Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18133 | 02 Jun 2025
Klinis : - RR : 34x/menit - ABG : Ph 7.35,PaO2 55,PaCO242 - TD : 100/60 mmHg - Nadi : 102x/menit - Suhu : 38,9? - Foto thoraks : Konsolidasi lobus bawah kanan - WBC : 17.500,CRP meningkat - Kultur sputum : pseudomonas aerugionosa 3. Tindakan : Ventilator mekanik, antibiotik sesuai hasil kultur, fisioterapi dada 4. Riwayat PPOK,perokok berat 1. Sistem Neurologis • Kesadaran : Compos Mentis, mudah lelah • GCS : E4V5M6 =15 • Respon Verbal : Pendek karena sesak • Nyeri : Batuk nyeri, skala 4-5/10 • Kognisi : Orientasi baik ,tampak cemas 2. Sistem Pernapasan • RR : 34x/menit • spO2 : 84% RA, meningkat jadi 92% dengan FiO2 60% • ABG : o pH : 7,35 o PaO2 : 55 mmHg (hipoksia berat) o PaCO2 : 42 mmHg o HCO3 : 22 mEq/L • Mode ventilator : SIMV atau CPAP ( terpasang ) • Suara Napas : Ronki kasar basal kanan • Sputum : Purulen,kuning kehijauan • Batuk : Produktif,lemah • Foto Thoraks : Konsolidasi lobus bawah kanan • Fisioterapi dada : Dilakukaj untuk membantu eliminasi sekret 3. Sistem Kardiovaskuler • TD : 100/60 mmHg • Nadi : 102x/menit, reguler, cukup kuat • CRT : 2 detik (cukup) • Akral : Hangat • Bunyi jantung : S1-S2 normal,tidak ada mumur • EKG ( juka dilakukan ) : kemungkinan tanda hipertrofi ventrikel kanan ringan (sekunder PPOK) • Monitor : Rutin hemodinamik dan oksimetri 4. Sistem Gastrointestinal • Asupan : Makan per NGT atau oral lunak terbatas • Mual/muntah : tidak ada • Abdomen : Datar. Tidak ada nyeri tekan • Bising usus : Normal • BB?TB : BB 50 kg,TB 160 cm (IMT-19,5) • Nutrisi Diet garam kalori dan protein,sedang disesuaikan dengan kondisi pernapasan. 5. Sistem Genitourinaria • Output Urine : normal>0.5ml/kg/jam • Kateter urine : Terpasang • Warna urine : Kuning Jernih • Elektrolit(disesuaikan) : dalam batas normal 6. Sistem Integumen • Kulit : pucat, tidak sianosis • Akral : Hangat • Resiko Dekubitus : sedang ( Braden score -14) • Mobilisasi : terbatas,dibantu fisioterapi pasif • Turgor : baik 7. Metabolik & Endokrin • Suhu : 38,9? • WBC : 17.500/mm (leukositosis) • CRP : meningkat • Lultur sputum : Pseudomomonas aeruginosa ( resisten,perlu antibiotik spesifik) • GDS : 180 mg/dL (hiperglikemia ringan-kemungkinan stres/inflamasi ) • Status Cairan : rehidrasi seuai kebutuhan, cairan IV diberikan • Kesimbangan cairan : Dalam pemantauan 8. Sistem Psikososial • Emosi : Tampak cemas karena sesak • Komunikasi : terbatas, bicara pendek-pendek • Keluarga : istri mendampingi, kooperatif • Spiritual : muslim, telah didampingi secara rohani • Kebutuhan Dukungan : psikososial dan edukasi keluarga mengenai PPOK dan infeksi 9. Data Penunjang • Foto toraks : Kosolidasi lobus bawah kanan • ABG : Hipoksemia tanpa hiperkapnia ( gagal napas tipe 1) • Kultur sputum : Pseudomomas aeruginosa • WBC : 17.500 • CRP : Tinggi • Sputum mikroskopik : Leukosit +++, bakteri gram negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI: 13022)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Kode SLKI: 0802 Bersihan Jalan Napas
- Kode SIKI: I0101 Manajemen Jalan Napas
2. Penurunan Pertukaran Gas (SDKI: 13047)
- Definisi: Ketidakmampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran gas yang adekuat.
- Kode SLKI: 0801 Ventilasi
- Kode SIKI: I0102 Manajemen Ventilasi
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 10023)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- Kode SLKI: 0701 Toleransi Aktivitas
- Kode SIKI: I0201 Manajemen Energi
4. Ansietas (SDKI: 10001)
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Kode SLKI: 1001 Manajemen Ansietas
- Kode SIKI: M0801 Terapi Ansietas
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Klien mengalami sputum purulen, batuk produktif lemah, dan konsolidasi di lobus bawah kanan paru, menunjukkan adanya kesulitan dalam membersihkan sekresi dari saluran napas.
2. Penurunan Pertukaran Gas: Klien mengalami hipoksemia berat (PaO2 55 mmHg) dengan hiperkapnia normal (PaCO2 42 mmHg), menunjukkan adanya gangguan pada pertukaran gas di paru-paru.
3. Intoleransi Aktivitas: Klien mudah lelah dan terbatas dalam mobilisasi, terkait dengan kondisi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan infeksi pernapasan.
4. Ansietas: Klien tampak cemas terkait dengan kondisi sesak napas yang dialami. -
Article No. 18134 | 02 Jun 2025
Klinis : Demam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "Demam", kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terinci
Pada kode ICD-10 R50.9, "R" mengindikasikan bahwa kode tersebut berada dalam kategori "Gejala, tanda, dan temuan klinis yang tidak diklasifikasikan di tempat lain". Angka "50" menunjukkan bahwa ini adalah kode untuk "Demam dari penyebab yang tidak diketahui". Angka "9" menandakan bahwa ini adalah kode untuk "Demam, tidak terinci".
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang secara khusus ditujukan untuk penanganan demam. Demam umumnya merupakan gejala dari suatu kondisi yang mendasarinya, sehingga penanganan akan disesuaikan dengan penyebab demam tersebut.
Dalam praktik klinis, penanganan demam dapat meliputi pemberian obat antipiretik, pemantauan tanda vital, dan juga investigasi untuk menentukan penyebab demam. Namun, tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang secara spesifik digunakan untuk penanganan demam itu sendiri. -
Article No. 18135 | 02 Jun 2025
Klinis : • TD : 100/60 mmHg • Nadi : 102x/menit, reguler, cukup kuat • CRT : 2 detik (cukup) • Akral : Hangat • Bunyi jantung : S1-S2 normal,tidak ada mumur • EKG ( juka dilakukan ) : kemungkinan tanda hipertrofi ventrikel kanan ringan (sekunder PPOK) • Monitor : Rutin hemodinamik dan oksimetri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami tanda-tanda disfungsi sirkulasi perifer, ditandai dengan TD 100/60 mmHg, nadi 102x/menit, CRT 2 detik (cukup), dan akral hangat. Kemungkinan terdapat tanda hipertrofi ventrikel kanan ringan (sekunder PPOK) yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan perifer.
Kode dan Definisi:
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Pemantauan Sirkulasi (I-01)
Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait status sirkulasi.
SIKI: Manajemen Sirkulasi (I-01.01)
Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki aliran darah dan oksigenasi jaringan.
Kode dan Definisi lainnya:
SDKI: Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Pemantauan Pernapasan (I-02)
Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait status pernapasan.
SIKI: Manajemen Pernapasan (I-02.01)
Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi.
Harap diingat bahwa diagnosa dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi pasien secara keseluruhan dan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 18136 | 02 Jun 2025
Klinis : • TD : 100/60 mmHg • Nadi : 102x/menit, reguler, cukup kuat • CRT : 2 detik (cukup) • Akral : Hangat • Bunyi jantung : S1-S2 normal,tidak ada mumur • EKG ( juka dilakukan ) : kemungkinan tanda hipertrofi ventrikel kanan ringan (sekunder PPOK) • Monitor : Rutin hemodinamik dan oksimetri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kondisi yang Diberikan)*
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Kardiovaskuler: Penurunan Curah Jantung** *(Kode SDKI: 00029)*
**Penjelasan Singkat:**
Hasil pengkajian menunjukkan **tekanan darah rendah (100/60 mmHg)** disertai **takikardia (nadi 102x/menit)** sebagai respons kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan. Meskipun CRT dan akral dalam batas normal, temuan EKG yang mengindikasikan **hipertrofi ventrikel kanan ringan** (terkait PPOK) berpotensi memengaruhi efisiensi pompa jantung. Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah dekompensasi.
---
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Stabilitas Tanda-Tanda Vital** *(Kode SLKI: 1401)*
- **Kriteria Evaluasi:**
- Tekanan darah dalam rentang normal untuk pasien (misal: ?90/60 mmHg).
- Frekuensi nadi 60–100x/menit dan reguler.
- CRT <2 detik, akral hangat.
**Penjelasan:**
Intervensi keperawatan diarahkan untuk mencapai stabilitas hemodinamik dengan mempertahankan curah jantung yang adekuat melalui pemantauan ketat dan koreksi faktor risiko (misal: hipoksemia pada PPOK).
---
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Manajemen Curah Jantung** *(Kode SIKI: 2610)*
**Intervensi Utama:**
1. **Pemantauan Hemodinamik Rutin** (TD, nadi, saturasi O?).
2. **Posisikan Pasien Semi-Fowler** untuk optimasi ventilasi (terutama jika ada riwayat PPOK).
3. **Kolaborasi Pemberian Oksigen** jika diperlukan (target SpO? ?92%).
4. **Edukasi Pasien** tentang tanda hipoperfusi (lemas, pusing) dan pentingnya hidrasi.
**Rasional:**
Takikardia dan hipotensi menunjukkan upaya kompensasi jantung untuk mempertahankan perfusi. Hipertrofi ventrikel kanan (PPOK) dapat mengurangi efisiensi ventrikel, sehingga perlu intervensi preventif.
---
### **Catatan Akademis**
- **Kode Diagnosa SDKI 00029** mengacu pada *"Decreased Cardiac Output"* dalam NANDA-I, dengan modifikasi konteks lokal PPNI.
- **EKG dan PPOK:** Hipertrofi ventrikel kanan sekunder PPOK (cor pulmonale) memerlukan pendekatan holistik (oksigenasi + manajemen beban jantung).
- **Tone Formal:** Rekomendasi intervensi didasarkan pada *evidence-based practice* dan standar PPNI 2023.
*(Format RTF siap untuk disimpan/dicetak sesuai kebutuhan dokumentasi klinis.)* -
Article No. 18137 | 02 Jun 2025
Klinis : 9. Data Penunjang • Foto toraks : Kosolidasi lobus bawah kanan • ABG : Hipoksemia tanpa hiperkapnia ( gagal napas tipe 1) • Kultur sputum : Pseudomomas aeruginosa • WBC : 17.500 • CRP : Tinggi • Sputum mikroskopik : Leukosit +++, bakteri gram negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data penunjang yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0303
Judul: Perbaikan Pola Napas
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola napas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 03020
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan data penunjang yang diberikan, pasien mengalami konsolidasi pada lobus bawah paru kanan, hipoksemia tanpa hiperkapnia (gagal napas tipe 1), dan infeksi Pseudomonas aeruginosa. Kondisi ini dapat menyebabkan pola napas tidak efektif, yang ditandai dengan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Pola Napas Tidak Efektif (00032).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas (03020), yang bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki jalan napas. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Perbaikan Pola Napas (0303), yaitu kemampuan individu untuk mempertahankan pola napas yang adekuat. -
Article No. 18138 | 02 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan keluhan ada yang mengganjal seperti ada masuk sesuatu di mata sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu ada yang terasa mengganjal seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam mata selama 1 minggu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Integritas Selaput Lendir (00045)
Definisi: Kerusakan atau gangguan pada permukaan mukosa.
Faktor yang Berhubungan: Iritasi mekanis, seperti benda asing di mata.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Integritas Selaput Lendir Terpelihara (0410)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan integritas selaput lendir.
Indikator:
a. Tidak ada iritasi pada selaput lendir.
b. Tidak ada rasa tidak nyaman pada selaput lendir.
c. Tidak ada perubahan warna pada selaput lendir.
d. Tidak ada perdarahan pada selaput lendir.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri (1400)
Tujuan: Membantu pasien untuk mengenali, mengatasi, dan mengontrol rasa nyeri.
Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Identifikasi penyebab nyeri, seperti adanya benda asing di mata.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat analgesik yang sesuai.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat atau dingin pada mata.
2. Perawatan Mata (3590)
Tujuan: Mempertahankan fungsi dan kesehatan mata.
Aktivitas:
a. Lakukan inspeksi mata untuk mengidentifikasi adanya iritasi atau benda asing.
b. Bersihkan mata dengan larutan salin steril atau tetes mata sesuai instruksi dokter.
c. Lakukan instilasi obat tetes mata sesuai resep dokter.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari mengosok-gosok mata.
e. Ajarkan pasien cara merawat mata yang benar.
3. Manajemen Lingkungan: Nyaman (6482)
Tujuan: Memfasilitasi lingkungan yang nyaman bagi pasien.
Aktivitas:
a. Pertahankan suhu, pencahayaan, dan kelembaban lingkungan yang optimal untuk kenyamanan pasien.
b. Kurangi stimulasi visual dan suara yang berlebihan.
c. Sediakan alat bantu yang diperlukan, seperti kacamata atau penutup mata.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu integritas selaput lendir yang terpelihara, sehingga keluhan pasien dapat teratasi dengan baik. -
Article No. 18139 | 02 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan keluhan rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan rabun jauh, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan (10019)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan visual yang mengganggu fungsi normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Penglihatan (10019)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan visual yang mengganggu fungsi normal.
Kode: 10019
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Penglihatan (30030)
Definisi: Pemulihan dan peningkatan fungsi visual.
Kode: 30030
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Gangguan Penglihatan (80042)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengatasi keterbatasan dalam kemampuan visual yang mengganggu fungsi normal.
Kode: 80042
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan rabun jauh mengalami gangguan penglihatan yang mengganggu fungsi normal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Penglihatan (10019). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Gangguan Penglihatan (80042) untuk memulihkan dan meningkatkan fungsi visual pasien. -
Article No. 18140 | 02 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan keluhan sinus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sinus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00030)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00030
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0415 Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3540 Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi paru dan pertukaran gas.
Dalam konteks akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai diagnosa keperawatan, definisi, dan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah sinus pada pasien. Perawat dapat menggunakan istilah-istilah teknis dan memberikan wawasan yang mendalam berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dalam praktik keperawatan. -
Article No. 18141 | 02 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan keluhan sinus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sinus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kode D0005, Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan bersihnya jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Kode L0021, Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan bersihnya jalan napas.
- SIKI: Kode I0136, Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan sinus memiliki risiko terjadinya bersihan jalan napas yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya inflamasi atau iritasi pada sinus, yang dapat menyebabkan mukus berlebih dan sulit dikeluarkan. Perawat perlu melakukan intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas, seperti memberikan terapi inhalasi, melakukan suction, atau mengatur posisi pasien.
Dalam konteks tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dan ilmiah mengenai kondisi pasien dan intervensi yang diperlukan, serta mendiskusikan strategi perawatan yang paling efektif. -
Article No. 18142 | 02 Jun 2025
Klinis : paisen datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal (00006)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (00046)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Penjelasan singkat:
- Diagnosa Keperawatan Hipertermia (00007) menggambarkan kondisi pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SDKI Hipertermia (00007) menjelaskan definisi dari kondisi peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal (00006) menggambarkan luaran yang diharapkan, yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI Manajemen Demam (00046) menjelaskan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Dalam konteks akademis dan persona pakar, penjelasan ini dapat disampaikan dengan lebih rinci dan terperinci, sesuai dengan kebutuhan dan pemahaman pasien.