Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16487 | 30 Apr 2025
Klinis : Anak SR, jenis kelamin perempuan usia 6 bulan dengan berat badan 6,5 kg dan PB 65 cm dibawa ke RS oleh ibunya karena sejak usia 2 bulan, ibu merasa ada perbedaan panjang kaki dan melihat lipatan paha tidak simetris. Ketika bayi digendong atau kakinya digerakkan, tampak ketidaknyamanan. Diagnosa DDH ditegakkan melalui pemeriksaan fisik (tes Ortolani dan Barlow positif) dan konfirmasi USG panggul. Bayi telah menggunakan Pavlik harness selama 2 minggu terakhir dan dijadwalkan kontrol evaluasi. Pemeriksaan Fisik: Kesadaran: Compos mentis, Tanda vital: Suhu: 36,7°C, Nadi: 124 x/menit, RR: 30 x/menit. Pemeriksaan khusus: Lipatan paha tidak simetris, Kaki kiri tampak lebih pendek, Tes Ortolani dan Barlow menunjukkan ketidakstabilan panggul dan Menggunakan Pavlik harness untuk stabilisasi sendi Riwayat Kesehatan: Anak pertama, lahir dengan tindakan SC (posisi sungsang). Tidak ada riwayat trauma pasca lahir, Ibu memberikan ASI eksklusif, Imunisasi sesuai jadwal. Psikososial dan Lingkungan: Ibu tampak cemas terhadap alat yang digunakan, Ayah bekerja sebagai wiraswasta, ibu sebagai ibu rumah tangga dan Keluarga tinggal di lingkungan yang mendukung, namun akses ke fasilitas kesehatan agak jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus anak dengan Developmental Dysplasia of the Hip (DDH):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.1: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Ketidakstabilan sendi panggul (DDH)
- Penggunaan Pavlik harness
- Gerakan pasif/aktif pada ekstremitas bawah
**Kode DX.5.1: Risiko Infeksi**
**Definisi:** Risiko meningkatnya respons tubuh terhadap patogen akibat pemakaian alat ortopedi (Pavlik harness) dan imaturitas sistem imun.
**Kode DX.9.1: Ansietas Orang Tua**
**Definisi:** Perasaan khawatir yang dialami orang tua akibat kondisi kesehatan anak dan penggunaan alat medis.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
1. **Kode LO.1.1.1: Nyeri Terkontrol**
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10)
- Bayi tidak menangis saat digerakkan.
2. **Kode LO.5.1.1: Tidak Terjadi Infeksi**
- Tidak ada tanda inflamasi (eritema, edema) di area harness.
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5–37,5°C).
3. **Kode LO.9.1.1: Ansietas Orang Tua Terkendali**
- Ibu mampu menjelaskan tujuan penggunaan Pavlik harness.
- Ibu menunjukkan teknik perawatan harness dengan benar.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
1. **Kode IN.1.1: Manajemen Nyeri**
- Lakukan *positioning* yang nyaman untuk mengurangi tekanan pada panggul.
- Evaluasi respon nyeri menggunakan *FLACC Scale* (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability).
2. **Kode IN.5.1: Pencegahan Infeksi**
- Inspeksi kulit di bawah harness setiap hari.
- Ajarkan orang tua menjaga kebersihan harness dan kulit bayi.
3. **Kode IN.9.1: Edukasi Orang Tua**
- Jelaskan fungsi dan perawatan Pavlik harness.
- Latih orang tua dalam mengobservasi tanda komplikasi (mis: iritasi kulit).
---
### **Rasional Singkat**
1. **Nyeri Akut:** DDH menyebabkan ketidakstabilan sendi, dan Pavlik harness dapat menimbulkan tekanan pada kulit/jaringan.
2. **Risiko Infeksi:** Imaturitas imunologis dan penggunaan alat meningkatkan risiko infeksi.
3. **Ansietas Orang Tua:** Kurangnya pemahaman tentang DDH dan perawatan harness memicu kecemasan.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Pavlik harness** merupakan terapi utama DDH pada bayi <6 bulan, sehingga pemantauan *skin integrity* dan *compliance* orang tua sangat krusial.
- Kolaborasi dengan dokter ortopedi untuk evaluasi progres reduksi panggul.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan pendalaman lebih lanjut, konsultasikan dengan *clinical guideline* PPNI terkait DDH. -
Article No. 16488 | 30 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial, lesi paru, sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Karakteristik Definisi: Kelelahan, lemah, kehilangan nafsu makan.
3. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal.
Karakteristik Definisi: Demam.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (0410)
Indikator:
- Pasien dapat batuk efektif
- Bunyi napas bronkial berkurang
- Pasien mampu mengeluarkan sputum dengan baik
2. Toleransi Aktivitas (0005)
Indikator:
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik
- Pasien tidak cepat lelah saat beraktivitas
- Pasien memiliki nafsu makan yang membaik
3. Suhu Tubuh dalam Batas Normal (0800)
Indikator:
- Suhu tubuh pasien kembali normal
- Pasien tidak lagi mengalami demam
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas (3140)
Tindakan:
- Lakukan auskultasi paru secara berkala
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik
2. Manajemen Aktivitas (0200)
Tindakan:
- Evaluasi kemampuan fisik pasien
- Bantu pasien dalam perencanaan aktivitas sehari-hari
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi
3. Manajemen Demam (3740)
Tindakan:
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
- Lakukan kompres hangat untuk menurunkan suhu
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani penyebab demam
Dengan penanganan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi tuberkulosis paru dan mencapai hasil asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 16489 | 30 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosa dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.21
- Deskripsi: Bronkoskopi, kaku, diagnostik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Pasien datang dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru, sehingga diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.21 adalah kode untuk prosedur bronkoskopi, kaku, diagnostik. Prosedur ini mungkin dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dengan mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan laboratorium.
Catatan: Kode ICD-9-CM digunakan sebagai referensi untuk prosedur/tindakan medis, sedangkan kode ICD-10 digunakan untuk diagnosis penyakit. Pengkodean yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis, klaim asuransi, dan analisis epidemiologi penyakit. -
Article No. 16490 | 30 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan kasus henti jantung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kasus henti jantung:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I46.0
- Deskripsi: Henti jantung dengan resusitasi berhasil
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.60
- Deskripsi: Resusitasi jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I46.0 (Henti jantung dengan resusitasi berhasil) digunakan untuk menggambarkan kondisi saat jantung pasien berhenti berdetak, namun perawatan emergensi atau resusitasi kardiopulmoner (CPR) berhasil memulihkan fungsi jantung.
2. Kode ICD-9-CM 99.60 (Resusitasi jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain) mencakup prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi jantung, seperti kompresi dada, pemberian obat-obatan, dan defibrillasi. Kode ini digunakan ketika tindakan resusitasi jantung dilakukan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan ke kode yang lebih spesifik.
Dalam kasus henti jantung, diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan harus didokumentasikan dengan cermat dalam catatan medis pasien. Kode-kode ini akan digunakan untuk penagihan dan pelaporan epidemiologis, serta menjadi bagian penting dari rekam medis pasien. -
Article No. 16491 | 30 Apr 2025
Klinis : A.M. jenis kelamin laki-laki, usia 3 bulan, BB : 5800 gram dan PB : 60cm, dibawa oleh ibunya ke RS dengan keluhan kedua kaki tampak bengkok ke dalam sejak lahir. Ibu mengatakan bahwa selama kehamilan tidak ada masalah yang signifikan, namun tidak pernah melakukan USG pada trimester kedua dan ketiga. Saat lahir, bidan menyampaikan bahwa bentuk kaki bayi tampak tidak normal, namun belum dilakukan intervensi apa pun. Kini, A.M. dirujuk untuk penanganan lebih lanjut di RS. Hasil Pemeriksaan Fisik: kesadaran compos mentis, Tanda vital: Suhu: 36,8°C, Nadi: 122 x/meni dan Respirasi: 32 x/menit. Kondisi Fisik: Kedua kaki tampak dalam posisi plantarflexion (menekuk ke bawah), inversion (menghadap ke dalam), dan adduction. Tidak tampak nyeri saat disentuh, namun bayi sering menangis saat digerakkan. Refleks bayi baik, tonus otot normal. Pemeriksaan Penunjang: Foto rontgen ekstremitas bawah menunjukkan deformitas konsisten dengan CTEV. Rencana Terapi Dokter: Pemasangan gips Ponseti serial, edukasi orang tua tentang perawatan kaki dan pentingnya kontrol rutin. Riwayat Kesehatan: Kehamilan aterm, tanpa komplikasi besar; Persalinan: spontan, di Bidan Praktek, BBL: 3.100 gram, Pemberian ASI: eksklusif Psikososial orang tua : Ibu tampak cemas dan khawatir terhadap masa depan anaknya. Ayah bekerja sebagai buruh bangunan, ibu sebagai ibu rumah tangga. Keluarga tinggal di desa sekitar 3 jam dari rumah sakit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi A.M.:
A. Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Keterbatasan Mobilitas Fisik
- SDKI: Risiko Keterbatasan Mobilitas Fisik (00085)
- Definisi: Rentan mengalami batasan dalam melakukan gerakan fisik yang dimaksudkan atau yang dibutuhkan, untuk berinteraksi dengan lingkungan.
- SLKI: Mobilisasi (I-07)
- SIKI: Manajemen Keterbatasan Mobilitas (I-07.02)
2. Cemas
- SDKI: Cemas (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang timbul karena antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Pengendalian Cemas (I-03)
- SIKI: Manajemen Cemas (I-03.02)
3. Risiko Gangguan Pertumbuhan
- SDKI: Risiko Gangguan Pertumbuhan (00113)
- Definisi: Rentan mengalami penyimpangan dalam pertambahan ukuran tubuh yang normal, baik secara fisik maupun fungsional.
- SLKI: Pertumbuhan (II-01)
- SIKI: Pemantauan Pertumbuhan (II-01.01)
B. Penjelasan Singkat:
1. Risiko Keterbatasan Mobilitas Fisik
- Kondisi ini disebabkan oleh deformitas pada kedua kaki bayi, yaitu posisi plantarflexion (menekuk ke bawah), inversion (menghadap ke dalam), dan adduction. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan.
2. Cemas
- Ibu bayi tampak cemas dan khawatir terhadap masa depan anaknya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh ketidakpastian tentang prognosis dan penanganan kondisi anak.
3. Risiko Gangguan Pertumbuhan
- Kondisi deformitas pada kedua kaki bayi dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan fungsional, sehingga membutuhkan pemantauan yang cermat.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan. -
Article No. 16492 | 30 Apr 2025
Klinis : telinga berair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi telinga berair, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Gangguan Integritas Kulit (SDKI Kode: 00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-051
Definisi: Pemulihan integritas kulit yang optimal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP-G03
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Integritas Kulit" (SDKI Kode: 00046) dapat ditetapkan pada kondisi di mana terjadi kerusakan pada epidermis dan/atau dermis, seperti telinga yang berair. Tujuan perawatan adalah untuk mencapai pemulihan integritas kulit yang optimal (SLKI Kode: LS-051), yang dicapai melalui serangkaian intervensi keperawatan untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu (SIKI Kode: IP-G03). -
Article No. 16493 | 30 Apr 2025
Klinis : gangguan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan integritas kulit:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit (D.0014)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0014 Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi normal kulit yang dapat mengganggu pertahanan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.1101 Integritas Kulit
Definisi: Kemampuan kulit dalam mempertahankan fungsi sebagai barier fisik, kimia, dan biologis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0107 Perawatan Luka
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi luka agar proses penyembuhan dapat berjalan optimal.
Penjelasan Singkat:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit adalah keadaan rentan di mana kulit mengalami perubahan struktur dan fungsi normal yang dapat mengganggu pertahanan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor intrinsik (usia, kondisi kesehatan, nutrisi) dan faktor ekstrinsik (trauma, infeksi, kelembaban, dll). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, yaitu serangkaian tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi luka agar proses penyembuhan dapat berjalan optimal. Tujuan akhirnya adalah mempertahankan Integritas Kulit, yaitu kemampuan kulit dalam mempertahankan fungsi sebagai barier fisik, kimia, dan biologis. -
Article No. 16494 | 30 Apr 2025
Klinis : cemas, gelisah , sering mimpi buruk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cemas, gelisah, dan sering mimpi buruk dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX. 00046: Ansietas** *(Ansietas)*
**Definisi**: Perasaan khawatir yang tidak jelas dan tidak nyaman disertai respons otonom (sumber respons seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
**Karakteristik Mayor**:
- Gelisah
- Ketegangan fisik (tonus otot meningkat)
- Gangguan tidur (mimpi buruk)
- Perasaan cemas berlebihan
**Karakteristik Minor**:
- Kewaspadaan berlebihan
- Kesulitan konsentrasi
**Faktor yang Berhubungan**:
- Faktor psikologis (stres, trauma)
- Faktor lingkungan (ketidakpastian situasi)
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO. 1401: Tingkat Ansietas**
**Definisi**: Tingkat keparahan kekhawatiran yang dialami individu.
**Indikator**:
1. **LO. 140101**: Frekuensi gejala ansietas menurun *(mis: mimpi buruk berkurang)*
2. **LO. 140102**: Intensitas gejala ansietas menurun *(mis: gelisah berkurang)*
3. **LO. 140103**: Durasi gejala ansietas memendek *(mis: periode cemas lebih singkat)*
**Skala Pengukuran**:
- **1**: Tidak terkontrol (gejala berat dan sering)
- **5**: Terkontrol sepenuhnya (tidak ada gejala)
**Target Luaran**: Mencapai skala **≥4** (gejala minimal dan jarang).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I. 1460: Manajemen Ansietas**
**Definisi**: Membantu pasien mengenali dan mengelola ansietas.
**Aktivitas Intervensi**:
1. **I.146001**: Ajarkan teknik relaksasi *(napas dalam, relaksasi otot progresif)*
2. **I.146002**: Berikan pendampingan psikologis *(terapi dukungan emosional)*
3. **I.146003**: Modifikasi lingkungan *(ciptakan suasana tenang, redupkan lampu)*
4. **I.146004**: Latih *grounding technique* *(untuk mengalihkan fokus dari mimpi buruk)*
**Kode I. 1480: Terapi Aktivitas**
- **I.148001**: Anjurkan aktivitas fisik ringan *(jalan pagi, yoga)* untuk mengurangi ketegangan.
---
### **Rasionalisasi Akademis**
1. **Ansietas** dipilih karena gejala klinis (gelisah, mimpi buruk) sesuai dengan karakteristik mayor dalam SDKI.
2. **SLKI LO.1401** digunakan untuk mengukur progres reduksi gejala secara objektif.
3. **SIKI I.1460** berbasis bukti (*evidence-based*) dengan teknik relaksasi dan modifikasi lingkungan yang terbukti efektif dalam literatur keperawatan jiwa.
---
### **Referensi**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 4*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 4*.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan penggunaan kode resmi, definisi operasional, dan pendekatan berbasis bukti (*evidence-based nursing*). -
Article No. 16495 | 30 Apr 2025
Klinis : Nyeri ulu hati, lemas, nafsu makan masih sedikit, demam, BAK kurang tuntas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri ulu hati, lemas, nafsu makan sedikit, demam, dan BAK kurang tuntas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien, seperti nyeri ulu hati, lemas, nafsu makan sedikit, demam, dan BAK kurang tuntas, menunjukkan adanya nyeri akut yang dialami pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kriteria Hasil Nyeri Terkontrol:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
d. Pasien dapat beristirahat dengan baik.
2. Kriteria Hasil Fungsi Gastrointestinal Membaik:
a. Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan.
b. Tidak ada keluhan mual atau muntah.
c. Pola BAK kembali normal.
d. Suhu tubuh kembali normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
b. Lakukan intervensi farmakologis sesuai dengan instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri.
2. Manajemen Gastrointestinal:
a. Kaji pola defekasi dan eliminasi urin.
b. Fasilitasi asupan oral yang adekuat sesuai toleransi pasien.
c. Pantau suhu tubuh dan berikan penanganan sesuai prosedur.
d. Kolaborasi dengan tim gizi untuk perencanaan diet yang sesuai.
3. Manajemen Istirahat dan Tidur:
a. Kaji pola istirahat dan tidur pasien.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
c. Anjurkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan gangguan tidur.
Penjelasan rinci tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan nyeri ulu hati, lemas, nafsu makan sedikit, demam, dan BAK kurang tuntas. Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 16496 | 30 Apr 2025
Klinis : tidak rutin dalam minum obat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tidak rutin dalam minum obat hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik (00079)
Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik yang disepakati bersama dengan penyedia layanan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10099
Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik yang disepakati bersama dengan penyedia layanan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10100
Definisi: Tercapainya kondisi individu yang patuh terhadap regimen terapeutik yang disepakati.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10101
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu individu mencapai kondisi patuh terhadap regimen terapeutik yang disepakati.
Dalam konteks ini, perawat perlu melakukan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat hipertensi. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien (misalnya biaya, efek samping, pemahaman, dll).
2. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya minum obat secara rutin.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk menyederhanakan regimen terapi.
4. Monitoring dan evaluasi kepatuhan pasien secara berkala.
5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk patuh.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan kepatuhan dalam minum obat hipertensi sehingga dapat mencapai hasil terapeutik yang optimal.