Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16377 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien berkata bahwa dirinya merasa demam dan pusing sejak 2 hari yang lalu. Terkadang, malamnya susah tidur dan batuk dengan frekuensi sering disertai dahak berwarna hijau kekuningan. Untuk kehidupan nya normal dan bisa menjalankan kegiatan nya secara mandiri. Akan tetapi, dia merasa kurang nyaman untuk beristirahat karena batuk berdahak itu. TTV nya terdiri dari TD :113/73 mmHg, suhu 36,3°c, N = 95x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas" yang ditandai dengan laporan pasien mengenai batuk dengan produksi dahak berwarna hijau kekuningan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi bersihan jalan napas.
- Pasien mampu melakukan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan dahak.
- Pasien mampu mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal.
- Pasien mampu mempertahankan SpO2 dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
- Pantau tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau teh hangat untuk melembapkan jalan napas.
- Ajarkan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan dahak.
- Berikan obat-obatan sesuai resep (misalnya, bronkodilator, mukolitik, atau ekspektoran) untuk memperlancar pengeluaran dahak.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ventilasi.
- Berikan humidifier atau nebulizer untuk melembapkan jalan napas.
2. Manajemen Demam
- Kaji suhu tubuh pasien secara berkala.
- Berikan obat penurun demam sesuai resep.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau teh hangat.
- Pertahankan suhu ruangan yang nyaman.
- Lakukan kompres hangat jika perlu.
3. Manajemen Kenyamanan Tidur
- Kaji pola tidur dan istirahat pasien.
- Identifikasi dan minimalkan faktor-faktor yang mengganggu tidur (misalnya, batuk, sesak napas).
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk membantu tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu pasien tidur.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk tidur.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, suhu tubuh dalam batas normal, dan kenyamanan tidur yang terjaga. -
Article No. 16378 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
b. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Tidak ada suara napas bronkial/ronki di paru
- Oksigenasi adekuat (SpO2 ≥ 92%)
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Tanda-tanda vital stabil saat melakukan aktivitas
c. Status Nutrisi Membaik
Kriteria hasil:
- Asupan nutrisi adekuat
- Berat badan stabil atau meningkat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Intervensi:
- Auskultasi suara napas
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
b. Intoleransi Aktivitas
Intervensi:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan nutrisi
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Intervensi:
- Kaji status nutrisi pasien
- Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami pasien dengan tuberkulosis paru, mulai dari mempertahankan bersihan jalan napas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memperbaiki status nutrisi pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, sangat penting untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16379 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Pasien dengan Tuberkulosis Paru)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: 00032 – Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:** Ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida akibat kerusakan alveolar atau gangguan aliran udara.
**Penjelasan:** Lesi tuberkulosis pada paru kanan atas mengganggu pertukaran gas, ditandai dengan sesak napas, suara bronkial, dan hipoksia potensial.
---
### **2. Kriteria Luaran (SLKI)**
**Kode SLKI: 0401 – Status Pernapasan**
**Indikator:**
- **040101:** Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16–20x/menit).
- **040104:** Suara napas normal (vesikuler) tanpa adventisius.
- **040107:** Tidak ada sianosis atau dispnea.
**Target:** Meningkatkan oksigenasi jaringan dan menstabilkan pernapasan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: 3310 – Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan:**
- **3310A:** Auskultasi suara napas tiap 4 jam.
- **3310D:** Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- **3310F:** Kolaborasi pemberian oksigen jika diperlukan (sesuai SpO₂).
**Kode SIKI: 6510 – Manajemen Nutrisi**
**Tindakan:**
- **6510C:** Monitor asupan kalori dan protein (target: tinggi kalori-protein untuk pemulihan).
- **6510E:** Anjurkan makanan kecil frekuensi sering (6x/hari) untuk meningkatkan nafsu makan.
---
### **Rasional Singkat**
- **Gangguan pertukaran gas** dipilih karena lesi tuberkulosis mengganggu difusi oksigen (SDKI 00032).
- **SLKI 0401** fokus pada perbaikan status pernapasan melalui kriteria objektif.
- **SIKI 3310 dan 6510** menangani dua masalah utama: obstruksi jalan napas dan malnutrisi, yang umum pada TB paru.
---
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5, PPNI (2020).*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3, PPNI (2019).*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3, PPNI (2019).*
*(Format akademis disusun dengan mengacu pada pedoman PPNI dan evidence-based practice.)* -
Article No. 16380 | 28 Apr 2025
Klinis : Pada penyakit Diabetes Mellitus, pasien memiliki kadar gula darah tinggi yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil yang menyuplai oksigen dan nutrisi ke saraf. Akibat kekurangan suplai oksigen, saraf menjadi rusak dan mulai tidak berfungsi normal. Sehingga pasien merasakan sensasi kesemutan, kebas, panas bahkan nyeri di kaki dan tangan. Pada saat kadar gula darah tinggi, sel tubuh kekurangan energi karena glukosa tidak masuk ke dalam sel akibat kurangnya insulin atau resistensi insulin. Tubuh mengira sedang kekurangan energi, sehingga cepat lapar walaupun sudah makan banyak. Salah satunya terjadi pada Ny. A. Ny. A mengeluhkan kesemutan sejak 2 bulan belakangan. Rasa kesemutan Ny. A dirasakan pada bagian telapak kaki. Keluhan dirasakan setiap saat tidak menentu. Terkadang keluhan muncul saat pasien sedang beristirahat dan saat beraktivitas. Selain kesemutan, nafsu makan pasien meningkat sejak setahun yang lalu. Pasien mengatakan sering merasa lapar hingga harus makan nasi lebih dari 3x/hari dengan porsi yang cukup banyak. Namun demikian pasien mengeluhkan berat badan yang menurun sejak setahun terakhir, walaupun nafsu makan pasien meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien Ny. A dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Nyeri Neuropatik
- Penurunan atau perubahan sensasi yang disebabkan oleh kerusakan neural, ditandai dengan keluhan kesemutan, kebas, panas, dan nyeri di kaki dan tangan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi
- Peningkatan berat badan yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan, ditandai dengan meningkatnya nafsu makan namun berat badan menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Sensori Persepsi: Nyeri Neuropatik
- Tujuan: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri neuropatik dan meningkatkan fungsi sensori.
- Indikator:
a. Pasien dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri neuropatik.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan manajemen nyeri neuropatik yang efektif.
c. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri neuropatik.
d. Pasien dapat melaporkan peningkatan fungsi sensori.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi
- Tujuan: Pasien dapat mencapai berat badan ideal dan mempertahankan pola makan yang sehat.
- Indikator:
a. Pasien dapat menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Pasien dapat melaporkan penurunan berat badan yang sesuai dengan tujuan.
d. Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kebugaran.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Sensori Persepsi: Nyeri Neuropatik
- Manajemen Nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya, analgesik, antikonvulsan) untuk mengurangi nyeri neuropatik.
- Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi akupresur.
- Pantau intensitas nyeri pasien secara berkala dan lakukan evaluasi.
- Peningkatan Fungsi Sensorik
- Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya menjaga fungsi sensorik melalui kontrol gula darah yang optimal.
- Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan kaki secara rutin dan merawat kaki dengan baik.
- Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk memberikan intervensi yang dapat meningkatkan fungsi sensorik.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi
- Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien dan menyusun rencana diet yang sesuai.
- Edukasi pasien tentang pentingnya mengatur pola makan dan memilih makanan yang sehat.
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala.
- Peningkatan Energi
- Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk merencanakan program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Ajarkan pasien teknik manajemen stres dan relaksasi untuk meningkatkan energi.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk mencapai berat badan ideal dan mempertahankan pola makan yang sehat.
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Ny. A dengan penyakit Diabetes Mellitus. Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan membantu pasien mencapai tujuan perawatan yang diharapkan. -
Article No. 16381 | 28 Apr 2025
Klinis : Pada penyakit Diabetes Mellitus, pasien memiliki kadar gula darah tinggi yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil yang menyuplai oksigen dan nutrisi ke saraf. Akibat kekurangan suplai oksigen, saraf menjadi rusak dan mulai tidak berfungsi normal. Sehingga pasien merasakan sensasi kesemutan, kebas, panas bahkan nyeri di kaki dan tangan. Pada saat kadar gula darah tinggi, sel tubuh kekurangan energi karena glukosa tidak masuk ke dalam sel akibat kurangnya insulin atau resistensi insulin. Tubuh mengira sedang kekurangan energi, sehingga cepat lapar walaupun sudah makan banyak. Salah satunya terjadi pada Ny. A. Ny. A mengeluhkan kesemutan sejak 2 bulan belakangan. Rasa kesemutan Ny. A dirasakan pada bagian telapak kaki. Keluhan dirasakan setiap saat tidak menentu. Terkadang keluhan muncul saat pasien sedang beristirahat dan saat beraktivitas. Selain kesemutan, nafsu makan pasien meningkat sejak setahun yang lalu. Pasien mengatakan sering merasa lapar hingga harus makan nasi lebih dari 3x/hari dengan porsi yang cukup banyak. Namun demikian pasien mengeluhkan berat badan yang menurun sejak setahun terakhir, walaupun nafsu makan pasien meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien Ny. A berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Neuropati Perifer
Definisi: Kerusakan atau disfungsi saraf perifer yang menyebabkan perubahan sensorik, motorik, dan/atau otonomik.
Karakteristik Utama: Kesemutan, kebas, rasa terbakar, penurunan atau kehilangan sensasi nyeri dan suhu, kelemahan otot, dan perubahan refleks tendon.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Utama: Peningkatan nafsu makan, riwayat penambahan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Neuropati Perifer
- Tingkat Nyeri: Pasien dapat mengendalikan nyeri pada tingkat yang dapat ditoleransi.
- Sensasi Sensorik: Pasien dapat mempertahankan fungsi sensorik.
- Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh.
2. Keseimbangan Nutrisi
- Asupan Nutrisi: Pasien dapat mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
- Berat Badan: Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal.
- Kadar Glukosa Darah: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Neuropati Perifer
- Monitoring tanda-tanda neuropati perifer (sensasi, refleks, kekuatan otot)
- Manajemen nyeri neuropatik (terapi farmakologi, non-farmakologi)
- Perawatan kulit kaki dan tangan untuk mencegah luka
- Edukasi pasien tentang perawatan diri dan pencegahan komplikasi
2. Manajemen Keseimbangan Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi (asupan, berat badan, kadar glukosa darah)
- Perencanaan dan implementasi diet diabetes yang sesuai
- Edukasi pasien tentang gizi, pola makan, dan manajemen diabetes
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk optimalisasi pengelolaan diabetes
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien Ny. A dapat mengatasi masalah neuropati perifer dan menjaga keseimbangan nutrisinya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 16382 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi (Kode: 00168)
- Definisi: Intervensi untuk mengatur, memantau, dan memfasilitasi penggunaan energi secara efektif.
2. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
- SLKI: Perbaikan Pola Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas (Kode: 03140)
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang terbuka, lancar, dan adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- SLKI: Peningkatan Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi (Kode: 01120)
- Definisi: Intervensi untuk mengatur dan memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penyakit Kardiovaskular
- SDKI: Berisiko mengalami penyakit kardiovaskular yang dapat disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau tidak dapat dimodifikasi
- SLKI: Kontrol Risiko Kardiovaskular
- SIKI: Manajemen Risiko Kardiovaskular (Kode: 03370)
- Definisi: Intervensi untuk mengidentifikasi, memonitor, dan mengendalikan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Penjelasan singkat:
- Intoleransi Aktivitas: Disebabkan oleh kebiasaan merokok yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik, sehingga mempengaruhi toleransi aktivitas.
- Pola Napas Tidak Efektif: Disebabkan oleh kondisi pernapasan yang terganggu akibat batuk bersputum dan hipoksemia ringan.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Disebabkan oleh penurunan berat badan dalam sebulan terakhir, kemungkinan akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat.
- Risiko Penyakit Kardiovaskular: Disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang dimiliki Tn. D, seperti merokok, gaya hidup kurang aktif, dan tekanan darah yang cukup tinggi. -
Article No. 16383 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Utama: Kelelahan yang dilaporkan, Dada/otot yang nyeri saat aktivitas, Dispnea saat aktivitas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi alveolar yang adekuat.
- Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi napas, Perubahan kedalaman napas, Hipoksemia.
3. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap sumber ancaman atau bahaya yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Karakteristik Utama: Perasaan tegang, Aktivitas motorik yang meningkat, Kekhawatiran yang diekspresikan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami dispnea atau kelelahan.
- Melaporkan peningkatan energi saat aktivitas.
- Mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal saat aktivitas.
2. Pola Napas Efektif
- Definisi: Ventilasi alveolar yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Irama napas teratur.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Saturasi oksigen dalam rentang normal.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Definisi: Pengalaman emosional yang ditandai dengan perasaan ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dapat dikendalikan.
- Kriteria Hasil:
- Melaporkan perasaan tenang.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan fisik.
- Mengungkapkan keyakinan dalam mengatasi situasi saat ini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur aktivitas sesuai toleransi klien.
- Anjurkan klien melakukan latihan fisik yang teratur dan sesuai kemampuan.
- Berikan edukasi tentang manfaat berhenti merokok dan menjalani gaya hidup sehat.
- Bantu klien menetapkan tujuan peningkatan aktivitas yang realistis.
2. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital, khususnya frekuensi napas dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan penyakit pernapasan.
3. Kecemasan:
- Bina hubungan saling percaya dengan klien.
- Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan dan strategi koping yang efektif.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang sesuai untuk mengurangi kecemasan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Tn. D adalah Intoleransi Aktivitas, Pola Napas Tidak Efektif, dan Kecemasan. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan Toleransi Aktivitas, Pola Napas Efektif, dan Tingkat Kecemasan Terkendali. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengaturan aktivitas, latihan fisik, edukasi, pemantauan tanda-tanda vital, terapi oksigen, teknik pernapasan, dukungan emosional, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Pendekatan yang digunakan bersifat holistik dan berpusat pada klien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 16286 | 27 Apr 2025
Klinis : akitfitas intoleran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "aktivitas intoleran":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Aktivitas Intoleran". Aktivitas Intoleran didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi, intoleransi terhadap aktivitas, atau kelemahan fisik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kronis, penurunan fungsi kardiovaskular, atau kelelahan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran atau output berikut:
a. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau gejala yang berlebihan.
b. Kontrol Energi Meningkat: Pasien mampu mengatur penggunaan energinya secara efektif sehingga dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
c. Kekuatan Fisik Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan stamina fisik, sehingga dapat melakukan aktivitas dengan lebih baik.
d. Kepuasan Aktivitas Meningkat: Pasien merasa puas dengan kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Manajemen Aktivitas:
- Membantu pasien mengidentifikasi dan menghindari aktivitas yang melebihi batas toleransinya.
- Mengajarkan teknik penghematan energi, seperti pengaturan jadwal aktivitas, pemilihan aktivitas yang lebih ringan, dan penggunaan alat bantu.
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan teratur, dengan memperhatikan periode istirahat yang cukup.
b. Peningkatan Kekuatan dan Latihan Fisik:
- Merancang program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan kardiovaskular, latihan kekuatan, dan latihan fleksibilitas.
- Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien selama latihan, serta menyesuaikan intensitas dan durasi latihan sesuai toleransi pasien.
- Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien untuk melakukan latihan secara konsisten.
c. Manajemen Kelelahan:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Mengajarkan teknik manajemen kelelahan, seperti pengaturan pola tidur, nutrisi yang adekuat, dan pengelolaan stres.
- Membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengelola gejala kelelahan saat melakukan aktivitas.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, kontrol energi, kekuatan fisik, dan kepuasan aktivitas, sehingga dapat hidup dengan lebih mandiri dan berkualitas. -
Article No. 16287 | 27 Apr 2025
Klinis : manajemen diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi Manajemen Diare berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00011
Nama: Diare
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu frekuensi yang meningkat dan konsistensi yang encer, disertai dengan kandungan air yang berlebihan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam kasus manajemen diare, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Diare" dengan kode 00011.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Beberapa luaran yang dapat diterapkan untuk manajemen diare antara lain:
- Kode: 00501 - Kontrol defekasi: tujuan tercapai
- Kode: 00502 - Hidrasi: tujuan tercapai
- Kode: 00503 - Pemulihan kondisi fisik: tujuan tercapai
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan. Beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk manajemen diare antara lain:
- Kode: 00011 - Manajemen diare
- Kode: 00125 - Manajemen cairan
- Kode: 00126 - Perawatan kandung kemih
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 16288 | 27 Apr 2025
Klinis : Pasien mengatakan pasien datang ke IGD RSUD Gemolong pada Senin, 21 April 2025 pada pukul 16.30 dengan keluhan merasa sesak nafas sejak hari Minggu, 20 April 2025 dan keluhan sesak terasa bertambah parah saat pasien berbaring ataupun setelah melakukan aktivitas. Selama di IGD pasien mendapatkan terapi inf RL 20 tpm, inj Patoprazole, Inj. Furosemide, dan NS 3 lpm. Saat dilakukan pengkajian pada Selasa, 22 April 2025 pukul 07.00 didapat data subjektif pasien mengatakan bahwa pasien merasa sesak nafas dengan keluhan sesak semakin bertambah parah dan terasa jika pasien berbaring ataupun setelah melakukan aktivitas seperti ke toilet maupun berganti pakaian. Pasien juga menambahkan dirinya mudah merasa lelah, tubuhnya terasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas ringan, dan merasa lemas. Data objektif pada pengkajian, pasien diketahui pasien tampak mengalami sesak nafas yang dibuktikan dengan bernafas ngos-ngosan, menggunakan pernafasan pursed lip, serta tampak lemah. Hasil pemeriksaan terhadap tanda vital didapat TD 183/100 mmHg, S 36,9°C, SPO2 99%, N 93 x/mnt, RR 24x/mnt, dan SPO2 95%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif (Congestive heart failure)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena (Infusion of other therapeutic or prophylactic substance)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I50.0 untuk "Gagal jantung kongestif" sesuai dengan keluhan pasien yaitu sesak napas, terutama saat berbaring atau melakukan aktivitas, serta adanya tanda-tanda seperti nafas ngos-ngosan, menggunakan pernafasan pursed lip, dan tampak lemah. Gejala-gejala ini menunjukkan adanya gangguan fungsi jantung yang menyebabkan gagal jantung kongestif.
2. Kode ICD-9-CM 99.15 untuk "Pemberian cairan intravena" sesuai dengan tindakan medis yang diberikan saat pasien berada di IGD, yaitu pemberian terapi infus RL 20 tpm, injeksi Pantoprazole, injeksi Furosemide, dan oksigen 3 lpm. Tindakan-tindakan tersebut merupakan bagian dari penanganan awal pasien dengan gagal jantung kongestif.
Secara keseluruhan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut adalah gagal jantung kongestif (I50.0) dan pemberian cairan intravena (99.15).