Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15789 | 19 Apr 2025
Klinis : Klien lansia Tn. J saat dilakukan pengkajian mengatakan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal diseluruh badan. Kadang ada terasa kesemutan dijari-jari tangan maupun pada kaki. Klien mengatkan diberikan obat hipertensi oleh dokter tapi tidak diminum karena perut menjadi tidak nyaman amlodipin 1 x 10 mg tiap pagi, bisoprolol 1x5mg setiap pagi, diltilazem 1x1 tab setiap malam dan candasartan 1x 8 mg tiap malam. Pengkajian nyeri PQRST. P : Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran Q : nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk S : Skala Nyeri 3 (NRS : 0-10) T : Nyeri dirasakan hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. J adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Batasan Karakteristik:
- Klien melaporkan adanya nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk
- Klien melaporkan adanya rasa pegal-pegal di seluruh badan
- Klien melaporkan adanya rasa kesemutan di jari-jari tangan dan kaki
- Hasil pengkajian PQRST:
P: Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran
Q: Nyeri dirasakan sebagai nyut-nyutan
R: Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk
S: Skala nyeri 3 (NRS 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi rasa nyeri.
Kriteria Hasil:
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien dapat mengenali faktor penyebab nyeri
- Klien dapat menggunakan teknik-teknik manajemen nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Tujuan: Membantu klien mengontrol dan mengurangi rasa nyeri.
Aktivitas:
- Kaji karakteristik nyeri klien (PQRST)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai resep
- Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
- Ajari klien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada klien
- Monitor efektivitas intervensi dan respon klien terhadap nyeri
2. Peningkatan Kenyamanan
Tujuan: Memfasilitasi peningkatan kenyamanan fisik, psikologis, dan lingkungan klien.
Aktivitas:
- Kaji penyebab ketidaknyamanan klien
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping obat
- Anjurkan klien untuk menggunakan posisi yang nyaman
- Libatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena klien Tn. J mengeluhkan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal di seluruh badan, dan rasa kesemutan di jari-jari tangan dan kaki. Hasil pengkajian PQRST menunjukkan karakteristik nyeri yang akut.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Tingkat Nyeri Terkontrol", dimana klien diharapkan dapat melaporkan penurunan nyeri, mengenali faktor penyebab nyeri, dan dapat menggunakan teknik-teknik manajemen nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri" dan "Peningkatan Kenyamanan". Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu klien mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, sedangkan peningkatan kenyamanan bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan kenyamanan fisik, psikologis, dan lingkungan klien. -
Article No. 15790 | 19 Apr 2025
Klinis : Klien lansia Tn. J saat dilakukan pengkajian mengatakan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal diseluruh badan. Kadang ada terasa kesemutan dijari-jari tangan maupun pada kaki. Klien mengatkan diberikan obat hipertensi oleh dokter tapi tidak diminum karena perut menjadi tidak nyaman amlodipin 1 x 10 mg tiap pagi, bisoprolol 1x5mg setiap pagi, diltilazem 1x1 tab setiap malam dan candasartan 1x 8 mg tiap malam. Pengkajian nyeri PQRST. P : Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran Q : nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk S : Skala Nyeri 3 (NRS : 0-10) T : Nyeri dirasakan hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. J.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis Terkait Gejala Hipertensi Tidak Terkontrol
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
3. Ketidakpatuhan Pengobatan Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis Terkait Gejala Hipertensi Tidak Terkontrol
- SDKI: Nyeri Kronis adalah keadaan di mana individu mengalami nyeri yang terus-menerus atau terjadi secara periodik selama 3 bulan atau lebih.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah mengurangi nyeri dan meningkatkan koping adaptif terhadap nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan edukasi mengenai hipertensi dan penatalaksanaannya.
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
- SDKI: Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah keadaan di mana individu memiliki risiko penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah mencegah terjadinya penurunan perfusi jaringan perifer.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen obat, dan edukasi mengenai efek samping obat hipertensi.
3. Ketidakpatuhan Pengobatan Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
- SDKI: Ketidakpatuhan Pengobatan adalah keadaan di mana individu tidak dapat mengikuti atau melaksanakan regimen pengobatan yang telah ditetapkan.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah meningkatkan kepatuhan pengobatan klien.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen regimen terapeutik, edukasi mengenai hipertensi dan pengobatannya, serta konseling mengenai efek samping obat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan aspek-aspek SDKI, SLKI, dan SIKI agar dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah keperawatan klien dengan optimal. -
Article No. 15791 | 19 Apr 2025
Klinis : 1. Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan nafas terasa sesak 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 4. Terdapat otot bantu nafas 5. Terdapat retraksi dinding dada 6. Terdapat suara nafas tambahan stridor 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Bingung Akut
Definisi: Perubahan mendadak dan sementara pada fungsi kognitif dan persepsi, dengan tingkat kesadaran yang menurun.
3. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
4. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Variasi yang tidak normal dalam tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan laju pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Kondisi Kognitif Terkendali
- Pasien dapat merespon stimulus dengan baik.
- Pasien dapat mempertahankan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
- Pasien dapat mengikuti perintah sederhana.
3. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas.
- Saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Nadi dalam batas normal.
- Suhu tubuh dalam batas normal.
- Laju pernapasan dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan dan bunyi napas.
- Bantu pasien dalam mobilisasi sekret dengan teknik batuk efektif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, atau fisioterapi dada jika diperlukan.
2. Bingung Akut
- Monitor status mental dan tingkat kesadaran pasien.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman.
- Libatkan keluarga untuk memberikan orientasi dan dukungan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi untuk mengatasi bingung.
3. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan dan bunyi napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, atau fisioterapi dada jika diperlukan.
4. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
- Berikan obat-obatan antihipertensi sesuai indikasi.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena dan elektrolit jika diperlukan.
- Lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi akibat perubahan tanda-tanda vital.
Harap diperhatikan bahwa intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien yang spesifik. Selain itu, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15792 | 19 Apr 2025
Klinis : 1. Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan nafas terasa sesak 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 4. Terdapat otot bantu nafas 5. Terdapat retraksi dinding dada 6. Terdapat suara nafas tambahan stridor 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC Hasil pemeriksaan darah leukosit 10.8, eritrosit 5.53. hasil pemeriksaan CT Scan kepala Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis Hasil pemeriksaan thorax Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda uraikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, kegagalan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas
- Ditandai dengan napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, suara napas tambahan seperti stridor, dan hipoksemia.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, gangguan neurologi, dan kelelahan
- Ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, penurunan aliran darah ke otak, dan perubahan status kesadaran
- Ditandai dengan penurunan kesadaran, perubahan GCS, dan gejala lain seperti pusing, kejang, atau perubahan perilaku.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan jalan napas yang paten, tidak ada tanda-tanda obstruksi, dan oksigenasi membaik.
2. Pola Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola napas yang stabil, dengan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan yang normal.
3. Perfusi Jaringan Serebral yang Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran, stabilitas status neurologis, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Pantau tanda-tanda vital dan oksigenasi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pantau pola napas dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian terapi pernapasan, jika perlu
- Fasilitasi istirahat yang cukup
3. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral:
- Pantau status neurologis secara berkala menggunakan GCS
- Lakukan pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Posisikan kepala pasien dalam posisi elevasi 30-45 derajat
- Berikan medikasi antikonvulsan dan penurun tekanan intrakranial, jika diindikasikan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan komprehensif.
Harapan saya, rekomendasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah bagi pasien. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 15793 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi granuloma inguinale.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi granuloma inguinale, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang mengganggu kemampuan pertahanan tubuh.
Penyebab: Infeksi mikroorganisme penyebab granuloma inguinale.
Tanda dan Gejala: Lesi ulseratif pada daerah inguinal, pembengkakan, dan nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria hasil:
a. Tidak terdapat lesi ulseratif pada daerah inguinal.
b. Tidak ada pembengkakan.
c. Tidak ada nyeri.
d. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka
Tujuan: Memulihkan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi.
Aktivitas:
a. Lakukan debridemen luka, jika perlu.
b. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik.
c. Aplikasikan salep antibiotik, sesuai resep dokter.
d. Balut luka dengan kasa steril.
e. Pantau tanda-tanda infeksi (erythema, edema, nyeri, eksudat).
2. Manajemen Infeksi
Tujuan: Mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran.
Aktivitas:
a. Identifikasi penyebab infeksi.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik yang sesuai.
c. Monitor tanda-tanda vital dan gejala infeksi.
d. Edukasi pasien mengenai pengobatan dan pencegahan infeksi.
3. Manajemen Nyeri
Tujuan: Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas:
a. Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Terapkan terapi non-farmakologis, seperti kompres hangat.
d. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Kerusakan Integritas Kulit" dipilih karena granuloma inguinale menyebabkan adanya lesi ulseratif, pembengkakan, dan nyeri pada daerah inguinal, yang menunjukkan adanya perubahan struktur dan fungsi kulit. Perawatan luka, manajemen infeksi, dan manajemen nyeri merupakan intervensi utama untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan integritas kulit yang ditandai dengan tidak adanya lesi, pembengkakan, nyeri, dan tanda-tanda infeksi. -
Article No. 15794 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Granuloma Inguinale, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Proses Penyakit (SIKI kode I-01-01-01)
Penjelasan:
Granuloma Inguinale adalah infeksi bakteri yang menyebabkan lesi pada daerah inguinal dan genital, yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Diagnosa keperawatan ini fokus pada upaya mencegah dan mengelola risiko terjadinya infeksi pada pasien dengan granuloma inguinale.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Terkait Proses Penyakit dicirikan dengan adanya paparan agen infeksi, penurunan sistem pertahanan tubuh, dan/atau kerusakan integritas kulit/membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat bebas dari tanda-tanda infeksi, mempertahankan integritas kulit/membran mukosa, dan menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi: Manajemen Infeksi, Perawatan Luka, Edukasi Kesehatan, serta Pemantauan Tanda Vital dan Tanda Infeksi. Tujuannya adalah untuk mencegah, mengelola, dan memonitor risiko infeksi pada pasien dengan granuloma inguinale.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15795 | 19 Apr 2025
Klinis : 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC Hasil pemeriksaan darah leukosit 10.8, eritrosit 5.53. hasil pemeriksaan CT Scan kepala Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis Hasil pemeriksaan thorax Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan perdarahan intrakranial yang ditandai dengan penurunan kesadaran, meracau, dan hasil pemeriksaan CT Scan kepala menunjukkan ICH luas di basal ganglia sampai korona radiata kanan.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik yang ditandai dengan sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan riwayat hipertensi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat.
b. Pasien akan menunjukkan peningkatan kesadaran.
c. Pasien akan menunjukkan perbaikan hasil pemeriksaan CT Scan kepala.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Pasien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat.
b. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
c. Pasien akan melaporkan tidak ada keluhan sesak napas saat beraktivitas.
3. Risiko Cedera:
a. Pasien akan terhindar dari cedera akibat penurunan kesadaran.
b. Tekanan darah pasien akan terkontrol dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis pasien secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antiperdarahan atau tindakan lainnya.
d. Posisikan pasien dalam posisi yang memfasilitasi aliran darah ke otak.
e. Pantau hasil pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala) dan kolaborasi dengan tim medis.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Berikan bantuan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
c. Ajarkan teknik pernapasan dan istirahat yang benar saat beraktivitas.
d. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. Risiko Cedera:
a. Pantau tekanan darah pasien secara berkala.
b. Berikan terapi antiperdarahan dan antihipertensi sesuai kolaborasi dengan tim medis.
c. Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien.
d. Ajarkan keluarga untuk mencegah cedera akibat penurunan kesadaran.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas diberikan dalam nada akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 15796 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Granuloma Inguinale.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Kulit Terkait Granuloma Inguinale
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen pada kulit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
- Faktor Risiko: Adanya lesi kulit yang terbuka, lemahnya sistem imun, higiene personal yang buruk, serta paparan terhadap sumber infeksi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien terbebas dari infeksi kulit.
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi kulit, lesi kulit sembuh, tidak ada demam, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Perawatan luka, pemberian obat topikal/sistemik, edukasi kebersihan diri, serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Rasional: Untuk mencegah penyebaran infeksi, mempercepat penyembuhan lesi, dan mempertahankan integritas kulit.
Dalam penanganan Granuloma Inguinale, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, mempercepat penyembuhan, dan memastikan pasien terbebas dari infeksi kulit. -
Article No. 15797 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Granuloma Inguinale:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik
Penjelasan:
Granuloma Inguinale adalah kondisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Kondisi ini dapat menyebabkan lesi kulit yang menyebar di area genital, inguinal, dan perianal. Pasien dengan granuloma inguinale memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi sistemik jika tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Risiko Infeksi Sistemik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Paparan patogen, disfungsi sistem imun, tindakan invasif, malnutrisi, dan lain-lain.
Gejala dan Tanda: Suhu tubuh meningkat, nyeri, eritema, edema, dan lesi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi sistemik, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen lesi kulit, Pemberian antibiotik sesuai indikasi, Edukasi pencegahan penularan, dan Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dengan granuloma inguinale untuk mencegah terjadinya infeksi sistemik dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 15798 | 19 Apr 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 20 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas dan demam. Riwayat demam dialami sejak 4 bulan yang lalu dan muncul bercak merah kehitaman pada kedua pipi. Bercak merah kecil, semakin lama semakin lebar dan menghitam, tidak gatal dan nyeri. Pasien mengeluh nyeri sendi-sendi pergelangan tangan dan lutut sejak 4 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul, disertaai bengkak dan merah sehingga pasien sulit untuk berjalan. Pasien merasa silau dan pusing jika terkena sinar matahari atau cahaya lampu yang terang. Terdapat sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan, disertai dengan rambut rontok. Hasil pengkajian: TD: 130/70 mmHg, N: 104 x/menit, S 38C, Nafas 24 x/menit, BB: 35 kg PB: 150 cm Hb : 10.6 g/dL Ht: 32.3% Leu: 8710/mm, Tr: 248 000/mm, Albumin: 2.3 g/dL Na: 140 mEq/L K: 2.8 mEq/L Cl: 105 mEq/L Ureum: 17 mg/dL Creatinin: 0.35 mg/dL GFR: 244.3, ANA test (reaktif +). Dx kerja : SLE Terapi :- IVFD D5% NaCl 0,45% 20 gtt/menit; Ibuprofen 3x 400 mg; Diet MB 1800 kkal dengan 70 g protein, Cefotaxim 2x1 gr, metilprednisolon dan rencana transfuse PRC.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: M32.9
- Deskripsi: Lupus erythematosus sistemik, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah, packed red blood cells
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memenuhi kriteria diagnosis Lupus Erythematosus Sistemik (SLE). Kode ICD-10 yang sesuai adalah M32.9, yang menggambarkan SLE tanpa spesifikasi. Manifestasi klinis yang ditemukan, seperti demam, bercak merah kehitaman pada wajah, artralgia, fotosensitivitas, stomatitis, dan rambut rontok, sangat khas untuk SLE.
Selain itu, hasil pemeriksaan penunjang juga mendukung diagnosis SLE, dengan ditemukannya hasil positif pada pemeriksaan ANA. Terapi yang diberikan juga sesuai dengan penanganan SLE, yaitu pemberian kortikosteroid (metilprednisolon), antiinflamasi (ibuprofen), dan rencana transfusi packed red blood cells (kode ICD-9-CM 99.04) untuk mengatasi anemia.
Secara keseluruhan, penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien ini sudah tepat sesuai dengan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang yang mengarah pada diagnosis SLE.