Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16279 | 26 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien berumur 23 tahun datang ke rs dengan keluhan dada sebelah kiri sakit menjalar hingga ke bagian punggung belakang, sesak nafas, dan penglihatan buram, setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan ttv td :165/95 N: 45×/menit spo²: 80% dan didapatkan laporan dari keluarga, pasien di temukan jatuh dari pohon mangga apa diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan pasien, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan keluhan rasa sakit di dada kiri yang menjalar ke punggung belakang.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan trauma (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SPO2: 80%).
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan sesak napas.
4. Gangguan penglihatan berhubungan dengan cedera fisik (jatuh dari pohon mangga) ditandai dengan penglihatan buram.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri
2. Perfusi jaringan perifer dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Saturasi oksigen (SPO2) dalam batas normal
b. Ekstremitas hangat dan ada tanda-tanda sirkulasi yang baik
c. Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
3. Pola napas dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas
4. Penglihatan dapat membaik dengan kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tidak ada gangguan penglihatan
b. Tidak ada keluhan mata kabur atau pandangan buram
c. Hasil pemeriksaan mata dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan nyeri
2. Manajemen Perfusi Jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang
d. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda gangguan perfusi
3. Manajemen Pola Napas:
a. Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
b. Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi pola napas
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif
d. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan tambahan jika diperlukan
4. Manajemen Gangguan Penglihatan:
a. Kaji tanda dan gejala gangguan penglihatan
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan
c. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda gangguan penglihatan
d. Sediakan lingkungan yang aman untuk menghindari cedera terkait gangguan penglihatan
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 16281 | 26 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
2. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
3. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI: 00032)
Definisi: Pola napas yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah set standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah set standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah set standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kode dan definisi dari diagnosa keperawatan yang saya sebutkan sebelumnya adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
2. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
3. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI: 00032)
4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, saya akan senang untuk menjawabnya. -
Article No. 16282 | 26 Apr 2025
Klinis : Ny. S, seorang perempuan berusia 35 tahun, tinggal di sebuah panti sosial wanita sejak beberapa tahun terakhir. Ia diketahui memiliki latar belakang pendidikan SMP, tidak bekerja, dan merupakan seorang janda setelah mengalami perceraian lima tahun yang lalu. Sejak peristiwa tersebut, Ny. S mulai menunjukkan perubahan perilaku, termasuk sering berbicara sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan mengabaikan perawatan diri seperti mandi dan mengganti pakaian. Saat ini, Ny. S sering ditemukan berbicara dan tertawa sendiri, tampak curiga terhadap orang di sekitarnya, dan menunjukkan perilaku menarik diri dari kelompok. Ia mengaku mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya dan merasa bahwa ada orang yang mengintainya. Kondisi kebersihan diri sangat buruk, ditandai dengan bau badan, rambut kusut, serta pakaian yang kotor. Dari pemeriksaan status mental, Ny. S memperlihatkan mood curiga, afek yang tumpul, proses pikir tidak logis dengan adanya delusi kejar, serta halusinasi pendengaran yang aktif. Ia tidak mampu membedakan antara kenyataan dan halusinasi, tidak menyadari bahwa dirinya sakit (insight buruk), dan menunjukkan penilaian (judgment) yang terganggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum yang kurang terawat tanpa kelainan vital. Secara sosial, Ny. S tidak memiliki dukungan dari keluarga dan bergantung penuh pada fasilitas panti untuk kebutuhan sehari-hari. Secara spiritual, meskipun mengakui beragama Islam, ia tidak aktif menjalankan ibadah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan mengenai kondisi Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Perilaku Kekerasan (kode: 00148)
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (kode: 00051)
c. Isolasi Sosial (kode: 00053)
d. Defisit Perawatan Diri (kode: 00102)
2. Penjelasan singkat:
a. Risiko Perilaku Kekerasan (kode: 00148)
- SDKI: Perilaku yang menunjukkan kecenderungan untuk bertindak secara agresif dan merusak, baik secara verbal maupun fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengontrol dan mengurangi risiko perilaku kekerasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengontrol, dan mengurangi perilaku kekerasan pada klien.
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (kode: 00051)
- SDKI: Persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realitas eksternal yang dihasilkan oleh pikiran sendiri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasi dan memperbaiki persepsi sensorik.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasi dan memperbaiki persepsi sensorik yang terganggu.
c. Isolasi Sosial (kode: 00053)
- SDKI: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara aktual maupun secara persepsional.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial dan meningkatkan interaksi sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
d. Defisit Perawatan Diri (kode: 00102)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan.
Diagnosa-diagnosa keperawatan ini sesuai dengan kondisi Ny. S yang menunjukkan gejala gangguan mental, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Penjelasan singkat di atas mencakup definisi, standar intervensi, dan tindakan keperawatan yang sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 16283 | 26 Apr 2025
Klinis : Ny. S, seorang perempuan berusia 35 tahun, tinggal di sebuah panti sosial wanita sejak beberapa tahun terakhir. Ia diketahui memiliki latar belakang pendidikan SMP, tidak bekerja, dan merupakan seorang janda setelah mengalami perceraian lima tahun yang lalu. Sejak peristiwa tersebut, Ny. S mulai menunjukkan perubahan perilaku, termasuk sering berbicara sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan mengabaikan perawatan diri seperti mandi dan mengganti pakaian. Saat ini, Ny. S sering ditemukan berbicara dan tertawa sendiri, tampak curiga terhadap orang di sekitarnya, dan menunjukkan perilaku menarik diri dari kelompok. Ia mengaku mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya dan merasa bahwa ada orang yang mengintainya. Kondisi kebersihan diri sangat buruk, ditandai dengan bau badan, rambut kusut, serta pakaian yang kotor. Dari pemeriksaan status mental, Ny. S memperlihatkan mood curiga, afek yang tumpul, proses pikir tidak logis dengan adanya delusi kejar, serta halusinasi pendengaran yang aktif. Ia tidak mampu membedakan antara kenyataan dan halusinasi, tidak menyadari bahwa dirinya sakit (insight buruk), dan menunjukkan penilaian (judgment) yang terganggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum yang kurang terawat tanpa kelainan vital. Secara sosial, Ny. S tidak memiliki dukungan dari keluarga dan bergantung penuh pada fasilitas panti untuk kebutuhan sehari-hari. Secara spiritual, meskipun mengakui beragama Islam, ia tidak aktif menjalankan ibadah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Kasus Ny. S dengan Gangguan Jiwa)*
**I. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA**
**1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (SDKI Code: 0801)**
- **Definisi (SDKI):** Persepsi sensori tanpa adanya rangsang eksternal yang memengaruhi interpretasi realitas (PPNI, 2017).
- **Data Pendukung:**
- Klien melaporkan "mendengar suara-suara yang berbicara buruk tentang dirinya".
- Perilaku berbicara/tertawa sendiri.
- Gangguan proses pikir (delusi kejar).
- **SLKI (Tujuan):**
- **0801.1:** Klien dapat mengidentifikasi pemicu halusinasi (misal: stres).
- **0801.3:** Klien melaporkan penurunan frekuensi halusinasi.
- **SIKI (Intervensi):**
- **0801.2.1:** Ajarkan teknik *grounding* (misal: menghitung benda di ruangan).
- **0801.2.4:** Kolaborasi pemberian antipsikotik sesuai resep.
**2. Isolasi Sosial (SDKI Code: 0303)**
- **Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan untuk berinteraksi secara positif dengan orang lain (PPNI, 2017).
- **Data Pendukung:**
- Menarik diri dari kelompok.
- Kurangnya dukungan keluarga.
- **SLKI:**
- **0303.2:** Klien berpartisipasi dalam 1 aktivitas kelompok per minggu.
- **SIKI:**
- **0303.1.3:** Fasilitasi *social skills training* (contoh: kontak mata, menyapa).
**3. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri (SDKI Code: 0501)**
- **Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- **Data Pendukung:**
- Bau badan, rambut kusut, pakaian kotor.
- **SLKI:**
- **0501.3:** Klien mandi dan mengganti pakaian 1x/hari dengan pengawasan minimal.
- **SIKI:**
- **0501.2.1:** Bantu klien membuat jadwal mandi.
**II. DIAGNOSA TAMBAHAN**
**4. Gangguan Proses Pikir: Delusi (SDKI Code: 0802)**
- **Data Pendukung:** Klien percaya "ada orang yang mengintainya".
- **Intervensi Utama (SIKI 0802.2.1):** Validasi perasaan tanpa mendukung delusi (contoh: "Saya tidak melihat orang itu, tapi saya mengerti Anda takut").
**5. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI Code: 0014)**
- **Faktor Risiko:** Curiga berlebihan dan halusinasi mengancam.
**III. CATATAN AKADEMIS**
- **Etiologi:** Kondisi Ny. S konsisten dengan *Skizofrenia Paranoid* (ICD-10: F20.0), ditandai halusinasi auditori dan delusi kejar.
- **Pendekatan Holistik:**
- **Biologis:** Antipsikotik untuk mengontrol gejala psikotik.
- **Psikososial:** Terapi aktivitas kelompok untuk isolasi sosial.
- **Spiritual:** Pendekatan tidak konfrontatif terkait ibadah (misal: ajak berdoa singkat).
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 16284 | 26 Apr 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan kesadaran.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Penurunan Kesadaran (ICCU-01) merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini. Penurunan kesadaran didefinisikan sebagai penurunan tingkat kewaspadaan dan kurangnya respons terhadap lingkungan sekitar. Diagnosa ini berkaitan dengan penurunan fungsi sistem saraf pusat yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, perdarahan otak, infeksi, atau kelainan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal (NOC: Level of Consciousness, Skor: 5 - Sangat Tinggi)
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (NOC: Vital Signs, Skor: 5 - Stabil)
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat penurunan kesadaran (NOC: Complications Severity Index, Skor: 1 - Tidak Ada)
4. Pasien dan keluarga memahami dan dapat mengelola kondisi penurunan kesadaran (NOC: Knowledge: Management of Condition, Skor: 5 - Luas)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (NIC: Vital Signs Monitoring)
- Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
- Mengidentifikasi perubahan signifikan dalam tanda-tanda vital dan melaporkannya segera kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
2. Perawatan Jalan Napas (NIC: Airway Management)
- Memastikan jalan napas tetap terbuka dan bersih.
- Melakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing.
- Mempertahankan oksigenasi yang adekuat melalui pemberian oksigen atau ventilasi mekanis.
3. Pemantauan Neurologis (NIC: Neurological Monitoring)
- Menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS).
- Mengamati tanda-tanda perubahan neurologis, seperti perubahan pupil, refleks, dan respons motorik.
- Melaporkan perubahan neurologis yang signifikan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
4. Manajemen Keamanan (NIC: Safety Management)
- Menjaga lingkungan pasien agar aman dan mencegah terjadinya cedera.
- Menempatkan pasien di tempat tidur yang aman dan memberikan penghalang untuk mencegah jatuh.
- Memantau dan mencatat perilaku pasien serta mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga (NIC: Patient Education)
- Memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai kondisi penurunan kesadaran.
- Mengajarkan keluarga cara memantau tanda-tanda vital dan perubahan neurologis.
- Membantu pasien dan keluarga memahami pentingnya kepatuhan terhadap rencana perawatan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu ini diharapkan dapat membantu pasien mencapai tingkat kesadaran yang optimal, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman pasien serta keluarga dalam mengelola kondisi penurunan kesadaran. -
Article No. 16285 | 26 Apr 2025
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kejang:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang adalah "Risiko Cidera". Kondisi kejang merupakan salah satu gejala yang dapat menyebabkan risiko cidera bagi pasien. Pasien yang mengalami kejang dapat mengalami jatuh, trauma kepala, atau cedera lainnya selama episode kejang terjadi. Oleh karena itu, "Risiko Cidera" merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang.
2. Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal terjadinya kejang.
3. Pasien dan keluarga dapat menerapkan teknik pencegahan dan penanganan kejang secara efektif.
4. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami hambatan akibat kejang.
5. Pasien dapat mempertahankan fungsi kognitif dan psikologis yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, yaitu:
1. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda awal terjadinya kejang.
2. Melakukan intervensi segera saat terjadi episode kejang, seperti menempatkan pasien dalam posisi aman, memberi oksigen, dan mencegah cedera.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll) untuk mengelola faktor-faktor yang dapat memicu kejang.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen kejang, termasuk pemberian obat anti-epilepsi, teknik relaksasi, dan modifikasi gaya hidup.
5. Berikan dukungan psikologis dan edukasi untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian pasien dalam menghadapi kondisi kejang.
6. Pantau dan evaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan, serta lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu bebas dari risiko cidera, mampu mengelola kejang, dan dapat beraktivitas secara optimal. -
Article No. 16193 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec status epilepticus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi severe hyponatremia dengan status epileptikus.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan elektrolit: Natrium (00195)
Definisi: Ketidakseimbangan natrium serum yang menyebabkan perubahan pada volume dan komposisi cairan tubuh.
Ciri-ciri mayor: Kadar natrium serum di luar rentang normal, Gejala neuromuskular (mis. peningkatan risiko kejang, peningkatan tensi).
Ciri-ciri minor: Mual, Muntah, Disorientasi, Perubahan perilaku.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
Definisi: Pemeliharaan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
Indikator:
a. Kadar elektrolit serum dalam batas normal
b. Tidak ada tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
c. Tidak ada perubahan status mental
d. Tidak ada kejang
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Cairan (4120)
Definisi: Pengumpulan dan analisis data mengenai masukan, keluaran, dan keseimbangan cairan tubuh pasien.
Aktivitas:
a. Pantau intake dan output cairan secara akurat
b. Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi)
c. Pantau gejala ketidakseimbangan elektrolit (mual, muntah, perubahan status mental, kejang)
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Terapi Cairan (4130)
Definisi: Pemberian cairan intravena untuk memperbaiki volume dan komposisi cairan tubuh.
Aktivitas:
a. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan kolaborasi dengan tim medis
b. Pantau kadar elektrolit serum secara berkala
c. Sesuaikan laju infus dan komposisi cairan berdasarkan hasil pemantauan
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan (misalnya, Natrium klorida, Natrium bikarbonat) jika diperlukan
3. Manajemen Kejang (2304)
Definisi: Pemberian intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan aktivitas kejang.
Aktivitas:
a. Pantau tanda dan gejala kejang
b. Berikan obat antikejang sesuai dengan instruksi medis
c. Ciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah cidera saat kejang
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengelola penyebab kejang
Penjelasan rinci:
Kondisi severe hyponatremia dengan status epileptikus mengindikasikan ketidakseimbangan elektrolit natrium yang parah, yang dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti kejang. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan elektrolit: Natrium, yang menggambarkan perubahan pada volume dan komposisi cairan tubuh akibat rendahnya kadar natrium serum.
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Keseimbangan Cairan, yang menunjukkan pemeliharaan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat. Indikator keberhasilan termasuk kadar elektrolit serum dalam batas normal, tidak ada tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit, tidak ada perubahan status mental, dan tidak ada kejang.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi Pemantauan Cairan, Terapi Cairan, dan Manajemen Kejang. Pemantauan cairan berfokus pada pengumpulan dan analisis data terkait masukan, keluaran, dan keseimbangan cairan tubuh. Terapi Cairan bertujuan untuk memperbaiki volume dan komposisi cairan tubuh melalui pemberian cairan intravena yang sesuai. Manajemen Kejang ditujukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan aktivitas kejang dengan pemberian obat antikejang dan penciptaan lingkungan yang aman.
Kolaborasi yang erat dengan tim medis sangat penting dalam mengelola kondisi severe hyponatremia dengan status epileptikus, mulai dari penentuan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemberian obat-obatan, hingga evaluasi dan pengelolaan penyebab kejang. -
Article No. 16194 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec post epilepticus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi severe hyponatremia ec post epilepticus.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiponatremia berat
Pasien mengalami severe hyponatremia, yang artinya kadar natrium dalam darah berada di bawah 125 mmol/L. Hal ini dapat disebabkan oleh episode epilepsi yang terjadi sebelumnya (post epilepticus). Kondisi hiponatremia berat dapat menyebabkan gejala neurologis yang serius, seperti penurunan kesadaran, kejang, dan edema otak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Natremia dalam batas normal
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan kadar natrium dalam darah pasien dapat kembali ke dalam rentang normal (135-145 mmol/L). Hal ini penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut akibat hiponatremia berat.
2. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Selain memulihkan kadar natrium, stabilitas tanda-tanda vital pasien juga harus terjaga, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh. Stabilitas tanda-tanda vital menunjukkan kondisi umum pasien yang membaik.
3. Tingkat Kesadaran Membaik
Dengan perbaikan kadar natrium dan stabilitas tanda-tanda vital, diharapkan tingkat kesadaran pasien dapat membaik dan kembali normal. Hal ini penting untuk menghindari komplikasi neurologis yang lebih berat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Nilai kadar natrium, kalium, klorida, dan osmolalitas darah secara berkala.
b. Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien.
c. Catat tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
2. Pemberian Terapi Penggantian Natrium
a. Berikan infus larutan garam fisiologis atau larutan hipertonik sesuai indikasi untuk memperbaiki kadar natrium.
b. Hitung kecepatan infus dan jumlah natrium yang diberikan untuk mencapai target kadar natrium yang diinginkan.
c. Pantau tanda-tanda overkoreksi, seperti mual, muntah, atau kejang.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital dan Neurologis
a. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
b. Lakukan pemeriksaan neurologis, seperti tingkat kesadaran, refleks, dan fungsi saraf.
c. Berikan oksigen jika diperlukan untuk menjaga oksigenasi jaringan.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain
a. Berkoordinasi dengan dokter untuk menentukan strategi penanganan hiponatremia yang tepat.
b. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien.
c. Lakukan rujukan ke tim neurologi jika terjadi komplikasi neurologis yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit, stabilitas tanda-tanda vital, serta peningkatan tingkat kesadaran pasien. -
Article No. 16195 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec post epilepticus. kesadaran apatis gcs 445
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: doc 121 severe hyponatremia ec post epilepticus, kesadaran apatis GCS 4/5/5.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiponatremia Berat
Definisi: Keadaan penurunan konsentrasi natrium dalam cairan tubuh di bawah 135 mEq/L disertai gejala yang berat.
Penyebab: Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sindrom sekresi antidiuretik yang tidak tepat (SIADH), diare, muntah, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pada kasus ini, kondisi hiponatremia berat terjadi sebagai komplikasi pasca kejang (post epilepticus).
2. Penurunan Kesadaran
Definisi: Keadaan penurunan tingkat kesadaran yang ditandai dengan respons yang menurun terhadap stimulasi internal maupun eksternal.
Penyebab: Kondisi penurunan kesadaran ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan metabolik, gangguan elektrolit, dan efek samping pengobatan. Pada kasus ini, penurunan kesadaran terjadi akibat komplikasi hiponatremia berat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Elektrolit: Hiponatremia Berat
- Kadar natrium dalam batas normal (135-145 mEq/L)
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada gejala sisa hiponatremia (mual, muntah, nyeri kepala, kejang, penurunan kesadaran)
2. Peningkatan Kesadaran
- Pasien mampu merespons dengan baik terhadap stimulasi verbal dan fisik
- Skor GCS meningkat menjadi 15 (E4V5M6)
- Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Keseimbangan Cairan Elektrolit: Hiponatremia Berat
a. Monitor status cairan dan elektrolit secara ketat, termasuk pemantauan kadar natrium, osmolalitas, dan intake/output cairan.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan dan obat-obatan yang sesuai, seperti pemberian larutan salin hipertonis untuk meningkatkan kadar natrium secara bertahap.
c. Pantau tanda-tanda vital secara berkala dan lakukan pemeriksaan neurologis untuk mendeteksi adanya komplikasi.
d. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Intervensi untuk Peningkatan Kesadaran
a. Monitor tingkat kesadaran pasien secara berkala menggunakan skala GCS.
b. Lakukan stimulasi verbal dan fisik untuk meningkatkan respons pasien.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan kesadaran, jika diperlukan.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman untuk mendukung pemulihan kesadaran.
e. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan dan mempercepat pemulihan.
Penjelasan rinci:
Kondisi pasien ini menunjukkan adanya hiponatremia berat sebagai komplikasi pasca kejang (post epilepticus), yang menyebabkan penurunan kesadaran dengan skor GCS 4/5/5. Hiponatremia berat merupakan kondisi yang berbahaya dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti edema otak, herniasi, dan kematian.
Tujuan utama dari asuhan keperawatan adalah untuk menormalkan kadar natrium dalam darah dan meningkatkan kesadaran pasien. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiponatremia Berat dan Penurunan Kesadaran.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya keseimbangan cairan elektrolit, dengan kadar natrium dalam batas normal, serta peningkatan kesadaran pasien hingga skor GCS 15. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan status cairan dan elektrolit, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan dan obat-obatan, serta stimulasi verbal dan fisik untuk meningkatkan kesadaran.
Penanganan yang komprehensif dan kerja sama yang erat antara tim kesehatan sangat penting untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan dan pemulihan pasien yang optimal. -
Article No. 16196 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec post epilepticus. kesadaran apatis gcs 445
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien dengan severe hyponatremia akibat post epileptikus, kesadaran apatis dengan GCS 4-4-5, dan tone akademis, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Curah Jantung
Penjelasan:
SDKI: Kondisi di mana terdapat risiko terjadinya penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
SLKI: Intervensi yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
2. Gangguan Keseimbangan Cairan
Penjelasan:
SDKI: Kondisi di mana terdapat ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan, elektrolit, dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh.
SLKI: Intervensi yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan, elektrolit, dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan, elektrolit, dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh.
3. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
Penjelasan:
SDKI: Kondisi di mana terdapat risiko terjadinya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan fungsi otak.
SLKI: Intervensi yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan fungsi otak.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan fungsi otak.