Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16497 | 30 Apr 2025
Klinis : Return of Spontaneous Circulation (ROSC)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi tentang kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi "Return of Spontaneous Circulation (ROSC)".
1. Kode ICD-10:
- Kode: I46.9
- Deskripsi: Henti jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 I46.9 digunakan untuk mengkodekan kondisi "Return of Spontaneous Circulation (ROSC)". Kode ini masuk dalam kategori "I46 - Henti jantung" dan merupakan kode non-spesifik untuk henti jantung yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.60
- Deskripsi: Resusitasi kardiopulmoner, tidak dinyatakan
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.60 dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk memulihkan sirkulasi spontan (ROSC) pada pasien. Kode ini masuk dalam kategori "99.6 - Prosedur resusitasi" dan merupakan kode non-spesifik untuk resusitasi kardiopulmoner yang tidak dinyatakan secara lebih rinci.
Penggunaan kode ini harus mempertimbangkan dokumentasi yang lengkap dan akurat dari tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk memulihkan sirkulasi spontan pada pasien. -
Article No. 16498 | 30 Apr 2025
Klinis : pasien bayi dengan bblr (berat badan lahir rendah)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Gangguan Pertumbuhan
Definisi: Kondisi di mana bayi memiliki risiko untuk mengalami gangguan dalam mencapai potensi pertumbuhan yang optimal.
Faktor Risiko: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2. Hipotermi
Definisi: Kondisi di mana bayi mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal.
Faktor Risiko: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
3. Risiko Gangguan Perkembangan
Definisi: Kondisi di mana bayi memiliki risiko untuk mengalami gangguan dalam mencapai potensi perkembangan yang optimal.
Faktor Risiko: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertumbuhan Bayi
- Bayi menunjukkan pertumbuhan yang sesuai dengan usia gestasional.
- Berat badan bayi meningkat secara progresif.
- Bayi mencapai perkembangan motorik, sensorik, dan kognitif yang sesuai dengan usia.
2. Stabilitas Suhu Tubuh
- Bayi mempertahankan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C).
- Tidak terjadi episodik hipotermi.
- Bayi menunjukkan respons sesuai pada stimulasi suhu dingin.
3. Perkembangan Bayi
- Bayi mencapai perkembangan motorik, sensorik, dan kognitif yang sesuai dengan usia.
- Bayi menunjukkan respons yang adekuat terhadap stimulasi perkembangan.
- Tidak terjadi keterlambatan atau gangguan perkembangan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pertumbuhan Bayi
- Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala secara teratur.
- Pantau asupan nutrisi dan cairan bayi.
- Berikan dukungan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Lakukan stimulasi perkembangan sesuai usia.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk memantau dan mendukung pertumbuhan bayi.
2. Manajemen Suhu Tubuh
- Lakukan pemantauan suhu tubuh bayi secara berkala.
- Pertahankan lingkungan termal yang nyaman untuk bayi.
- Berikan intervensi terkait pengaturan suhu seperti inkubator, penghangat, atau selimut.
- Lakukan teknik pemberian makan yang dapat mempertahankan suhu tubuh bayi.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mengelola hipotermi.
3. Stimulasi Perkembangan
- Lakukan penilaian perkembangan bayi secara komprehensif.
- Berikan stimulasi perkembangan sesuai usia dan kemampuan bayi.
- Libatkan keluarga dalam proses stimulasi perkembangan.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mengelola risiko gangguan perkembangan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Gangguan Pertumbuhan: Bayi dengan BBLR memiliki risiko mengalami gangguan dalam mencapai potensi pertumbuhan yang optimal karena beberapa faktor, seperti asupan nutrisi yang tidak adekuat, kondisi medis yang kompleks, dan gangguan metabolisme. Perawat perlu memantau pertumbuhan bayi secara ketat dan menyediakan intervensi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan yang optimal.
2. Hipotermi: Bayi dengan BBLR memiliki risiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal karena kemampuan termoregulasi yang belum matang. Perawat perlu memantau suhu tubuh bayi secara rutin dan menyediakan intervensi yang tepat untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.
3. Risiko Gangguan Perkembangan: Bayi dengan BBLR memiliki risiko mengalami gangguan dalam mencapai potensi perkembangan yang optimal karena berbagai faktor, seperti imaturitas sistem saraf, paparan lingkungan yang kurang optimal, dan kondisi medis yang kompleks. Perawat perlu melakukan penilaian perkembangan secara komprehensif dan menyediakan stimulasi perkembangan yang sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertumbuhan Bayi: Perawat bertujuan untuk memastikan bahwa bayi dengan BBLR dapat mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usia gestasional, dengan peningkatan berat badan yang progresif dan perkembangan motorik, sensorik, serta kognitif yang sesuai dengan usia.
2. Stabilitas Suhu Tubuh: Perawat bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi pada rentang normal, mencegah episodik hipotermi, dan memastikan bayi menunjukkan respons yang sesuai pada stimulasi suhu dingin.
3. Perkembangan Bayi: Perawat bertujuan untuk memastikan bayi dengan BBLR dapat mencapai perkembangan motorik, sensorik, dan kognitif yang sesuai dengan usia, menunjukkan respons yang adekuat terhadap stimulasi perkembangan, dan tidak mengalami keterlambatan atau gangguan perkembangan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pertumbuhan Bayi: Perawat perlu melakukan pengukuran berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala secara teratur, memantau asupan nutrisi dan cairan bayi, memberikan dukungan nutrisi yang adekuat, melakukan stimulasi perkembangan sesuai usia, serta berkolaborasi dengan tim multidisiplin untuk memantau dan mendukung pertumbuhan bayi.
2. Manajemen Suhu Tubuh: Perawat perlu melakukan pemantauan suhu tubuh bayi secara berkala, mempertahankan lingkungan termal yang nyaman, memberikan intervensi terkait pengaturan suhu, seperti inkubator, penghangat, atau selimut, memastikan teknik pemberian makan yang dapat mempertahankan suhu tubuh bayi, serta berkolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mengelola hipotermi.
3. Stimulasi Perkembangan: Perawat perlu melakukan penilaian perkembangan bayi secara komprehensif, memberikan stimulasi perkembangan sesuai usia dan kemampuan bayi, melibatkan keluarga dalam proses stimulasi perkembangan, serta berkolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mengelola risiko gangguan perkembangan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat diharapkan dapat memban -
Article No. 16499 | 30 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka di atas telapak kaki sduah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Integritas Kulit Terganggu
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) Kode: 00046
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode: 1102 Pemulihan Integritas Kulit
- Definisi: Kemampuan untuk memperbaiki kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode: 6240 Perawatan Luka
- Definisi: Tindakan untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan mempromosikan penyembuhan.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan luka di atas telapak kaki yang sudah 1 minggu. Berdasarkan kondisi ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu, yang menggambarkan kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. Tujuan dari perawatan keperawatan adalah Pemulihan Integritas Kulit, yaitu kemampuan untuk memperbaiki kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, yaitu tindakan untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan mempromosikan penyembuhan. -
Article No. 16500 | 30 Apr 2025
Klinis : Halusinasi pendengaran,takut,gangguan interaksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi halusinasi pendengaran, takut, dan gangguan interaksi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Halusinasi Pendengaran (kode: 00051)
Definisi: Persepsi sensorik palsu yang terjadi tanpa rangsangan eksternal, yang dialami dalam bentuk suara.
2. Takut (kode: 00148)
Definisi: Respon emosional terhadap ancaman yang diketahui atau dirasakan, yang ditandai oleh perasaan tidak nyaman dan gejala fisiologis.
3. Gangguan Interaksi Sosial (kode: 00052)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membina, mempertahankan, atau memahami hubungan interpersonal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Halusinasi Pendengaran (kode: 00051)
Definisi: Persepsi sensorik palsu yang terjadi tanpa rangsangan eksternal, yang dialami dalam bentuk suara.
2. Takut (kode: 00148)
Definisi: Respon emosional terhadap ancaman yang diketahui atau dirasakan, yang ditandai oleh perasaan tidak nyaman dan gejala fisiologis.
3. Gangguan Interaksi Sosial (kode: 00052)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membina, mempertahankan, atau memahami hubungan interpersonal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Persepsi Sensori: Halusinasi (kode: 1809)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengenali dan menginterpretasikan rangsangan sensorik secara akurat.
2. Kontrol Rasa Takut (kode: 1404)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengelola rasa takut yang dialami.
3. Interaksi Sosial (kode: 1502)
Definisi: Kemampuan individu untuk terlibat dalam pertukaran sosial yang memuaskan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Halusinasi (kode: 5820)
Definisi: Pemberian bantuan kepada klien untuk mengenali dan mengontrol halusinasi yang dialami.
2. Manajemen Rasa Takut (kode: 5820)
Definisi: Pemberian bantuan kepada klien untuk mengenali dan mengelola rasa takut yang dialami.
3. Terapi Kelompok (kode: 5430)
Definisi: Pemberian dukungan dan interaksi sosial kepada klien dalam kelompok terstruktur. -
Article No. 16501 | 30 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 45 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian, pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan ada darah pada urine, TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 22x/menit.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N30.0
- Deskripsi: Sistitis akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan ada darah pada urine, yang merupakan gejala-gejala sistitis atau infeksi kandung kemih. Kode ICD-10 N30.0 sesuai untuk menggambarkan kondisi sistitis akut pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.0
- Deskripsi: Sistoskopi; Pemeriksaan kandung kemih dengan alat optik
Penjelasan:
Untuk memastikan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan yang tepat, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan sistoskopi, yaitu pemeriksaan kandung kemih menggunakan alat optik. Kode ICD-9-CM 57.0 sesuai untuk prosedur ini.
Pasien dengan gejala sistitis akut seperti yang dialami oleh pasien ini biasanya memerlukan evaluasi lebih lanjut, termasuk pemeriksaan urin, untuk mengidentifikasi penyebab dan menentukan penatalaksanaan yang tepat, seperti pemberian antibiotik atau tindakan lainnya. -
Article No. 16502 | 30 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 45 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian, pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan ada darah pada urine, TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 22x/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, kode, dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Inkontinensia Urin
- Kode SDKI: 00016
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin secara sukarela.
3. Perubahan Pola Eliminasi Urin
- Kode SDKI: 00016
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, jumlah, penampilan, atau kemudahan dalam mengeluarkan urin.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri, Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Teknik Distraksi
2. Inkontinensia Urin
- SLKI: Kontrol Eliminasi Urin, Pemulihan Kontinensia Urin
- SIKI: Manajemen Inkontinensia Urin, Latihan Otot Dasar Panggul, Pemasangan Kateter Urin
3. Perubahan Pola Eliminasi Urin
- SLKI: Kontrol Eliminasi Urin, Pemulihan Pola Eliminasi Urin
- SIKI: Manajemen Eliminasi Urin, Pemantauan Eliminasi Urin, Edukasi Perawatan Diri Eliminasi Urin
Kode-kode tersebut merupakan struktur diagnostik, luaran, dan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Penerapannya bertujuan untuk memastikan kesinambungan, efektivitas, dan kualitas perawatan yang diberikan oleh perawat. -
Article No. 16503 | 30 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 45 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian, pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan ada darah pada urine, TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 22x/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Inkontinensia Urin" (SDKI 2017). Pasien mengeluhkan nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan adanya darah pada urine, yang merupakan tanda-tanda dari inkontinensia urin.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Berkemih: Kemampuan untuk mengatur frekuensi dan jumlah berkemih (SLKI 2019). Kriteria hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat mengidentifikasi pola berkemih normal.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda untuk berkemih.
- Pasien dapat menggunakan teknik untuk menahan berkemih.
- Pasien dapat melakukan pola berkemih yang teratur.
2. Integritas Kulit: Kondisi kulit yang sehat dan tidak terdapat luka (SLKI 2019). Kriteria hasil yang diharapkan:
- Kulit pasien tetap kering dan tidak terdapat iritasi.
- Pasien dapat melakukan perawatan kulit yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia Urin (SIKI 2018):
- Kaji pola berkemih pasien, termasuk frekuensi, jumlah, dan kandungan urine.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi inkontinensia, seperti penyakit penyerta, efek samping obat, dan gaya hidup.
- Ajarkan pasien teknik menahan berkemih, seperti latihan Kegel.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Nyeri (SIKI 2018):
- Kaji intensitas, frekuensi, durasi, dan lokasi nyeri yang dirasakan pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi nyeri, seperti infeksi saluran kemih.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Perawatan Kulit (SIKI 2018):
- Kaji kondisi kulit di area genital dan sekitarnya.
- Berikan perawatan kulit yang sesuai, seperti membersihkan area genital dengan lembut dan mengeringkannya dengan baik.
- Ajarkan pasien cara perawatan kulit yang tepat.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Inkontinensia Urin merupakan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien karena pasien mengeluhkan gejala-gejala yang terkait dengan inkontinensia urin, seperti nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan adanya darah pada urine.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Berkemih: Tujuan dari intervensi ini adalah untuk membantu pasien dapat mengatur pola berkemihnya secara normal, baik dari segi frekuensi, jumlah, maupun kemampuannya untuk menahan berkemih. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengidentifikasi pola berkemih normal, mengenali tanda-tanda untuk berkemih, menggunakan teknik untuk menahan berkemih, dan melakukan pola berkemih yang teratur.
2. Integritas Kulit: Tujuan dari intervensi ini adalah untuk memastikan kulit pasien tetap sehat dan tidak terdapat iritasi atau luka, terutama di area genital. Kriteria hasil yang diharapkan adalah kulit pasien tetap kering dan tidak terdapat iritasi, serta pasien dapat melakukan perawatan kulit yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia Urin: Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab inkontinensia urin, mengajarkan pasien teknik menahan berkemih, dan mengevaluasi efektivitas intervensi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pola berkemih, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, pemberian edukasi, dan evaluasi efektivitas.
2. Manajemen Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien saat buang air kecil. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian nyeri, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, pemberian analgesik, edukasi manajemen nyeri non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas.
3. Perawatan Kulit: Intervensi ini bertujuan untuk memastikan kulit pasien, terutama di area genital, tetap sehat dan tidak terdapat iritasi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian kondisi kulit, pemberian perawatan kulit yang sesuai, edukasi cara perawatan kulit yang tepat, dan evaluasi efektivitas.
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi inkontinensia urin, nyeri saat buang air kecil, dan menjaga integritas kulit pasien, sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol berkemih yang baik dan integritas kulit yang terjaga. -
Article No. 16504 | 30 Apr 2025
Klinis : perfeksionis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi perfeksionis:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfeksionis adalah Kecemasan. Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang mempengaruhi perilaku dan dapat dirasakan sebagai ancaman. Pada pasien dengan kondisi perfeksionis, kecemasan ini dapat muncul karena adanya kebutuhan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal, yang dapat menimbulkan stres dan ketegangan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali: Pasien mampu mengendalikan dan mengelola kecemasan yang dialami, sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Manajemen Stres Efektif: Pasien mampu menggunakan strategi yang efektif untuk mengelola stres akibat tuntutan perfeksionisme, sehingga dapat mempertahankan kesehatan fisik dan mental.
3. Peningkatan Harga Diri: Pasien dapat menerima dirinya apa adanya, tidak lagi terfokus pada mencapai kesempurnaan, sehingga memiliki harga diri yang positif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memicu kecemasan pada pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau teknik distraksi untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan.
2. Terapi Kognitif
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang tidak adaptif, seperti "harus sempurna" atau "tidak boleh gagal".
- Ajarkan teknik restrukturisasi kognitif untuk menggantikan pemikiran negatif dengan perspektif yang lebih realistis dan seimbang.
- Dorong pasien untuk menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai.
3. Promosi Harga Diri
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang dimiliki, bukan hanya fokus pada kekurangan.
- Berikan umpan balik positif dan penguatan atas kemajuan yang dicapai pasien.
- Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri.
- Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan dan penghargaan pada pasien.
Dengan pendekatan komprehensif yang mencakup manajemen kecemasan, terapi kognitif, dan promosi harga diri, diharapkan pasien dengan kondisi perfeksionis dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mampu mengendalikan kecemasan, mengelola stres secara efektif, dan meningkatkan harga diri. -
Article No. 16505 | 30 Apr 2025
Klinis : S: - Orang tua pasien mengatakan anaknya tiba-tiba mimisan sejak 1 jam yang lalu, dikatakan pasien sedang duduk nonton film lalu bersin dan keluar darah O: - Vital sign= TD: 119/84 mmHg; N: 88x/mnt; RR: 20x/mnt; S: 36,1OC - Pasien tampak tenang - Perdarahan (+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan epistaksis (mimisan):
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan: Epistaksis**
*(Kode SDKI: 0016)*
**Penjelasan:**
Diagnosa ini dipilih karena adanya perdarahan aktif dari hidung (mimisan) yang disebabkan oleh trauma lokal (bersin) atau faktor lain seperti kekeringan mukosa, iritasi, atau gangguan pembekuan darah. Integritas jaringan hidung terganggu, ditandai dengan perdarahan (+) dan riwayat onset akut.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perdarahan Terkendali**
*(Kode SLKI: 1605)*
**Kriteria Evaluasi:**
1. Perdarahan berhenti dalam waktu 30 menit setelah intervensi. *(Skala: 4 = Sepenuhnya tercapai)*
2. Tidak ada tanda anemia atau syhipovolemik. *(Skala: 3 = Sebagian besar tercapai)*
3. Pasien tenang dan kooperatif. *(Skala: 4 = Sepenuhnya tercapai)*
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**1. Manajemen Perdarahan** *(Kode SIKI: 4208)*
- **Tindakan:**
- Anjurkan pasien untuk duduk dengan posisi kepala sedikit condong ke depan.
- Tekan cuping hidung selama 5–10 menit.
- Kompres dingin pada pangkal hidung.
- Observasi tanda vital dan volume perdarahan.
**2. Edukasi Kesehatan** *(Kode SIKI: 5604)*
- **Tindakan:**
- Ajarkan cara mencegah epistaksis berulang (hindari mengorek hidung, gunakan pelembap udara).
- Instruksikan untuk menghindari aktivitas berat sementara.
**3. Pemantauan Tanda Vital** *(Kode SIKI: 2410)*
- **Tindakan:**
- Pantau TD, nadi, dan kesadaran setiap 15 menit hingga perdarahan terkendali.
---
### **Catatan Akademik:**
- **Patofisiologi:** Epistaksis anterior (sumber perdarahan dari pleksus Kiesselbach) umumnya self-limiting, tetapi memerlukan penanganan cepat untuk mencegah anemia atau distress psikologis.
- **Evidence-Based Practice:** Teknik kompresi hidung dan posisi kepala efektif mengurangi perdarahan pada 90% kasus epistaksis ringan (WHO, 2020).
---
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat digunakan dalam dokumentasi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan (RAK). -
Article No. 16506 | 30 Apr 2025
Klinis : S: - Orang tua pasien mengatakan anaknya tiba-tiba mimisan sejak 1 jam yang lalu, dikatakan pasien sedang duduk nonton film lalu bersin dan keluar darah O: - Vital sign= TD: 119/84 mmHg; N: 88x/mnt; RR: 20x/mnt; S: 36,1OC - Pasien tampak tenang - Perdarahan (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Perdarahan Aktual
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya tiba-tiba mimisan sejak 1 jam yang lalu, dikatakan pasien sedang duduk nonton film lalu bersin dan keluar darah.
O: Vital sign= TD: 119/84 mmHg; N: 88x/mnt; RR: 20x/mnt; S: 36,1°C. Pasien tampak tenang. Perdarahan (+).
Diagnosa ini tepat karena terdapat tanda dan gejala perdarahan aktual, yaitu mimisan yang terjadi secara tiba-tiba pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Perdarahan terkendali
- Tidak ada tanda-tanda hipovolemia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor Tanda-Tanda Vital
- Identifikasi tanda-tanda vital secara berkala
- Catat dan laporkan perubahan tanda-tanda vital
2. Manajemen Perdarahan
- Identifikasi sumber dan tingkat perdarahan
- Lakukan tindakan hemostatik (penekanan pada area perdarahan)
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Berikan cairan pengganti jika perlu
3. Edukasi Pencegahan Perdarahan
- Ajarkan pasien/keluarga tentang penyebab dan pencegahan perdarahan
- Instruksikan pasien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda perdarahan
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Perdarahan Aktual" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda perdarahan aktual berupa mimisan yang terjadi secara tiba-tiba. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengontrol perdarahan, menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal, dan mencegah komplikasi hipovolemia. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, dan edukasi kepada pasien/keluarga tentang pencegahan perdarahan. Penerapan intervensi ini diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan.