Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15754 | 19 Apr 2025
Klinis : A: Bleeding, hemoptisis B: RR 36x/mnt, paradoxal breathing, trachea deviation, diminished lung sound, SpO2 85%, C: no active bleeding, BP 90/40 mmHg, HR 112x/mnt, CRT 3 seconds D: GCS 15, Pupil +2/+2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
3. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Distribusi aliran darah yang tidak adekuat ke jaringan perifer yang dapat menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Terdapat sekret atau obstruksi dalam saluran napas yang mengganggu ventilasi.
- Pola Napas Tidak Efektif: Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen.
- Perfusi Jaringan Tidak Efektif: Aliran darah yang tidak adekuat ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- Pola Napas Efektif: Kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Perfusi Jaringan Adekuat: Distribusi aliran darah yang memadai ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas.
- Manajemen Ventilasi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan pola pernapasan yang efektif.
- Manajemen Perfusi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat.
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 15755 | 19 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi renal tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, lanjut usia, merokok. (SDKI: 0016) BUATLAH KRITERIA DAN HASIL PADA SLKI, INTERVENSI DAN JUGA RASIONAL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (SDKI: 0016)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (SDKI: 0016) adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suplai darah ke ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kriteria Hasil:
1. Perfusi ginjal membaik
2. Tekanan darah terkontrol
3. Tidak ada tanda-tanda gangguan fungsi ginjal
4. Pengetahuan pasien tentang perawatan fungsi ginjal meningkat
Hasil yang Diharapkan:
Pasien menunjukkan perfusi ginjal yang efektif, tekanan darah terkontrol, tidak ada tanda-tanda gangguan fungsi ginjal, dan pengetahuan tentang perawatan fungsi ginjal yang meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi:
1. Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan hipertensi
3. Edukasi pasien tentang pentingnya menghindari merokok dan faktor risiko lain
4. Ajarkan pasien tentang perawatan fungsi ginjal, seperti diet rendah garam dan cairan yang cukup
5. Dorong pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur
Rasional:
1. Untuk mendeteksi adanya perubahan dalam perfusi ginjal
2. Mengendalikan hipertensi dapat mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
3. Menghindari faktor risiko dapat memperbaiki perfusi ginjal
4. Edukasi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam merawat fungsi ginjal
5. Aktivitas fisik dapat meningkatkan perfusi ginjal dan mencegah komplikasi terkait perfusi renal yang tidak efektif
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan memastikan pasien memiliki pemahaman yang baik tentang kondisinya serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki perfusi renal. -
Article No. 15756 | 19 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi renal tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, lanjut usia, merokok. (SDKI: 0016) BUATLAH KRITERIA DAN HASIL PADA SLKI, INTERVENSI DAN JUGA RASIONAL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko perfusi renal tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko perfusi renal tidak efektif (SDKI: 0016)
Definisi:
Risiko terjadinya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Faktor Risiko:
1. Hipertensi
2. Lanjut usia
3. Merokok
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Klien menunjukkan output urin yang adekuat
3. Klien menunjukkan nilai creatinin, ureum, dan elektrolit dalam batas normal
4. Klien menunjukkan fungsi ginjal yang baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Monitor intake dan output cairan
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (creatinin, ureum, elektrolit)
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan hipertensi
5. Anjurkan klien untuk berhenti merokok
6. Edukasi klien tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal
Rasional:
1. Memantau kondisi klien secara berkala untuk mendeteksi adanya perubahan atau penurunan fungsi ginjal.
2. Memantau keseimbangan cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan atau kekurangan cairan yang dapat memengaruhi fungsi ginjal.
3. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada fungsi ginjal.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memberikan pengobatan hipertensi yang tepat, sehingga dapat mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
5. Menganjurkan klien untuk berhenti merokok dapat mengurangi risiko kerusakan ginjal.
6. Edukasi klien tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi klien dalam perawatan.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terbaik bagi klien dengan risiko perfusi renal tidak efektif. -
Article No. 15757 | 19 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi renal tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, lanjut usia, merokok. (SDKI: 0016) BUATLAH KRITERIA DAN HASIL PADA SLKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif, dengan kode SDKI 0016.
Penjelasan singkat untuk masing-masing standar adalah sebagai berikut:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (SDKI 0016) adalah kondisi di mana ada peningkatan risiko penurunan aliran darah ke ginjal, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
- Faktor risiko yang disebutkan, yaitu hipertensi, lanjut usia, dan merokok, meningkatkan risiko terjadinya perfusi renal tidak efektif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kriteria Hasil:
- Perfusi Renal (SLKI 1416)
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan perfusi renal yang optimal.
- Indikator:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda gagal ginjal
- Fungsi Ginjal (SLKI 1412)
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan fungsi ginjal yang optimal.
- Indikator:
- Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) dalam batas normal
- Kadar ureum dan kreatinin dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda gangguan fungsi ginjal
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan:
- Pemantauan Perfusi Ginjal (SIKI 3607)
- Manajemen Hipertensi (SIKI 3402)
- Manajemen Penuaan (SIKI 3504)
- Edukasi Berhenti Merokok (SIKI 3109)
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, memantau tanda-tanda vital, fungsi ginjal, dan mengidentifikasi faktor risiko yang ada. Selanjutnya, saya akan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi risiko perfusi renal tidak efektif, dengan tujuan mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 15758 | 19 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi renal tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, lanjut usia, merokok. (SDKI: 0016) BUATLAH KRITERIA DAN HASIL PADA SLKI, dan intervensi pada siki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi renal tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (SDKI: 0016)
Definisi:
Risiko penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Faktor Risiko:
- Hipertensi
- Lanjut usia
- Merokok
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kriteria Hasil:
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal
2. Fungsi ginjal dalam batas normal (BUN, creatinin, LFG)
3. Tidak terjadi gejala dehidrasi
4. Tidak terjadi edema
5. Tidak terjadi perubahan status mental
Hasil yang Diharapkan:
Pasien menunjukkan perfusi renal yang efektif, ditandai dengan:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Fungsi ginjal yang adekuat
- Tidak ada gejala dehidrasi atau edema
- Status mental yang normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) secara teratur
2. Evaluasi fungsi ginjal (pemeriksaan laboratorium: BUN, creatinin, LFG)
3. Observasi tanda-tanda dehidrasi dan edema
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk manajemen hipertensi dan merokok
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mengontrol hipertensi, berhenti merokok, dan menjaga fungsi ginjal
6. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur pola makan yang sehat
Sebagai perawat, saya akan memantau dan mengevaluasi kondisi pasien secara komprehensif untuk memastikan perfusi renal yang efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain sangat penting dalam pengelolaan kondisi ini. -
Article No. 15759 | 19 Apr 2025
Klinis : Gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi gangguan pola tidur.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan pola tidur adalah "Gangguan Pola Tidur" (NANDA-I, 2018). Diagnosa ini mencerminkan adanya masalah yang dialami pasien terkait dengan kualitas, kuantitas, dan/atau pola tidurnya yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kecemasan, nyeri, lingkungan yang tidak kondusif, dan lain-lain.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan peningkatan durasi dan kualitas tidur.
2. Pasien dapat melaporkan penurunan gejala yang mengganggu tidur, seperti kecemasan, nyeri, atau ketidaknyamanan lainnya.
3. Pasien dapat mengidentifikasi dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengatasi gangguan pola tidur.
4. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mendukung tidur yang adekuat, seperti menerapkan teknik relaksasi, menjaga higiene tidur, dan menghindari stimulan sebelum tidur.
5. Pasien dapat melaporkan peningkatan fungsi dan kesejahteraan selama aktivitas sehari-hari akibat perbaikan pola tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Asesmen Tidur: Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien, seperti riwayat tidur, faktor lingkungan, dan gejala yang mengganggu.
2. Edukasi Pola Tidur: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya pola tidur yang adekuat dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti menjaga higiene tidur, menghindari stimulan sebelum tidur, dan menerapkan teknik relaksasi.
3. Manajemen Lingkungan: Mengoptimalkan lingkungan kamar pasien untuk mendukung tidur yang adekuat, seperti menjaga suhu, pencahayaan, dan ketenangan.
4. Terapi Relaksasi: Mengajarkan dan memfasilitasi pasien untuk menerapkan teknik relaksasi, seperti deep breathing, progressive muscle relaxation, atau guided imagery, untuk membantu menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
5.Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau terapis, untuk mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur, seperti mengelola nyeri atau mengatasi kondisi medis yang mendasari.
6. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi yang diberikan dan menyesuaikan rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon pasien.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk membantu pasien dengan gangguan pola tidur mencapai perbaikan dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 15760 | 19 Apr 2025
Klinis : osteoporosis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis osteoporosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M81
- Deskripsi: Osteoporosis tanpa patah tulang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.5
- Deskripsi: Pembedahan tulang untuk penyakit metabolik, termasuk osteoporosis
Penjelasan:
Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Kode ICD-10 M81 digunakan untuk menggambarkan osteoporosis tanpa patah tulang yang terjadi, baik karena faktor usia, hormonal, atau penyebab lainnya.
Dalam kasus osteoporosis, prosedur medis yang mungkin dilakukan adalah pembedahan tulang untuk menangani komplikasi atau masalah yang timbul akibat osteoporosis. Kode ICD-9-CM 79.5 mencakup prosedur bedah tulang yang dilakukan untuk menangani kondisi metabolik, termasuk osteoporosis.
Perlu diperhatikan bahwa pemilihan kode yang tepat akan bergantung pada presentasi klinis, riwayat pasien, dan prosedur medis yang dilakukan. Seorang profesional kesehatan yang berwenang, seperti dokter atau perekam medis, akan dapat memberikan kode yang lebih spesifik berdasarkan informasi klinis yang tersedia. -
Article No. 15761 | 19 Apr 2025
Klinis : implementasi Gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan pola tidur.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan pola tidur adalah "Gangguan Pola Tidur" (00198). Diagnosis ini didefinisikan sebagai gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu. Beberapa karakteristik definisi diagnosis ini meliputi:
1. Laporan individu tentang kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
2. Pola tidur yang tidak teratur atau tidak tercapainya ritme sirkadian yang normal.
3. Kelelahan, iritabilitas, dan penurunan konsentrasi yang berkaitan dengan gangguan tidur.
4. Perubahan pola tidur yang berdampak pada fungsi harian.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan untuk menangani gangguan pola tidur, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Tidur Membaik (0004): Individu melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur yang memenuhi kebutuhan istirahat.
2. Manajemen Energi (0180): Individu melaporkan peningkatan energi dan stamina untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Fungsi Kognitif (0900): Individu menunjukkan peningkatan konsentrasi, daya ingat, dan pengambilan keputusan yang efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Tidur (1850):
- Identifikasi pola tidur individu dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Edukasi tentang perilaku tidur yang sehat, seperti menjaga ritme sirkadian, menghindari stimulan sebelum tidur, dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Berikan teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan, visualisasi, atau terapi musik untuk membantu individu tertidur.
- Monitor kualitas dan kuantitas tidur individu dan berikan umpan balik yang konstruktif.
2. Terapi Aktivitas (4310):
- Evaluasi tingkat energi dan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kolaborasi dengan individu untuk menyusun rencana aktivitas yang seimbang antara aktivitas dan istirahat.
- Bantu individu mengembangkan strategi manajemen energi, seperti pengaturan jadwal, penggunaan alat bantu, dan penjadwalan waktu istirahat.
- Dorong individu untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan dan meningkatkan fungsi kognitif, seperti aktivitas fisik, hobi, atau pembelajaran baru.
3. Manajemen Kognitif (4730):
- Identifikasi masalah kognitif yang dialami individu akibat gangguan pola tidur.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi.
- Kolaborasi dengan individu untuk menyusun strategi peningkatan fungsi kognitif, seperti latihan memori, pengaturan lingkungan, dan penerapan alat bantu.
- Berikan umpan balik dan dukungan yang konstruktif untuk meningkatkan keyakinan diri individu dalam mengatasi masalah kognitif.
Dengan pendekatan holistik yang mencakup manajemen tidur, manajemen energi, dan manajemen kognitif, diharapkan asuhan keperawatan dapat membantu individu dengan gangguan pola tidur mencapai perbaikan kualitas dan kuantitas tidur, peningkatan energi, serta fungsi kognitif yang lebih baik. -
Article No. 15762 | 19 Apr 2025
Klinis : implementasi ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci terkait dengan kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "implementasi ansietas" adalah Ansietas (00146). Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan pengalaman subyektif individu dan tidak dapat diamati secara langsung, serta dapat menyebabkan ketegangan fisik dan psikologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Ansietas Terkendali (1211)
- Kriteria Hasil:
a. Mampu mengidentifikasi penyebab ansietas
b. Mampu mengendalikan reaksi fisik akibat ansietas
c. Mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas
d. Mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi ansietas
e. Melaporkan penurunan tingkat ansietas
2. Efikasi Diri (1601)
- Kriteria Hasil:
a. Mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi ansietas
b. Mampu menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi ansietas
c. Melaporkan peningkatan keyakinan diri dalam mengatasi ansietas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ansietas (5820)
- Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi ansietas
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Ajarkan teknik relaksasi (misalnya: nafas dalam, distraksi, imagery)
d. Bantu klien menggunakan strategi koping yang efektif
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi jika diperlukan
2. Peningkatan Efikasi Diri (5395)
- Tindakan Keperawatan:
a. Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang dimiliki
b. Dorong klien untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi ansietas
c. Berikan umpan balik positif atas upaya klien dalam mengatasi ansietas
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang dapat meningkatkan efikasi diri klien
Dengan menggunakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu klien dalam mengatasi ansietas yang dialami dan meningkatkan efikasi dirinya dalam mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 15763 | 19 Apr 2025
Klinis : implementasi ansietas 1. observasi 2. terapeutik 3. edukasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi implementasi ansietas.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Observasi:
- Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Karakteristik Umum: Gelisah, takut, khawatir, ketegangan, panik, firasat buruk, konsentrasi terganggu, dan waspada terhadap lingkungan.
2. Terapeutik:
- Diagnosa Keperawatan: Manajemen Ansietas
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan rasa cemas, takut, atau ketakutan yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.
- Karakteristik Umum: Individu mampu mengenali dan mengungkapkan rasa cemas, takut, atau ketakutan, serta dapat menerapkan strategi untuk mengelola respons ansietas.
3. Edukasi:
- Diagnosa Keperawatan: Manajemen Ansietas
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan rasa cemas, takut, atau ketakutan yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.
- Karakteristik Umum: Individu dapat mengidentifikasi penyebab ansietas, mengetahui teknik manajemen ansietas, dan mampu mengaplikasikan strategi untuk mengelola respons ansietas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Observasi:
- Tingkat Ansietas Terkendali
- Definisi: Individu dapat menunjukkan respons fisiologis, psikologis, dan perilaku yang terkendali dalam menghadapi situasi yang menimbulkan rasa cemas, takut, atau ketakutan.
- Kriteria Hasil: Individu menunjukkan respons fisiologis (denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan stabil), psikologis (lebih tenang dan rileks), dan perilaku (lebih terkontrol) yang sesuai dengan situasi.
2. Terapeutik:
- Manajemen Ansietas Efektif
- Definisi: Individu dapat menerapkan strategi untuk mengendalikan rasa cemas, takut, atau ketakutan yang mengganggu kesejahteraan fisik dan psikologis.
- Kriteria Hasil: Individu dapat mengenali dan mengungkapkan rasa cemas, takut, atau ketakutan, serta mampu mengaplikasikan teknik manajemen ansietas secara efektif.
3. Edukasi:
- Pengetahuan Manajemen Ansietas Meningkat
- Definisi: Individu memiliki pemahaman yang meningkat mengenai penyebab, gejala, dan strategi manajemen ansietas.
- Kriteria Hasil: Individu dapat mengidentifikasi penyebab ansietas, mengetahui teknik manajemen ansietas, dan mampu mengaplikasikan strategi untuk mengelola respons ansietas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi:
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pemantauan Respons Psikologis
- Pengkajian Tingkat Ansietas
2. Terapeutik:
- Terapi Relaksasi
- Teknik Distraksi
- Terapi Kognitif-Perilaku
3. Edukasi:
- Edukasi Manajemen Ansietas
- Pengajaran Teknik Manajemen Ansietas
- Konseling Ansietas
Setiap intervensi keperawatan ini memiliki tujuan, definisi, aktivitas, dan rasional yang spesifik untuk membantu mencapai luaran yang diinginkan bagi individu dengan implementasi ansietas. Perawat harus melakukan pengkajian komprehensif, merencanakan intervensi yang sesuai, dan mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan.