Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18270 | 05 Jun 2025
Klinis : Seorang pria, umur 34, keluhan marah-marah. Ingin memukul ayahnya, ingin menusuk ayahnya. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki. Siki, Nanda, obat-obatan yang sesuai dan pemeriksaan penunjangnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah jawaban saya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.8
- Deskripsi: Gangguan kontrol impuls, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini.
3. Diagnosis SDKI:
- Risiko perilaku kekerasan
4. Diagnosis SLKI:
- Risiko menyakiti orang lain
5. Diagnosis SIKI:
- Risiko perilaku agresif
6. Diagnosis NANDA:
- Risiko perilaku kekerasan
7. Obat-obatan yang sesuai:
- Antipsikotik atipik (misalnya risperidon, olanzapin) untuk mengatasi gejala marah-marah dan agresif.
- Antidepresan (misalnya SSRI) jika terdapat gejala depresi yang mendasari.
- Antiansietas (misalnya lorazepam) untuk mengelola kecemasan dan agresi.
8. Pemeriksaan penunjang:
- Pemeriksaan psikologis/psikiatris untuk mengevaluasi kondisi mental dan menentukan diagnosis yang tepat.
- Tes laboratorium darah untuk memeriksa fungsi organ dan menyingkirkan kondisi medis yang mendasari.
- Pencitraan otak (CT scan atau MRI) untuk menyingkirkan penyebab organik, jika diperlukan.
Penjelasan:
Kasus ini menunjukkan gejala gangguan kontrol impuls, di mana pasien mengalami dorongan untuk melakukan tindakan agresif terhadap ayahnya. Diagnosis ICD-10 yang sesuai adalah F63.8 (Gangguan kontrol impuls, tidak diklasifikasikan di tempat lain). Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini.
Diagnosis keperawatan yang sesuai mencakup risiko perilaku kekerasan (SDKI), risiko menyakiti orang lain (SLKI), risiko perilaku agresif (SIKI), dan risiko perilaku kekerasan (NANDA).
Penatalaksanaan yang direkomendasikan meliputi penggunaan obat-obatan antipsikotik atipik, antidepresan, dan antiansietas untuk mengelola gejala marah-marah dan agresi. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan mencakup evaluasi psikologis/psikiatris, tes laboratorium darah, dan pencitraan otak untuk menyingkirkan penyebab organik, jika diperlukan. -
Article No. 18271 | 05 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 55 tahun, dirawat di bangsal bedah dengan diagnose medis benigna prostat hypertropi (BPH). Hasil pengkajian anamnesa: pasien mengeluh kandung kemih terasa penuh, ingin buang air kecil (BAK) tapi tidak keluar atau kadang hanya menetes saja (dribbling) dan terasa nyeri dan panas saat BAK (disuria). Hasil inspeksi area simfisis pubis hingga ke umbilical tampak menegang dan hasil pemeriksaan fisik didapatkan distensi kandung kemih, serta tidak ada urin yang keluar, dan menetes ketika pasien mengejan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N40.1
- Deskripsi: Hipertrofi prostat benigna
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan kandung kemih terasa penuh, kesulitan berkemih, dribbling, dan disuria, diagnosis yang sesuai adalah hipertrofi prostat benigna (BPH). Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah N40.1.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 60.2
- Deskripsi: Prostatektomi suprapubik
Penjelasan:
Jika pasien memerlukan tindakan medis untuk mengatasi BPH, salah satu prosedur yang dapat dilakukan adalah prostatektomi suprapubik. Kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 60.2.
Dengan adanya diagnosis BPH dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan distensi kandung kemih serta tidak ada urin yang keluar, prosedur prostatektomi suprapubik dapat menjadi pertimbangan sebagai tindakan untuk mengatasi obstruksi saluran kemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat. -
Article No. 18272 | 05 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 55 tahun, dirawat di bangsal bedah dengan diagnose medis benigna prostat hypertropi (BPH). Hasil pengkajian anamnesa: pasien mengeluh kandung kemih terasa penuh, ingin buang air kecil (BAK) tapi tidak keluar atau kadang hanya menetes saja (dribbling) dan terasa nyeri dan panas saat BAK (disuria). Hasil inspeksi area simfisis pubis hingga ke umbilical tampak menegang dan hasil pemeriksaan fisik didapatkan distensi kandung kemih, serta tidak ada urin yang keluar, dan menetes ketika pasien mengejan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi Urin (Kode: 00023)
Definisi: Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan kandung kemih terasa penuh, ingin BAK tapi tidak keluar atau hanya menetes, serta disuria (nyeri dan panas saat BAK).
- Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya distensi kandung kemih dan tidak ada urin yang keluar saat pasien mengejan.
- Hal ini menunjukkan adanya retensi urin pada pasien.
2. Nyeri Akut (Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan rasa nyeri dan panas saat BAK (disuria).
- Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang dialami pasien terkait dengan gangguan pada saluran kemih.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Retensi Urin (Kode: 00023)
- Nyeri Akut (Kode: 00132)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Eliminasi Urin Lancar (Kode: 0303)
- Manajemen Nyeri (Kode: 1400)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kateterisasi Urin (Kode: 3660)
- Manajemen Nyeri (Kode: 1400)
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan standar-standar tersebut untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. -
Article No. 18273 | 05 Jun 2025
Klinis : kejang dan demam pada anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi kejang dan demam pada anak, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI 10.01.06)
Definisi: Keadaan berisiko mengalami perubahan fungsi dan struktur kulit yang normal.
2. Hipertermia (SDKI 07.01.03)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
3. Perubahan Pola Tidur (SDKI 13.01.06)
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI 10.01.06)
Kode: 10.01.06
Definisi: Keadaan berisiko mengalami perubahan fungsi dan struktur kulit yang normal.
2. Hipertermia (SDKI 07.01.03)
Kode: 07.01.03
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
3. Perubahan Pola Tidur (SDKI 13.01.06)
Kode: 13.01.06
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit Terpelihara (SLKI 10.01.01)
2. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (SLKI 07.01.01)
3. Pola Tidur Terpelihara (SLKI 13.01.01)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Kulit (SIKI 10.01.01)
2. Manajemen Demam (SIKI 07.01.01)
3. Manajemen Tidur (SIKI 13.01.01)
Dalam kondisi kejang dan demam pada anak, perawat perlu memfokuskan intervensi pada pencegahan kerusakan integritas kulit, pengelolaan demam, dan optimalisasi pola tidur. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan pasien anak serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 18274 | 05 Jun 2025
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "manajemen kejang" dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Akibat Kejang (00155)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera Akibat Kejang (00155)
Definisi: Kerentanan terhadap luka fisik yang dapat terjadi selama episode kejang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Kejang (1902)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi frekuensi dan durasi episode kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Kejang (4910)
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi frekuensi dan durasi episode kejang.
Kode dan Definisi:
1. Risiko Cedera Akibat Kejang (00155)
Definisi: Kerentanan terhadap luka fisik yang dapat terjadi selama episode kejang.
2. Kontrol Kejang (1902)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi frekuensi dan durasi episode kejang.
3. Manajemen Kejang (4910)
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi frekuensi dan durasi episode kejang.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan "Risiko Cedera Akibat Kejang" menggambarkan kerentanan pasien terhadap cedera fisik selama episode kejang. Intervensi keperawatan "Manajemen Kejang" berfokus pada tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi frekuensi dan durasi episode kejang. Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Kejang", yaitu kemampuan individu untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi episode kejang. -
Article No. 18275 | 05 Jun 2025
Klinis : meningitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi meningitis dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral (kode: 00201)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
2. Kelelahan (kode: 00093)
Definisi: Pengalaman yang berkepanjangan dan subjektif dari keletihan fisik, emosional, dan/atau kognitif yang berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan energi pada tingkat individu.
3. Gangguan Pola Tidur (kode: 00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral (kode: 00201)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Faktor risiko: Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan metabolisme otak, penyakit kardiovaskular, dan gangguan neurologi.
2. Kelelahan (kode: 00093)
- Definisi: Pengalaman yang berkepanjangan dan subjektif dari keletihan fisik, emosional, dan/atau kognitif yang berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan energi pada tingkat individu.
- Karakteristik: Kelelahan yang berlebihan, penurunan motivasi, dan penurunan kapasitas fisik.
3. Gangguan Pola Tidur (kode: 00198)
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- Karakteristik: Kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, terbangun terlalu dini, dan tidur tidak restoratif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Serebral Adekuat (kode: 0404)
- Definisi: Keadaan di mana aliran darah ke otak dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan otak.
2. Manajemen Energi (kode: 0001)
- Definisi: Kemampuan untuk mengatur sumber daya energi dalam memenuhi kebutuhan aktivitas.
3. Kualitas Tidur (kode: 0004)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan restoratif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tekanan Intrakranial (kode: 12037)
- Definisi: Tindakan pemantauan tekanan di dalam rongga kranial.
2. Manajemen Kelelahan (kode: 11025)
- Definisi: Upaya untuk mengelola kelelahan yang dirasakan pasien.
3. Manajemen Gangguan Tidur (kode: 11026)
- Definisi: Upaya untuk membantu pasien mencapai pola tidur yang adekuat dan restoratif.
Dengan demikian, penjelasan singkat mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi meningitis dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 18276 | 05 Jun 2025
Klinis : hidrosefalus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter/perekam medik, saya akan memberikan informasi yang terkait dengan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hidrosefalus.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G91
- Deskripsi: Hidrosefalus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 02.2
- Deskripsi: Shunt untuk hidrosefalus, termasuk pemasangan, revisi, atau penggantian sistem shunt ventrikuloperitoneal, ventrikuloatrial, atau lainnya.
Hidrosefalus adalah kondisi di mana terjadi akumulasi berlebihan cairan serebrospinal (CSF) di dalam rongga-rongga di dalam otak, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat terjadi karena gangguan produksi, sirkulasi, atau absorpsi CSF. Kode ICD-10 G91 mencakup berbagai tipe hidrosefalus, seperti hidrosefalus kongenital, akuisita, komunikans, dan obstruktif.
Dalam penanganan hidrosefalus, prosedur yang sering dilakukan adalah pemasangan sistem shunt untuk mengalirkan kelebihan CSF ke tempat lain di dalam tubuh, seperti rongga peritoneum atau atrium jantung. Kode ICD-9-CM 02.2 mencakup prosedur ini, termasuk pemasangan, revisi, atau penggantian sistem shunt. -
Article No. 18277 | 05 Jun 2025
Klinis : hidrosefalus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi hidrosefalus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan dalam lingkungan tertentu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Fungsi Motorik (10019)
- Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang terkoordinasi.
- Kode: 10019
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas (10013)
- Definisi: Peningkatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan dalam lingkungan tertentu.
- Kode: 10013
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas (06001)
- Definisi: Upaya untuk mengatur dan memfasilitasi aktivitas pasien dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang optimal.
- Kode: 06001
Dalam konteks hidrosefalus dengan tone akademis dan persona pakar perawat, fokus utama perawatan akan ditujukan pada penanganan penurunan fungsi motorik akibat efek hidrosefalus. Intervensi keperawatan akan diarahkan pada manajemen aktivitas pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mencegah komplikasi terkait penurunan fungsi motorik. -
Article No. 18278 | 05 Jun 2025
Klinis : pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pilek:
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI: 00030)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Intervensi Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Jalan Napas (SIKI: 30001)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas dan pertukaran gas.
b. Terapi Inhalasi (SIKI: 30003)
Definisi: Pemberian terapi untuk memperbaiki jalan napas dan pertukaran gas.
c. Pemantauan Respirasi (SIKI: 30005)
Definisi: Pengumpulan dan analisis data pernapasan untuk memastikan fungsi pernapasan yang adekuat.
3. Hasil Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas (SIKI: 0302)
Definisi: Terbebas dari obstruksi pada saluran napas.
b. Status Pernapasan (SIKI: 0301)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
Dalam konteks ini, kondisi pilek dapat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif, sehingga perawat perlu melakukan intervensi manajemen jalan napas, terapi inhalasi, dan pemantauan respirasi untuk memastikan bersihan jalan napas dan status pernapasan pasien yang optimal. -
Article No. 18279 | 05 Jun 2025
Klinis : pasien batu,demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan batu, demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
Kode: D.0004
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut (00132)
Kode: D.0132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi (L.0002)
Kode: L.0002
Definisi: Tindakan untuk melindungi pasien dari paparan mikroorganisme patogen dan mencegah infeksi.
2. Pengendalian Nyeri (L.0046)
Kode: L.0046
Definisi: Upaya untuk mengurangi atau mengontrol rasa sakit yang dialami pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi (I.0002)
Kode: I.0002
Definisi: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
2. Manajemen Nyeri (I.0046)
Kode: I.0046
Definisi: Intervensi untuk mengurangi atau mengontrol rasa sakit yang dialami pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.