jalan napas, berikan posisi yang memfasilitasi drainase sekret, lakukan fisioterapi dada.
Dalam kondisi inhalasi, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Perawat harus memantau status pernapasan pasien, membantu pasien untuk mengeluarkan sekret, dan melakukan intervensi fisioterapi dada untuk memfasilitasi drainase sekret dan mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 15750 | 18 Apr 2025
Klinis : trauma abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus trauma abdomen.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (NANDA-I: Impaired Skin Integrity)
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor yang berhubungan: Trauma fisik.
2. Nyeri Akut (NANDA-I: Acute Pain)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera fisik.
3. Risiko Perdarahan (NANDA-I: Risk for Bleeding)
- Definisi: Rentan terhadap kehilangan darah yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Trauma pada abdomen.
Penjelasan Singkat:
1. Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Luka, Manajemen Trauma
2. Nyeri Akut
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Farmakologis Nyeri
3. Risiko Perdarahan
- SLKI: Pemulihan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Manajemen Syok
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip manajemen trauma abdomen, seperti penilaian awal, stabilisasi kondisi, pemeriksaan fisik yang komprehensif, manajemen perdarahan, pencegahan infeksi, dan pemantauan tanda vital serta kondisi pasien secara berkala. Perawat juga harus melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan untuk memastikan kepatuhan dan hasil yang optimal. -
Article No. 15751 | 18 Apr 2025
Klinis : Gastropati diabetikk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gastropati Diabetik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Malabsorpsi, perubahan lingkungan pencernaan, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, anoreksia, mual, muntah, diare, dan kelelahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dan perubahan fungsi gastrointestinal.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas, dan peningkatan gejala setelah aktivitas.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Persepsi negatif terhadap penampilan atau fungsi tubuh.
- Penyebab: Perubahan fisik, seperti penurunan berat badan, distensi perut, dan malabsorpsi.
- Tanda dan Gejala: Perasaan tidak nyaman dengan penampilan, menarik diri dari interaksi sosial, dan harga diri rendah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada kasus Gastropati Diabetik ini mencakup Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Intoleransi Aktivitas, dan Gangguan Citra Tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai luaran yang diharapkan. Luaran yang diharapkan pada kasus ini meliputi peningkatan status nutrisi, peningkatan toleransi aktivitas, dan peningkatan citra tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan klien. Intervensi yang dapat dilakukan pada kasus Gastropati Diabetik antara lain pemantauan status nutrisi, pengaturan aktivitas, dan konseling terkait citra tubuh.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu klien dengan Gastropati Diabetik dalam mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 15752 | 18 Apr 2025
Klinis : trauma abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi trauma abdomen, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trauma Abdomen
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran tubuh.
Faktor yang berhubungan: Trauma abdomen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Perdarahan: Kemampuan individu untuk mencegah atau menghentikan kehilangan darah.
2. Pemulihan Hemodinamik: Kemampuan individu untuk mempertahankan stabilitas sirkulasi darah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perdarahan: Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan kehilangan darah.
2. Resusitasi Cairan: Tindakan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah.
3. Pemantauan Hemodinamik: Tindakan untuk memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik.
Implementasi dari SDKI, SLKI, dan SIKI tersebut bertujuan untuk mengatasi risiko perdarahan yang dapat terjadi akibat trauma abdomen dan memastikan pemulihan hemodinamik pasien. -
Article No. 15683 | 17 Apr 2025
Klinis : Pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang berat Pasien mengatakan merasa lemah pada lengan kiri Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 1. Pasien didiagnosis tumor otak setelah mengalami sakit kepala yang semakin berat, disertai kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, dan perubahan perilaku sejak 2 bulan terakhir 2. Pada pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa di lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma 3. Pasien menjalani operasi selama 6 jam, dengan hasil pengangkatan tumor yang cukup optimal 4. Pasien dipindahkan ke recovery room (RR) untuk observasi pasca operasi awal sebelum dipindahkan ke ICU 5. TD: 145/85 mmHg (masih dalam batas normal, dipantau karena ada riwayat hipertensi) Nadi: 88 kali/menit Frekuensi napas: 16 kali/menit (stabil dengan ventilasi spontan) Suhu: 37,3°C Saturasi O₂: 98% dengan nasal cannula 3L/menit 6. GCS (Glasgow Coma Scale): 12 (E3, V4, M5) 7. Pasien tampak sudah mulai membuka mata, tetapi masih tampak mengantuk karena efek anestesi 8. Respons terhadap rangsangan verbal masih lambat, tetapi pasien dapat menggerakkan tangan kanan dengan baik 9. Kelemahan pada ekstremitas kiri tampak masih ada, sesuai dengan defisit neurologis sebelum operasi 10. Reaksi pupil: Isokor, reaktif terhadap Cahaya 11. Gerakan ekstremitas kanan baik, tetapi kaki kiri tampak masih lemah (paresis ⅗) 12. Balutan luka operasi bersih, tidak ada tanda perdarahan aktif 13. Drain luka (JP Drain) terpasang, dengan produksi cairan 30 mL dalam 30 menit pertama
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Risiko Pergeseran Posisi Otak Terbatas
- Pasien menunjukkan gejala neurologi seperti sakit kepala, kelemahan ekstremitas kiri, dan gangguan bicara, yang mengindikasikan adanya pergeseran posisi otak akibat tumor yang didiagnosis.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri, yang mengganggu mobilitas fisik dan berdampak pada aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Perdarahan
- Pasien baru saja menjalani operasi pengangkatan tumor otak, sehingga berisiko mengalami perdarahan pascaoperasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Pergeseran Posisi Otak Terbatas
- Luaran: Tidak terjadi pergeseran posisi otak
- Indikator: Nilai GCS membaik, tidak ada peningkatan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, mual, muntah, perubahan perilaku)
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Luaran: Mobilitas fisik membaik
- Indikator: Pasien dapat menggerakkan ekstremitas kiri dengan baik, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
3. Risiko Perdarahan
- Luaran: Tidak terjadi perdarahan
- Indikator: Tidak ada perdarahan aktif pada luka operasi, drain JP tidak mengeluarkan darah segar
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Pergeseran Posisi Otak Terbatas
- Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, mual, muntah, perubahan perilaku)
- Lakukan pemantauan neurologi secara berkala (GCS, pupil, gerakan ekstremitas)
- Pertahankan kepala dalam posisi netral
- Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial (batuk, bersin, mengejan)
- Berikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pencegahan pergeseran posisi otak
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Lakukan mobilisasi dini sesuai kemampuan pasien
- Berikan latihan range of motion (ROM) untuk ekstremitas kiri
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk membantu program rehabilitasi
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan pasien
- Berikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pemulihan mobilitas fisik
3. Risiko Perdarahan
- Pantau tanda-tanda perdarahan pada luka operasi dan drain JP
- Pertahankan balutan luka operasi tetap bersih dan kering
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antikoagulan dan penjadwalan pemeriksaan laboratorium
- Berikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pencegahan perdarahan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien secara komprehensif, melakukan pemantauan yang cermat, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15684 | 17 Apr 2025
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang berat Do: Pasien didiagnosis tumor otak setelah mengalami sakit kepala yang semakin berat, disertai kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, dan perubahan perilaku sejak 2 bulan terakhir Pada pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa di lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma TTV: TD: 145/85 mmHg (masih dalam batas normal, dipantau karena ada riwayat hipertensi) Nadi: 88 kali/menit Frekuensi napas: 16 kali/menit (stabil dengan ventilasi spontan) Suhu: 37,3°C Saturasi O₂: 98% dengan nasal cannula 3L/menit GCS (Glasgow Coma Scale): 12 (E3, V4, M5) Respons terhadap rangsangan verbal masih lambat, tetapi pasien dapat menggerakkan tangan kanan dengan baik Kelemahan pada ekstremitas kiri tampak masih ada, sesuai dengan defisit neurologis sebelum operasi Gerakan ekstremitas kanan baik, tetapi kaki kiri tampak masih lemah (paresis ⅗)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Serebral
- Definisi: Rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi serebral yang dapat mengancam kehidupan.
- Penyebab: Tumor otak pada lobus frontal kiri.
- Tanda dan Gejala: Sakit kepala berat, kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, perubahan perilaku, penurunan kesadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Serebral
- Definisi: Kondisi dimana seseorang mempertahankan fungsi serebral yang adekuat.
- Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
c. Tidak ada kejang
d. Fungsi motorik membaik
e. Fungsi kognitif membaik
f. Tidak ada perubahan perilaku yang merugikan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Neurologis
- Definisi: Mengidentifikasi dan mencatat perubahan dalam fungsi neurologis.
- Aktivitas:
a. Memantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Menilai tingkat kesadaran (GCS)
c. Menilai fungsi motorik dan sensorik
d. Menilai perilaku dan fungsi kognitif
2. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Definisi: Meminimalkan risiko peningkatan tekanan intrakranial.
- Aktivitas:
a. Menjaga posisi kepala elevasi 30-45 derajat
b. Memonitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
c. Mengatur pemberian cairan sesuai kebutuhan
d. Memberikan oksigen sesuai indikasi
3. Terapi Oksigen
- Definisi: Pemberian oksigen untuk mempertahankan pasokan oksigen yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Memantau saturasi oksigen
b. Mengatur pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien
4. Manajemen Nyeri
- Definisi: Mencegah, mengurangi, dan mengendalikan rasa sakit yang dialami pasien.
- Aktivitas:
a. Mengkaji nyeri secara komprehensif
b. Memberikan analgesik sesuai indikasi
c. Menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Ketidakstabilan Serebral merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien. Pasien memiliki tumor otak yang dapat mengancam fungsi serebral, sehingga rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi serebral yang dapat membahayakan kehidupan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Stabilitas Serebral adalah luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan. Kriteria hasil mencakup pemantauan tanda-tanda vital, tekanan intrakranial, fungsi motorik, kognitif, dan perilaku untuk memastikan fungsi serebral yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Neurologis: Penting untuk memantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, fungsi motorik dan sensorik, serta perilaku dan fungsi kognitif secara berkala untuk mengidentifikasi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial: Intervensi ini bertujuan untuk meminimalkan risiko peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat membahayakan pasien. Aktivitas seperti menjaga posisi kepala elevasi, memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan mengatur pemberian cairan serta oksigen sesuai kebutuhan pasien.
3. Terapi Oksigen: Pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien bertujuan untuk mempertahankan pasokan oksigen yang adekuat.
4. Manajemen Nyeri: Pengelolaan nyeri secara komprehensif, meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan penggunaan teknik nonfarmakologis, bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan rasa sakit yang dialami pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu tercapainya stabilitas serebral. Hal ini akan membantu meminimalkan risiko komplikasi dan meningkatkan kesejahteraan pasien. -
Article No. 15685 | 17 Apr 2025
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mengalami sakit kepala yang berat Do: Pasien didiagnosis tumor otak setelah mengalami sakit kepala yang semakin berat, disertai kelemahan pada lengan kanan, gangguan bicara, dan perubahan perilaku sejak 2 bulan terakhir Pada pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa di lobus frontal kiri yang diduga sebagai glioma TTV: TD: 145/85 mmHg (masih dalam batas normal, dipantau karena ada riwayat hipertensi) Nadi: 88 kali/menit Frekuensi napas: 16 kali/menit (stabil dengan ventilasi spontan) Suhu: 37,3°C Saturasi O₂: 98% dengan nasal cannula 3L/menit GCS (Glasgow Coma Scale): 12 (E3, V4, M5) Respons terhadap rangsangan verbal masih lambat, tetapi pasien dapat menggerakkan tangan kanan dengan baik Kelemahan pada ekstremitas kiri tampak masih ada, sesuai dengan defisit neurologis sebelum operasi Gerakan ekstremitas kanan baik, tetapi kaki kiri tampak masih lemah (paresis ⅗)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kerusakan Integritas Serebral berhubungan dengan tumor otak yang dapat menyebabkan edema dan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas kiri dan paresis ⅗ pada ekstremitas kiri.
3. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan gangguan bicara akibat lesi pada otak.
4. Perubahan Proses Berpikir berhubungan dengan perubahan perilaku akibat lesi pada otak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Kerusakan Integritas Serebral
- Tekanan intrakranial tetap dalam batas normal.
- Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Fungsi neurologis tetap stabil atau membaik.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan koordinasi gerakan.
3. Gangguan Komunikasi
- Pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
- Pasien dapat memahami instruksi atau informasi yang diberikan.
- Pasien dapat menyampaikan kebutuhan dan keinginannya.
4. Perubahan Proses Berpikir
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan berpikir.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mengambil keputusan.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Kerusakan Integritas Serebral:
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, muntah, perubahan kesadaran, dll.).
- Berikan posisi yang aman dan nyaman untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya, kortikosteroid, diuretik, antikonvulsan) sesuai kebutuhan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pentingnya segera melaporkan.
2. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Lakukan latihan rentang gerak sendi secara bertahap.
- Berikan latihan kekuatan otot sesuai kemampuan pasien.
- Lakukan latihan koordinasi gerakan dan aktivitas fungsional.
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan mobilisasi.
3. Gangguan Komunikasi:
- Lakukan komunikasi yang efektif dengan pasien, menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
- Berikan alat bantu komunikasi sesuai kondisi pasien (misalnya, papan komunikasi, aplikasi di ponsel).
- Latih pasien untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginannya.
- Libatkan keluarga dalam proses komunikasi dan rehabilitasi.
4. Perubahan Proses Berpikir:
- Lakukan stimulasi kognitif melalui latihan pemecahan masalah sederhana.
- Berikan dukungan dan bimbingan dalam pengambilan keputusan sederhana.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan kognitif dan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik (misalnya, terapis okupasi, psikolog) untuk intervensi kognitif yang lebih komprehensif.
Penjelasan di atas memberikan gambaran diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat diterapkan untuk mengelola kondisi pasien dengan tumor otak. Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.