Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16421 | 29 Apr 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab" adalah "Gangguan Proses Pikir Positif". Diagnosa ini mencerminkan adanya perubahan emosi dan pikiran negatif yang dialami ibu setelah melahirkan, yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Rasa Nyaman Emosional: Klien mampu menunjukkan ekspresi wajah dan perilaku yang positif, memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi, dan merasa lebih tenang dan nyaman secara emosional.
2. Penurunan Kecemasan: Klien mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan melaporkan perasaan cemas yang berkurang.
3. Peningkatan Kemampuan Koping: Klien mampu mengidentifikasi sumber stres, menggunakan strategi koping yang efektif, dan melaporkan peningkatan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Terapi Kognitif: Melakukan assessment terhadap pola pikir negatif klien, membantu klien mengidentifikasi pemikiran irrasional, dan mendorong klien untuk mengganti dengan pemikiran yang lebih adaptif dan positif.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, atau terapi musik untuk membantu klien mengelola stres dan kecemasan.
3. Dukungan Emosional: Memberikan empati, validasi, dan dorongan positif kepada klien, serta melibatkan keluarga atau significant others dalam memberikan dukungan.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi tentang baby blues, perubahan hormonal, dan peran baru sebagai ibu untuk meningkatkan pemahaman klien.
5. Manajemen Stres: Membantu klien mengidentifikasi sumber stres, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan menerapkan teknik manajemen stres.
Dengan kombinasi intervensi tersebut, diharapkan klien dapat meningkatkan rasa nyaman emosional, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kemampuan koping dalam menghadapi perubahan dan tantangan sebagai ibu baru. -
Article No. 16422 | 29 Apr 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) yang berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman: Emosional (00146)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00146
Definisi: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan suasana hati atau respons emosional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1208
Definisi: Individu menunjukkan suasana hati yang sesuai dan mampu mengelola emosi dengan tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6120
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara sehat.
Dalam konteks ini, perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) yang berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, seperti memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik manajemen stres, dan mengidentifikasi serta mengatasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondisi emosional klien. -
Article No. 16423 | 29 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- SLKI: Peningkatan Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00039)
- SDKI: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi.
- SLKI: Peningkatan Pola Napas
- SIKI: Manajemen Pernapasan
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030):
- Kode SDKI: 00030
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Termasuk dalam hasil pengkajian seperti suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00039):
- Kode SDKI: 00039
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi.
- Termasuk dalam hasil pengkajian seperti sesak napas.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002):
- Kode SDKI: 00002
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Termasuk dalam hasil pengkajian seperti kehilangan nafsu makan.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. -
Article No. 16424 | 29 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki 50 tahun Kesadaran sopor, GCS E2,M3, Vet. TD 80/65mmHg., Nadi 110x/menit, RR 22x/menit, SpO2 98%. Urine output 75 cc/7jam, Hasil lab menunjukkan Nilai Ureum 87 Cr 1.5 eGFR 50, GDS 230. BB 50 kg. UO 0,5-1 kg BB/jam 1. Lakukan analisis pada kasus diatas? 2. Tentukan masalah keperwatan yang tepat 3. Intervensi apa yang harus dilakukan?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Analisis Kasus:
1. Analisis Kasus:
Pada kasus ini, terlihat bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran, dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, yaitu tekanan darah rendah, nadi cepat, dan laju pernapasan yang meningkat. Hasil laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar ureum dan kreatinin, serta penurunan nilai eGFR, yang mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Selain itu, pasien juga mengalami hiperglikemia. Secara keseluruhan, kondisi ini mengarah pada diagnosis kemungkinan cedera ginjal akut.
2. Masalah Keperawatan:
Berdasarkan analisis kasus di atas, masalah keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien adalah:
a. Penurunan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin, serta penurunan nilai eGFR.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, ditandai dengan TD 80/65 mmHg.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran dan hemodinamik yang tidak stabil.
3. Intervensi Keperawatan dan Luaran yang Diharapkan:
Intervensi Keperawatan:
a. Penurunan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal:
- Pantau fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium (ureum, kreatinin, eGFR)
- Berikan terapi cairan sesuai kondisi untuk menjaga perfusi ginjal
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat melindungi ginjal
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga fungsi ginjal
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Fungsi ginjal membaik, ditandai dengan penurunan kadar ureum dan kreatinin, serta peningkatan nilai eGFR
- Hemodinamik stabil, dengan tekanan darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan:
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk memperbaiki perfusi jaringan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vasopressor jika diperlukan
- Posisikan pasien sesuai kemampuan untuk meningkatkan aliran darah
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Tekanan darah stabil dalam batas normal
- Perfusi jaringan adekuat, ditandai dengan peningkatan diuresis dan perbaikan nilai laboratorium
Intervensi Keperawatan:
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran dan hemodinamik yang tidak stabil:
- Pantau status kesadaran dan tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan perawatan untuk mempertahankan jalan napas dan ventilasi yang adekuat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki status mental
- Berikan perawatan yang dapat memfasilitasi pemulihan, seperti mobilisasi dini, jika kondisi memungkinkan
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Kesadaran membaik, dengan nilai GCS minimal E4,M6,V5
- Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan peningkatan kemampuan mobilisasi
Keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain sangat diperlukan untuk mengelola kondisi pasien ini secara optimal dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16425 | 29 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki 50 tahun Kesadaran sopor, GCS E2,M3, Vet. TD 80/65mmHg., Nadi 110x/menit, RR 22x/menit, SpO2 98%, Urine output 75 cc/7jam, Hasil lab menunjukkan Nilai Ureum 87 Cr 1.5 eGFR 50, GDS 230. BB 50 kg. UO 0,5-1 kg BB/jam 1. Lakukan analisis pada kasus diatas? 2. Tentukan masalah keperwatan yang tepat 3. Intervensi apa yang harus dilakukan?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat saya akan memberikan analisis dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda uraikan.
1. Analisis Kasus:
Pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan kondisi kesadaran sopor, tanda-tanda vital menunjukkan hipotensi (TD 80/65 mmHg), takikardi (Nadi 110x/menit), dan tachypnea (RR 22x/menit). Hasil laboratorium mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal dengan nilai ureum yang tinggi (87), kreatinin yang meningkat (1.5), dan eGFR yang menurun (50). Selain itu, ditemukan juga hiperglikemia (GDS 230). Jumlah urine output yang terbatas (75 cc/7jam) dan laju urine output yang menurun (0,5-1 kg BB/jam) menunjukkan kemungkinan adanya gangguan perfusi ginjal.
2. Masalah Keperawatan:
Berdasarkan analisis kasus di atas, masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi adalah:
a. Gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat penurunan intake cairan.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipotensi dan hipoksia.
c. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan stres fisiologis.
3. Intervensi Keperawatan dan Luaran yang Diharapkan:
a. Gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat penurunan intake cairan:
- Luaran/Output (SLKI): Perfusi Ginjal Membaik
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pantau tanda-tanda vital, input output, dan kadar laboratorium terkait fungsi ginjal secara rutin.
- Lakukan terapi cairan sesuai indikasi untuk mempertahankan status hidrasi yang adekuat.
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk membantu meningkatkan perfusi ginjal.
- Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan gangguan fungsi ginjal.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipotensi dan hipoksia:
- Luaran/Output (SLKI): Pola Napas Efektif
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital dan oksigenasi secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam untuk meningkatkan ventilasi.
- Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi penyebab ketidakefektifan pola napas.
c. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan stres fisiologis:
- Luaran/Output (SLKI): Kadar Glukosa Darah Terkendali
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor kadar glukosa darah secara rutin.
- Berikan insulin sesuai resep untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
- Anjurkan diet sesuai kebutuhan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan hiperglikemia.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 16426 | 29 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki 50 tahun Kesadaran sopor, sebelumnya pasien mengeluh nyeri dada hebat di bagian kiri menjaar ke bahu. GCS E2,M3, Vet. TD 180/65mmHg., Nadi 70x/ menit, RR 22x/menit,, SpO2 90%. Urine output 175 cc/ 7jam, Hasil lab menunjukkan Nilai Troponin T 2 mg/ml. Pasien memiliki riwayat Merokok 1. Lakukan analisia pada kasus diatas? 2. Tentukan masalah keperwatan yang tepat 3. Intervensi apa yang harus dilakukan?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, nurse. Saya akan membantu Anda menganalisis kasus dan menyusun diagnosa, luaran, serta intervensi keperawatan yang sesuai.
1. Analisis Kasus:
Pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan kesadaran sopor, mengeluh nyeri dada hebat di bagian kiri yang menjalar ke bahu. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 180/65 mmHg, nadi 70 x/menit, respirasi 22 x/menit, dan saturasi oksigen 90%. Pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar Troponin T sebesar 2 mg/ml. Pasien memiliki riwayat merokok. Berdasarkan data tersebut, pasien mengalami gejala yang mengarah pada sindrom koroner akut (acute coronary syndrome).
2. Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan analisis kasus di atas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke bahu.
b. Perfusi jaringan kardiak tidak efektif berhubungan dengan penyakit jantung koroner, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi, dan penurunan saturasi oksigen.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik, ditandai dengan kesadaran pasien yang sopor.
3. Intervensi Keperawatan dan Luaran (Outcome) yang Diharapkan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard
- Luaran (SLKI):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Intervensi (SIKI):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri)
- Berikan analgesik sesuai dengan penanganan sindrom koroner akut
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi dan distraksi
- Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi
b. Perfusi jaringan kardiak tidak efektif berhubungan dengan penyakit jantung koroner
- Luaran (SLKI):
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
- Saturasi oksigen meningkat
- Intervensi (SIKI):
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antiiskemik (misalnya nitrogliserin)
- Anjurkan pasien untuk istirahat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik
- Luaran (SLKI):
- Pasien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri dengan bantuan minimal
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Intervensi (SIKI):
- Kaji tingkat energi dan aktivitas pasien
- Berikan perawatan yang berfokus pada pemulihan, seperti mobilisasi bertahap
- Ajarkan strategi untuk menghemat energi
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk menentukan program aktivitas yang sesuai
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam menyusun asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 16427 | 29 Apr 2025
Klinis : Klien menyatakan ingin kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait asuhan keperawatan untuk kondisi yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot pasca stroke.
Klien menyatakan ingin kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian, mengindikasikan adanya gangguan mobilitas fisik akibat kondisi pasca stroke.
2. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan/pengalaman terkait latihan pasca stroke.
Klien menyadari perlunya latihan rutin, namun belum memahami cara melakukannya, menunjukkan adanya defisit pengetahuan terkait latihan pasca stroke.
3. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.
Klien merasa termotivasi untuk belajar namun kadang merasa frustrasi, menunjukkan adanya ketidakefektifan koping dalam menghadapi perubahan kondisi kesehatan akibat stroke.
4. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik pasca stroke.
Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing, mengindikasikan adanya intoleransi aktivitas akibat kondisi pasca stroke.
5. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan/pengalaman terkait latihan pasca stroke.
Keluarga klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapatkan pengetahuan, menunjukkan adanya defisit pengetahuan pada keluarga terkait latihan pasca stroke.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Teratasi: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian secara mandiri.
2. Pengetahuan Peningkatan Kesehatan Teratasi: Klien dan keluarga memahami cara melakukan latihan pasca stroke.
3. Koping Efektif Teratasi: Klien dapat mengelola frustasi dan tetap termotivasi dalam proses pemulihan.
4. Toleransi Aktivitas Meningkat: Klien mampu melakukan aktivitas tanpa merasa mudah lelah dan pusing.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Mobilitas Fisik:
- Latihan Rentang Gerak
- Pelatihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Pemberian Alat Bantu Mobilisasi
2. Peningkatan Pengetahuan:
- Edukasi Latihan Pasca Stroke
- Konseling Latihan Pasca Stroke
- Pembelajaran Keterampilan Latihan Pasca Stroke
3. Peningkatan Koping:
- Terapi Suportif
- Manajemen Stres
- Konseling Motivasi
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Latihan Rentang Gerak Progresif
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas Bertahap
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, memahami cara latihan pasca stroke, mengelola frustasi, dan meningkatkan toleransi aktivitas. -
Article No. 16428 | 29 Apr 2025
Klinis : 3. Pengkajian Fisik a. Tekanan Darah : 170/90 mmHg b. Nadi : 80x/menit, teratur c. Frekuensi Napas : 18 kali/menit, normal d. Saturasi Oksigen : 98%, normal e. Suhu : 36,7°C, normal f. Status mental : Baik, pasien sadar penuh, orientasi waktu, tempat, dan orang baik. g. Kekuatan fisik : Lemah di ekstremitas kanan atas. h. Status nutrisi : Cukup, ada penurunan berat badan. i. Kemampuan melihat : Baik (dengan kacamata). j. Kemampuan mendengar : Normal. k. Toleransi aktivitas : Baik untuk aktivitas ringan, mudah lelah. l. Sistem muskuloskeletal : Lemah pada tangan kanan, tanpa deformitas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang telah dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran (SLKI) yang diharapkan, serta intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan Tekanan Darah
Definisi: Fluktuasi tekanan darah yang melebihi batas normal.
Penyebab: Gangguan kardiovaskular, stres, nyeri, dan perubahan posisi.
2. Kelemahan Fisik
Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang disebabkan oleh perubahan fungsi fisik.
Penyebab: Gangguan muskuloskeletal, penurunan nutrisi, dan penyakit kronis.
3. Risiko Pemburukan Nutrisi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan berat badan yang tidak disengaja.
Penyebab: Peningkatan kebutuhan nutrisi, penurunan asupan, dan gangguan metabolisme.
Luaran (SLKI):
1. Stabilitas Tekanan Darah
Kriteria hasil:
- Tekanan darah stabil dalam batas normal
- Tidak ada episode hipertensi atau hipotensi
2. Kemampuan Fisik
Kriteria hasil:
- Kekuatan otot pada ekstremitas kanan atas meningkat
- Toleransi aktivitas meningkat
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan
3. Status Nutrisi
Kriteria hasil:
- Berat badan stabil
- Asupan nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara rutin
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep
- Anjurkan pola makan rendah garam
- Promosikan aktivitas fisik yang sesuai
2. Peningkatan Mobilitas
- Latih dan bantu pasien dalam melakukan aktivitas fisik yang aman
- Ajarkan teknik dan alat bantu berjalan yang sesuai
- Berikan terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan otot
3. Manajemen Nutrisi
- Lakukan pengkajian nutrisi komprehensif
- Berikan konseling gizi terkait kebutuhan dan asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Monitor berat badan dan asupan nutrisi secara rutin
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Ketidakstabilan Tekanan Darah, Kelemahan Fisik, dan Risiko Pemburukan Nutrisi. Luaran (SLKI) yang diharapkan adalah stabilitas tekanan darah, peningkatan kemampuan fisik, dan perbaikan status nutrisi. Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan meliputi manajemen hipertensi, peningkatan mobilitas, dan manajemen nutrisi. Setiap intervensi dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16429 | 29 Apr 2025
Klinis : Salah satu anggota kelompok hipertensi anggota lain tdk memahami penyebab hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan (00126)
Definisi:
Kurang Pengetahuan merupakan keadaan di mana individu menunjukkan defisit atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Penjelasan Singkat:
Pada kondisi ini, anggota kelompok hipertensi tidak memahami penyebab hipertensi. Hal ini merupakan masalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi, termasuk faktor-faktor yang menyebabkannya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00126
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan defisit atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 01501
Definisi: Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi, termasuk penyebab dan faktor risikonya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 00126
Definisi: Pemberian informasi dan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien atau keluarga tentang hipertensi, termasuk penyebab dan faktor risikonya.
Sebagai perawat, kita dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan ini, seperti memberikan pendidikan kesehatan, konseling, dan materi edukasi yang dapat membantu anggota kelompok hipertensi memahami penyebab hipertensi dengan lebih baik. -
Article No. 16430 | 29 Apr 2025
Klinis : lansia mengaku nafsu makan menurun, mengatakan hanya makan 1-2 kali sehari dengan porsi kecil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu lansia dengan keluhan nafsu makan menurun dan hanya makan 1-2 kali sehari dengan porsi kecil, maka dapat ditetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Malnutrisi (SDKI 10067)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Malnutrisi (SDKI 10067)
Definisi: Keadaan berisiko mengalami ketidakseimbangan gizi yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Asupan Nutrisi: Adekuat (SLKI 30007)
Definisi: Keadaan di mana jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan gizi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nutrisi (SIKI I0053)
Definisi: Serangkaian tindakan yang diberikan untuk mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi klien.
Tujuan dari tindakan keperawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada lansia, meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat, dan mempertahankan status gizi yang baik.