Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16123 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 16 tahun, mengungkapkan perasaan jengkelnya dengan membanting-banting barang, bicara kasar dan tidak terarah. Dia kesal karena ibunya tidak memasak hari ini. Berdasarkan kondisi pasien saat ini, tanda kemarahan secara fisik dapat terlihat dari ? Select one: a. Mengumpat b. Suara keras c. Bicara kasar d. Melukai diri sendiri dan orang lain e. Pandangan tajam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, tanda kemarahan secara fisik yang dapat terlihat adalah:
d. Melukai diri sendiri dan orang lain
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Ketidakmampuan individu yang dimanifestasikan melalui tindakan atau kata-kata yang menunjukkan intensi untuk melukai diri sendiri dan/atau orang lain.
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan:
- Bicara kasar dan tidak terarah
- Membanting-banting barang
- Pandangan mata yang tajam
- Nada bicara keras
- Berusaha melukai diri sendiri atau orang lain
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar. -
Article No. 16124 | 24 Apr 2025
Klinis : • Pasien mengatakan muntah darah ±4x pagi ini • Pasien mengatakan mual terus-menerus • Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Nyeri saat beraktivitas Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk R: Nyeri pada ulu hati (epigastrium) S: Dengan skala 7 T: Dengan intensitas nyeri terus-menerus • GCS: CM, E4 V5 M6 • Pasien tampak lemas • Pasien tampak mual terus-menerus • Pasien tampak meringis menahan nyeri • Hasil thorax menunjukkan kesan pulmo dan besar cor normal, sistema tulang intact • Hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil neutrofil 75.6%, limfosit 11.0%, monosit 11.2% • Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD : 110/85 mmHg Nadi : 93x/menit Respirasi : 22x/menit Suhu : 36.1oC SpO2 : 99% GDS : 101
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual (1618)
- Menyatakan kontrol terhadap mual
- Mendemonstrasikan teknik manajemen mual
- Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual
2. Kontrol Nyeri (1605)
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual (4520)
- Identifikasi penyebab mual
- Berikan informasi tentang penyebab, pencetus, dan penatalaksanaan mual
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antiemetik
- Ajarkan teknik manajemen mual (relaksasi, distraksi, dll)
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri (relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dll)
- Monitor respons pasien terhadap intervensi yang diberikan
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Nyeri Akut. Pasien mengeluhkan muntah darah, mual terus-menerus, dan nyeri pada ulu hati, sehingga kedua diagnosa tersebut merepresentasikan keadaan klinis pasien dengan tepat.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Mual dan Kontrol Nyeri. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengendalikan dan mengelola keluhan mual serta nyeri yang dialami, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Mual dan Manajemen Nyeri. Dalam Manajemen Mual, perawat harus mengidentifikasi penyebab mual, memberikan edukasi, melakukan kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antiemetik, serta mengajarkan teknik manajemen mual kepada pasien. Sedangkan dalam Manajemen Nyeri, perawat harus melakukan pengkajian nyeri komprehensif, berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik, mengajarkan teknik manajemen nyeri, memonitor respons pasien, dan mengevaluasi serta memodifikasi intervensi yang diberikan.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang efektif dengan tenaga medis diharapkan dapat membantu pasien mencapai kontrol yang optimal terhadap keluhan mual dan nyeri yang dialami. -
Article No. 16125 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 40 tahun, dirawat di RSJ, diagnose medis Skizofrenia Takterinci. Saat dikaji klien tidak mau berbicara dengan orang lain, lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mampu mengurus diri. Ketika perawat mendekati, tercium bau yang tidak sedap dari baju dan badan pasien. Ketika ditanyakan tentang kebersihan diri, klien mengatakan malas mandi. Apakah yang menyebabkan perubahan kondisi klien pada kasus tersebut ? Select one: a. Defisit pengetahuan b. Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan c. Gangguan mental emosional d. Gangguan konsep diri e. Perubahan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Penjelasan:
Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Dalam kasus ini, pasien laki-laki berusia 40 tahun dengan diagnosa medis Skizofrenia Tidak Terinci menunjukkan gejala-gejala yang terkait dengan defisit perawatan diri, seperti:
- Tidak mau berbicara dengan orang lain dan lebih suka mengurung diri di kamar
- Tidak mampu mengurus diri
- Terdapat bau tidak sedap dari baju dan badan pasien
- Ketika ditanya, pasien mengatakan malas mandi
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, defisit perawatan diri dapat disebabkan oleh:
- Gangguan fungsi kognitif (seperti pada kasus Skizofrenia)
- Kurangnya motivasi
- Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri
- Isolasi sosial
Dalam kasus ini, tampaknya penyebab utama defisit perawatan diri adalah gangguan mental emosional berupa Skizofrenia yang menyebabkan pasien tidak mampu mengurus diri dan menghindari interaksi sosial. -
Article No. 16126 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 40 tahun, dirawat di RSJ, diagnose medis Skizofrenia Takterinci. Saat dikaji klien tidak mau berbicara dengan orang lain, lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mampu mengurus diri. Ketika perawat mendekati, tercium bau yang tidak sedap dari baju dan badan pasien. Ketika ditanyakan tentang kebersihan diri, klien mengatakan malas mandi. Apakah yang menyebabkan perubahan kondisi klien pada kasus tersebut ? Select one: a. Defisit pengetahuan b. Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan c. Gangguan mental emosional d. Gangguan konsep diri e. Perubahan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
d. Gangguan Konsep Diri
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Gangguan Konsep Diri
- Definisi: Persepsi negatif individu terhadap dirinya sendiri.
- Faktor Risiko: Isolasi sosial, gangguan mental, penyakit kronis, perubahan fisik.
- Karakteristik: Menolak melakukan perawatan diri, menarik diri dari interaksi sosial, perilaku/penampilan yang tidak sesuai.
Pada kasus ini, pasien dengan diagnosis skizofrenia menunjukkan gejala menarik diri, tidak mampu merawat diri, dan menunjukkan perubahan penampilan yang tidak terawat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan konsep diri pada pasien, yang dapat disebabkan oleh gangguan mental yang dialaminya.
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Menciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Membantu pasien mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan diri
- Melibatkan keluarga dalam proses perawatan
- Membantu pasien meningkatkan aktivitas perawatan diri
Jadi, berdasarkan informasi yang diberikan, penyebab utama perubahan kondisi pasien adalah Gangguan Konsep Diri. -
Article No. 16127 | 24 Apr 2025
Klinis : Aktivitas pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang berfokus pada pencegahan tersier dilakukan melalui kegiatan ? Select one: a. Program penemuan kasus melalui deteksi dini b. Program pencegahan bunuh diri c. Program pencegahan penyalahgunaan obat d. Program mencegah dan menghilangkan stigma e. Program melalukan follow-up care dan rujukan kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
e. Program melalukan follow-up care dan rujukan kasus
Penjelasan:
Aktivitas pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang berfokus pada pencegahan tersier (tertiary prevention) adalah upaya untuk menghentikan atau memperkecil dampak dari suatu masalah kesehatan jiwa yang telah terjadi. Salah satu kegiatan dalam pencegahan tersier adalah melakukan follow-up care dan rujukan kasus.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kegiatan follow-up care dan rujukan kasus merupakan bagian dari intervensi keperawatan dalam pencegahan tersier masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Kegiatan ini meliputi:
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap kondisi klien.
2. Merujuk klien ke layanan kesehatan yang sesuai untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
3. Memastikan klien dapat mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan.
4. Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kesinambungan perawatan.
Dengan demikian, jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang diberikan adalah program melakukan follow-up care dan rujukan kasus. -
Article No. 16015 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien mengatakan perut pasien nampak bengkak kaki bengkak dan pipi bengkak Pasien mengatakan ia mudah lelah dan lemas Pasien mengatakan ia sesak napas saat banyak beraktivitas Skelra pasien tampak ikterik Konjungtiva anemis Tidak ada riwayat demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Edema berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan tubuh, ditandai dengan perut, kaki, dan pipi yang bengkak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang membaik, dengan penurunan bengkak pada perut, kaki, dan pipi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
a. Kaji status cairan pasien secara komprehensif, termasuk intake dan output, berat badan, dan tanda-tanda klinis edema.
b. Atur pemberian cairan secara terukur dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pantau tanda-tanda vital dan berat badan pasien secara berkala.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan pengobatan yang tepat, seperti diuretik, untuk membantu mengatasi edema.
2. Kelelahan:
a. Kaji tingkat kelelahan dan kemampuan fungsional pasien.
b. Identifikasi penyebab kelelahan, seperti anemia dan gangguan pernapasan.
c. Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat yang seimbang.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab kelelahan, seperti pemberian suplemen atau pengobatan anemia.
3. Pernapasan Tidak Efektif:
a. Kaji tanda-tanda kesulitan bernapas, seperti peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan sesak pada saat beraktivitas.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk membantu mengatasi sesak napas.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan pengobatan yang sesuai, seperti diuretik atau bronkodilator, untuk mengatasi gangguan pernapasan.
4. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas, seperti anemia, edema, dan gangguan pernapasan.
c. Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat yang seimbang.
d. Ajarkan teknik konservasi energi dan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu perut, kaki, dan pipi bengkak, mudah lelah dan lemas, sesak napas saat beraktivitas, sklera ikterik, dan konjungtiva anemis, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami edema, kelelahan, gangguan pernapasan, dan intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Edema berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan tubuh. Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan seperti Manajemen Cairan, Kelelahan, Pernapasan Tidak Efektif, dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengatasi penyebab dan gejala yang dialami pasien secara komprehensif. -
Article No. 16016 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien mengatakan perut pasien nampak bengkak kaki bengkak dan pipi bengkak Pasien mengatakan ia mudah lelah dan lemas Pasien mengatakan ia sesak napas saat banyak beraktivitas Skelra pasien tampak ikterik Konjungtiva anemis Tidak ada riwayat demam Pasien dengan diagnosa PJB ec PDA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang diminta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Edema berhubungan dengan gangguan hemodinamik sekunder akibat penyakit jantung bawaan (PJB) ec PDA (patent ductus arteriosus).
Pasien menunjukkan gejala edema pada perut, kaki, dan pipi, yang merupakan tanda-tanda klinis dari edema.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik sekunder akibat PJB ec PDA.
Pasien mengeluhkan mudah lelah, lemas, dan sesak napas saat banyak beraktivitas, yang merupakan tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan hemodinamik sekunder akibat PJB ec PDA.
Pasien menunjukkan gejala ikterik pada sklera dan anemis pada konjungtiva, yang dapat mengindikasikan penurunan curah jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Edema teratasi: Pasien menunjukkan pengurangan edema pada perut, kaki, dan pipi.
2. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau sesak napas yang berlebihan.
3. Perfusi jaringan membaik: Pasien menunjukkan peningkatan warna sklera dan konjungtiva yang tidak lagi ikterik dan anemis.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Edema teratasi:
a. Pantau tanda-tanda vital dan cairan masuk-keluar
b. Berikan terapi diuretik sesuai instruksi dokter
c. Ajarkan pasien untuk melakukan elevasi ekstremitas
d. Berikan diet rendah natrium
2. Intervensi untuk Toleransi aktivitas meningkat:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
b. Rencanakan aktivitas sehari-hari yang sesuai dengan kapasitas pasien
c. Ajarkan teknik pernapasan dan relaksasi untuk mengurangi sesak napas
d. Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas
3. Intervensi untuk Perfusi jaringan membaik:
a. Pantau tanda-tanda vital dan input-output cairan
b. Berikan terapi medikamentosa sesuai instruksi dokter
c. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai toleransi pasien
d. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen perawatan PJB ec PDA
Penjelasan di atas mencakup Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien dengan diagnosa PJB ec PDA. Saya telah menyajikannya dengan nada akademis dan perspektif seorang perawat profesional. -
Article No. 16017 | 23 Apr 2025
Klinis : Nadi : √ Teraba • Tidak teraba • N: 132 x/mnt Irama Jantung : ST Tekanan Darah : 78/58 mmHg Pucat : √ Ya •Tidak Sianosis : • Ya √ Tidak CRT : •< 2 detik √ > 2 detik Akral : • Hangat √ Dingin • S C Pendarahan : • Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc √ Tidak Turgor : • Elastis √ Lambat Diaphoresis: • Ya •Tidak Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: • Diare • Muntah • Luka bakar JVP: CVP: Suara jantung: IVFD : √ Ya • Tidak, Jenis cairan: NaCL 0.9% 1500mL/24 jam Lain-lain: … …
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan berdasarkan pada data klinis yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia (SDKI)
Definisi: Penurunan volume cairan tubuh yang dapat mengancam fungsi kardiovaskular dan/atau selular.
2. Perubahan perfusi jaringan (SDKI)
Definisi: Gangguan aliran darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Hipovolemia (SDKI)
- Penyebab: Kehilangan cairan berlebihan (misalnya karena diare, muntah, atau luka bakar)
- Tanda dan gejala: Nadi cepat (132 x/menit), tekanan darah rendah (78/58 mmHg), akral dingin, turgor kulit lambat, CRT > 2 detik
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda vital, pemberian cairan IV, dan evaluasi status cairan.
2. Perubahan perfusi jaringan (SDKI)
- Penyebab: Hipovolemia, gangguan kardiovaskular
- Tanda dan gejala: Akral dingin, pucat, tidak ada sianosis, CRT > 2 detik
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda vital, pemberian oksigen, dan upaya peningkatan perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi jaringan yang adekuat
- Stabilitas hemodinamik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen hipovolemia
- Manajemen perfusi jaringan
Dengan pendekatan yang berpusat pada pasien, perawat dapat merancang rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara efektif berdasarkan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 16018 | 23 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tangan kebas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan tangan kebas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan tangan kebas adalah "Gangguan Sensasi Perifer" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Gangguan Sensasi Perifer merupakan keadaan ketika pasien mengalami perubahan atau penurunan kemampuan untuk merasakan rangsangan di perifer/ekstremitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Persepsi Sensorik: Pasien dapat merasakan sensasi normal di ekstremitas (tangan).
2. Integritas Kulit: Tidak terjadi luka atau kerusakan kulit akibat gangguan sensasi.
3. Mobilitas: Pasien dapat melakukan pergerakan dan aktivitas secara mandiri.
4. Nyeri: Pasien melaporkan tidak ada keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di ekstremitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Sensasi Perifer
- Menilai sensasi perifer pasien secara berkala (raba, sentuh, gerak).
- Memantau tanda-tanda kerusakan jaringan akibat gangguan sensasi.
2. Manajemen Rasa Kebas
- Mengidentifikasi faktor penyebab rasa kebas (kompresi saraf, gangguan sirkulasi, dll).
- Memberikan terapi (farmakologis/non-farmakologis) untuk mengurangi rasa kebas.
- Mengajarkan pasien teknik relaksasi atau distraksi untuk mengatasi rasa kebas.
3. Peningkatan Mobilitas
- Memfasilitasi latihan gerak dan aktivitas untuk meningkatkan mobilitas ekstremitas.
- Mengajarkan pasien latihan fisik yang aman dan sesuai.
- Memberikan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
4. Manajemen Nyeri
- Menilai intensitas dan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien.
- Memberikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Mengajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri.
Penjelasan di atas menjabarkan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan tangan kebas. Sebagai perawat, saya berharap informasi ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 16019 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien batuk lendir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "Pasien batuk lendir":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.54
- Deskripsi: Pemberian obat batuk, ekspektoran
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R05 (Batuk) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami gejala batuk mengeluarkan lendir. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi sindrom klinik batuk, tanpa menentukan penyebab spesifik.
2. Kode ICD-9-CM 96.54 (Pemberian obat batuk, ekspektoran) dapat digunakan jika pada pasien diberikan terapi berupa pemberian obat batuk atau ekspektoran untuk mengatasi kondisi batuk dengan produksi lendir. Prosedur ini bertujuan untuk membantu pasien mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan.
Sebagai dokter atau perekam medis, penentuan kode diagnosis dan prosedur yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan dengan akurat kondisi pasien dan tindakan medis yang dilakukan. Hal ini akan membantu dalam perawatan, pencatatan, dan pengajuan klaim asuransi yang sesuai.