Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16273 | 26 Apr 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF Hasil Wawancara Ny.H mengatakan ia menentang imunisasi Ny.SN mengatakan jarang skrining dan jarang ikut posyandu Ny.A mengatakan ketika sakit biasanya minum obat warung terlebih dahulu Hasil Kuesioner Ny.T tidak mendapatkan TTD DATA OBJEKTIF Ny. H tidak melakukan imunisasi Ny. T tidak mengkonsumsi TTD dan susu hamil Suami Ny. SN dan Ny. T merokok
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan penolakan imunisasi pada Ny. H.
2. Perilaku kesehatan berisiko berhubungan dengan jarangnya skrining dan posyandu pada Ny. SN.
3. Pengobatan mandiri tidak sesuai berhubungan dengan konsumsi obat warung saat sakit pada Ny. A.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan TTD pada Ny. T.
5. Risiko kesehatan buruk berhubungan dengan konsumsi rokok oleh suami Ny. SN dan Ny. T.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kepatuhan terhadap imunisasi pada Ny. H.
2. Perilaku kesehatan meningkat pada Ny. SN.
3. Pengobatan sesuai pada Ny. A.
4. Pengetahuan tentang TTD meningkat pada Ny. T.
5. Risiko kesehatan buruk menurun pada suami Ny. SN dan Ny. T.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan penolakan imunisasi pada Ny. H:
a. Identifikasi alasan penolakan imunisasi.
b. Edukasi tentang manfaat dan pentingnya imunisasi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk meyakinkan Ny. H.
d. Monitoring kepatuhan terhadap imunisasi.
2. Perilaku kesehatan berisiko berhubungan dengan jarangnya skrining dan posyandu pada Ny. SN:
a. Identifikasi alasan jarangnya skrining dan posyandu.
b. Edukasi tentang pentingnya skrining dan posyandu.
c. Fasilitasi Ny. SN untuk mengikuti skrining dan posyandu secara rutin.
d. Monitoring perilaku kesehatan Ny. SN.
3. Pengobatan mandiri tidak sesuai berhubungan dengan konsumsi obat warung saat sakit pada Ny. A:
a. Identifikasi alasan konsumsi obat warung.
b. Edukasi tentang bahaya pengobatan mandiri yang tidak sesuai.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengobatan yang tepat.
d. Monitoring pengobatan Ny. A.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan TTD pada Ny. T:
a. Identifikasi alasan tidak mendapatkan TTD.
b. Edukasi tentang manfaat dan pentingnya konsumsi TTD.
c. Fasilitasi Ny. T untuk mendapatkan TTD.
d. Monitoring konsumsi TTD Ny. T.
5. Risiko kesehatan buruk berhubungan dengan konsumsi rokok oleh suami Ny. SN dan Ny. T:
a. Identifikasi alasan suami merokok.
b. Edukasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk berhenti merokok.
d. Monitoring status kesehatan suami Ny. SN dan Ny. T.
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Tone yang digunakan adalah akademis, dan persona yang digunakan adalah pakar, nurse. -
Article No. 16274 | 26 Apr 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF Hasil Wawancara Ny.H mengatakan ia menentang imunisasi Ny.SN mengatakan jarang skrining dan jarang ikut posyandu Ny.A mengatakan ketika sakit biasanya minum obat warung terlebih dahulu Hasil Kuesioner Ny.T tidak mendapatkan TTD DATA OBJEKTIF Ny. H tidak melakukan imunisasi Ny. T tidak mengkonsumsi TTD dan susu hamil Suami Ny. SN dan Ny. T merokok jadikan 1 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu Hamil dan Keluarga**
*(Kode: 00099 – Domain 1: Promosi Kesehatan, Kelas 2: Pengelolaan Kesehatan)*
**Penjelasan Singkat SDKI – SLKI – SIKI**
1. **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
- **Definisi**: Ketidakmampuan keluarga atau individu dalam mempertahankan perilaku sehat yang mendukung pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, ditandai dengan penolakan imunisasi, rendahnya partisipasi dalam skrining kesehatan, ketergantungan pada pengobatan mandiri tanpa konsultasi medis, serta kurangnya asupan nutrisi esensial (misalnya TTD dan susu hamil).
- **Faktor Etiologi**: Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya imunisasi, skrining kesehatan, dan nutrisi selama kehamilan; pengaruh budaya/tradisi; serta paparan faktor risiko seperti merokok dalam rumah tangga.
2. **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
- **Kode & Luaran**:
- **Kode 1901**: Pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan meningkat (*Pengetahuan: Proses Penyakit*).
- **Kode 1607**: Kepatuhan terhadap program kesehatan (misalnya imunisasi, skrining, dan konsumsi TTD) meningkat (*Perilaku Kesehatan*).
- **Kode 1613**: Perilaku menghindari faktor risiko (misalnya merokok) membaik (*Pengendalian Risiko Kesehatan*).
3. **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
- **Kode & Intervensi**:
- **Kode 5602**: *Edukasi Kesehatan* – Memberikan penyuluhan tentang manfaat imunisasi, skrining kehamilan, dan nutrisi prenatal.
- **Kode 4500**: *Manajemen Kasus* – Kolaborasi dengan bidan/puskesmas untuk memfasilitasi akses ke posyandu dan suplemen TTD.
- **Kode 5250**: *Dukungan Perubahan Perilaku* – Pendekatan motivasional untuk mengurangi kebiasaan merokok dalam keluarga.
**Rasional**:
Data subjektif dan objektif menunjukkan pola perilaku yang berisiko terhadap kesehatan maternal dan janin, seperti penolakan imunisasi (berdampak pada kekebalan komunitas), kurangnya skrining (menghambat deteksi dini komplikasi kehamilan), serta paparan asap rokok (faktor risiko BBLR dan prematuritas). Intervensi keperawatan difokuskan pada peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk mencapai luaran optimal.
**Referensi**:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 16275 | 26 Apr 2025
Klinis : fertilitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format RTF dan mengikuti standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait diagnosa keperawatan pada kasus fertilitas:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN: Gangguan Fertilitas (Kode: D.0019)\b0
\par \b Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0
\par \tab \bullet \tab \i Gangguan kemampuan untuk hamil atau mempertahankan kehamilan hingga cukup bulan yang berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, atau sosial.\i0
\par \tab \bullet \tab \i Etiologi: Kelainan anatomi reproduksi, gangguan hormonal, infeksi kronis, stres psikologis, atau gaya hidup (misalnya: merokok, obesitas).\i0
\par \b Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0
\par \tab \bullet \tab \i Kode: L.15014 - Kemampuan pasien/keluarga mengelola masalah fertilitas meningkat\i0
\par \tab \tab \i Kriteria Luaran:\i0
\par \tab \tab \tab 1. Menyatakan pemahaman tentang faktor penyebab gangguan fertilitas.
\par \tab \tab \tab 2. Melakukan modifikasi gaya hidup sesuai anjuran (misalnya: diet seimbang, menghindari zat toksik).
\par \tab \tab \tab 3. Mengikuti rencana terapi medis (jika ada).
\par \b Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0
\par \tab \bullet \tab \i Kode: I.15029 - Edukasi Manajemen Fertilitas\i0
\par \tab \tab \i Intervensi:\i0
\par \tab \tab \tab 1. Ajarkan teknik identifikasi masa subur (penggunaan kalender menstruasi, suhu basal tubuh).
\par \tab \tab \tab 2. Berikan konseling nutrisi untuk optimalisasi berat badan (IMC 18,5-24,9).
\par \tab \tab \tab 3. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemeriksaan hormon atau prosedur reproduksi berbantu.
\par \tab \tab \tab 4. Dukung ekspresi perasaan pasien/keluarga terkait tekanan psikososial.
\par \b Catatan Akademis:\b0
\par Diagnosa ini memerlukan pendekatan \i holistik\i0 dengan mempertimbangkan aspek biologis (misalnya: PCOS, endometriosis) dan non-biologis (stigma sosial, distress emosional). Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan etiologi spesifik setelah pemeriksaan medis komprehensif.
\par \pard Referensi:
\par \tab 1. PPNI. (2019). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi Revisi.\i0
\par \tab 2. PPNI. (2018). \i Standar Intervensi dan Luaran Keperawatan Indonesia.\i0
}
**Keterangan Format RTF:**
- Teks utama menggunakan font Calibri ukuran 11pt.
- Kode diagnosa/intervensi ditandai dengan warna biru (opsional).
- Poin penting menggunakan bold (\b) dan italic (\i) untuk penekanan akademis.
- Dikembangkan dengan persona sebagai pakar keperawatan fertilitas berbasis evidence-based practice. -
Article No. 16277 | 26 Apr 2025
Klinis : *Skenario Kasus 1* Bayi perempuan, usia 2 hari, dirawat di ruang Perinatologi karena kelahiran prematur. Hasil pengkajian: usia gestasi bayi 35 minggu, berat badan lahir (BBL) 1210 gram, panjang badan (PB) 39 cm, nilai apgar 8 pada menit pertama dan 10 pada menit ke lima (8/10). Pemeriksaan krammer bayi terlihat kuning pada badan dan pergelangan kaki, sklera dan membran mukosa kuning, suhu tubuh bayi 36,5 °C, frekuensi nadi 130 kali/menit, dan frekuensi napas 48 kali/menit, bayi terpasang orogastric tube (OGT). Hasil pemeriksaan bilirubin serum total 13,35 mg/dL, bilirubin direk 0,87 mg/dL dan bilirubin indirek 12,48 mg/dL. Bayi diletakkan di inkubator dan direncanakan fototerapi; orang tua sudah mendapatkan informed consent dari perawat untuk tindakan tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai skenario kasus bayi prematur dengan hiperbilirubinemia, berdasarkan standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0019** – **Hiperbilirubinemia** *(berhubungan dengan ketidakmatangan fungsi hepar dan peningkatan destruksi sel darah merah sekunder akibat prematuritas)*
---
### **Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI**
#### **1. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI)**
- **Kode DX.0019**: *Hiperbilirubinemia*
- **Definisi**: Peningkatan kadar bilirubin dalam darah (>5 mg/dL pada neonatus) yang berpotensi menyebabkan kernikterus jika tidak ditangani.
- **Karakteristik Mayor**:
- Ikterus pada kulit/sklera (Kramer zone ≥3).
- Kadar bilirubin indirek >12 mg/dL.
- Risiko neurotoksik (letargi, hipotoni).
---
#### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
- **Kode LO.0306**: *Kadar Bilirubin dalam Batas Normal*
- **Kriteria Evaluasi**:
- Bilirubin total <10 mg/dL (pada bayi prematur).
- Tidak ada progresivitas ikterus (zona Kramer menurun).
- Bayi aktif, refleks hisap baik.
---
#### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
- **Kode IN.0306**: *Manajemen Hiperbilirubinemia*
- **Intervensi Utama**:
- **Fototerapi** (pastikan intensitas lampu 30 µW/cm²/nm, jarak 20-30 cm dari bayi).
- **Hidrasi adekuat** (monitor intake/output cairan via OGT).
- **Proteksi mata/genitalia** selama fototerapi.
- **Edukasi orang tua** tentang tanda bahaya (lethargy, poor feeding).
- **Kode IN.0101**: *Pemantauan Tanda Vital*
- **Intervensi**:
- Monitor suhu (risiko hipotermia di inkubator).
- Observasi frekuensi napas (risiko apnea prematuritas).
---
### **Rasional Singkat**
1. **Prematuritas (35 minggu)** → Hepar belum matang → Konjugasi bilirubin tidak optimal.
2. **Fototerapi** → Konversi bilirubin indirek menjadi bentuk larut air (ekskresi via urine/feses).
3. **Inkubator** → Mempertahankan suhu netral (36,5–37,5°C) untuk mengurangi stres metabolik.
---
### **Catatan Akademik**
- **Kode PPNI** mengacu pada *Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi 4 (2019)*.
- **Patofisiologi**: Peningkatan bilirubin indirek (>85% total) berisiko **kernikterus** karena melewati sawar darah-otak.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademik dan klinis. Jika diperlukan referensi lebih mendalam, saya siap membantu!
*— Asisten Perawat Klinis* -
Article No. 16278 | 26 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien berumur 23 tahun datang ke rs dengan keluhan dada sebelah kiri sakit menjalar hingga ke bagian punggung belakang, sesak nafas, dan penglihatan buram, setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan ttv td :165/95 N: 45×/menit spo²: 80% dan didapatkan laporan dari keluarga, pasien di temukan jatuh dari pohon mangga apa diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai untuk pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.3
- Deskripsi: Cedera kepala traumatis dengan komosi serebri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.03
- Deskripsi: Tomografi komputer (CT scan) kepala tanpa kontras
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung, sesak napas, dan penglihatan buram, serta sejarah jatuh dari pohon mangga, menunjukkan adanya cedera kepala traumatis dengan komosi serebri (S06.3). Komosi serebri adalah gangguan sementara pada fungsi otak akibat guncangan, benturan, atau cedera kepala.
Pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk mengevaluasi kondisi pasien adalah CT scan kepala tanpa kontras (87.03), yang dapat membantu mengidentifikasi adanya perdarahan, edema, atau cedera lain pada struktur intrakranial.
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien ini dapat mencakup:
- Gangguan pertukaran gas terkait dengan cedera kepala
- Risiko kerusakan otak terkait dengan cedera kepala
- Risiko trauma ulang terkait dengan riwayat jatuh
Penanganan medis yang dibutuhkan dapat mencakup pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, dan fungsi neurologis, serta pemeriksaan penunjang lainnya sesuai kondisi pasien. -
Article No. 16279 | 26 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien berumur 23 tahun datang ke rs dengan keluhan dada sebelah kiri sakit menjalar hingga ke bagian punggung belakang, sesak nafas, dan penglihatan buram, setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan ttv td :165/95 N: 45×/menit spo²: 80% dan didapatkan laporan dari keluarga, pasien di temukan jatuh dari pohon mangga apa diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan pasien, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan keluhan rasa sakit di dada kiri yang menjalar ke punggung belakang.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan trauma (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SPO2: 80%).
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan sesak napas.
4. Gangguan penglihatan berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan penglihatan buram.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri
2. Perfusi jaringan perifer dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Saturasi oksigen (SPO2) dalam batas normal
b. Ekstremitas hangat dan ada tanda-tanda sirkulasi yang baik
c. Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
3. Pola napas dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas
4. Penglihatan dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tidak ada gangguan penglihatan
b. Tidak ada keluhan mata kabur atau pandangan buram
c. Hasil pemeriksaan mata dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan nyeri
2. Manajemen Perfusi Jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang
d. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda gangguan perfusi
3. Manajemen Pola Napas:
a. Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
b. Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi pola napas
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif
d. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan tambahan jika diperlukan
4. Manajemen Gangguan Penglihatan:
a. Kaji tanda dan gejala gangguan penglihatan
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan
c. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda gangguan penglihatan
d. Sediakan lingkungan yang aman untuk menghindari cedera terkait gangguan penglihatan
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 16281 | 26 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
2. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
3. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI: 00032)
Definisi: Pola napas yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah set standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah set standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah set standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kode dan definisi dari diagnosa keperawatan yang saya sebutkan sebelumnya adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
2. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
3. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI: 00032)
4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, saya akan senang untuk menjawabnya. -
Article No. 16282 | 26 Apr 2025
Klinis : Ny. S, seorang perempuan berusia 35 tahun, tinggal di sebuah panti sosial wanita sejak beberapa tahun terakhir. Ia diketahui memiliki latar belakang pendidikan SMP, tidak bekerja, dan merupakan seorang janda setelah mengalami perceraian lima tahun yang lalu. Sejak peristiwa tersebut, Ny. S mulai menunjukkan perubahan perilaku, termasuk sering berbicara sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan mengabaikan perawatan diri seperti mandi dan mengganti pakaian. Saat ini, Ny. S sering ditemukan berbicara dan tertawa sendiri, tampak curiga terhadap orang di sekitarnya, dan menunjukkan perilaku menarik diri dari kelompok. Ia mengaku mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya dan merasa bahwa ada orang yang mengintainya. Kondisi kebersihan diri sangat buruk, ditandai dengan bau badan, rambut kusut, serta pakaian yang kotor. Dari pemeriksaan status mental, Ny. S memperlihatkan mood curiga, afek yang tumpul, proses pikir tidak logis dengan adanya delusi kejar, serta halusinasi pendengaran yang aktif. Ia tidak mampu membedakan antara kenyataan dan halusinasi, tidak menyadari bahwa dirinya sakit (insight buruk), dan menunjukkan penilaian (judgment) yang terganggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum yang kurang terawat tanpa kelainan vital. Secara sosial, Ny. S tidak memiliki dukungan dari keluarga dan bergantung penuh pada fasilitas panti untuk kebutuhan sehari-hari. Secara spiritual, meskipun mengakui beragama Islam, ia tidak aktif menjalankan ibadah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan mengenai kondisi Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Perilaku Kekerasan (kode: 00148)
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (kode: 00051)
c. Isolasi Sosial (kode: 00053)
d. Defisit Perawatan Diri (kode: 00102)
2. Penjelasan singkat:
a. Risiko Perilaku Kekerasan (kode: 00148)
- SDKI: Perilaku yang menunjukkan kecenderungan untuk bertindak secara agresif dan merusak, baik secara verbal maupun fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengontrol dan mengurangi risiko perilaku kekerasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengontrol, dan mengurangi perilaku kekerasan pada klien.
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (kode: 00051)
- SDKI: Persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realitas eksternal yang dihasilkan oleh pikiran sendiri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasi dan memperbaiki persepsi sensorik.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasi dan memperbaiki persepsi sensorik yang terganggu.
c. Isolasi Sosial (kode: 00053)
- SDKI: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara aktual maupun secara persepsional.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial dan meningkatkan interaksi sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
d. Defisit Perawatan Diri (kode: 00102)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan.
Diagnosa-diagnosa keperawatan ini sesuai dengan kondisi Ny. S yang menunjukkan gejala gangguan mental, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Penjelasan singkat di atas mencakup definisi, standar intervensi, dan tindakan keperawatan yang sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 16283 | 26 Apr 2025
Klinis : Ny. S, seorang perempuan berusia 35 tahun, tinggal di sebuah panti sosial wanita sejak beberapa tahun terakhir. Ia diketahui memiliki latar belakang pendidikan SMP, tidak bekerja, dan merupakan seorang janda setelah mengalami perceraian lima tahun yang lalu. Sejak peristiwa tersebut, Ny. S mulai menunjukkan perubahan perilaku, termasuk sering berbicara sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan mengabaikan perawatan diri seperti mandi dan mengganti pakaian. Saat ini, Ny. S sering ditemukan berbicara dan tertawa sendiri, tampak curiga terhadap orang di sekitarnya, dan menunjukkan perilaku menarik diri dari kelompok. Ia mengaku mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya dan merasa bahwa ada orang yang mengintainya. Kondisi kebersihan diri sangat buruk, ditandai dengan bau badan, rambut kusut, serta pakaian yang kotor. Dari pemeriksaan status mental, Ny. S memperlihatkan mood curiga, afek yang tumpul, proses pikir tidak logis dengan adanya delusi kejar, serta halusinasi pendengaran yang aktif. Ia tidak mampu membedakan antara kenyataan dan halusinasi, tidak menyadari bahwa dirinya sakit (insight buruk), dan menunjukkan penilaian (judgment) yang terganggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum yang kurang terawat tanpa kelainan vital. Secara sosial, Ny. S tidak memiliki dukungan dari keluarga dan bergantung penuh pada fasilitas panti untuk kebutuhan sehari-hari. Secara spiritual, meskipun mengakui beragama Islam, ia tidak aktif menjalankan ibadah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Kasus Ny. S dengan Gangguan Jiwa)*
**I. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA**
**1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (SDKI Code: 0801)**
- **Definisi (SDKI):** Persepsi sensori tanpa adanya rangsang eksternal yang memengaruhi interpretasi realitas (PPNI, 2017).
- **Data Pendukung:**
- Klien melaporkan "mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya".
- Perilaku berbicara/tertawa sendiri.
- Gangguan proses pikir (delusi kejar).
- **SLKI (Tujuan):**
- **0801.1:** Klien dapat mengidentifikasi pemicu halusinasi (misal: stres).
- **0801.3:** Klien melaporkan penurunan frekuensi halusinasi.
- **SIKI (Intervensi):**
- **0801.2.1:** Ajarkan teknik *grounding* (misal: menghitung benda di ruangan).
- **0801.2.4:** Kolaborasi pemberian antipsikotik sesuai resep.
**2. Isolasi Sosial (SDKI Code: 0303)**
- **Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan untuk berinteraksi secara positif dengan orang lain (PPNI, 2017).
- **Data Pendukung:**
- Menarik diri dari kelompok.
- Kurangnya dukungan keluarga.
- **SLKI:**
- **0303.2:** Klien berpartisipasi dalam 1 aktivitas kelompok per minggu.
- **SIKI:**
- **0303.1.3:** Fasilitasi *social skills training* (contoh: kontak mata, menyapa).
**3. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri (SDKI Code: 0501)**
- **Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- **Data Pendukung:**
- Bau badan, rambut kusut, pakaian kotor.
- **SLKI:**
- **0501.3:** Klien mandi dan mengganti pakaian 1x/hari dengan pengawasan minimal.
- **SIKI:**
- **0501.2.1:** Bantu klien membuat jadwal mandi.
**II. DIAGNOSA TAMBAHAN**
**4. Gangguan Proses Pikir: Delusi (SDKI Code: 0802)**
- **Data Pendukung:** Klien percaya "ada orang yang mengintainya".
- **Intervensi Utama (SIKI 0802.2.1):** Validasi perasaan tanpa mendukung delusi (contoh: "Saya tidak melihat orang itu, tapi saya mengerti Anda takut").
**5. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI Code: 0014)**
- **Faktor Risiko:** Curiga berlebihan dan halusinasi mengancam.
**III. CATATAN AKADEMIS**
- **Etiologi:** Kondisi Ny. S konsisten dengan *Skizofrenia Paranoid* (ICD-10: F20.0), ditandai halusinasi auditori dan delusi kejar.
- **Pendekatan Holistik:**
- **Biologis:** Antipsikotik untuk mengontrol gejala psikotik.
- **Psikososial:** Terapi aktivitas kelompok untuk isolasi sosial.
- **Spiritual:** Pendekatan tidak konfrontatif terkait ibadah (misal: ajak berdoa singkat).
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 16284 | 26 Apr 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan kesadaran.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Penurunan Kesadaran (ICCU-01) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini. Penurunan kesadaran didefinisikan sebagai penurunan tingkat kewaspadaan dan kurangnya respons terhadap lingkungan sekitar. Diagnosa ini berkaitan dengan penurunan fungsi sistem saraf pusat yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, perdarahan otak, infeksi, atau kelainan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal (NOC: Level of Consciousness, Skor: 5 - Sangat Tinggi)
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (NOC: Vital Signs, Skor: 5 - Stabil)
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat penurunan kesadaran (NOC: Complications Severity Index, Skor: 1 - Tidak Ada)
4. Pasien dan keluarga memahami dan dapat mengelola kondisi penurunan kesadaran (NOC: Knowledge: Management of Condition, Skor: 5 - Luas)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (NIC: Vital Signs Monitoring)
- Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
- Mengidentifikasi perubahan signifikan dalam tanda-tanda vital dan melaporkannya segera kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
2. Perawatan Jalan Napas (NIC: Airway Management)
- Memastikan jalan napas tetap terbuka dan bersih.
- Melakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing.
- Mempertahankan oksigenasi yang adekuat melalui pemberian oksigen atau ventilasi mekanis.
3. Pemantauan Neurologis (NIC: Neurological Monitoring)
- Menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS).
- Mengamati tanda-tanda perubahan neurologis, seperti perubahan pupil, refleks, dan respons motorik.
- Melaporkan perubahan neurologis yang signifikan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
4. Manajemen Keamanan (NIC: Safety Management)
- Menjaga lingkungan pasien agar aman dan mencegah terjadinya cedera.
- Menempatkan pasien di tempat tidur yang aman dan memberikan penghalang untuk mencegah jatuh.
- Memantau dan mencatat perilaku pasien serta mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga (NIC: Patient Education)
- Memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai kondisi penurunan kesadaran.
- Mengajarkan keluarga cara memantau tanda-tanda vital dan perubahan neurologis.
- Membantu pasien dan keluarga memahami pentingnya kepatuhan terhadap rencana perawatan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu ini diharapkan dapat membantu pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman pasien serta keluarga dalam mengelola kondisi penurunan kesadaran.