Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21730 | 20 Sep 2025
Klinis : batuk 3 hari, di sertai pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\b Kondisi: Batuk 3 hari, disertai pilek
\par
\b Diagnosa Keperawatan: \b0 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Code: 00031)
\par
\b Definisi: \b0 Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas paten.
\par
\par
\b Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 00031 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
\par
- \b Faktor yang Berhubungan:\b0 Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan batuk efektif, infeksi saluran pernapasan atas
\par
- \b Karakteristik:\b0 Batuk tidak efektif, suara napas tambahan (ronkhi, wheezing), perubahan frekuensi dan irama pernapasan
\par
\par
\b Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 0401 - Status Pernapasan: Jalan Napas
\par
- \b Indikator:\b0
\par \~ 040101 - Bunyi napas bersih
\par \~ 040102 - Tidak ada sekret di jalan napas
\par \~ 040103 - Batuk efektif
\par \~ 040104 - Frekuensi napas dalam rentang normal
\par
\par
\b Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 3240 - Manajemen Jalan Napas
\par
- \b Aktivitas Keperawatan:\b0
\par \~ 3240A1 - Auskultasi suara napas
\par \~ 3240A2 - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
\par \~ 3240A4 - Ajarkan teknik batuk efektif
\par \~ 3240A5 - Anjurkan intake cairan adekuat
\par \~ 3240A7 - Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
\par \~ 3240A9 - Ajarkan penggunaan tissue saat batuk/bersin
\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Diagnosa keperawatan ini dipilih berdasarkan manifestasi klinis batuk dan pilek yang mengindikasikan gangguan pada bersihan jalan napas. Pendekatan evidence-based dalam manajemen jalan napas meliputi monitoring status pernapasan, edukasi teknik batuk efektif, dan peningkatan hidrasi untuk mengencerkan sekret. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan, edukasi, dan tindakan untuk mempertahankan patensi jalan napas sesuai standar praktik keperawatan yang berlaku.
\par
} -
Article No. 21719 | 19 Sep 2025
Klinis : gejala keperawatan diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi gejala keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode SDKI:\b0 1.3.1 \b0\i\ul Intoleransi Aktivitas\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.\par
\b LUARAN KEPERAWATAN (SLKI):\b0\par
\b Kode SLKI:\b0 0406 \b0\i\ul Toleransi Aktivitas\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang diperlukan atau diinginkan dengan respons fisiologis yang normal.\par
\b Indikator:\b0\par
- 0406.1 Denyut nadi dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.2 Tekanan darah dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.3 Pernapasan dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.4 Tidak mengalami kelelahan setelah aktivitas\par
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\b0\par
\b Kode SIKI:\b0 5610 \b0\i\ul Manajemen Diabetes\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Pemberian edukasi dan dukungan untuk membantu pasien dalam mengelola penyakit diabetes melitus secara mandiri.\par
\b Aktivitas:\b0\par
- 5610.1 Monitor kadar glukosa darah secara berkala\par
- 5610.2 Ajarkan teknik pemberian insulin atau obat antidiabetes oral\par
- 5610.3 Edukasi mengenai diet diabetes dan pengaturan makan\par
- 5610.4 Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi\par
- 5610.5 Ajarkan pemantauan tanda dan gejala hipoglikemia/hiperglikemia\par
\b Rasional:\b0 Pada pasien diabetes melitus, intoleransi aktivitas sering terjadi akibat ketidakseimbangan glukosa darah yang memengaruhi metabolisme energi. Manajemen diabetes yang komprehensif diperlukan untuk mencapai toleransi aktivitas yang optimal melalui regulasi glikemik, edukasi, dan penyesuaian aktivitas fisik.\par
} -
Article No. 21720 | 19 Sep 2025
Klinis : Tanda-tanda Vital Keadaan umum : tampak lemas HR : 105 x/menit RR : 24 x/menit Suhu : 36.8 °C SpO2 : 99 % TD : 98/70 TB/BB : 99 cm / 11 kg vomitus dengan dehidrasi tidak berat, abdominal pain dd/ gastritis dd/ukus gaster, post appendectomy (29/8), BB sangat kurang , Anak dikeluhkan mual muntah 8x sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah setiap anak makan dan minum, nafsu makan anak menurun, namun anak masih bisa minum air putih, setiap minum air putih anak muntah. Riwayat makan minum sebelum terdapat keluhan muntah anak makan frenchdries bumbu bbq dan cilor di pinggir jalan. Anak dibawa ke IGD, vomitus profus dehidrasi sedang, post appendictomy, anak dilakukan pengkajian di IGD anak tampak lemas, mata cowong, bibir kering, suhu 37 C, HR 120x/menit, RR 23x/menit, SpO2 100%. Anak tampak lemas dan muntah 2 x di IGD setelah mendapat injeksi ondansetron. Diberikan terapi Rehidrasi RL 75cc/kgBB/jam selama 6 jam. sekarang mengeluhkan nyeri perut hingga malam jam 12
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b \b0\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode: 1.3\b0 \b0\i Risiko Defisit Volume Cairan\i0 berhubungan dengan kehilangan cairan aktif melalui muntah
\par
\par \b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1\b0 - \i Risiko Defisit Volume Cairan\i0
\par \b Definisi:\b0 Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.
\par \b Faktor Risiko:\b0 Muntah berulang (8x/hari), intake cairan tidak adekuat, dan tanda dehidrasi (mata cekung, bibir kering).
\par
\par \b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1.2\b0 - \i Status Hidrasi\i0
\par \b Luaran:\b0 Tanda-tanda hidrasi membaik dalam 24-48 jam:
\par \pard\tx566\tx1133\tx1700\tx2266\tx2833\tx3400\tx3966\tx4533\tx5100\tx5666\tx6233\tx6800 {\- Tanda vital stabil (HR 100-110x/menit, RR 20-24x/menit)}
\par {\- Mukosa bibir lembab}
\par {\- Turgor kulit elastis}
\par {\- Output urine adekuat (>1-2 ml/kgBB/jam)}
\par
\par \b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1.2.1\b0 - \i Manajemen Cairan\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par \pard\tx566\tx1133\tx1700\tx2266\tx2833\tx3400\tx3966\tx4533\tx5100\tx5666\tx6233\tx6800 {\- Monitor tanda-tanda vital setiap 2-4 jam}
\par {\- Observasi tanda dehidrasi (turgor kulit, mata, mukosa)}
\par {\- Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena (RL 75cc/kgBB/jam)}
\par {\- Kolaborasi pemberian antiemetik (ondansetron)}
\par {\- Monitor balance cairan (intake-output)}
\par {\- Ajarkan orang tua mengenali tanda dehidrasi}
\par
\par \b Catatan:\b0 Diagnosa utama difokuskan pada risiko defisit volume cairan mengingat adanya muntah profus, tanda dehidrasi (mata cekung, bibir kering), dan data hemodinamik (HR 120x/menit, TD 98/70). Intervensi rehidrasi dan monitoring ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
\par
} -
Article No. 21721 | 19 Sep 2025
Klinis : pasien anak mengalami mual dan muntah 5 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien anak yang mengalami mual dan muntah sebanyak 5 kali, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0 Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (Kode: D.0016)\par
\b PENJELASAN SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0 Diagnosa ini ditetapkan karena pasien mengalami mual dan muntah berulang yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Faktor risiko termasuk muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam, yang berpotensi mengarah pada dehidrasi jika tidak ditangani dengan tepat (Kode D.0016 sesuai katalog SDKI PPNI).\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \par
- \b Kode L.0403: Keseimbangan Cairan\b0 \par
\i Kriteria luaran:\i0 Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi adekuat (turgor kulit normal, mukosa lembab, produksi urin adekuat), frekuensi muntah menurun, dan tidak ada tanda dehidrasi.\par
- \b Kode L.1301: Status Nutrisi\b0 \par
\i Kriteria luaran:\i0 Pasien mampu menerima asupan nutrisi oral tanpa mual atau muntah, serta menunjukkan nafsu makan yang membaik.\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \par
- \b Kode I.10290: Manajemen Mual dan Muntah\b0 \par
\i Aktivitas intervensi:\i0 Memantau frekuensi dan karakteristik muntah, memberikan posisi nyaman (misalnya semi-Fowler), memberikan hidrasi oral bertahap (cairan jernih), kolaborasi pemberian antiemetik jika diperlukan, dan edukasi keluarga tentang pemberian makan kecil namun sering.\par
- \b Kode I.08010: Manajemen Keseimbangan Cairan\b0 \par
\i Aktivitas intervensi:\i0 Memantau tanda vital (denyut nadi, tekanan darah), menilai turgor kulit dan membran mukosa, memonitor asupan dan haluaran cairan, serta memberikan terapi cairan sesuai protokol (oral atau parenteral).\par
\b Catatan:\b0 Implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien, hasil assessment keperawatan, dan kebijakan institusi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) sangat dianjurkan untuk penanganan optimal.\par
} -
Article No. 21722 | 19 Sep 2025
Klinis : pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari kemarin, hal tersebut terjadi mendadak saat sholat dzuhur, nyeri kepala, sesak napas , tidak muntah, tidak kejang, bicara tidak pelo, wajah pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN\b0\fs24
\par
\b Gangguan Kesadaran\b0 (Kode: 000.001)
\par
\b\fs28 PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\b 1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0
\par Gangguan Kesadaran didefinisikan sebagai kondisi penurunan respons terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat bervariasi dari letargi hingga koma. Data klinis yang mendukung pada kasus ini meliputi: penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu, onset mendadak, nyeri kepala, sesak napas, dan wajah pucat. Kondisi ini berhubungan dengan kemungkinan gangguan neurologis atau sistemik akut.
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0
\par \b Kode: L.13001 - Tingkat Kesadaran\b0
\par Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran (dari koma menjadi responsif terhadap rangsangan atau orientasi penuh). Kriteria evaluasi meliputi: respons mata, motorik, dan verbal sesuai skala Glasgow Coma Scale (GCS), serta tanda-tanda vital yang stabil.
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0
\par \b Kode: I.11020 - Pemantauan Neurologis\b0
\par Intervensi:
\par - Pantau tingkat kesadaran secara berkala menggunakan GCS.
\par - Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu) setiap 1-2 jam.
\par - Kaji respons pupil terhadap cahaya dan pergerakan ekstremitas.
\par - Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan penunjang (CT scan, laboratorium) dan tatalaksana emergensi.
\par - Pertahankan jalan napas paten dan berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
\par
\par \b Catatan:\b0 Kondisi pasien memerlukan evaluasi medis segera untuk menyingkirkan etiologi akut seperti stroke, perdarahan intrakranial, atau gangguan metabolik. Intervensi keperawatan bersifat suportif dan monitoring ketat. -
Article No. 21712 | 18 Sep 2025
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI UNTUK ANSIETAS\b0\fs24
\par
\b\fs24 1. DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI):\b0\fs24
\par
\b Kode: D.0016 - Ansietas\b0
\par
\b Definisi:\b0 Perasaan khawatir, gelisah, atau ketakutan yang tidak menyenangkan sebagai respons terhadap ancaman yang tidak diketahui atau tidak dikenali sumbernya, yang dapat memengaruhi fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual individu.
\par
\b Faktor yang Berhubungan:\b0
\par - Ancaman terhadap konsep diri
\par - Ancaman terhadap status kesehatan
\par - Perubahan dalam peran dan status
\par - Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai penting atau tujuan hidup
\par - Faktor stres lingkungan
\par - Koping tidak efektif
\par
\par
\b\fs24 2. KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (SLKI):\b0\fs24
\par
\b Kode: L.14001 - Pengendalian Ansietas\b0
\par
\b Definisi:\b0 Tindakan personal untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan tegang, gelisah, khawatir, dan takut yang berhubungan dengan stresor yang tidak diketahui atau tidak dikenali.
\par
\b Indikator:\b0
\par - Melaporkan penurunan perasaan cemas
\par - Mengidentifikasi faktor pencetus ansietas
\par - Menggunakan teknik relaksasi secara efektif
\par - Menunjukkan penurunan tanda-tanda fisiologis ansietas (seperti takikardia, hiperventilasi)
\par - Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
\par - Tidur dan istirahat dengan cukup
\par
\par
\b\fs24 3. INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\b0\fs24
\par
\b Kode: I.11023 - Manajemen Ansietas\b0
\par
\b Definisi:\b0 Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, dan kegelisahan yang berhubungan dengan perasaan tegang atau distress yang tidak diketahui atau tidak dikenali sumbernya.
\par
\b Aktivitas:\b0
\par - Kaji tingkat ansietas dan respons fisiologis
\par - Identifikasi faktor pencetus ansietas
\par - Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
\par - Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, relaksasi progresif)
\par - Dorong ekspresi perasaan dan kekhawatiran
\par - Berikan informasi yang akurat tentang situasi yang dihadapi
\par - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
\par - Monitor respons terhadap intervensi yang diberikan
\par
\par
\b\fs24 Catatan:\b0\fs24 Diagnosis keperawatan ini mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi V, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi II, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi II yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\par
\par
\b Referensi:\b0
\par PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi V.\i0
\par PPNI. (2018). \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Edisi II.\i0
\par PPNI. (2018). \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Aktivitas Edisi II.\i0
\par
} -
Article No. 21713 | 18 Sep 2025
Klinis : Pasien dypsnea post hd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\par
\b Kondisi: Pasien Dyspnea Post Hemodialisis (HD)\b0
\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Pertukaran Gas (00030) berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi sekunder akibat komplikasi hemodialisis
\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) - 00030:\b0
\par \b Definisi:\b0 Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang adekuat pada tingkat seluler.
\par \b Karakteristik Mayor:\b0 Dyspnea, takipnea, penurunan saturasi oksigen, sianosis, gelisah.
\par \b Faktor yang Berhubungan:\b0 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, gangguan membran alveolar-kapiler, hipovolemia/hipotensi post HD.
\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode & Luaran:\b0
\par 0402: \i Status Pernapasan: Pertukaran Gas\i0
\par - Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-100%)
\par - Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16-20x/menit)
\par - Tidak terdapat dyspnea
\par - Tidak terdapat sianosis
\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode & Intervensi:\b0
\par 3320: \i Manajemen Jalan Napas\i0
\par - Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
\par - Auskultasi suara napas setiap 2-4 jam
\par - Berikan oksigen sesuai indikasi dan resep dokter
\par - Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
\par
\par 6680: \i Manajemen Cairan\i0
\par - Monitor status cairan dan elektrolit secara ketat
\par - Timbang berat badan harian
\par - Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kondisi hemodinamik
\par - Monitor tanda-tanda kelebihan cairan atau dehidrasi
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0 Pada pasien post hemodialisis, dyspnea dapat terjadi akibat multiple faktor termasuk ketidakseimbangan cairan (kelebihan cairan atau hipovolemia), gangguan asam-basa, atau komplikasi dialisis seperti hipotensi. Pemantauan ketat parameter hemodinamik dan status pernapasan merupakan hal yang esensial.
\par
\par
\b Referensi:\b0 PPNI (2017). \i Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6.\i0
\par
\par
\b \i \fs20 Dokumen ini disusun untuk keperluan akademik dan praktik keperawatan. Implementasi klinis harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kebijakan institusi.\i0\b0\fs24
\par
\par
\par
} -
Article No. 21714 | 18 Sep 2025
Klinis : tuliskan tindakan terapi murratal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0 \par
\par
\b Kondisi: Tindakan Terapi Murratal\b0 \par
\par
Berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan dan intervensi yang relevan untuk kondisi yang memerlukan tindakan terapi murratal. Terapi murratal merupakan salah satu bentuk terapi komplementer yang mungkin digunakan dalam praktik keperawatan, dan pendekatan asuhan harus disesuaikan dengan kebutuhan holistik klien.\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0 \par
\b Kode: D.0016\b0 - \i Ansietas\i0 \par
\b Definisi:\b0 Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang samar-samar disertai dengan respons otonom (sumber respons seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya yang memungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasinya.\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 Klien yang memerlukan terapi komplementer seperti murratal seringkali mengalami peningkatan tingkat ansietas akibat kondisi kesehatannya. Tindakan terapi murratal bertujuan untuk menciptakan relaksasi dan mengurangi ketegangan, sehingga diagnosis ansietas menjadi fokus utama intervensi keperawatan.\par
\par
\b 2. Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode: L.14016\b0 - \i Tingkat Ansietas\i0 \par
\b Definisi Luaran:\b0 Tingkat keparahan dari kekhawatiran, ketakutan, gelisah, atau kecemasan yang dialami secara sadar atau tidak sadar oleh seorang individu.\par
\b Kriteria Luaran (NOC):\b0 \par
- Menurunnya perilaku gelisah.\par
- Menurunnya keluhan verbal tentang kekhawatiran.\par
- Meningkatnya kemampuan untuk beristirahat dan tidur.\par
- Menurunnya respons fisiologis (seperti takikardia atau diaforesis).\par
- Meningkatnya ekspresi perasaan tenang.\par
\par
\b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode: I.11270\b0 - \i Terapi Relaksasi\i0 \par
\b Definisi Intervensi:\b0 Pemberian bantuan untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental seseorang.\par
\b Tindakan Keperawatan (NIC):\b0 \par
- Lakukan penilaian terhadap tingkat ansietas klien sebelum dan sesudah intervensi.\par
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pelaksanaan terapi.\par
- Ajarkan teknik pernapasan dalam untuk mendukung relaksasi.\par
- Lakukan atau fasilitasi tindakan terapi murratal sesuai dengan protokol yang ditetapkan dan kompetensi perawat.\par
- Anjurkan klien untuk fokus pada sensasi positif selama terapi.\par
- Monitor respons klien terhadap terapi, termasuk perubahan tanda-tanda vital dan laporan subjektif perasaan tenang.\par
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan untuk pendekatan holistik.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Pelaksanaan terapi murratal harus didasarkan pada evidence-based practice dan dilakukan oleh perawat yang telah terlatih dan kompeten dalam terapi komplementer tersebut. Pendokumentasian asuhan keperawatan harus lengkap, mencakup assessment, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi luaran sesuai standar PPNI.\par
\par
\i Sumber: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini.\i0 \par
} -
Article No. 21715 | 18 Sep 2025
Klinis : sesak nafas 3 hari, NRM 10 lpm, Dyspnea, ec suspek TB paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Gangguan Pertukaran Gas (Kode: 00030)\cf0\ulnone\par
\par
\b Definisi (SDKI):\b0\par
Keadaan ketika seseorang mengalami kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolus-kapiler.\par
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Pernapasan Efektif (Kode: 0400)\cf0\ulnone\par
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal yang diharapkan.\par
- Irama pernapasan teratur.\par
- Tidak ada dispnea atau orthopnea.\par
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.\par
- Suara napas bersih di kedua lapang paru.\par
- Status mental dalam rentang normal.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Manajemen Jalan Napas (Kode: 3140)\cf0\ulnone\par
- Mempertahankan jalan napas paten.\par
- Memonitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas).\par
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan (seperti wheezing, ronki).\par
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (misalnya, posisi semi-Fowler atau Fowler).\par
- Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam.\par
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi dan resep dokter.\par
- Kolaborasi pemberian terapi nebulizer atau inhaler sesuai indikasi.\par
- Monitor saturasi oksigen (SpO2) secara berkala.\par
- Kolaborasi pemeriksaan penunjang seperti foto toraks atau pemeriksaan dahak.\par
- Lakukan edukasi kesehatan mengenai pentingnya kepatuhan pengobatan dan pencegahan penularan (mengingat suspek TB paru).\par
\par
\b Rasional Singkat:\b0\par
Kondisi sesak napas dengan dyspnea dan penggunaan otot bantu pernapasan (NRM 10 lpm) menunjukkan gangguan dalam pertukaran gas, yang sering terkait dengan proses infeksi seperti suspek TB paru. TB paru dapat menyebabkan konsolidasi jaringan paru, mengurangi luas permukaan pertukaran gas, dan memicu respons inflamasi yang memperburuk oksigenasi. Intervensi difokuskan pada optimasi ventilasi, mempertahankan jalan napas, dan kolaborasi terapi medis untuk mengatasi penyebab dasar, sambil mempertimbangkan aspek pencegahan penularan mengingat sifat infeksius TB.\par
\par
Demikian respons akademis ini disampaikan dengan mengacu pada standar profesional PPNI.\par
} -
Article No. 21716 | 18 Sep 2025
Klinis : Ny. A mengeluh selera makan menurun, nyeri saat mengunyah, gigi seri depan atas tanggal 2, gigi geraham kiri bawah berlubang, gigi geraham kanan tanggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\textb Diagnosa Keperawatan:\par
\textb Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan ketidaknyamanan oral dan gangguan fungsi pengunyahan (Kode: B.3.1.1)\par
\par
\textb Penjelasan Singkat:\par
\par
\textb 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\par
Kode: B.3.1.1\par
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
Faktor yang Berhubungan: Ketidaknyamanan oral (nyeri saat mengunyah, gigi berlubang) dan gangguan fungsi pengunyahan (kehilangan gigi).\par
\par
\textb 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Status Nutrisi membaik\par
Indikator:\par
- Asupan nutrisi oral meningkat\par
- Berat badan stabil atau meningkat sesuai target\par
- Nilai laboratorium terkait nutrisi dalam batas normal\par
\par
\textb 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Manajemen Nutrisi\par
Aktivitas:\par
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi\par
- Anjurkan diet dengan tekstur lunak atau cair\par
- Monitor asupan dan output nutrisi\par
- Berikan edukasi perawatan oral dan pentingnya nutrisi\par
\par
Kode: B.2.1.1.1 - Manajemen Nyeri\par
Aktivitas:\par
- Assess karakteristik dan intensitas nyeri\par
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi\par
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi\par
\par
Kode: B.1.1.1.1 - Edukasi Kesehatan\par
Aktivitas:\par
- Berikan informasi tentang perawatan gigi dan mulut\par
- Ajarkan teknik hygiene oral yang tepat\par
- Anjurkan kontrol rutin ke dokter gigi\par
\par
\textb Rekomendasi:\par
Perlu rujuk ke dokter gigi untuk penanganan masalah gigi (tambal gigi, gigi palsu) guna mengatasi penyebab utama gangguan nutrisi.\par
}