Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15807 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan nyeri dada sejak jam 9 pagi, terus-menerus, sempat mereda sedikit tetapi tidak pernah hilang total. Nyeri dada seperti ditiban benda berat menjalar ke pundak bagian belakang leher. Mual (+) munath (-) keringet dingin (-) demam (-) batuk (-) pilek (-) BAB dan BAK tak RPD: Ht (+) dm (+) batu empedu (+) batu saluran kemih (+) jantung (-) RPO: amlodipin 10 mg (terakhir kemarin pagi)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Manajemen nyeri
- SIKI: Pemberian analgetik
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri dada yang terus-menerus sejak pagi, dengan karakteristik seperti ditiban benda berat dan menjalar ke pundak bagian belakang leher. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang memerlukan intervensi keperawatan yang tepat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Manajemen nutrisi
- SIKI: Pemberian diet
Penjelasan:
Pasien mengalami mual, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang memadai. Intervensi keperawatan diperlukan untuk memantau dan mengatur pola makan serta intake nutrisi pasien.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan kardiovaskular
- SDKI: Risiko gangguan perfusi jaringan kardiovaskular
- SLKI: Manajemen perfusi jaringan
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital
Penjelasan:
Berdasarkan riwayat penyakit terdahulu (RPD), pasien memiliki riwayat hipertensi (HT) dan diabetes mellitus (DM), yang dapat meningkatkan risiko gangguan perfusi jaringan kardiovaskular. Intervensi keperawatan diperlukan untuk memantau tanda-tanda vital dan perfusi jaringan.
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) -
Article No. 15808 | 20 Apr 2025
Klinis : Tn.Junet (Usia 58 tahun) dirawat di ICU dengan kondisi syok kardiogenik. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol. Pasien datang dengan keluhan sesak napas berat, nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, serta lemas yang semakin parah dalam 24 jam terakhir. Tekanan darah saat masuk rumah sakit 70/55 mmHg, MAP 60 mmHg dengan denyut jantung takikardi 130 bpm teraba lemah, kulit yang dingin, pucat. Pernapasan yang cepat dan dangkal dengan RR 30x/menit dengan ronchi terdengar (+/+), edema pitting (+3/+3). Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan tanda-tanda infark miokard akut dengan EKG sebagai berikut. Tampak kardiomegali dengan silhouette jantung melebar dan cardiothoracic ratio > 50%. Silhouette jantung tampak melebar, terutama pada sisi kiri. Terdapat tanda-tanda kongesti paru dengan redistribusi aliran darah ke bagian atas paru paru, yang mengindikasikan kemungkinan gagal jantung. Tidak terlihat efusi pleura yang signifikan. Kolaborasi terapi dari dokter adalah: Berikan Dopamin dimulai dengan dosis 4-6 mcg/kg/menit IV drip; Kalsium Asetat (667 mg per oral, 2x sehari dengan makanan), Furosemid (40 mg IV, 1x sehari atau lebih tergantung respons pasien); Epoetin Alfa (50-100 unit/kg subkutan, 3x seminggu); Insulin Regular (10 unit IV dengan 50 mL dextrose 50%); Ringer Laktat atau Normal Saline 500-1000 mL IV, sesuai dengan status cairan pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. Junet yang dirawat di ICU dengan syok kardiogenik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (SDKI)
2. Gangguan pertukaran gas (SDKI)
3. Kelebihan volume cairan (SDKI)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (SDKI)
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan jantung yang dapat menyebabkan kerusakan sel jantung.
- Faktor Risiko: Syok kardiogenik, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tidak terkontrol.
- Gejala: Nyeri dada, tekanan darah rendah, takikardia, kulit dingin dan pucat.
2. Gangguan pertukaran gas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat.
- Faktor Risiko: Gagal jantung, edema paru, napas cepat dan dangkal.
- Gejala: Sesak napas, ronki di paru-paru.
3. Kelebihan volume cairan (SDKI)
- Definisi: Peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Risiko: Gagal jantung, penurunan perfusi, penggunaan cairan intravena.
- Gejala: Edema pitting, distensi vena leher, penambahan berat badan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Penurunan nafsu makan, malabsorpsi, peningkatan kebutuhan metabolik.
- Gejala: Berat badan menurun, asupan nutrisi yang inadekuat.
Rencana Keperawatan (SLKI - SIKI):
- Pemantauan hemodinamik dan tanda-tanda vital secara ketat.
- Manajemen syok kardiogenik (Manajemen Syok: Kardiak).
- Manajemen ventilasi dan oksigenasi (Manajemen Ventilasi).
- Manajemen cairan dan elektrolit (Manajemen Cairan).
- Asuhan nutrisi (Manajemen Nutrisi).
Evaluasi (SIKI):
- Stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan, dan pertukaran gas yang membaik.
- Keseimbangan cairan dan elektrolit yang terpelihara.
- Pemenuhan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 15809 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan nyeri dada sejak jam 9 pagi, terus-menerus, sempat mereda sedikit tetapi tidak pernah hilang total. Nyeri dada seperti ditiban benda berat menjalar ke pundak bagian belakang leher. Mual (+) munath (-) keringet dingin (-) demam (-) batuk (-) pilek (-) BAB dan BAK tak RPD: Ht (+) dm (+) batu empedu (+) batu saluran kemih (+) jantung (-) RPO: amlodipin 10 mg (terakhir kemarin pagi)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis jantung, ditandai dengan nyeri dada yang terus-menerus, seperti ditiban benda berat, menjalar ke pundak bagian belakang leher.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang/hilang.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Pasien tidak mengalami komplikasi terkait nyeri dada.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (intensitas, lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor pencetus).
2. Berikan terapi analgesik sesuai resep dokter.
3. Anjurkan pasien untuk beristirahat, mengatur posisi, dan hindari aktivitas berat.
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, penanganan, dan pencegahan komplikasi nyeri dada.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan penatalaksanaan pasien.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis jantung didasarkan pada keluhan utama pasien yaitu nyeri dada yang terus-menerus, seperti ditiban benda berat, menjalar ke pundak bagian belakang leher. Hal ini menunjukkan adanya gangguan di area jantung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang/hilang, menandakan efektivitas intervensi keperawatan dalam mengatasi nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, menunjukkan stabilnya kondisi hemodinamik pasien.
- Pasien tidak mengalami komplikasi terkait nyeri dada, menandakan keberhasilan penanganan masalah dan pencegahan komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pengkajian nyeri komprehensif bertujuan untuk mengetahui karakteristik nyeri dan faktor yang memengaruhinya.
- Pemberian terapi analgesik sesuai resep dokter bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri.
- Anjuran istirahat dan hindari aktivitas berat bertujuan untuk mengurangi beban kerja jantung.
- Pemantauan tanda-tanda vital bertujuan untuk mendeteksi perubahan kondisi hemodinamik pasien.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi dalam penanganan nyeri dada.
- Kolaborasi dengan tim medis bertujuan untuk mengoptimalkan penatalaksanaan pasien secara komprehensif. -
Article No. 15810 | 20 Apr 2025
Klinis : nyeri pada abdomen, gelisah badan lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan gejala yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.9
- Deskripsi: Nyeri abdomen, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Observasi dan evaluasi medis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R10.9 (Nyeri abdomen, tidak diklasifikasikan di tempat lain) adalah kode yang sesuai untuk mewakili gejala nyeri pada abdomen yang Anda sampaikan. Kode ini digunakan untuk mengindikasikan nyeri di area abdomen tanpa spesifikasi lebih lanjut mengenai penyebabnya.
2. Kode ICD-9-CM 89.7 (Observasi dan evaluasi medis, tidak diklasifikasikan di tempat lain) adalah kode yang sesuai untuk mewakili tindakan medis yang mungkin dilakukan, yaitu observasi dan evaluasi medis untuk menentukan penyebab dari gejala gelisah dan badan lemas yang Anda sampaikan. Kode ini digunakan untuk tindakan pengamatan dan penilaian medis yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan mengevaluasi lebih lanjut gejala yang Anda sampaikan untuk menentukan diagnosis yang tepat dan tindakan medis yang sesuai. Kode-kode yang saya berikan di sini merupakan kode awal yang dapat digunakan sebagai panduan, namun diagnosis dan tindakan akhir dapat berbeda tergantung pada hasil evaluasi medis yang lebih komprehensif. -
Article No. 15811 | 20 Apr 2025
Klinis : Tn. H (52 th) datang ke RS Harapan Bunda Pada tanggal 18/04/2025 dengan keluhan badan lemas, tidak nafsu makan, mual, Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian kanan atas. Pasien mengatakan memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol sejak 6 tahun yang lalu (2-3 botol/hari). Keluarga Pasien juga mengatakan pasien perokok aktif karena merasa takut itu berdampak buruk bagi kesehatannya. Hasil pemeriksaan fisik, sklera mata ikterik. Hasil pemeriksaan laboratorium HbsAg (+). Tanda-tanda vital, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit, Pernafasan : 22x/ mnt, Suhu : 36,oC. Protein total : 6,62 gr/100 ml (6,6 – 8,7) Albumin : 3,51 gr/100 ml (3,8 – 4,4) BIlirubin total : 5,44 mg/100 ml ( 0,00 – 1,00) Bilirubin direk : 4,16 mg/100 ml (0,00-0,30) SGOT : 221 U/L (0-38) SGPT : 107 U/L (0-41) Alkali Phospahate: 777 U/L (0-270) Ureum : 32,7 mg/100 ml (10-50) Kreatinin : 0,76 mg/100 ml (0,0 – 1,1) Asam Urat : 14,5 mg/100 ml (3,4 – 7,0) Glukosa sewaktu : 65 mg/100 ml (140) HbsAg : (+) / positif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K70.0
- Deskripsi: Alkoholik hepatitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis khusus yang dilakukan, penanganan utama berupa terapi suportif.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling sesuai adalah Alkoholik hepatitis akut (K70.0). Hal ini didasarkan pada:
- Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol yang berlebihan selama 6 tahun terakhir (2-3 botol per hari).
- Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ikterik pada sklera, yang merupakan tanda khas dari penyakit hati.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin total dan bilirubin direk, serta peningkatan enzim hati SGOT, SGPT, dan alkalin fosfatase, yang sesuai dengan gambaran hepatitis.
- Pasien juga positif HBsAg, yang menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis B. Namun, kondisi utama yang menyebabkan gejala saat ini adalah hepatitis alkoholik akut.
Tidak ada tindakan medis khusus yang dicantumkan dalam kasus ini. Penanganan utama yang dilakukan umumnya berupa terapi suportif, seperti pemberian cairan, nutrisi, dan obat-obatan untuk mengatasi gejala (misalnya antiemetik untuk mengatasi mual). -
Article No. 15812 | 20 Apr 2025
Klinis : Tn. H (52 th) datang ke RS Harapan Bunda Pada tanggal 18/04/2025 dengan keluhan badan lemas, tidak nafsu makan, mual, Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian kanan atas. Pasien mengatakan memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol sejak 6 tahun yang lalu (2-3 botol/hari). Keluarga Pasien juga mengatakan pasien perokok aktif karena merasa takut itu berdampak buruk bagi kesehatannya. Hasil pemeriksaan fisik, sklera mata ikterik. Hasil pemeriksaan laboratorium HbsAg (+). Tanda-tanda vital, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit, Pernafasan : 22x/ mnt, Suhu : 36,oC. Protein total : 6,62 gr/100 ml (6,6 – 8,7) Albumin : 3,51 gr/100 ml (3,8 – 4,4) BIlirubin total : 5,44 mg/100 ml ( 0,00 – 1,00) Bilirubin direk : 4,16 mg/100 ml (0,00-0,30) SGOT : 221 U/L (0-38) SGPT : 107 U/L (0-41) Alkali Phospahate: 777 U/L (0-270) Ureum : 32,7 mg/100 ml (10-50) Kreatinin : 0,76 mg/100 ml (0,0 – 1,1) Asam Urat : 14,5 mg/100 ml (3,4 – 7,0) Glukosa sewaktu : 65 mg/100 ml (140) HbsAg : (+) / positif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tn. H.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia sebagai dampak dari penyakit hati pada Tn. H.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi ketidakadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Pada kasus Tn. H, hal ini terjadi akibat anoreksia (hilangnya nafsu makan) sebagai dampak dari penyakit hati yang dideritanya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Tn. H dapat menunjukkan perbaikan status nutrisi, seperti adanya peningkatan berat badan, kadar protein total, dan albumin dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan, memantau asupan dan output cairan, serta memberikan edukasi tentang pentingnya pola makan yang seimbang untuk memperbaiki kondisi Tn. H.
Dalam penerapan standar ini, perawat harus mempertimbangkan kondisi Tn. H secara holistik, termasuk riwayat konsumsi alkohol dan merokok, serta melibatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan. -
Article No. 15813 | 20 Apr 2025
Klinis : Menunggu hasil... DS: - mengatakan nyeri perut sebelah kanan atas 3 minggu dan memberat 1 minggu terakhir - mengatakan nyerinya terus-menerus seperti di tusuk tusuk DO: -nyeri tekan pada perut kanan atas sakit bertambah saat terlentang klien gelisah -ekspresi wajah meringis -terdapat pembesaran hepar -Pasien selalu menekan daerah yang nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis di abdomen bagian kanan atas (upper right quadrant)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang diuraikan dalam istilah seperti itu (nyeri).
- Gejala yang muncul: Nyeri terus-menerus seperti ditusuk-tusuk di perut kanan atas, bertambah saat berbaring, pembesaran hepar, ekspresi wajah meringis, dan pasien selalu menekan daerah yang nyeri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan nyeri: Kemampuan pasien untuk melaporkan pengurangan intensitas, frekuensi, durasi, dan lokasi nyeri.
- Tujuan yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mampu mengontrol nyeri, dan pasien mampu beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk membantu pasien mengurangi nyeri hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi.
- Intervensi yang dapat dilakukan: Identifikasi karakteristik nyeri, berikan analgesik sesuai instruksi, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, monitor respons terhadap intervensi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri.
Dalam konteks akademis, persona pakar, dan sebagai perawat, saya menyarankan agar Anda segera menghubungi tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Diagnosa dan intervensi yang tepat sangat penting untuk mengatasi masalah nyeri yang Anda alami. -
Article No. 15814 | 20 Apr 2025
Klinis : Menunggu hasil... DS: - mengatakan nyeri perut sebelah kanan atas 3 minggu dan memberat 1 minggu terakhir - mengatakan nyerinya terus-menerus seperti di tusuk tusuk DO: -nyeri tekan pada perut kanan atas sakit bertambah saat terlentang klien gelisah -ekspresi wajah meringis -terdapat pembesaran hepar -Pasien selalu menekan daerah yang nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Definisi:
- Keluhan nyeri perut kanan atas yang menetap selama 3 minggu dan memberat 1 minggu terakhir
- Nyeri seperti tusuk-tusuk
- Nyeri meningkat saat terlentang
- Ekspresi wajah meringis
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
2. Kenyamanan
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Manajemen Kenyamanan
- Fasilitasi lingkungan yang tenang dan nyaman
- Bantu pasien untuk beristirahat sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan fungsi dan mobilitas pasien
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri perut kanan atas yang menetap selama 3 minggu dan memberat 1 minggu terakhir, serta diikuti dengan gejala-gejala nyeri seperti nyeri tusuk-tusuk, peningkatan nyeri saat terlentang, dan ekspresi wajah meringis. Hal ini sesuai dengan karakteristik definisi dari diagnosa keperawatan Nyeri Akut.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri dan Kenyamanan. Pasien diharapkan dapat melaporkan penurunan nyeri, mengenali faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri, serta dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Selain itu, pasien juga diharapkan dapat beristirahat dengan tenang dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Nyeri dan Manajemen Kenyamanan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, pengajaran teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, serta fasilitasi lingkungan yang tenang dan nyaman untuk memfasilitasi istirahat pasien. -
Article No. 15815 | 20 Apr 2025
Klinis : bab cair 2 hari mual muntah panas 2 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Diare Akut
Penjelasan Singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Diare Akut: Pengeluaran feses yang tidak normal dan cair dalam jumlah yang berlebih, berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Kontrol Defekasi: Kemampuan untuk mengatur pengeluaran feses secara teratur dan terkontrol.
- Manajemen Cairan: Kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk mengontrol dan mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Diare: Tindakan untuk mengatasi masalah diare, seperti mengganti cairan dan elektrolit, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi.
- Manajemen Hipertermia: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
- Manajemen Mual dan Muntah: Tindakan untuk mengurangi gejala mual dan muntah.
Penjelasan tersebut disampaikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat, sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 15816 | 20 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan,55 thn, dirawat di ruang penyakit dalam karena kondisi hiperglikemia dan neuropati. Saat ini, pasien mengeluh mudah lelah, sering haus dan banyak BAK. Selain itu, pasien mengeluh kebas dan baal pada telapak kaki kanannya. Pemeriksaan fisik: komposmentis, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90 x/mnt, RR: 20 x/mnt, Suhu: 37,5 o C, Tinggi badan: 160 cm, berat badan saat ini: 65K(overweigth),. Hasil pemeriksaan kaki kanan ditemukan Ankle Brachial Index: 0,7(abnormal) dan test monofilamen di kedua kaki menunjukan -3/10 (LOPS), kedua kaki tampak kering, tidak ada foot deformity. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir GDS: 250 mg/dL, HbA1c = 8,5%, Hb: 12 mg/dL, Hct= 36%, Leukosit 13000, Kalium 3,2 mEq/L, clorida 93 mEq/L, kolesterol total 200, trigliserida 175, HDL 31; LDL 100. Pasien mengaku sudah menderita DM sejak 2 tahun yang lalu. Dalam 3 bulan terakhir pasien juga mengaku sering tidak menyuntikkan insulin sebagaimana diajarkan pertugas, mengabaikan aturan diet, dan malas olahraga karena merasa semua upaya itu sia-sia. Meski dilakukan gula darahnya tetap saja tinggi. Sekarang pasien memilih meminum air yang sudah dido’akan oleh ustadz setempat sebagai pengganti obat diabetesnya. Di keluarga, ibu pasien menderita DM dan meninggal pada usia 55 tahun akibat komplikasi dan infeksi kaki DM. Pasien sendiri sejak usia 25 tahun mengalami obesitas (BB= 80 kg, TB=157), dan jarang olah raga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder akibat hiperglikemia dan neuropati.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati diabetik.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengelolaan diabetes melitus.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder akibat hiperglikemia dan neuropati.
- Pasien mengeluh mudah lelah, yang merupakan indikasi adanya intoleransi aktivitas.
- Hiperglikemia dan neuropati diabetik dapat menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati diabetik.
- Pasien mengalami kebas dan baal pada telapak kaki kanan, serta kaki tampak kering, yang merupakan tanda-tanda neuropati diabetik.
- Neuropati dapat meningkatkan risiko kerusakan kulit dan kaki, seperti luka, infeksi, dan ulkus.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengelolaan diabetes melitus.
- Pasien mengaku sering tidak menyuntikkan insulin, mengabaikan aturan diet, dan malas berolahraga.
- Ketidakpatuhan dalam pengelolaan diabetes dapat menyebabkan kontrol glikemik yang buruk dan meningkatkan risiko komplikasi.
SDKI-SLKI-SIKI Standar PPNI:
1. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Kulit, Perawatan Kaki Diabetik
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Manajemen Kesehatan
- SIKI: Edukasi Kesehatan, Manajemen Diabetes Melitus
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.