Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15817 | 20 Apr 2025
Klinis : Wanita berusia 19 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhar kehamilan pertama dengan riwayat kejang sebelum masul rumah sakit. Kejang dirasakan selama kurang lebih 7 menit, Dasien sadar saat sebelum 'kejang. pasien tidək sadarkan diri saat keiand dan pasien kemball sadar setelah kejang. Pasien mengeluhkan "sayt kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, nyer ulu hat disangkal, keluhan keluar darah dan air dan jalan lahir disangkal, gerak janin aktif dirasakan. Riwayat batuk, Pilek, demam, sesak dan nyeri tenggorokan disangka Tidak ada keluhan pada makan dan minum pasien. Riwayat alergi disangkall oleh pasien. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HE 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan Risiko Eklamsia pada Kehamilan, yang dapat dijelaskan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):
Risiko Eklamsia pada Kehamilan
Definisi: Kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria, dan kejang pada wanita hamil, yang dapat mengancam jiwa.
2. Intervensi Keperawatan (SLKI):
a. Pemantauan Tekanan Darah
b. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
c. Pemantauan Tanda-Tanda Preeklampsia
d. Manajemen Antikonvulsan
e. Manajemen Cairan
f. Edukasi Manajemen Preeklampsia
3. Luaran Keperawatan (SIKI):
a. Tekanan Darah Terkendali
b. Fungsi Organ Tubuh Stabil
c. Pengetahuan Pasien tentang Preeklampsia Meningkat
d. Komplikasi Preeklampsia Tidak Terjadi
Penjelasan singkat:
Pasien ini memiliki riwayat kejang sebelum masuk rumah sakit, yang merupakan salah satu tanda dan gejala preeklampsia atau eklamsia. Selain itu, pasien juga menunjukkan tanda-tanda hipertensi (tekanan darah 168/101 mmHg), edema ekstremitas, serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya gangguan fungsi organ (peningkatan transaminase, proteinuria). Kondisi ini mengindikasikan adanya risiko eklamsia pada kehamilan, yang membutuhkan pemantauan ketat dan manajemen yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa. -
Article No. 15818 | 20 Apr 2025
Klinis : Wanita berusia 19 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhar kehamilan pertama dengan riwayat kejang sebelum masul rumah sakit. Kejang dirasakan selama kurang lebih 7 menit, Dasien sadar saat sebelum 'kejang. pasien tidək sadarkan diri saat keiand dan pasien kemball sadar setelah kejang. Pasien mengeluhkan "sayt kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, nyer ulu hat disangkal, keluhan keluar darah dan air dan jalan lahir disangkal, gerak janin aktif dirasakan. Riwayat batuk, Pilek, demam, sesak dan nyeri tenggorokan disangka Tidak ada keluhan pada makan dan minum pasien. Riwayat alergi disangkall oleh pasien. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HE 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Eklampsia berhubungan dengan kejang dan peningkatan tekanan darah
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Eklampsia adalah keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan/atau koma pada ibu hamil, bersalin, atau nifas dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital stabil, tidak ada kejang, dan tingkat kesadaran membaik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya kejang, dan memantau kesadaran pasien.
2. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
Penjelasan:
- SDKI: Nyeri kepala adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat gangguan sistem saraf pusat.
- SLKI: Pasien akan melaporkan nyeri kepala berkurang dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan analgesik, mengurangi stresor, dan mengajarkan teknik relaksasi.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan preeklampsia
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah keadaan yang ditandai dengan ketidakstabilan tekanan darah, nadi, dan frekuensi napas.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan cairan intravena, dan mempertahankan perfusi jaringan. -
Article No. 15819 | 20 Apr 2025
Klinis : Wanita berusia 19 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhar kehamilan pertama dengan riwayat kejang sebelum masul rumah sakit. Kejang dirasakan selama kurang lebih 7 menit, Dasien sadar saat sebelum 'kejang. pasien tidək sadarkan diri saat keiand dan pasien kemball sadar setelah kejang. Pasien mengeluhkan "sayt kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HE 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Kejang: Kondisi di mana individu rentan mengalami episode mendadak dan tidak terkontrol dari aktivitas listrik otak.
- Faktor terkait: Hipertensi dalam kehamilan, perubahan metabolik, trauma, infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien tidak mengalami kejang selama perawatan.
- Kriteria hasil: Tidak terjadi kejang, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Observasi tanda-tanda vital, Manajemen hipertensi, Pemberian antikonvulsan, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penjelasan singkat:
Pasien wanita berusia 19 tahun dengan riwayat kejang sebelum masuk rumah sakit. Kejang dirasakan selama kurang lebih 7 menit dan pasien kembali sadar setelah kejang. Hasil pemeriksaan menunjukkan hipertensi (168/101 mmHg) yang merupakan faktor risiko terjadinya kejang pada pasien hamil. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. -
Article No. 15820 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan sakit kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HE 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi yang berkaitan dengan hipertensi. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Perfusi Jaringan
- Kelas: Kardiovaskuler
- Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan serebral membaik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan status neurologis
3. Manajemen hipertensi
4. Terapi oksigen
5. Edukasi terkait gaya hidup sehat
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status neurologis, manajemen hipertensi, terapi oksigen, serta edukasi terkait gaya hidup sehat untuk membantu meningkatkan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 15821 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan sakit kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HT 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertensi
- SDKI: Hipertensi
- SLKI: Tekanan darah terkontrol
- SIKI: Manajemen hipertensi
Penjelasan singkat:
- Pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 168/101 mmHg.
- Tujuan utama adalah menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang hipertensi, modifikasi gaya hidup, dan pemberian obat antihipertensi jika diperlukan.
2. Diagnosa Keperawatan: Edema
- SDKI: Edema
- SLKI: Perfusi jaringan perifer terkontrol
- SIKI: Manajemen edema
Penjelasan singkat:
- Pasien mengalami edema pada kedua tungkai kaki.
- Tujuan utama adalah menurunkan dan mencegah peningkatan edema.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, elevasi ekstremitas, terapi kompres, dan pembatasan asupan cairan jika diperlukan.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Risiko Penurunan Curah Jantung
- SLKI: Perfusi jaringan terkontrol
- SIKI: Manajemen gagal jantung
Penjelasan singkat:
- Pasien memiliki tanda-tanda yang menunjukkan risiko penurunan curah jantung, seperti takikardia (laju jantung 103x/menit) dan edema pada ekstremitas.
- Tujuan utama adalah mencegah dan mengurangi risiko penurunan curah jantung.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab penurunan curah jantung.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan intervensi yang direkomendasikan di atas didasarkan pada informasi yang diberikan dalam skenario. Evaluasi dan penyesuaian lebih lanjut mungkin diperlukan setelah melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien. -
Article No. 15822 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan sakit kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HT 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi
2. Edema pada ekstremitas bawah
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi
- SDKI: Hipertensi
- SLKI: Peningkatan Tekanan Darah
- SIKI: Manajemen Hipertensi
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi batas normal.
Gejala: Sakit kepala, mual, muntah, pandangan kabur.
Penyebab: Faktor genetik, gaya hidup, obesitas, stres.
Tujuan Intervensi: Menurunkan tekanan darah ke batas normal.
2. Edema pada ekstremitas bawah
- SDKI: Edema
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Manajemen Edema
Definisi: Akumulasi cairan di dalam jaringan tubuh yang menyebabkan pembengkakan.
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah, kulit teraba hangat, CRT <2 detik.
Penyebab: Kelainan kardiovaskular, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi, kehamilan.
Tujuan Intervensi: Mengurangi akumulasi cairan dan mencegah komplikasi.
Penjelasan di atas mencakup SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI. Deskripsi singkat ini mencakup definisi, gejala, penyebab, dan tujuan intervensi untuk masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 15823 | 20 Apr 2025
Klinis : Pabrik Bulu Mata Cemerlang merupakan pabrik yang sudah berdiri sejak tahun 2020. Pekerja terdiri dari 100 pekerja yaitu 90 wanita dan 10 pria. Jam kerja pabrik yaitu setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB. Libur hanya pada tanggal merah. Pekerja bekerja dengan sistem shift. Saat dilakukan pengkajian pekerja menyampaikan sering mengalami keluhan mata merah. Beberapa pekerja juga pernah mengalami kecelakaan kerja seperti terjatuh karena lingkungan yang penuh akan barang dan kabel. Kemudian hasil observasi pada lingkungan konveksi yaitu kursi terdapat sandaran dan kabel listrik untuk penerangan tidak tertata rapi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak aman.
2. Gangguan penglihatan berhubungan dengan paparan sinar dan debu di lingkungan kerja.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Lingkungan Kerja yang Tidak Aman:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Cedera
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Cedera, Pencegahan Cedera
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Lingkungan, Pencegahan Jatuh, Perawatan Luka
2. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Paparan Sinar dan Debu di Lingkungan Kerja:
- SDKI: Gangguan Penglihatan
- SLKI: Pemulihan Penglihatan, Pengendalian Gejala
- SIKI: Terapi Mata, Edukasi Pencegahan Gangguan Penglihatan, Manajemen Lingkungan
Penjelasan:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Lingkungan Kerja yang Tidak Aman:
- Pekerja berisiko mengalami cedera, seperti terjatuh, akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, seperti adanya barang dan kabel yang tidak tertata rapi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan untuk meminimalisir risiko cedera, pencegahan jatuh, dan perawatan luka jika terjadi kecelakaan kerja.
2. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Paparan Sinar dan Debu di Lingkungan Kerja:
- Pekerja mengalami keluhan mata merah yang dapat disebabkan oleh paparan sinar dan debu di lingkungan kerja.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi mata, edukasi pencegahan gangguan penglihatan, dan manajemen lingkungan untuk mengurangi paparan sinar dan debu.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 15824 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Definisi:
Risiko mengalami penurunan berat badan atau asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat mempengaruhi status gizi.
Faktor Risiko:
- Ketidakmampuan pasien dalam menyerap nutrisi dengan baik
Tanda dan Gejala:
- Pasien tidak nafsu makan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Status Nutrisi: Pasien akan menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
- Asupan Nutrisi: Pasien akan menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Monitoring Nutrisi: Memantau status nutrisi pasien secara berkala.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko Defisit Nutrisi" menggambarkan adanya risiko penurunan berat badan atau asupan nutrisi yang tidak adekuat pada pasien, yang dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pasien dalam menyerap nutrisi dengan baik. Tanda dan gejala yang muncul adalah pasien tidak nafsu makan.
Standar luaran keperawatan (SLKI) mencakup target-target yang harus dicapai, seperti status nutrisi yang adekuat dan asupan nutrisi yang adekuat. Sedangkan standar intervensi keperawatan (SIKI) mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nutrisi, edukasi nutrisi, dan monitoring nutrisi.
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi risiko defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 15825 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R64
- Deskripsi: Kekurangan nutrisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.41
- Deskripsi: Konsultasi gizi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R64 (Kekurangan nutrisi) menggambarkan kondisi risiko defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan pasien untuk menyerap nutrisi dengan baik, ditandai dengan hilangnya nafsu makan. Kode ini mencakup kondisi seperti kaketksia, penurunan berat badan, dan malnutrisi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah konsultasi dengan ahli gizi, yang direpresentasikan oleh kode ICD-9-CM 94.41 (Konsultasi gizi). Prosedur ini melibatkan penilaian status gizi pasien, identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap defisit nutrisi, dan pengembangan rencana pengelolaan yang sesuai, seperti rekomendasi diet, penggunaan suplemen nutrisi, atau intervensi lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 15826 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Risiko defisit nutrisi". Kondisi ini ditandai dengan risiko ketidakmampuan pasien untuk menyerap nutrisi dengan baik, yang dimanifestasikan dengan kurangnya nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Intake nutrisi adekuat: Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya sesuai dengan rekomendasi petugas kesehatan.
2. Berat badan dalam rentang normal: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
3. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda defisiensi nutrisi, seperti perubahan pada kulit, rambut, kuku, atau mukosa.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Manajemen nutrisi:
a. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas, dan kondisi kesehatan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pantau asupan nutrisi pasien dan lakukan intervensi jika terjadi penurunan asupan.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen gejala:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan pasien, seperti efek samping obat, kondisi medis, atau masalah psikologis.
b. Berikan intervensi untuk mengatasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan, misalnya pemberian antiemetik atau konseling.
c. Buat jadwal makan yang lebih sering dengan porsi yang lebih kecil untuk meningkatkan asupan nutrisi.
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang disukai dan bervariasi untuk meningkatkan selera makan.
3. Dukungan emosional:
a. Berikan dukungan dan empati kepada pasien untuk mengatasi kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi nafsu makan.
b. Libatkan keluarga dalam perawatan untuk memberikan dukungan psikologis dan praktis bagi pasien.
c. Berikan pujian dan motivasi kepada pasien saat mencapai target nutrisi yang ditetapkan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu intake nutrisi yang adekuat, berat badan dalam rentang normal, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.