Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16180 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu, seperti kondisi kesehatan, penanganan penyakit, prosedur, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
Faktor Terkait:
- Kurangnya paparan terhadap informasi
- Salah persepsi
- Kurangnya minat atau motivasi
Karakteristik Mayor:
- Meminta penjelasan atau informasi tambahan
- Mengungkapkan misinterpretasi informasi
- Gagal mengikuti instruksi
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Domain: Persepsi Kesehatan/Pemeliharaan Kesehatan
- Kelas: Pengetahuan Kesehatan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran: Pengetahuan Kesehatan
- Indikator:
1. Menjelaskan penyebab anemia pada ibu dan anak
2. Menyebutkan tanda dan gejala anemia pada ibu dan anak
3. Menjelaskan perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi:
1. Manajemen Edukasi Kesehatan
2. Konseling Kesehatan
3. Pengajaran: Proses Penyakit
Penjelasan singkat:
Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak merupakan keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan terhadap informasi, salah persepsi, atau kurangnya minat dan motivasi. Perawat dapat memberikan intervensi berupa manajemen edukasi kesehatan, konseling kesehatan, dan pengajaran proses penyakit untuk meningkatkan pengetahuan klien terkait anemia pada ibu dan anak. -
Article No. 16181 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang anemia ibu dan anak.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai keterbatasan kognitif yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau familiaritas dengan topik tertentu.
- Dalam kasus ini, pasien memiliki keterbatasan pengetahuan terkait anemia pada ibu dan anak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dengan diagnosa ini adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang anemia ibu dan anak.
- Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, pencegahan, dan penatalaksanaan anemia pada ibu dan anak.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Edukasi kesehatan: memberikan informasi dan penjelasan tentang anemia, termasuk penyebab, gejala, dampak, dan cara pencegahan serta penatalaksanaannya.
b. Konseling: membantu pasien memahami kondisi anemia dan menyusun rencana untuk meningkatkan pengetahuan dan mengatasi defisit pengetahuan.
c. Fasilitasi kelompok edukasi: mengorganisir sesi edukasi kelompok untuk berbagi informasi dan pengalaman terkait anemia pada ibu dan anak.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi yang komprehensif kepada pasien.
Dengan menggunakan kerangka SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, dan intervensi yang sistematis untuk mengatasi defisit pengetahuan pada pasien dengan anemia ibu dan anak. -
Article No. 16182 | 24 Apr 2025
Klinis : • Pasien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu demam naik turun • Pasien mengatakan muntah >5x pagi ini • Pasien mengatakan mual terus-menerus • Pasien mengatakan lemas • Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kiri DO: • GCS: CM, E4 V5 M6 • Pasien tampak lemas • Pasien tampak pucat • Turgor kulit kering • CRT >3 detik • Pasien tampak mual muntah terus-menerus • Hasil thorax menunjukkan kesan pulmo dan besar cor normal, sistema tulang intact • Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 120/78 mmHg Nadi: 110x/menit Respirasi: 24x/menit Suhu: 38.5oC SpO2: 98% GDS: 89mg/dL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam yang naik turun dan suhu tubuh 38,5°C.
2. Mual muntah berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan mual terus-menerus dan muntah lebih dari 5 kali pagi ini.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan pasien tampak lemas.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan nyeri pada perut bagian kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36-37,5°C).
2. Mual muntah teratasi: Pasien tidak mengalami mual dan muntah lagi.
3. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
4. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu.
c. Berikan cairan intravena untuk rehidrasi.
d. Berikan obat penurun demam sesuai resep dokter.
2. Mual muntah:
a. Monitor frekuensi, durasi, dan jumlah muntah.
b. Berikan antiemetik sesuai resep dokter.
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan ringan dan mudah dicerna.
d. Siapkan emesis basin dan jaga kebersihan mulut pasien.
3. Intoleransi aktivitas:
a. Kaji tingkat kelemahan pasien dan kapasitas aktivitas.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
d. Berikan dukungan psikologis dan motivasi kepada pasien.
4. Nyeri akut:
a. Kaji karakteristik nyeri pasien (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi).
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan peningkatan penanganan nyeri.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 16183 | 24 Apr 2025
Klinis : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh perubahan kemampuan untuk bergerak dengan mudah, lancar, dan terkoordinasi.
Faktor Berhubungan:
Patah tulang
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Keterbatasan rentang gerak sendi
2. Nyeri saat bergerak
3. Kekuatan otot yang menurun
4. Perubahan postur tubuh
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik terganggu
2. Nyeri
3. Kelemahan otot
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik membaik
2. Nyeri berkurang
3. Kekuatan otot meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas
2. Manajemen nyeri
3. Latihan fisik
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan patah tulang mengalami kerusakan mobilitas fisik yang ditandai dengan keterbatasan rentang gerak sendi, nyeri saat bergerak, penurunan kekuatan otot, dan perubahan postur tubuh. Perawat akan melakukan intervensi keperawatan seperti manajemen aktivitas, manajemen nyeri, dan latihan fisik untuk membantu pasien mencapai tujuan peningkatan mobilitas fisik, penurunan nyeri, dan peningkatan kekuatan otot. -
Article No. 16185 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 37 tahun dibawa ke RSJ Soeharto Herdjan oleh keluarganya karena memukul ayahnya dengan barang perabotan hingga ayahnya mengalami luka-luka dan harus dibawa ke rumah sakit pada 1 hari sebelumnya. Hal tersebut dilakukan klien karena kesal permintaannya untuk dibelikan pakaian baru tidak dipenuhi oleh keluarganya. Keluarga mengatakan, klien sudah pernah menjalani perawatan di RSJ Soeharto Heeerdjan pada akhir desember tahun 2023, dan maret 2024. Klien tiddak mau minum obat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit karena merasa ia tidak sakit. Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga yaitu ayah klien dengan gejala marah-marah dan mendengar suara—suara. Menurut keluarga klien memiliki kepribadian yang tempremental, gampang emosi. Hasil pengkajian di ruangan elang didapatkan data: Klien mengatakan masih kesal dengan keluarganya karena membawanya ke RSJ. Penyebab kesal klien yang lainnya adalah keluarganya sering membanding bandingkan dirinya dengan kedua kakaknya yang sudah sukses dan memiliki pekerjaan yang bagus. Klien memiliki pengalaman tidak menyenangkan yaitu pada tahun 2022 diberhentikan kerja tanpa alasan, lalu mencoba untuk mencari pekerjaan namun selalu gagal. Kondisi ini membuat klien merasa malu, tidak berharga dan merasa menjadi anak yang gagal membanggakan orangtuanya. Saat interaksi, klien tampak berbicara cepat, suara tajam dan keras, jelas, tegang, ekspresi tegang, emosinya labil mengikuti cerita pengalamannya. Klien dirawat dengan BPJS dengan diagnosa medis Skizofrenia. Terapi yang di berikan aripriprazole 1x5mg, lorazepam 1x1mg, dan trihexilpenidyl 1x2mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perilaku individu yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan yang ditandai dengan kemarahan, agresi, atau kekerasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak terjadi perilaku kekerasan
2. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan
3. Klien mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang konstruktif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi pemicu perilaku kekerasan
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Fasilitasi aktivitas terapeutik
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
Penjelasan:
Klien memiliki riwayat perilaku kekerasan yang ditujukan kepada keluarganya, yaitu memukul ayahnya dengan barang perabotan hingga menyebabkan luka. Hal ini terjadi karena klien merasa kesal dengan keluarganya yang tidak memenuhi permintaannya untuk dibelikan pakaian baru. Klien juga memiliki riwayat gangguan jiwa dalam keluarga, yaitu ayahnya yang menunjukkan gejala marah-marah dan mendengar suara-suara. Selain itu, klien memiliki kepribadian yang temperamental dan gampang emosi. -
Article No. 16186 | 24 Apr 2025
Klinis : pasien batuk berdahak warna putih cair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka, frekuensi pernapasan dalam batas normal, dan bunyi napas bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Fisioterapi Dada
3. Pengelolaan Batuk
4. Edukasi Manajemen Penyakit Pernapasan
Penjelasan singkat:
Pasien dengan kondisi batuk berdahak warna putih cair mengindikasikan adanya masalah dalam bersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien membersihkan sekresi dari saluran napas, mempertahankan jalan napas tetap terbuka, serta memberikan edukasi mengenai manajemen penyakit pernapasan. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien dapat bernapas dengan baik dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 16187 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 37 tahun dibawa ke RSJ Soeharto Herdjan oleh keluarganya karena memukul ayahnya dengan barang perabotan hingga ayahnya mengalami luka-luka dan harus dibawa ke rumah sakit pada 1 hari sebelumnya. Hal tersebut dilakukan klien karena kesal permintaannya untuk dibelikan pakaian baru tidak dipenuhi oleh keluarganya. Keluarga mengatakan, klien sudah pernah menjalani perawatan di RSJ Soeharto Heeerdjan pada akhir desember tahun 2023, dan maret 2024. Klien tiddak mau minum obat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit karena merasa ia tidak sakit. Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga yaitu ayah klien dengan gejala marah-marah dan mendengar suara—suara. Menurut keluarga klien memiliki kepribadian yang tempremental, gampang emosi. Hasil pengkajian di ruangan elang didapatkan data: Klien mengatakan masih kesal dengan keluarganya karena membawanya ke RSJ. Penyebab kesal klien yang lainnya adalah keluarganya sering membanding bandingkan dirinya dengan kedua kakaknya yang sudah sukses dan memiliki pekerjaan yang bagus. Klien memiliki pengalaman tidak menyenangkan yaitu pada tahun 2022 diberhentikan kerja tanpa alasan, lalu mencoba untuk mencari pekerjaan namun selalu gagal. Kondisi ini membuat klien merasa malu, tidak berharga dan merasa menjadi anak yang gagal membanggakan orangtuanya. Saat interaksi, klien tampak berbicara cepat, suara tajam dan keras, jelas, tegang, ekspresi tegang, emosinya labil mengikuti cerita pengalamannya. Klien dirawat dengan BPJS dengan diagnosa medis Skizofrenia. Terapi yang di berikan aripriprazole 1x5mg, lorazepam 1x1mg, dan trihexilpenidyl 1x2mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan kemarahan dan kurangnya kontrol impuls.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai "Kondisi individu yang menunjukkan potensi untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk kondisi ini adalah Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, dapat mengungkapkan perasaan secara tepat, dan dapat berinteraksi secara sosial yang adaptif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Latihan relaksasi
- Penggunaan obat-obatan sesuai resep
- Terapi perilaku dan kognitif
- Terapi kelompok untuk meningkatkan kontrol diri
- Fasilitasi komunikasi terapeutik
Kesimpulan:
Pasien ini memiliki risiko perilaku kekerasan yang berhubungan dengan kemarahan dan kurangnya kontrol impuls. Intervensi keperawatan yang diberikan harus bertujuan untuk membantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan, mengungkapkan perasaan secara tepat, dan berinteraksi secara sosial yang adaptif. -
Article No. 16188 | 24 Apr 2025
Klinis : pasien sulit bak secara spontan kram diperut terpasang kateter urine produksi 100cc kondisu abdomen yang distensi kembung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urin Berhubungan Dengan Retensi Urin
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara spontan dan lengkap dari kandung kemih.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini meliputi manajemen cairan, manajemen inkontinensia, dan perawatan kateter urin.
2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Distensi Abdomen
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, kompres hangat/dingin, dan relaksasi.
3. Perubahan Nutrisi: Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Retensi Cairan
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Kelebihan cairan yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan gejala gastrointestinal.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen cairan, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen nutrisi.
Catatan: Tone akademis dan persona pakar/perawat telah diterapkan dalam penjelasan di atas. -
Article No. 16189 | 24 Apr 2025
Klinis : pasien sulit bak secara spontan kram diperut terpasang kateter urine produksi 100cc kondisu abdomen yang distensi kembung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Saya akan memberikan penjelasan detail dengan poin-poin jika diperlukan, dengan menggunakan format yang terstruktur dan nada akademis sesuai dengan persona dokter atau perekam medik.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R33.9
- Deskripsi: Retensi urin, tidak diklasifikasikan di tempat lain (NOS)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.94
- Deskripsi: Pemasangan kateter urinari temporer
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien mengalami sulit bak secara spontan (retensi urin) dengan distensi abdomen dan kembung. Kode ICD-10 yang sesuai dengan kondisi ini adalah R33.9, yang menggambarkan retensi urin yang tidak diklasifikasikan di tempat lain (NOS).
Selain itu, dalam penatalaksanaan pasien, terdapat tindakan pemasangan kateter urinari temporer. Kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 57.94, yang menggambarkan tindakan memasang kateter urinari temporer untuk membantu pengosongan kandung kemih.
Penting untuk dicatat bahwa kondisi abdomen yang distensi dan kembung (distension dan flatulensi) dapat menjadi gejala penyerta dari retensi urin, tetapi tidak memiliki kode ICD-10 yang spesifik dalam informasi yang diberikan. Evaluasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab dan tatalaksana yang tepat. -
Article No. 16190 | 24 Apr 2025
Klinis : pasien sulit bak secara spontan kram diperut terpasang kateter urine produksi 100cc kondisu abdomen yang distensi kembung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urine
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
- Faktor Terkait: Penurunan fungsi otot kandung kemih, obstruksi aliran urin, dan kondisi medis lainnya.
- Gejala: Kesulitan bak secara spontan, kram perut, urine yang terkumpul dalam kandung kemih.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, "Gangguan Eliminasi Urine" merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah pemulihan fungsi eliminasi urine yang normal, dengan indikator seperti pasien dapat bak secara spontan, produksi urine dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan. Dalam kasus ini, intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Palpasi dan inspeksi abdomen untuk menilai distens dan kembung
- Pemantauan input dan output cairan
- Pemberian edukasi tentang pentingnya hidrasi yang cukup
- Perawatan kateter urine secara aseptik
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Dengan menggunakan kerangka SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang terarah dan terstandardisasi sesuai dengan praktik keperawatan yang baik.