Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18459 | 12 Jun 2025
Klinis : Ny. R, seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun, datang ke Puskesmas dan dirawat di ruang mawar dengan keluhan utama berupa lemas, nafsu makan menurun, serta diare cair lebih dari lima kali sehari selama tiga hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan sariawan yang disertai lapisan putih pada lidah (candidiasis oral), serta keputihan berwarna putih kekuningan, berbau, dan terasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas. Saat ini, Ny. R sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan 24 minggu. Berdasarkan riwayat kesehatan, pasien telah terdiagnosis HIV sejak lima bulan lalu, setelah suaminya dinyatakan positif terlebih dahulu. Pasien menyampaikan rasa cemas yang mendalam terkait risiko penularan HIV kepada janin yang sedang dikandungnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 2 kg dalam satu bulan terakhir, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 96x/menit, suhu tubuh 37,8°C, dan lingkar lengan atas 22 cm yang mengindikasikan status gizi kurang. Pemeriksaan fisik dan penunjang memperlihatkan adanya candidiasis oral dan infeksi jamur pada area genital, hasil kultur lendir vagina menunjukkan positif Candida albicans, dan pemeriksaan feses menunjukkan banyak leukosit meskipun tanpa parasit, mengarah pada diare akibat infeksi oportunistik. Hasil laboratorium juga mencatat jumlah CD4 < 250 sel/mm³, dan hasil CTG 150 Bpm menandakan imunosupresi berat.Pasien tinggal bersama suami dan anak pertamanya, tidak memiliki riwayat penyakit kronis lain, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pasca-kehamilan pertama. Ia memiliki kebiasaan makan hanya 1 kali per hari, dengan jenis makanan terbatas dan tidak bergizi seimbang. Kebersihan diri dan kebersihan mulut kurang terjaga, serta pasien mengaku sering terbangun malam karena cemas pasien merasa tidak berdaya disertai, gelisah dan tegang. Pasien mengatakan merasa bingung bagaimana menghadapi penyakitnya dan kurang kontak mata saat pengkajian Dari segi sosial ekonomi, keluarga ini berpenghasilan rendah dan menggunakan BPJS PBI sebagai jaminan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. R yang telah dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Oportunistik (SIKI kode 00004)
Definisi: Kerentanan terhadap masuknya patogen pada individu imunocompromised yang dapat menyebabkan penyakit.
Penjelasan: Ny. R memiliki risiko tinggi infeksi oportunistik terkait dengan kondisi HIV/AIDS yang dideritanya, ditandai dengan penurunan jumlah CD4 yang rendah, infeksi candidiasis oral dan vaginal, serta diare akibat infeksi oportunistik.
2. Kerusakan Integritas Kulit (SIKI kode 00046)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan: Ny. R mengalami candidiasis oral dan infeksi jamur pada area genital, yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit dan mukosa.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SIKI kode 00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan: Ny. R mengalami penurunan berat badan 2 kg dalam 1 bulan terakhir, dengan indikasi status gizi kurang, serta pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang.
4. Kecemasan (SIKI kode 00146)
Definisi: Respon emosional dan perilaku terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Penjelasan: Ny. R mengalami kecemasan yang mendalam terkait risiko penularan HIV kepada janin yang dikandungnya, serta merasa tidak berdaya dan gelisah.
5. Gangguan Pola Tidur (SIKI kode 00096)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan: Ny. R sering terbangun malam karena kecemasan yang dialaminya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan. Kode-kode diagnosis keperawatan tersebut adalah:
00004 - Risiko Infeksi Oportunistik
00046 - Kerusakan Integritas Kulit
00002 - Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
00146 - Kecemasan
00096 - Gangguan Pola Tidur
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18460 | 12 Jun 2025
Klinis : Tn. A, laki-laki berusia 58 tahun, datang ke Rumah Sakit Mitra Sehat pada Selasa, 10 Maret 2025, pukul 09.30 WIB dengan keluhan nyeri yang menetap di perut bagian bawah selama 6 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan bahwa nyeri semakin parah terutama saat beraktivitas dan setelah makan, yang menyebabkan ia merasa depresi dan tertekan karena sulit menjalani aktivitas sehari-hari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 99x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu tubuh 36,8°C, serta skala nyeri yang dilaporkan pasien mencapai 7/10. Pasien tampak meringis saat bergerak, sering mengubah posisi duduk untuk mengurangi nyeri, dan terlihat gelisah. Selain itu, pasien sulit berkonsentrasi, lebih banyak diam, dan hanya berfokus pada rasa nyeri yang dialami. Pasien juga mengatakan mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan terutama di malam hari, yang menyebabkan kantung matanya tampak menghitam, wajahnya pucat, serta mengalami pusing di pagi hari karena kurang tidur. Selain itu, pasien menunjukkan sikap protektif dengan menghindari posisi tertentu yang dapat memperparah nyerinya. Ia juga mengalami penurunan nafsu makan (anoreksia) serta penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir. Pasien mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kondisi ini akan semakin memburuk dan menghambat aktivitasnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus Tn. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (NYAS) - SDKI
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu.
Kode: 00132
2. Gangguan Pola Tidur (PTRG) - SDKI
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode: 00198
3. Gangguan Citra Tubuh (CTBG) - SDKI
Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang ukuran, penampilan, atau fungsi tubuh.
Kode: 00118
4. Ansietas (ANSI) - SDKI
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode: 00146
5. Anoreksia (ANEK) - SIKI
Definisi: Berkurangnya dorongan untuk makan atau tidak ada minat untuk makan.
Kode: 10033
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk memandu perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien.
Kode-kode yang diberikan merupakan kode unik yang digunakan untuk mengidentifikasi masing-masing diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan dalam sistem klasifikasi SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 18461 | 12 Jun 2025
Klinis : Isolasi diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Isolasi Diri".
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Diri (00054)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Isolasi Diri (00054): Pengalaman menarik diri dari hubungan interpersonal yang disengaja atau tidak disengaja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Interaksi Sosial (1503): Kemampuan untuk terlibat dalam pertukaran informasi, perasaan, dan makna dengan orang lain.
Harga Diri (1205): Penilaian individu tentang nilai atau harga dirinya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Fasilitasi Interaksi Sosial (5100): Memfasilitasi kemampuan individu untuk terlibat dalam pertukaran informasi, perasaan, dan makna dengan orang lain.
Peningkatan Harga Diri (5400): Membantu individu untuk meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya.
Penjelasan singkat:
Isolasi Diri adalah kondisi di mana individu menarik diri dari hubungan interpersonal, baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini dapat berdampak pada interaksi sosial dan harga diri individu. Perawat dapat memfasilitasi interaksi sosial dan meningkatkan harga diri pasien untuk mengatasi isolasi diri. -
Article No. 18462 | 12 Jun 2025
Klinis : Intervensi Isolasi diri pada pasien diabetes post operasi amputasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Intervensi Isolasi Diri pada pasien diabetes post operasi amputasi. Saya akan menjawab dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial (10017) - Perilaku atau pengalaman individu yang merasa terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017
Definisi: Perilaku atau pengalaman individu yang merasa terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017.1 Tingkat Isolasi Sosial
Definisi: Derajat perasaan terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017.1 Intervensi Isolasi Diri
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi perasaan terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
Penjelasan singkat:
Pasien diabetes post operasi amputasi berisiko mengalami isolasi sosial akibat perubahan kondisi fisik dan psikologis yang dialami. Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial dapat ditegakkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah tersebut. Intervensi Isolasi Diri yang diberikan bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan interaksi sosial dan mengurangi perasaan terisolasi, baik secara nyata maupun subjektif. -
Article No. 18463 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Demam:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi demam adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan pelepasan panas dari tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali
- Definisi: Pemeliharaan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
c. Pasien melaporkan kenyamanan suhu tubuh.
2. Pengendalian Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol dan melaporkan pengurangan rasa sakit.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan peningkatan suhu tubuh.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Pantau suhu tubuh pasien secara teratur.
b. Berikan intervensi penurun suhu, seperti kompres hangat, pemberian cairan, dan obat-obatan antipiretik.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman.
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
2. Manajemen Nyeri
- Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa sakit yang dialami pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan durasi nyeri yang dialami pasien.
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri yang efektif.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang optimal.
e. Monitor efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia" dipilih karena kondisi demam menunjukkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C. Hipertermia adalah kondisi yang membutuhkan penanganan keperawatan yang tepat untuk mengendalikan suhu tubuh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup "Suhu Tubuh Terkendali" dan "Pengendalian Nyeri". Tujuan utamanya adalah mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan mengurangi rasa sakit yang mungkin dialami pasien akibat demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi Manajemen Hipertermia dan Manajemen Nyeri. Intervensi Manajemen Hipertermia fokus pada pemantauan suhu tubuh, pemberian intervensi penurun suhu, dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Sementara Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengkaji, mengurangi, dan mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien akibat demam.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan kondisi demam pada pasien dapat dikendalikan, suhu tubuh kembali normal, dan rasa sakit yang dialami dapat berkurang, sehingga pasien dapat mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 18464 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi demam, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Suhu Tubuh (1800)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3900)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
Dalam kondisi demam, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007), yang didefinisikan sebagai suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) juga menggunakan kode dan definisi yang sama untuk hipertermia.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan Pemulihan Suhu Tubuh (1800) sebagai luaran yang diharapkan, yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menetapkan Manajemen Demam (3900) sebagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yang didefinisikan sebagai tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
Dengan demikian, pendekatan keperawatan yang komprehensif untuk kondisi demam meliputi diagnosis, luaran, dan intervensi yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 18465 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi demam, sesuai dengan ketetapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal karena kegagalan mekanisme termoregulasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal karena kegagalan mekanisme termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00003
Definisi: Tercapainya keadaan normal suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00067
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Penjelasan singkat:
Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang terkait dengan peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh kegagalan mekanisme termoregulasi dalam tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah berbagai tindakan untuk menurunkan suhu tubuh, seperti pemberian kompres hangat, pemberian obat penurun demam, dan lain-lain. Tujuan akhir dari intervensi ini adalah tercapainya keadaan suhu tubuh yang normal. -
Article No. 18466 | 12 Jun 2025
Klinis : Intervensi Isolasi diri pada pasien diabetes post operasi amputasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien diabetes post operasi amputasi dengan intervensi isolasi diri. Ini adalah sudut pandang seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial (00053)
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi dirinya terisolasi dari orang lain, disertai keinginan dan upaya untuk membina kontak sosial.
Faktor yang Berhubungan:
- Perubahan status kesehatan
- Keterbatasan fisik
- Perubahan lingkungan
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00053
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi dirinya terisolasi dari orang lain, disertai keinginan dan upaya untuk membina kontak sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1408
Judul: Keterlibatan Sosial
Definisi: Kemampuan individu untuk terlibat dalam interaksi sosial dan aktivitas masyarakat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6720
Judul: Peningkatan Sosialisasi
Definisi: Memfasilitasi kemampuan individu untuk terlibat dalam interaksi sosial dan aktivitas masyarakat.
Jadi, dalam kasus pasien diabetes post operasi amputasi dengan intervensi isolasi diri, perawat perlu fokus pada diagnosa keperawatan Isolasi Sosial (00053), dan menggunakan intervensi Peningkatan Sosialisasi (6720) untuk memfasilitasi kemampuan pasien terlibat dalam interaksi sosial dan aktivitas masyarakat. Hal ini penting untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya dan mencegah isolasi sosial yang dapat berdampak buruk pada pemulihan. -
Article No. 18467 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi Demam berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00038
Judul: Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00800
Judul: Kontrol Suhu Tubuh
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3900
Judul: Manajemen Demam
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada keadaan hipertermia.
Penjelasan singkat:
Demam merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang diklasifikasikan sebagai Diagnosa Keperawatan "Hipertermia" (SDKI 00038). Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah "Kontrol Suhu Tubuh" (SLKI 00800), yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Demam" (SIKI 3900), yang meliputi tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada kondisi hipertermia. -
Article No. 18468 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona pakar keperawatan berdasarkan standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk kondisi **demam**:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.1: Hipertermia**
**Definisi**: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (36,5–37,5°C) akibat ketidakseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.
#### **Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Kode DX.1.1**: Hipertermia
- **Faktor Penyebab**: Infeksi, dehidrasi, aktivitas fisik berlebihan, atau gangguan regulasi suhu.
- **Karakteristik**: Suhu tubuh >38°C, kulit kemerahan, takikardia, menggigil, atau diaforesis.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)****
- **Kode LO.1.1.1**: Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
- **Indikator**:
- Suhu 36,5–37,5°C (pengukuran aksila).
- Tidak ada gejala menggigil atau keringat berlebih.
- **Kode LO.1.1.2**: Keseimbangan Cairan Terjaga
- **Indikator**: Turgor kulit normal, mukosa lembap, dan urine output adekuat (>0,5 mL/kgBB/jam).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode IN.1.1.1**: Manajemen Hipertermia
- **Tindakan**:
- Kompres hangat/dingin di aksila dan lipatan tubuh.
- Pemberian antipiretik sesuai indikasi (misal: parasetamol).
- Monitor suhu tiap 2–4 jam.
- **Kode IN.1.1.2**: Edukasi Pasien/Keluarga
- **Tindakan**:
- Ajarkan tanda-tanda dehidrasi dan pentingnya asupan cairan.
- Anjurkan penggunaan pakaian tipis dan lingkungan sejuk.
---
### **Catatan Akademis**
- **Hipertermia** berbeda dengan **demam** (pirogenik vs. non-pirogenik), namun dalam konteks klinis umum, SDKI PPNI mengkategorikan demam sebagai subset hipertermia.
- **Kode PPNI** mengacu pada *Buku Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) Edisi 2023*.
Jika diperlukan penyesuaian berdasarkan etiologi spesifik (misal: demam dengue atau sepsis), diagnosa tambahan seperti **Risiko Syok Hipovolemik (DX.2.3)** dapat dipertimbangkan.
---
**Referensi**:
PPNI. (2023). *Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI)*. Jakarta: PPNI.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis Anda. Jika ada kasus klinis spesifik, dapat dilakukan analisis lebih mendalam.