Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16451 | 29 Apr 2025
Klinis : Kurang menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan Kurang menunjukan pemahaman tentang perilaku sehat Tidak mampj menjalankan perilaku sehat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Adaptasi Kesehatan Tidak Efektif (00069)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memodifikasi diri secara positif dalam merespons terhadap perubahan lingkungan.
2. Kurang Pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik yang spesifik.
3. Ketidakmampuan Mengelola Kesehatan (00099)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan berkomunikasi secara efektif tentang masalah kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Adaptasi Kesehatan Tidak Efektif (00069)
Kode: 10020
Definisi: Ketidakmampuan untuk memodifikasi diri secara positif dalam merespons terhadap perubahan lingkungan.
2. Kurang Pengetahuan (00126)
Kode: 10008
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik yang spesifik.
3. Ketidakmampuan Mengelola Kesehatan (00099)
Kode: 10007
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan berkomunikasi secara efektif tentang masalah kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Adaptasi Efektif (1311)
Definisi: Kemampuan individu untuk memodifikasi diri secara positif dalam merespons terhadap perubahan lingkungan.
2. Pengetahuan Tentang Kesehatan (1803)
Definisi: Informasi kognitif yang dimiliki individu tentang topik yang spesifik terkait kesehatan.
3. Manajemen Kesehatan (1813)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan berkomunikasi secara efektif tentang masalah kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Dukungan Adaptasi (5240)
Definisi: Membantu individu mengembangkan kemampuan untuk memodifikasi diri secara positif dalam merespons terhadap perubahan lingkungan.
2. Peningkatan Pengetahuan (5520)
Definisi: Meningkatkan pemahaman individu tentang informasi yang terkait dengan topik yang spesifik.
3. Manajemen Kesehatan (5614)
Definisi: Membantu individu dalam mengidentifikasi, mengelola, dan berkomunikasi secara efektif tentang masalah kesehatan.
Dalam konteks kondisi yang Anda berikan, perawat dapat menggunakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mengembangkan kemampuan adaptasi, meningkatkan pengetahuan tentang perilaku sehat, dan meningkatkan kemampuan mengelola kesehatan secara efektif. -
Article No. 16452 | 29 Apr 2025
Klinis : buatkan bagan pathway panah ke bawah pasien isk dengan pemicu DM keluhan perut kembung mengakami masalah keperawatan apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, yaitu pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang dipicu oleh Diabetes Mellitus (DM) serta keluhan perut kembung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Inkontinensia urin (+)
Definisi: Ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin.
Faktor yang berhubungan: Infeksi saluran kemih, peningkatan volume urin, kelemahan otot dasar panggul.
2. Risiko infeksi (+)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
Faktor risiko: Kondisi kronis (DM), prosedur invasif (kateterisasi), malnutrisi.
3. Gangguan eliminasi gastrointestinal (+)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan/atau pengeluaran feses.
Faktor yang berhubungan: Gangguan motilitas, malabsorpsi, efek obat.
Bagan Pathway:
[Bagan Pathway]
Pasien ISK dengan Pemicu DM
Keluhan Perut Kembung
↓
Inkontinensia Urin
Risiko Infeksi
Gangguan Eliminasi Gastrointestinal
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin:
- Pasien mampu mengontrol buang air kecil
- Pasien tidak mengalami kebocoran urin
- Tidak terjadi iritasi kulit akibat inkontinensia
2. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi saluran kemih
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
- Tanda-tanda infeksi menurun
3. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal:
- Pola defekasi kembali normal
- Tidak ada keluhan perut kembung
- Tidak terjadi komplikasi akibat gangguan eliminasi
Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin:
- Latihan kontrol kandung kemih
- Pengaturan jadwal berkemih
- Perawatan kulit daerah genital
2. Risiko Infeksi:
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Perawatan kateter urin
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi
3. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal:
- Pengaturan pola makan dan diet
- Pemberian laksatif/antikolinergik sesuai indikasi
- Masase abdomen
Penjelasan rinci:
1. Inkontinensia Urin:
- Latihan kontrol kandung kemih bertujuan untuk memperkuat otot dasar panggul dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan pengeluaran urin.
- Pengaturan jadwal berkemih dilakukan untuk mencegah kebocoran urin dan mencapai kontrol berkemih yang optimal.
- Perawatan kulit daerah genital penting untuk mencegah iritasi dan infeksi akibat kebocoran urin.
2. Risiko Infeksi:
- Pemantauan tanda-tanda infeksi meliputi pemeriksaan suhu tubuh, gejala infeksi saluran kemih, dan fungsi ginjal.
- Perawatan kateter urin secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi.
- Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas untuk mengatasi infeksi.
3. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal:
- Pengaturan pola makan dan diet bertujuan untuk mencegah terjadinya kembung dan memfasilitasi pola defekasi yang normal.
- Pemberian laksatif/antikolinergik sesuai indikasi untuk membantu mengatasi masalah konstipasi atau diare.
- Masase abdomen dapat membantu meningkatkan motilitas gastrointestinal dan mengurangi keluhan perut kembung.
Dalam praktik keperawatan, pengkajian yang komprehensif dan pemantauan yang ketat sangat diperlukan untuk memastikan intervensi yang tepat dan efektif dalam mengatasi masalah keperawatan pada pasien. -
Article No. 16453 | 29 Apr 2025
Klinis : pasien DM type 2 mengalami isk dengan keluhan mual muntah dan perut kembung, bagaimana etiologi masalah berdasarkan diagnosa keperawatannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien DM tipe 2 dengan ISK, mual, muntah, dan perut kembung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK) berhubungan dengan diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.
Etiologi: Pasien DM tipe 2 memiliki risiko tinggi mengalami ISK karena kondisi hiperglikemia yang meningkatkan pertumbuhan bakteri patogen di saluran kemih.
b. Mual dan Muntah berhubungan dengan infeksi saluran kemih (ISK) dan gastroparesis diabetikum.
Etiologi: Infeksi bakteri pada saluran kemih dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada saluran cerna, sehingga memicu refleks muntah. Selain itu, komplikasi DM tipe 2 berupa gastroparesis diabetikum juga dapat menyebabkan rasa mual dan muntah.
c. Kembung berhubungan dengan infeksi saluran kemih (ISK) dan gastroparesis diabetikum.
Etiologi: Infeksi saluran kemih dan gastroparesis dapat mengganggu fungsi saluran cerna, sehingga menyebabkan akumulasi gas dan rasa kembung pada perut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK):
- Tidak terjadi komplikasi infeksi saluran kemih.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan gejala infeksi saluran kemih.
- Kadar glukosa darah terkontrol dalam batas normal.
b. Mual dan Muntah:
- Pasien mampu mengenali pemicu mual dan muntah.
- Pasien dapat mengelola gejala mual dan muntah dengan efektif.
- Pasien tidak mengalami dehidrasi atau gangguan cairan dan elektrolit.
c. Kembung:
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kembung.
- Pasien dapat mengurangi gejala kembung dengan manajemen diet dan aktivitas.
- Pasien menunjukkan perbaikan pada fungsi saluran cerna.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK):
- Monitor tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri saat berkemih, perubahan warna dan bau urine).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur urine.
- Edukasi kepada pasien tentang pentingnya kontrol gula darah dan manajemen DM tipe 2.
- Anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup dan mengonsumsi makanan yang kaya serat.
b. Mual dan Muntah:
- Identifikasi faktor-faktor yang memicu mual dan muntah (misalnya, pemberian obat, infeksi).
- Berikan antiemetik sesuai instruksi tenaga kesehatan.
- Atur pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait manajemen gastroparesis diabetikum.
c. Kembung:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kembung (misalnya, diet, aktivitas).
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan menghindari makanan yang dapat memperparah kembung.
- Berikan terapi simptomatik sesuai instruksi tenaga kesehatan (misalnya, antiflatulen).
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait manajemen gastroparesis diabetikum.
Dalam penerapan asuhan keperawatan ini, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara komprehensif, berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perawatan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 16454 | 29 Apr 2025
Klinis : pasien DM type 2 mengalami isk dengan keluhan mual muntah dan perut kembung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien DM tipe 2 dengan keluhan ISK, mual, muntah, dan perut kembung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Nyeri akut (SDKI: 13.56) berhubungan dengan infeksi saluran kemih (ISK)
Pasien mengalami nyeri akut yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih (ISK). Nyeri ini dapat dirasakan pada area perut dan pinggang.
b. Intoleransi aktivitas (SDKI: 13.40) berhubungan dengan kelemahan yang disebabkan oleh mual dan muntah
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang disebabkan oleh kelemahan akibat mual dan muntah yang dialaminya.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI: 13.75) berhubungan dengan penurunan intake oral karena mual dan muntah
Pasien mengalami perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh akibat penurunan intake oral yang disebabkan oleh mual dan muntah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri terkontrol (SLKI: 10151)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat merasakan nyeri yang terkontrol atau terkendali.
b. Toleransi aktivitas membaik (SLKI: 10183)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya seiring dengan perbaikan kondisi.
c. Intake nutrisi adekuat (SLKI: 10188)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen nyeri (SIKI: 80110)
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dirasakan pasien
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi untuk mengatasi nyeri
b. Peningkatan toleransi aktivitas (SIKI: 80228)
- Evaluasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
- Berikan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
c. Manajemen nutrisi (SIKI: 80150)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intake nutrisi pasien
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengoptimalkan asupan nutrisi
- Pantau status nutrisi pasien secara berkala
Penjelasan di atas menggambarkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien DM tipe 2 dengan ISK, mual, muntah, dan perut kembung. Intervensi yang diberikan berfokus pada pengelolaan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan manajemen nutrisi untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16455 | 29 Apr 2025
Klinis : Ny. Y memperhatikan bahwa suaminya Tn X usia 61 tahun selalu merasa haus dan sering ke kamar mandi untuk BAK pada malam hari. Tidak ada yang bisa mengingat sudah berapa lama sejak perubahan pada Tn X ini dimulai. Ny Y menyatakan bahwa kejadian itu sudah lama berlangsung dan tampak semakin buruk sehingga mereka memilih untuk membawa suaminya ke IGD hari ini. Ditambah lagi dengan adanya luka dengan bau khas di plantar kaki Tn X, setelah dilakukan pengukuran luka tersebut panjngnya 5 cm, lebar 3 cm dengan dalam 2 cm. luka terasa perih saat dikaji dengan skala nyeri 5, seperti tertusuk jarung, nyeri terasa saat luka tersentuk. Luka berwarna merah, kuning dan sedikit tampak kecoklatan, dari hasil analisis perawat luka masuk dalam grade 2 luka diabetes. Tn X mengeluh mual dan muntah selama dua hari. Glukosa darahnya 380 mg/dL. Jadi Tn. X baru saja didiagnosa menderita diabetes. hemoglobin A1C-nya adalah 8,3%. Dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 80 kg maka Tn X masuk dalam kategori obesitas tingkat 2. Tn X mengaku bahwa dia tidak melakukan olahraga secara teratur. Dia belum mengikuti diet khusus selama di rumah selama ini. Dia taruh di meja makan Dia menyatakan bahwa, "Saya makan apa pun a pun yang istri saya makan, Tn X dihadapkan pada pilihan oleh dokter untuk me oral atau insulin untuk menurunkan mengkonsumsi obat menurunkan gula darahnya. Selain itu perawat menyarankan agar In X melakukan perubahan gaya hidup ke arah gaya hidup sehat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah pembahasan terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pengendalian Diabetes: Pola perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan yang tidak memadai untuk mengelola diabetes secara efektif, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah, adanya komplikasi penyakit diabetes (luka diabetes), dan ketidakpatuhan terhadap rejimen terapeutik.
2. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan, yang ditandai dengan pernyataan pasien bahwa ia belum mengikuti diet khusus dan belum melakukan olahraga secara teratur.
3. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang ditandai dengan adanya luka pada kaki dengan skala nyeri 5.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kendali Diabetes Efektif: Kemampuan pasien untuk mengendalikan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi, dan mempertahankan fungsi tubuh yang optimal.
2. Perawatan Diri Mandiri: Kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, termasuk aktivitas makan, berolahraga, dan perawatan luka.
3. Kontrol Nyeri: Kemampuan pasien untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kendali Diabetes Efektif:
a. Ajarkan pasien tentang diabetes, pengelolaan gula darah, dan pencegahan komplikasi.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat antidiabetes yang tepat (oral atau insulin).
c. Motivasi pasien untuk patuh terhadap rejimen terapeutik (diet, olahraga, pemantauan gula darah).
d. Evaluasi secara berkala kadar glukosa darah, HbA1C, dan tanda-tanda komplikasi.
2. Perawatan Diri Mandiri:
a. Ajarkan pasien tentang perencanaan dan persiapan makanan yang sesuai dengan diet diabetes.
b. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik/olahraga secara teratur.
c. Ajarkan pasien tentang perawatan luka diabetes dan pentingnya menjaga kebersihan kaki.
d. Libatkan keluarga dalam edukasi dan dukungan terhadap perubahan gaya hidup pasien.
3. Kontrol Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, durasi).
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik yang tepat.
c. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan manajemen luka.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Secara keseluruhan, pendekatan holistik yang melibatkan edukasi, pemberian terapi, dan dorongan untuk perubahan gaya hidup sehat diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh Tn. X. Kolaborasi yang erat antara perawat, tim medis, dan keluarga akan sangat membantu dalam mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16456 | 29 Apr 2025
Klinis : Ny. Y memperhatikan bahwa suaminya Tn X usia 61 tahun selalu merasa haus dan sering ke kamar mandi untuk BAK pada malam hari. Tidak ada yang bisa mengingat sudah berapa lama sejak perubahan pada Tn X ini dimulai. Ny Y menyatakan bahwa kejadian itu sudah lama berlangsung dan tampak semakin buruk sehingga mereka memilih untuk membawa suaminya ke IGD hari ini. Ditambah lagi dengan adanya luka dengan bau khas di plantar kaki Tn X, setelah dilakukan pengukuran luka tersebut panjngnya 5 cm, lebar 3 cm dengan dalam 2 cm. luka terasa perih saat dikaji dengan skala nyeri 5, seperti tertusuk jarung, nyeri terasa saat luka tersentuk. Luka berwarna merah, kuning dan sedikit tampak kecoklatan, dari hasil analisis perawat luka masuk dalam grade 2 luka diabetes. Tn X mengeluh mual dan muntah selama dua hari. Glukosa darahnya 380 mg/dL. Jadi Tn. X baru saja didiagnosa menderita diabetes. hemoglobin A1C-nya adalah 8,3%. Dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 80 kg maka Tn X masuk dalam kategori obesitas tingkat 2. Tn X mengaku bahwa dia tidak melakukan olahraga secara teratur. Dia belum mengikuti diet khusus selama di rumah selama ini. Dia taruh di meja makan Dia menyatakan bahwa, "Saya makan apa pun a pun yang istri saya makan, Tn X dihadapkan pada pilihan oleh dokter untuk me oral atau insulin untuk menurunkan mengkonsumsi obat menurunkan gula darahnya. Selain itu perawat menyarankan agar In X melakukan perubahan gaya hidup ke arah gaya hidup sehat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kondisi Tn. X berdasarkan data klinis yang diberikan:
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Glukosa Darah (SDKI Code: D.0016)**
**Definisi:** Kondisi di mana kadar glukosa darah tidak berada dalam rentang normal karena ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif.
**Data Pendukung:**
- Glukosa darah: 380 mg/dL (hiperglikemia)
- HbA1c: 8,3% (kontrol glikemik buruk)
- Gejala: poliuria, polidipsia, mual, muntah
- Riwayat obesitas (IMT: 32,0 – Obesitas Tingkat 2)
- Kurang aktivitas fisik dan pola makan tidak terkontrol
---
### **2. Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
**Kontrol Glukosa Darah Meningkat (SLKI Code: L.14015)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kadar glukosa darah dalam rentang target (70-180 mg/dL)
- Gejala hiperglikemia (polidipsia, poliuria) berkurang
- Pemahaman tentang manajemen diabetes meningkat
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**a. Edukasi Manajemen Diabetes (SIKI Code: I.15220)**
- Memberikan penjelasan tentang pentingnya diet seimbang, aktivitas fisik, dan pemantauan glukosa darah.
- Menjelaskan tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia.
- Mendiskusikan pilihan terapi (obat oral/insulin) dan kepatuhan pengobatan.
**b. Manajemen Luka Diabetes (SIKI Code: I.09039)**
- Melakukan perawatan luka sesuai protokol (pembersihan, debridemen jika diperlukan, dressing sesuai kondisi luka).
- Memantau tanda infeksi (bau, warna, nyeri).
- Memberikan edukasi tentang perawatan kaki untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
**c. Dukungan Perubahan Gaya Hidup (SIKI Code: I.15221)**
- Menyusun rencana diet rendah gula dan tinggi serat.
- Mendorong aktivitas fisik bertahap sesuai kemampuan.
- Memantau berat badan dan memberikan konseling nutrisi.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**a. Risiko Infeksi (SDKI Code: D.0021)** terkait luka diabetes grade 2.
**b. Nyeri Akut (SDKI Code: D.0019)** terkait luka dengan skala nyeri 5.
**c. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI Code: D.0013)** terkait ketidakpatuhan terhadap rekomendasi gaya hidup sehat.
---
### **Kesimpulan:**
Tn. X memerlukan pendekatan holistik meliputi manajemen glikemik, perawatan luka, edukasi kesehatan, dan modifikasi gaya hidup. Intervensi keperawatan harus difokuskan pada peningkatan kepatuhan, pencegahan komplikasi, dan pemantauan berkala.
*(Sumber: PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini.)*
---
**Catatan:** Perlu kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan fisioterapis untuk penanganan optimal. -
Article No. 16457 | 29 Apr 2025
Klinis : 1. Ansietas pada anggota keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi: Ansietas pada anggota keluarga
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Ansietas Situasional". Ansietas Situasional didefinisikan sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan terhadap krisis atau perubahan yang dirasakan pada diri sendiri atau anggota keluarga, yang ditandai dengan perasaan tidak nyaman atau khawatir, ketegangan, dan gejala fisiologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Tingkat Ansietas Terkendali
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi penyebab ansietas.
- Klien/keluarga dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas.
- Tanda-tanda vital klien/keluarga dalam batas normal.
2. Keterlibatan Keluarga Meningkat
- Keluarga dapat mengidentifikasi peran dan tanggung jawabnya dalam membantu klien.
- Keluarga dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional.
- Keluarga dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi ansietas.
- Latih teknik relaksasi (misalnya, teknik napas dalam, distraksi, visualisasi).
- Berikan informasi tentang penyakit, perawatan, dan prognosis untuk mengurangi ketidakpastian.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
2. Dukungan Emosional
- Identifikasi sumber dan jenis dukungan yang dibutuhkan oleh klien/keluarga.
- Fasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan praktis.
- Berikan penguatan positif atas upaya yang dilakukan klien/keluarga.
- Kolaborasi dengan profesi lain (misalnya, psikolog, konselor) jika diperlukan.
3. Manajemen Komunikasi
- Kembangkan komunikasi terapeutik dengan klien/keluarga.
- Berikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya.
- Pastikan adanya umpan balik dua arah dalam komunikasi.
- Gunakan teknik komunikasi yang sesuai dengan kondisi klien/keluarga.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dipilih, yaitu Ansietas Situasional, sesuai dengan kondisi anggota keluarga yang mengalami kecemasan atau kekhawatiran terkait dengan situasi atau perubahan yang dihadapi. Luaran/Output yang diharapkan fokus pada pengendalian ansietas dan peningkatan keterlibatan keluarga, yang merupakan tujuan penting dalam asuhan keperawatan. Intervensi Keperawatan yang dipilih mencakup manajemen ansietas, dukungan emosional, dan manajemen komunikasi, yang bertujuan untuk membantu klien/keluarga mengatasi ansietas, meningkatkan dukungan, dan memfasilitasi komunikasi yang efektif. -
Article No. 16384 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Kebiasaan merokok, batuk bersputum, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
Penyebab: Batuk bersputum, nyeri dada, punggung, dan lengan kiri, serta penurunan berat badan.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Penyebab: Kesulitan menghentikan kebiasaan merokok dan ketakutan akan dampak negatif kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Batuk dan ekspektorasi lender berkurang
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada sesak napas
- Suara napas normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada nyeri dada, punggung, atau lengan kiri saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan berat badan
3. Kecemasan Terkendali
- Mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Mengungkapkan perasaan cemas secara terbuka
- Menunjukkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
- Tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitoring status pernapasan (frekuensi, irama, dan kedalaman napas)
- Manajemen jalan napas (suction, oksigenasi, dan terapi inhalasi)
- Latihan batuk efektif dan terapi pernapasan
- Edukasi tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Asesmen toleransi aktivitas dan gejala yang timbul
- Manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan berlebih
- Terapi latihan dan program rehabilitasi
- Edukasi tentang pacing aktivitas dan pengelolaan gejala
3. Kecemasan Terkendali:
- Asesmen tingkat kecemasan dan faktor penyebabnya
- Terapi relaksasi dan teknik manajemen stres
- Konseling untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola kecemasan
- Edukasi tentang koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat, saya menganalisis kondisi Tn. D berdasarkan informasi yang diberikan. Kebiasaan merokok, batuk bersputum, nyeri dada, punggung, dan lengan kiri, serta penurunan berat badan mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani secara komprehensif. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Kecemasan.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Toleransi Aktivitas Meningkat, dan Kecemasan Terkendali. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang mencakup manajemen jalan napas, terapi latihan, pengelolaan aktivitas, serta intervensi psikologis seperti terapi relaksasi dan konseling.
Penanganan yang tepat dan kolaboratif antara perawat, pasien, dan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu Tn. D mencapai hasil yang optimal, meningkatkan kualitas hidupnya, dan mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 16385 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi Tn. D, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Gangguan Pertukaran Gas (00030)**
**Definisi:**
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat kerusakan membran alveolus-kapiler, yang dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok jangka panjang dan gangguan pernapasan akut.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kerusakan membran alveolus-kapiler akibat merokok kronis
- Peningkatan produksi sputum dan inflamasi saluran napas
- Hipoksemia (SpO₂ 90%)
**Tanda dan Gejala Mayor:**
- Dispnea (frekuensi napas 24 kali/menit, cepat dan dangkal)
- Hipoksemia (SpO₂ 90%)
- Batuk produktif dengan sputum
- Nyeri dada
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Kode SLKI 0201: Perbaikan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Saturasi oksigen (SpO₂) dalam rentang normal (≥95%)
- Frekuensi pernapasan 12–20 kali/menit
- Tidak ada keluhan sesak napas atau nyeri dada
- Batuk berkurang atau terkontrol
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Kode SIKI 3400: Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan Keperawatan:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Auskultasi suara napas untuk mengidentifikasi adanya wheezing atau ronki
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan dalam
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
**Kode SIKI 3410: Manajemen Pernapasan**
**Tindakan Keperawatan:**
- Posisikan pasien semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi
- Pantau saturasi oksigen secara berkala
- Anjurkan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**1. Risiko Ketidakefektifan Koping (00069)**
**Faktor yang Berhubungan:**
- Ketergantungan pada rokok sebagai mekanisme koping
- Persepsi bahwa merokok adalah identitas maskulin
**Intervensi:**
- **SIKI 5230: Dukungan Perubahan Perilaku**
- Diskusikan dampak merokok terhadap kesehatan
- Rujuk ke program berhenti merokok
**2. Intoleransi Aktivitas (00092)**
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penurunan kapasitas oksigenasi (hipoksemia)
- Kelemahan fisik akibat penurunan berat badan
**Intervensi:**
- **SIKI 0802: Manajemen Energi**
- Atur jadual aktivitas dengan periode istirahat
- Latihan bertahap sesuai toleransi
---
### **Kesimpulan:**
Kondisi Tn. D memerlukan pendekatan holistik dengan fokus utama pada **Gangguan Pertukaran Gas** akibat merokok kronis dan gejala hipoksemia. Intervensi keperawatan harus mencakup manajemen jalan napas, edukasi berhenti merokok, dan peningkatan toleransi aktivitas. Pemantauan saturasi oksigen dan pola pernapasan harus dilakukan secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
*Catatan: Rekomendasi intervensi dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi klinis pasien dan hasil pemeriksaan penunjang (misalnya: radiologi toraks atau spirometri).* -
Article No. 16386 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi.
Penyebab: Mukus berlebihan dan merokok.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional dan kelemahan.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Penurunan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Bebas dari sputum, irama napas normal, dan tidak ada retraksi.
- Target: Klien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Toleransi Aktivitas Membaik
- Indikator: Durasi aktivitas meningkat, tidak ada tanda-tanda intoleransi, dan tidak ada keluhan kelelahan.
- Target: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami intoleransi.
3. Status Nutrisi Membaik
- Indikator: Berat badan stabil atau meningkat, kadar hemoglobin dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Target: Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Manajemen Jalan Napas: Mengatur posisi tidur dan mengurangi kelelahan, menggunakan terapi oksigen jika perlu.
- Manajemen Sekresi: Mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction jika perlu, dan kolaborasi untuk pemberian bronkodilator.
- Edukasi Berhenti Merokok: Memberikan konseling dan dukungan untuk berhenti merokok.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas: Menyusun rencana latihan fisik yang sesuai, memantau tanda-tanda intoleransi, dan memberikan istirahat yang cukup.
- Manajemen Energi: Mengajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi.
- Edukasi Gaya Hidup Sehat: Memberikan edukasi tentang manfaat olahraga dan pentingnya berhenti merokok.
3. Peningkatan Status Nutrisi
- Manajemen Nutrisi: Mengevaluasi asupan nutrisi, menyusun rencana makan yang sesuai, dan kolaborasi dengan ahli gizi jika perlu.
- Pemantauan Status Nutrisi: Memantau berat badan, kadar hemoglobin, dan tanda-tanda malnutrisi.
- Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan memotivasi klien untuk memperbaiki pola makan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai seorang pakar perawat.