Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16060 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan terapi bilas lambung melalui selang ngt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang dijadwalkan mendapatkan terapi bilas lambung melalui selang NGT.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Terapi Bilas Lambung Melalui Selang NGT
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami masuknya cairan, makanan, sekresi, atau benda asing ke dalam saluran pernafasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama penatalaksanaan risiko aspirasi adalah mencegah terjadinya aspirasi dan komplikasi akibat aspirasi. Luaran yang diharapkan antara lain: Bebas Dari Tanda dan Gejala Aspirasi, Mampu Batuk Efektif, dan Mempertahankan Fungsi Pernafasan yang Adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Monitoring Tanda-Tanda Vital, Manajemen Jalan Napas, Manajemen NGT, Edukasi Pasien dan Keluarga, serta Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat mengidentifikasi risiko aspirasi pada pasien yang menjalani terapi bilas lambung melalui selang NGT, menetapkan tujuan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya komplikasi aspirasi. -
Article No. 16061 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan pengukur an antropometri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan tindakan pengukuran antropometri.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan: Kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai.
- Faktor yang berhubungan: Tindakan pengukuran antropometri yang dapat menyebabkan risiko dehidrasi atau kelebihan cairan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Indikator: Intake dan output cairan seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (jika diperlukan) untuk memastikan keseimbangan cairan pasien
d. Monitor tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien
Dalam konteks akademis dan dengan persona sebagai pakar perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menyediakan informasi yang komprehensif dan sesuai dengan standar PPNI. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan rencana perawatan yang sesuai. -
Article No. 16062 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan pengukur an antropometri dari panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan, dan berat badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, di mana pasien akan menjalani pengukuran antropometri, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh". Hal ini dikarenakan pengukuran antropometri dapat mengidentifikasi adanya risiko malnutrisi atau ketidakseimbangan nutrisi pada pasien.
SDKI:
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor Risiko: Usia, status fisiologis, status psikologis, faktor sosial ekonomi, dan faktor lingkungan.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien dapat memperbaiki status nutrisi.
2. Pasien dapat mencapai berat badan ideal.
3. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang optimal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji status nutrisi pasien.
2. Monitoring parameter antropometri secara berkala.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
5. Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
Dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan, perawat harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. Hal ini penting untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 16063 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan denver developmental screening test
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu terjadwalnya pemeriksaan perkembangan menggunakan uji Denver Developmental Screening Test dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai beserta penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan individu yang berisiko mengalami penyimpangan atau perlambatan dalam pencapaian tahapan perkembangan yang meliputi aspek motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.
- Faktor Risiko: Riwayat kelainan prenatal, perinatal, postnatal, paparan zat toksik, status gizi buruk, dan stimulasi lingkungan yang kurang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan tahapan usia.
- Indikator: Klien mencapai milestone perkembangan, klien menunjukkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial yang sesuai, klien menunjukkan kemampuan sensorimotor yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Asesmen perkembangan, stimulasi tumbuh kembang, pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang, kolaborasi dengan ahli tumbuh kembang.
Persona Perawat:
Sebagai seorang pakar/perawat yang memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, saya akan melakukan asesmen yang komprehensif untuk mengidentifikasi risiko keterlambatan perkembangan pada klien. Selanjutnya, saya akan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mendukung perkembangan klien, serta berkolaborasi dengan ahli tumbuh kembang untuk memastikan klien mendapatkan perawatan yang optimal. -
Article No. 16064 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan terapi pijat bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang dijadwalkan untuk mendapatkan terapi pijat bayi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko gangguan perkembangan bayi berhubungan dengan kurangnya stimulasi dan interaksi.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko gangguan perkembangan bayi merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan di mana bayi memiliki potensi untuk mengalami hambatan dalam mencapai tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan usia. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi dan interaksi yang memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah bayi dapat mencapai perkembangan sesuai dengan usia secara optimal, seperti peningkatan kemampuan motorik, kognitif, dan sosial-emosional.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko gangguan perkembangan bayi antara lain:
- Memberikan stimulasi perkembangan melalui pijat bayi
- Mengajarkan orang tua/pengasuh teknik pijat bayi dan memotivasi mereka untuk melakukannya secara rutin
- Memfasilitasi interaksi antara bayi dan orang tua/pengasuh
- Memantau perkembangan bayi secara berkala.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan bayi dapat mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. -
Article No. 16065 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan imunisasi campak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang dijadwalkan untuk mendapatkan imunisasi campak.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Proses Imunisasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kemungkinan timbulnya atau meningkatnya risiko infeksi pada pasien yang menjalani proses imunisasi.
- Faktor-faktor risiko: Imunisasi, riwayat penyakit kronis, usia ekstrem, malnutrisi, pengetahuan tentang imunisasi yang kurang.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari infeksi akibat proses imunisasi.
- Kriteria hasil: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, bengkak, nyeri), pasien memahami pentingnya imunisasi dan perawatan luka bekas suntikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
1. Berikan informasi tentang manfaat dan risiko imunisasi.
2. Pantau tanda-tanda vital dan respon tubuh terhadap imunisasi.
3. Ajarkan perawatan luka bekas suntikan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan infeksi jika terjadi.
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko infeksi yang mungkin terjadi akibat proses imunisasi pada pasien. -
Article No. 16066 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
1. Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi
- Definisi: Berkurangnya cairan intra- dan ekstraseluler yang ditandai dengan penurunan volume cairan dalam tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Perdarahan pasca operasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Denyut nadi dalam batas normal
c. Pengisian kapiler dalam batas normal
2. Perfusi Jaringan yang Memadai
- Indikator:
a. Suhu kulit dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Capillary refill time <3 detik
3. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
a. Intake dan output cairan seimbang
b. Berat badan stabil
c. Tidak terdapat edema
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Monitor Hemodinamik
- Kaji tekanan darah, nadi, respirasi, dan saturasi oksigen secara berkala.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium (kadar hemoglobin, hematokrit, elektrolit) sesuai indikasi.
2. Manajemen Perdarahan
- Identifikasi sumber dan tanda-tanda perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan intervensi terkait perdarahan (misalnya pemberian cairan, transfusi darah).
- Lakukan tindakan keperawatan untuk menghentikan perdarahan (misalnya kompresi, penjahitan).
3. Manajemen Cairan
- Kaji intake dan output cairan secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mengganti kehilangan cairan.
- Monitor balans cairan dan lakukan tindakan untuk menjaga keseimbangan cairan.
4. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, durasi).
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Kaji efektivitas intervensi nyeri dan lakukan intervensi lanjutan sesuai kebutuhan.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan "Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi" dipilih karena pasien mengalami tanda-tanda penurunan volume cairan, seperti penurunan tekanan darah, takikardi, hiperventilasi, dan oliguria, yang kemungkinan besar disebabkan oleh perdarahan pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) mencakup stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang memadai, dan keseimbangan cairan. Hal ini bertujuan untuk menjaga fungsi vital pasien dan memastikan adekuasi sirkulasi darah serta cairan dalam tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang diperlukan meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen perdarahan, manajemen cairan, dan manajemen nyeri. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penyebab penurunan volume cairan, menghentikan perdarahan, menjaga keseimbangan cairan, dan mengatasi nyeri yang dirasakan pasien.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan pemantauan yang ketat diharapkan dapat membantu menstabilkan kondisi pasien, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan mendukung pemulihan pasca operasi. -
Article No. 16067 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perdarahan akut: Keluarnya darah dalam jumlah yang banyak dari tubuh dalam waktu singkat.
- Faktor terkait: Komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol perdarahan: Kemampuan untuk mengendalikan perdarahan.
- Integritas jaringan: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal kulit dan jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital: Mengobservasi dan mencatat tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Manajemen perdarahan: Tindakan untuk menghentikan dan mencegah perdarahan.
- Resusitasi cairan: Pemberian cairan intravena untuk mengganti volume darah yang hilang.
- Perawatan luka: Tindakan untuk memulihkan integritas jaringan dengan cara yang aman dan efektif.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu", yang memerlukan intervensi keperawatan terkait pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, resusitasi cairan, dan perawatan luka untuk mengendalikan perdarahan dan mempertahankan integritas jaringan. -
Article No. 16068 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (NANDA-I)
- Definisi: Pengurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab: Kehilangan cairan melalui perdarahan, muntah, diare, dan hiperventilasi.
- Gejala dan Tanda: Hipotensi, takikardi, penurunan kesadaran, hiperventilasi, oliguri, dan hasil laboratorium menunjukkan penurunan Hb.
2. Gangguan Pertukaran Gas (NANDA-I)
- Definisi: Ketidakefektifan pertukaran gas antara alveoli dan darah, yang dapat menyebabkan perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida.
- Penyebab: Hipoventilasi, restriktif paru, dan perdarahan.
- Gejala dan Tanda: Takipnea, hiperventilasi, SPO2 rendah, dan hasil gas darah menunjukkan penurunan pH, peningkatan pCO2, dan penurunan PaO2.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan Volume Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Pengurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Karakteristik Utama: Hipotensi, takikardi, oliguri, penurunan kadar Hb.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Kode: 10002
- Definisi: Ketidakefektifan pertukaran gas antara alveoli dan darah, yang dapat menyebabkan perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida.
- Karakteristik Utama: Takipnea, hiperventilasi, penurunan SpO2, perubahan hasil gas darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Keadaan dimana volume dan komposisi cairan dalam tubuh berada dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, haluaran urin adekuat, hasil laboratorium normal.
2. Pertukaran Gas
- Kode: 10002
- Definisi: Keadaan dimana proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah berjalan efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, SPO2 normal, hasil gas darah normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam tubuh sesuai kebutuhan.
- Aktivitas: Monitoring tanda-tanda vital, haluaran urin, dan hasil laboratorium, pemberian cairan intravena, transfusi darah.
2. Manajemen Oksigenasi
- Kode: 10002
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan pertukaran gas yang efektif.
- Aktivitas: Monitoring respirasi, pemberian oksigen, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 16069 | 23 Apr 2025
Klinis : TSH FT3 dan FT 4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi TSH FT3 dan FT4:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R94.6
- Deskripsi: Hasil tes fungsi tiroid abnormal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.01
- Deskripsi: Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi tiroid
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R94.6 (Hasil tes fungsi tiroid abnormal) digunakan untuk mengindikasikan adanya hasil tes fungsi tiroid yang tidak normal, seperti nilai TSH, FT3, dan FT4 yang berada di luar rentang normal. Kode ini digunakan sebagai diagnosis ketika hasil tes tersebut belum teridentifikasi sebagai kondisi tiroid spesifik lainnya, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
2. Kode ICD-9-CM 92.01 (Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi tiroid) digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi tiroid, seperti pengambilan sampel darah dan analisis kadar hormon tiroid (TSH, FT3, FT4). Kode ini mencakup semua tes laboratorium yang dilakukan untuk menilai status fungsi tiroid pasien.
Catatan: Kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis hanya disediakan jika ada tindakan yang dilakukan terkait dengan kondisi yang disebutkan. Dalam kasus ini, terdapat pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi fungsi tiroid, sehingga kode ICD-9-CM 92.01 disediakan.