Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16367 | 28 Apr 2025
Klinis : berduka dan kehilangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi berduka dan kehilangan:
Diagnosa Keperawatan:
Berduka Disfungsional (00136)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00136
Definisi: Respon psikoemosional dan perilaku individual atau kelompok yang tidak dapat diterima secara budaya atau tidak memadai terhadap kehilangan yang nyata, antisipasi, atau simbolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1306
Definisi: Kemampuan individu/keluarga untuk mengatasi kehilangan dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Definisi: Bantuan yang diberikan kepada individu/keluarga untuk memfasilitasi proses berduka yang sehat dan membantu menyesuaikan diri dengan perubahan yang disebabkan oleh kehilangan.
Penjelasan singkat:
Diagnosa Keperawatan "Berduka Disfungsional" menggambarkan adanya respon psikoemosional dan perilaku individu atau kelompok yang tidak dapat diterima secara budaya atau tidak memadai terhadap kehilangan. SDKI memberikan definisi lebih rinci tentang diagnosa ini, SLKI menjelaskan luaran yang diharapkan, dan SIKI memberikan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu individu atau keluarga dalam menghadapi proses berduka yang sehat. -
Article No. 16368 | 28 Apr 2025
Klinis : berduka dan kehilangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai: Berduka dan Kehilangan
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi berduka dan kehilangan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Berduka".
Definisi dari diagnosa "Berduka" adalah respon normal terhadap kehilangan nyata atau yang dirasakan, ditandai dengan perubahan dalam pola fungsi, perilaku, interaksi, dan emosi.
Karakteristik Mayor dari diagnosa ini meliputi:
1. Ekspresi kesedihan, seperti menangis, mengerang, atau menunjukkan wajah yang sedih.
2. Perubahan pola tidur.
3. Perubahan pola makan.
4. Perubahan minat terhadap aktivitas rutin.
5. Isolasi sosial.
6. Mencari atau memanggil orang yang meninggal.
7. Menyalahkan diri sendiri atas kematian.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa Berduka berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Penerimaan kehilangan
- Pasien mampu mengekspresikan perasaan sedih dan kehilangan
- Pasien menunjukkan penerimaan terhadap kematian atau kehilangan
- Pasien mencari dukungan sosial yang sesuai
2. Adaptasi emosional
- Pasien menunjukkan penurunan gejala kecemasan dan depresi
- Pasien menunjukkan peningkatan harga diri
- Pasien menunjukkan peningkatan semangat hidup
3. Fungsi sosial
- Pasien berpartisipasi dalam kegiatan sosial
- Pasien menjalin hubungan interpersonal yang sesuai
- Pasien menjalankan peran dan tanggung jawab dengan baik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan diagnosa Berduka:
1. Terapi Pikiran
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan emosi
- Membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi pikiran atau keyakinan yang menghambat proses berduka
- Memberikan dukungan emosional dan validasi terhadap perasaan pasien
2. Terapi Kelompok
- Memfasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam kelompok dukungan berduka
- Membantu pasien menjalin interaksi dan dukungan sosial dengan orang lain yang mengalami kehilangan
3. Terapi Lingkungan
- Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien untuk melakukan proses berduka
- Membantu pasien mengidentifikasi dan mengakses sumber-sumber dukungan di lingkungan
4. Terapi Aktivitas
- Membantu pasien menyusun rencana aktivitas harian yang seimbang
- Mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat memfasilitasi proses berduka, seperti menulis jurnal atau membuat kerajinan tangan
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penerimaan kehilangan, adaptasi emosional, dan fungsi sosial yang optimal. -
Article No. 16369 | 28 Apr 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, seorang wanita berusia 36 tahun datang untuk evaluasi obesitas (Tipe 1), menstruasi tidak teratur, dan amenore, dan belum pernah menerima perawatan hormonal apa pun. Ia dirujuk dari pusat kesehatan lain, dan datang dengan keluhan amenore, nyeri perut hebat saat menstruasi, lemak intra-abdomen lebih tinggi, dan hiperandrogenisme. Ia tidak memiliki kebiasaan pribadi seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Ia tidak memiliki riwayat keluarga PCOS dan penyakit terkait hormonal apa pun, juga kedua orang tuanya memiliki berat badan normal. Pasien mengalami obesitas dengan tinggi badan 150 cm dan berat badan 80 kg, BMI 32,3 kg/m2, berat badan ideal 50 kg, tekanan darah 140/90, riwayat siklus menstruasi tidak teratur, dan pasien mengonsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak yang memperburuk penyakitnya. Sementara pasien tidak menyukai pisang dan minuman berkarbonasi dalam kehidupan sehari-harinya. Kulit pasien kering, berjerawat ringan, mulut kering, mata kekuningan, gigi kuning, bibir coklat tua karena dehidrasi karena asupan air yang kurang dan kuku rapuh terlihat selama penilaian klinis. Kadar hormon luteinisasi dan testosteron serum meningkat, sedangkan kadar hormon perangsang folikel dan estradiol normal. Pasien mengalami sedikit peningkatan glukosa darah puasa sementara ia juga mengalami hiperinsulinemia berat selama pemeriksaan, kadar hemoglobin sangat rendah, H. pylori tinggi serta profil lipid tampak abnormal selama pemeriksaan lab. USG seluruh abdomen menunjukkan; ukuran ovarium kiri- 9,50 x 2,38 x 3,56 cm, ukuran ovarium kanan- 5,75 x 1,99 x 3,21 cm dan perlemakan hati ringan terlihat di pinggiran ovarium wanita, yang menunjukkan ovarium polikistik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: B.3.1)**
**Penjelasan:**
Pasien mengalami **obesitas (BMI 32,3 kg/m²)** dengan pola makan tinggi kalori (junk food, makanan cepat saji) dan gaya hidup sedentari. Kondisi ini berkontribusi pada **hiperinsulinemia, dislipidemia, dan resistensi insulin**, yang memperburuk gejala PCOS.
**Luaran (SLKI):**
- **Keseimbangan Nutrisi Terkendali (SLKI Code: L.0309)**
- Kriteria:
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
- Penurunan berat badan progresif
- Kadar gula darah stabil
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Berat Badan (SIKI Code: I.09039)**
- Edukasi diet seimbang
- Pemantauan asupan kalori
- Aktivitas fisik terstruktur
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pola Menstruasi (SDKI Code: B.5.1.2)**
**Penjelasan:**
Pasien mengalami **amenore, menstruasi tidak teratur, dan nyeri haid hebat** akibat **hiperandrogenisme dan ketidakseimbangan hormon (LH tinggi, FSH normal)** yang merupakan ciri khas PCOS.
**Luaran (SLKI):**
- **Pola Menstruasi Terkendali (SLKI Code: L.0504)**
- Kriteria:
- Siklus menstruasi teratur
- Nyeri haid berkurang
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Gangguan Menstruasi (SIKI Code: I.05012)**
- Pemantauan siklus menstruasi
- Edukasi pengelolaan nyeri haid
- Kolaborasi terapi hormonal (jika diperlukan)
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: B.4.1)**
**Penjelasan:**
Pasien memiliki **gaya hidup sedentari**, **kelelahan akibat anemia (Hb rendah)**, dan **obesitas** yang memengaruhi kemampuan melakukan aktivitas fisik.
**Luaran (SLKI):**
- **Toleransi Aktivitas Meningkat (SLKI Code: L.0403)**
- Kriteria:
- Peningkatan daya tahan fisik
- Penurunan keluhan kelelahan
**Intervensi (SIKI):**
- **Latihan Fisik Bertahap (SIKI Code: I.04008)**
- Perencanaan aktivitas fisik bertahap
- Pemantauan respons fisiologis
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit (SDKI Code: B.1.3)**
**Penjelasan:**
Pasien memiliki **kulit kering, jerawat, dan hiperpigmentasi bibir** akibat **dehidrasi, hiperandrogenisme, dan gangguan metabolik**.
**Luaran (SLKI):**
- **Integritas Kulit Membaik (SLKI Code: L.0107)**
- Kriteria:
- Kulit terhidrasi
- Jerawat berkurang
**Intervensi (SIKI):**
- **Perawatan Kulit (SIKI Code: I.01025)**
- Edukasi perawatan kulit
- Hidrasi adekuat
---
### **5. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Gangguan Hati (SDKI Code: B.6.2.2)**
**Penjelasan:**
Pasien memiliki **perlemakan hati ringan** dan **dislipidemia**, yang berisiko berkembang menjadi gangguan hati lebih lanjut.
**Luaran (SLKI):**
- **Fungsi Hati Stabil (SLKI Code: L.0605)**
- Kriteria:
- Kadar enzim hati dalam batas normal
**Intervensi (SIKI):**
- **Pemantauan Fungsi Hati (SIKI Code: I.06014)**
- Edukasi diet rendah lemak
- Kolaborasi pemantauan laboratorium
---
### **Kesimpulan:**
Pasien memerlukan **manajemen holistik** meliputi **pengendalian berat badan, regulasi hormonal, perbaikan pola makan, dan aktivitas fisik**. Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk terapi hormonal dan manajemen PCOS.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumentasi klinis.)* -
Article No. 16370 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu umur 35 th, G2P1AO usia kehamilan 37 mgg datang ke RS dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, belum keluar cairan, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut: TD 135/85 mmiig, Nadi B3x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang bertenaga (kurang semangat), fase laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit "wa"aI'd 1 Jel, KontaksI setiap 7 serviks kaku, Pemeriksaan fisik : secara head to toe dilkukan, TB 157cm, BB 60kg, leopold I sebelah kanan teraba bagian kecil janin , leopold lll kepala belum turun dan masil bisa digoyangkan, leopold IV kepala belum masuk PAP. DJJ 152x/menit. His: kontraksi intermiten sampai regular yang kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan mulainya nyeri yang dialami klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O62.0
- Deskripsi: Fase laten memanjang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.1
- Deskripsi: Pemeriksaan dalam (vaginal examination)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O62.0 (Fase laten memanjang):
- Pasien memiliki usia kehamilan 37 minggu, G2P1AO, dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, dan dari pemeriksaan ditemukan pembukaan serviks 3 cm serta fase laten yang memanjang selama 14 jam.
- Fase laten memanjang didefinisikan sebagai fase laten persalinan yang berlangsung lebih dari 20 jam pada primigravida atau lebih dari 14 jam pada multigravida.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 73.1 (Pemeriksaan dalam):
- Pemeriksaan fisik yang dilakukan termasuk pemeriksaan dalam (vaginal examination) untuk mengetahui pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan kondisi serviks.
- Pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang umum dilakukan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan.
Kesimpulan:
Pasien ini memiliki diagnosis utama fase laten memanjang (kode ICD-10 O62.0) dan telah menjalani pemeriksaan dalam (kode ICD-9-CM 73.1) sebagai tindakan diagnostik dan pemantauan kemajuan persalinan. -
Article No. 16371 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu umur 35 th, G2P1AO usia kehamilan 37 mgg datang ke RS dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, belum keluar cairan, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut: TD 135/85 mmiig, Nadi B3x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang bertenaga (kurang semangat), fase laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit "wa"aI'd 1 Jel, KontaksI setiap 7 serviks kaku, Pemeriksaan fisik : secara head to toe dilkukan, TB 157cm, BB 60kg, leopold I sebelah kanan teraba bagian kecil janin , leopold lll kepala belum turun dan masil bisa digoyangkan, leopold IV kepala belum masuk PAP. DJJ 152x/menit. His: kontraksi intermiten sampai regular yang kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan mulainya nyeri yang dialami klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, dapat ditetapkan beberapa Diagnosa Keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Proses Persalinan (SDKI 10019)
- Definisi: Gangguan dalam kemajuan proses persalinan normal.
- SLKI: Kemajuan Persalinan (SLKI 02004)
- SIKI: Manajemen Persalinan (SIKI 1903)
- Kode: 10019
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (SDKI 10020)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah sedemikian rupa.
- SLKI: Kontrol Nyeri (SLKI 02015)
- SIKI: Manajemen Nyeri (SIKI 1605)
- Kode: 10020
3. Diagnosa Keperawatan: Keletihan (SDKI 10012)
- Definisi: Perasaan kelelahan dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Keletihan (SLKI 02052)
- SIKI: Manajemen Keletihan (SIKI 1808)
- Kode: 10012
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Proses Persalinan (SDKI 10019):
- Klien mengalami fase laten memanjang selama 14 jam, kontraksi kurang dari 10 menit, pembukaan serviks hanya 3 cm, dan kepala janin belum turun.
- Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen persalinan, memantau kemajuan persalinan, dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat proses persalinan.
2. Nyeri Akut (SDKI 10020):
- Klien mengalami nyeri pada skala 9, dengan durasi dan frekuensi setiap 7 menit saat kontraksi.
- Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen nyeri, penggunaan teknik farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta memantau respons klien terhadap intervensi.
3. Keletihan (SDKI 10012):
- Klien tampak kurang bertenaga dan kurang semangat, menunjukkan tanda-tanda kelelahan selama proses persalinan yang memanjang.
- Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen keletihan, membantu klien beristirahat dan memulihkan energi, serta memberikan dukungan emosional.
Kode-kode di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 16372 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu umur 35 th, G2P1AO usia kehamilan 37 mgg datang ke RS dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, belum keluar cairan, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut: TD 135/85 mmiig, Nadi B3x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang bertenaga (kurang semangat), fase laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit "wa"aI'd 1 Jel, KontaksI setiap 7 serviks kaku, Pemeriksaan fisik : secara head to toe dilkukan, TB 157cm, BB 60kg, leopold I sebelah kanan teraba bagian kecil janin , leopold lll kepala belum turun dan masil bisa digoyangkan, leopold IV kepala belum masuk PAP. DJJ 152x/menit. His: kontraksi intermiten sampai regular yang kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan mulainya nyeri yang dialami klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Pasien:**
Ibu hamil usia 35 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 37 minggu, datang dengan keluhan kontraksi tidak teratur (setiap 7 menit), pembukaan 3 cm, fase laten memanjang (14 jam), keletihan, dan nyeri skala 9. Hasil pemeriksaan menunjukkan serviks kaku, kepala janin belum masuk PAP, serta kontraksi uterus yang belum adekuat.
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode: 00123**
**Nyeri Akut** berhubungan dengan proses persalinan fase laten yang memanjang dan kontraksi uterus.
**Penjelasan SDKI:**
Nyeri akut pada persalinan disebabkan oleh stimulasi mekanoreseptor dan kemoreseptor akibat kontraksi uterus, serviks yang kaku, serta tekanan pada struktur pelvis. Skala nyeri 9 menunjukkan distress signifikan yang memerlukan intervensi.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kode: 1401**
**Tingkat Nyeri Terkontrol**
- Kriteria:
- Skala nyeri menurun (target ≤4).
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis (napas dalam, relaksasi).
- Ekspresi wajah lebih rileks.
**Kode: 1403**
**Koping terhadap Nyeri Meningkat**
- Kriteria:
- Klien melaporkan penurunan distress.
- Partisipasi dalam manajemen nyeri (misal: perubahan posisi).
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Kode: 2310**
**Manajemen Nyeri**
- Tindakan:
- Ajarkan teknik pernapasan (latihan napas dalam).
- Berikan posisi nyaman (misal: lateral atau semi-Fowler).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
**Kode: 2810**
**Dukungan Emosional**
- Tindakan:
- Berikan edukasi tentang progres persalinan.
- Validasi perasaan klien terkait keletihan dan kecemasan.
**Kode: 6500**
**Pemantauan Persalinan**
- Tindakan:
- Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi.
- Observasi tanda-tanda fetal distress (DJJ, perubahan pembukaan).
---
**Catatan Akademis:**
- **Fase laten memanjang** (>12 jam pada multipara) dan **serviks kaku** memerlukan evaluasi ketat untuk disproporsi fetopelvik atau inersia uteri.
- **Intervensi non-farmakologis** seperti hidrasi, mobilisasi, dan dukungan psikologis dapat memperbaiki progres persalinan.
- Kolaborasi dengan bidan/dokter diperlukan jika terjadi gangguan his atau tanda gawat janin.
**Persona Perawat Pakar:**
- Gunakan pendekatan holistik (fisik-emosional) untuk mengurangi kecemasan dan nyeri.
- Dokumentasi berkala perkembangan persalinan dan respons intervensi.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template instansi terkait.)* -
Article No. 16373 | 28 Apr 2025
Klinis : Gangguan Integritas jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Jaringan**
**Kode SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):** 00044
**Definisi (SDKI):**
Kerusakan jaringan epidermis dan/atau dermis yang mengganggu kontinuitas struktur kulit, dengan atau tanpa disertai tanda inflamasi, infeksi, atau nekrosis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (misalnya: imobilitas, malnutrisi) atau ekstrinsik (misalnya: tekanan, trauma, paparan bahan kimia).
---
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
1. **Kode SLKI 2801: Penyembuhan Luka**
- *Kriteria Luaran:*
- Penurunan ukuran luka.
- Granulasi jaringan muncul.
- Tidak ada tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, functio laesa).
2. **Kode SLKI 1103: Status Jaringan Integumen**
- *Kriteria Luaran:*
- Kulit utuh tanpa eritema atau lesi.
- Tidak ada drainage purulen.
---
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
1. **Kode SIKI 3520: Perawatan Luka**
- *Tindakan:*
- Membersihkan luka dengan teknik aseptik.
- Memilih balutan sesuai kondisi luka (hidrogel, alginat, dll.).
- Memantau tanda infeksi dan progres penyembuhan.
2. **Kode SIKI 6540: Manajemen Tekanan**
- *Tindakan:*
- Reposisi setiap 2 jam pada pasien imobil.
- Penggunaan bantal atau matras dekubitus.
3. **Kode SIKI 1400: Edukasi Perawatan Kulit**
- *Tindakan:*
- Memberikan informasi tentang higiene kulit dan pencegahan trauma.
---
**Penjelasan Singkat:**
- **SDKI 00044** mendefinisikan gangguan integritas jaringan sebagai kerusakan kulit yang memerlukan intervensi spesifik.
- **SLKI** terkait (2801 dan 1103) mengevaluasi keberhasilan intervensi melalui indikator penyembuhan luka dan kondisi kulit.
- **SIKI** (3520, 6540, 1400) memberikan kerangka tindakan berbasis evidence-based practice untuk mencapai luaran yang diharapkan.
**Referensi:**
*PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).*
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan menyertakan kode, definisi, dan intervensi spesifik sesuai pedoman PPNI. -
Article No. 16374 | 28 Apr 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang Anda minta:
**Diagnosa Keperawatan untuk Gangguan Perfusi Jaringan**
**1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: 0002)**
**Gangguan Perfusi Jaringan** (*Ineffective Tissue Perfusion*)
**Definisi:** Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan kapiler yang mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan metabolik seluler.
**Penjelasan Singkat:**
Gangguan perfusi jaringan dapat terjadi pada sistem tubuh tertentu (serebral, kardiak, perifer, ginjal, atau gastrointestinal) akibat gangguan aliran darah, hipoksia, atau faktor hemodinamik. Kondisi ini sering terkait dengan syok, trombosis, emboli, atau penyakit vaskular.
---
**2. Luaran Keperawatan (SLKI – Kode: 1401)**
**Perfusi Jaringan Memadai** (*Adequate Tissue Perfusion*)
**Indikator Luaran:**
- Denyut nadi perifer teraba (+2) (SLKI 140101)
- Warna kulit area terdampak normal (SLKI 140102)
- Suhu kulit hangat (SLKI 140103)
- Tidak ada nyeri iskemik (SLKI 140104)
- Nilai tekanan darah dalam rentang normal (SLKI 140105)
**Penjelasan:**
Luaran ini mengevaluasi pemulihan perfusi melalui parameter klinis seperti pengisian kapiler, suhu, dan integritas jaringan.
---
**3. Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: 2610)**
**Pemantauan Perfusi Jaringan** (*Tissue Perfusion Monitoring*)
**Tindakan Utama:**
- Kaji kualitas denyut nadi perifer (SIKI 261001)
- Observasi warna, suhu, dan kelembapan kulit (SIKI 261002)
- Pantau tanda vital (tekanan darah, saturasi O₂) (SIKI 261003)
- Berikan terapi oksigen jika diperlukan (SIKI 261004)
- Kolaborasi pemberian vasodilator/antikoagulan (SIKI 261005)
**Penjelasan:**
Intervensi ini bertujuan mempertahankan atau memulihkan aliran darah melalui pemantauan ketat dan tindakan spesifik sesuai etiologi.
---
**Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada standar PPNI (2017–2019).
- Kode diagnosis dan intervensi bersifat universal dalam dokumentasi keperawatan di Indonesia.
- Gangguan perfusi jaringan memerlukan pendekatan holistik, termasuk manajemen nyeri dan edukasi pasien.
**Referensi:**
PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi.
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan penjelasan berbasis evidence-based practice. -
Article No. 16375 | 28 Apr 2025
Klinis : Hnp. Lumbal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbar.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi HNP Lumbar adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut. Pada kasus HNP Lumbar, adanya penekanan pada saraf akibat herniasi diskus intervertebralis dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan HNP Lumbar dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol (0002): Pasien mampu mengontrol nyeri hingga berada pada tingkat yang dapat ditoleransi.
2. Mobilitas Fisik Membaik (0208): Pasien mampu meningkatkan kemampuan bergerak secara mandiri untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Pemulihan Fungsi Fisik (0303): Pasien mampu memulihkan fungsi fisik yang terganggu akibat HNP Lumbar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Identifikasi faktor penyebab dan faktor yang memperberat nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti terapi panas/dingin, relaksasi, dan distraksi.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik (0208):
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai.
- Ajarkan dan bantu pasien dalam melakukan latihan fisik, seperti strengthening, stretching, dan range of motion.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu mobilisasi yang sesuai, seperti walker atau kruk.
3. Manajemen Aktivitas (0200):
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien dan modifikasi aktivitas sesuai dengan kondisi.
- Ajarkan teknik pengaturan aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk pemulihan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan HNP Lumbar dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang optimal, peningkatan mobilitas fisik, dan pemulihan fungsi fisik secara progresif. -
Article No. 16376 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien berkata bahwa dirinya merasa demam dan pusing sejak 2 hari yang lalu. Terkadang, malamnya susah tidur dan batuk dengan frekuensi sering disertai dahak berwarna hijau kekuningan. Untuk kehidupan nya normal dan bisa menjalankan kegiatan nya secara mandiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik utama: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, mengi, dispnea.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekresi.
- Pasien dapat menunjukkan batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan pola yang normal.
- Pasien dapat melaporkan tidak ada kesulitan bernapas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
a. Monitor status pernapasan, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama.
b. Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan (mengi, ronki).
c. Bantu pasien untuk melakukan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
d. Berikan bronkodilator atau mukolitik sesuai dengan resep dokter.
e. Lakukan fisioterapi dada, jika diperlukan, untuk membantu pengeluaran sekret.
f. Pertahankan posisi semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ventilasi.
g. Berikan cairan IV, jika diperlukan, untuk menjaga hidrasi.
h. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan jalan napas terbuka.
i. Kolaborasi dengan dokter untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala yang terkait dengan masalah ini, seperti batuk dengan frekuensi sering disertai dahak berwarna hijau kekuningan, serta kesulitan tidur yang mungkin disebabkan oleh gangguan pernapasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekresi, menunjukkan batuk efektif untuk mengeluarkan sputum, bernapas dengan irama dan pola yang normal, serta melaporkan tidak ada kesulitan bernapas. Tujuan ini akan membantu pasien untuk dapat kembali ke kondisi normal dan menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup berbagai tindakan, seperti pemantauan status pernapasan, auskultasi suara napas, bantuan teknik batuk efektif, pemberian bronkodilator atau mukolitik, fisioterapi dada, pengaturan posisi pasien, pemberian cairan IV, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter. Keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mempertahankan jalan napas yang efektif dan mengatasi masalah pernapasan yang dialami.