Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18512 | 13 Jun 2025
Klinis : Tampak brill hematom, terdengar snoring, abdomen jejas dan distensi, TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, RR 33x/menit, tampak retraksi intercosta, tidak ada luka terbuka, tampak dislokasi pada patella dextra, verbal response, CRT <2detik, dan SpO2 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Perdarahan (SDKI: 13019)
b. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: 13049)
c. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 13035)
d. Nyeri Akut (SDKI: 13047)
e. Risiko Cedera (SDKI: 13020)
2. Penjelasan Singkat, Kode, dan Definisi:
a. Risiko Perdarahan (SDKI: 13019)
Kode: 13019
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
b. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: 13049)
Kode: 13049
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah yang dapat mengancam kesehatan.
c. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 13035)
Kode: 13035
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
d. Nyeri Akut (SDKI: 13047)
Kode: 13047
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
e. Risiko Cedera (SDKI: 13020)
Kode: 13020
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami luka fisik.
Keterangan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) -
Article No. 18513 | 13 Jun 2025
Klinis : Tampak brill hematom, terdengar snoring, abdomen jejas dan distensi, TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, RR 33x/menit, tampak retraksi intercosta, tidak ada luka terbuka, tampak dislokasi pada patella dextra, verbal response, CRT <2detik, dan SpO2 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Perdarahan (00206)
- SDKI: Perdarahan
- Kode: 00206
- Definisi: Kehilangan cairan darah dari sirkulasi yang lebih besar dari normal.
2. Gangguan Pola Napas (00032)
- SDKI: Gangguan Pola Napas
- Kode: 00032
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Gangguan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- Kode: 00046
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
4. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- Kode: 00204
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
5. Nyeri Akut (00132)
- SDKI: Nyeri Akut
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
6. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- Kode: 00085
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu atau lebih ekstremitas.
7. Penurunan Tingkat Kesadaran (00209)
- SDKI: Penurunan Tingkat Kesadaran
- Kode: 00209
- Definisi: Penurunan kemampuan merespon stimulus lingkungan.
Penjelasan singkat:
1. Perdarahan: Terdapat hematom yang mengindikasikan adanya perdarahan.
2. Gangguan Pola Napas: Terdengar suara snoring dan tampak retraksi intercosta yang menunjukkan adanya gangguan pola napas.
3. Gangguan Integritas Kulit: Tidak ada luka terbuka, tetapi ada dislokasi pada patella dextra yang dapat menyebabkan gangguan integritas kulit.
4. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer: Tekanan darah rendah (90/65 mmHg) dan denyut nadi cepat (105x/menit) mengindikasikan gangguan perfusi jaringan perifer.
5. Nyeri Akut: Adanya dislokasi patella dextra dapat menyebabkan nyeri akut.
6. Gangguan Mobilitas Fisik: Dislokasi pada patella dextra dapat menyebabkan keterbatasan gerakan fisik.
7. Penurunan Tingkat Kesadaran: Respon verbal menunjukkan penurunan tingkat kesadaran. -
Article No. 18514 | 13 Jun 2025
Klinis : Tampak brill hematom, terdengar snoring, abdomen jejas dan distensi, TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, RR 33x/menit, tampak retraksi intercosta, tidak ada luka terbuka, tampak dislokasi pada patella dextra, verbal response, CRT <2detik, dan SpO2 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi pasien berdasarkan data klinis yang diberikan.
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: 00030)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 00030 (Gangguan Pertukaran Gas):** Berdasarkan data klinis (RR 33x/menit, retraksi interkosta, SpO? 96%, snoring), pasien menunjukkan tanda-tanda gangguan pertukaran gas yang dapat disebabkan oleh trauma abdomen, hematom, atau potensi obstruksi jalan napas.
- **SLKI 0301 (Perbaikan Pertukaran Gas):** Luaran yang diharapkan adalah pasien mencapai pertukaran gas yang adekuat dengan kriteria: frekuensi napas dalam rentang normal (12–20x/menit), tidak ada retraksi, dan SpO? ?95%.
- **SIKI 3310 (Manajemen Jalan Napas):** Intervensi meliputi pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen jika diperlukan, dan posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
**2. Defisit Volume Cairan (SDKI: 00025)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 00025 (Defisit Volume Cairan):** Tanda-tanda hipovolemia (TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, abdomen distensi dan jejas) mengindikasikan kehilangan cairan atau perdarahan internal.
- **SLKI 0205 (Keseimbangan Cairan):** Luaran yang diharapkan adalah stabilisasi hemodinamik dengan kriteria: TD ?100/60 mmHg, HR 60–100x/menit, CRT <2 detik.
- **SIKI 2410 (Resusitasi Cairan):** Intervensi meliputi pemberian cairan intravena, pemantauan tanda vital, dan persiapan transfusi jika diperlukan.
**3. Nyeri Akut (SDKI: 00132)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 00132 (Nyeri Akut):** Adanya hematom, dislokasi patella dextra, dan trauma abdomen dapat menimbulkan nyeri hebat meskipun pasien masih responsif verbal.
- **SLKI 1401 (Kontrol Nyeri):** Luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri (?3 dari skala 0–10) dengan kriteria pasien melaporkan nyeri berkurang dan tidak menunjukkan ekspresi kesakitan.
- **SIKI 1430 (Manajemen Nyeri):** Intervensi meliputi pemberian analgesik sesuai protokol, reposisi nyaman, dan teknik distraksi.
**4. Risiko Syok Hipovolemik (SDKI: 00218)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 00218 (Risiko Syok Hipovolemik):** Kombinasi hipotensi, takikardia, dan distensi abdomen mengindikasikan risiko tinggi syok hipovolemik akibat perdarahan internal.
- **SLKI 0202 (Stabilitas Sirkulasi):** Luaran yang diharapkan adalah pencegahan syok dengan kriteria: TD stabil, CRT <2 detik, dan tidak ada penurunan kesadaran.
- **SIKI 2412 (Pemantauan Hemodinamik):** Intervensi meliputi pemantauan ketat tanda vital, balance cairan, dan persiapan tindakan emergensi jika diperlukan.
### **Rekomendasi Tambahan**
- **Prioritas:** Resusitasi cairan dan stabilisasi jalan napas harus menjadi fokus utama sebelum penanganan fraktur/dislokasi.
- **Kolaborasi:** Perlu kerja sama dengan dokter untuk evaluasi radiologi (abdomen, thorax, ekstremitas) dan persiapan operasi jika ditemukan perdarahan internal atau fraktur terbuka.
Semua diagnosa dan intervensi di atas mengacu pada **PPNI (2023)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien.
**Referensi:**
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2023). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi. Jakarta: PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan sistem dokumentasi keperawatan di instansi terkait.)* -
Article No. 18515 | 13 Jun 2025
Klinis : Tampak brill hematom, terdengar snoring, abdomen jejas dan distensi, TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, RR 33x/menit, tampak retraksi intercosta, tidak ada luka terbuka, tampak dislokasi pada patella dextra, verbal response, CRT <2detik, dan SpO2 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Pasien:**
- **Tanda Trauma:** Brill hematom, abdomen jejas dan distensi, dislokasi patella dextra.
- **Gangguan Pernapasan:** Snoring, retraksi interkosta, RR 33x/menit, SpO? 96%.
- **Gangguan Sirkulasi:** TD 90/65 mmHg, HR 105x/menit, CRT <2 detik.
- **Status Neurologis:** Respon verbal ada, tidak ada luka terbuka.
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI) dan Intervensi (SIKI) dengan SLKI**
#### **1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: 00030)**
**Definisi:** Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat trauma atau gangguan jalan napas.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Retraksi interkosta, snoring (indikasi obstruksi jalan napas parsial).
- RR meningkat (33x/menit) sebagai kompensasi hipoksia.
**SLKI (Luaran Keperawatan):**
- **SLKI 030001:** Jalan napas paten dengan kriteria: suara napas jelas, tidak ada retraksi, SpO? ?95%.
**SIKI (Intervensi Keperawatan):**
- **SIKI 2300:** Manajemen jalan napas (pemantauan saturasi oksigen, posisi semi-Fowler, suction jika diperlukan).
- **SIKI 2310:** Pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.
---
#### **2. Defisit Volume Cairan (SDKI: 00025)**
**Definisi:** Penurunan volume sirkulasi darah yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- TD rendah (90/65 mmHg), takikardia (HR 105x/menit).
- Abdomen distensi (kemungkinan perdarahan internal).
**SLKI:**
- **SLKI 020002:** Keseimbangan cairan tercapai dengan kriteria: TD ?100/60 mmHg, CRT <2 detik, urine output ?0,5 mL/kg/jam.
**SIKI:**
- **SIKI 2000:** Resusitasi cairan (pemberian cairan intravena sesuai protokol).
- **SIKI 2010:** Pemantauan tanda vital setiap 15-30 menit.
---
#### **3. Nyeri Akut (SDKI: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak nyaman akibat cedera jaringan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Dislokasi patella dextra, hematom, jejas abdomen.
**SLKI:**
- **SLKI 140001:** Nyeri terkontrol dengan kriteria: skala nyeri ?3, pasien dapat beristirahat.
**SIKI:**
- **SIKI 1400:** Manajemen nyeri (pemberian analgesik, reposisi sendi dislokasi).
- **SIKI 1410:** Kompres dingin pada hematom.
---
#### **4. Risiko Syok Hipovolemik (SDKI: 00218)**
**Definisi:** Risiko penurunan perfusi jaringan akibat kehilangan cairan/volume darah.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Tanda perdarahan internal (abdomen distensi, TD rendah).
**SLKI:**
- **SLKI 020003:** Status hemodinamik stabil (TD normal, HR 60-100x/menit).
**SIKI:**
- **SIKI 2000:** Resusitasi cairan.
- **SIKI 2100:** Pemantauan tanda vital ketat.
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi:
1. **Stabilisasi jalan napas dan oksigenasi** (SDKI 00030).
2. **Koreksi hipovolemia** (SDKI 00025).
3. **Manajemen nyeri dan immobilisasi cedera** (SDKI 00132).
4. **Pencegahan syok** (SDKI 00218).
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4, PPNI (2019).*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 4, PPNI (2019).*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 4, PPNI (2019).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resep elektronik.)* -
Article No. 18516 | 13 Jun 2025
Klinis : tidak teratur minum obat dan keluarga jarang membawa Ny. S untuk memeriksakan dan mengontrol gula ke fasilitas kesehatan dan hingga saat ini Ny. S mengeluh sering merasa lapar dan haus, sering buang air kecil lebih dari 6 kali sehari, sering merasa kesemutan pada ujung jari kaki, susah tidur malam hari, merasa gatal pada kulit, terdapat luka di jari kaki disertai adanya nanah atau pus, serta penglihatan terkadang berkunang-kunang. Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada saat pengkajian Ny. S didapatkan TD: 90/60 mmhg, N: 118x/menit, S: 370C, RR: 20x/menit, GDS pukul 10.00: 292 mg/dL, GDS pukul 15.00: 268 mg/dL. Dan Ny. S mengaku sering mengomsumsi makanan tinggi gula, minum kopi, makanan tidak teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00078)
- SDKI: Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- SLKI: Perilaku Kepatuhan Terapi Tidak Efektif
- SIKI: Manajemen Terapi Tidak Efektif
2. Penjelasan Singkat:
a. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00078)
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk memodifikasi gaya hidup dan/atau mengikuti pengobatan yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit atau kondisi.
- SLKI: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi regimen terapeutik yang direkomendasikan oleh penyedia layanan kesehatan.
- SIKI: Tindakan individu yang tidak sesuai dengan pengobatan yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit atau kondisi.
3. Kode dan Definisi:
a. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00078)
- SDKI: Kode 00078
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk memodifikasi gaya hidup dan/atau mengikuti pengobatan yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit atau kondisi.
Dalam kasus ini, Ny. S menunjukkan perilaku manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, ditandai dengan tidak teratur minum obat, jarang memeriksakan diri, dan pola makan yang tidak teratur dengan konsumsi makanan tinggi gula dan minuman kopi. Hal ini menyebabkan kondisinya tidak terkontrol, dengan tanda-tanda seperti sering merasa lapar dan haus, sering buang air kecil, kesemutan, susah tidur, gatal-gatal, luka pada kaki, dan penglihatan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan menunjukkan gula darah yang tinggi. -
Article No. 18517 | 13 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian perawat di desa Kemuningsari Kidul ditemukan data peningkatan 5% kasus baru DM dan peningkatan 8% kasus baru hipertensi. Sebanyak 70% keluarga yang tinggal di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1, 50% keluarga di desa tersebut berpendidikan rendah, dan masih minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan hipertensi. Desa tersebut sudah memiliki posyandu ILP yang berjalan setiap bulan sekali namun masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan tersebut. Warga mengatakan bahwa adanya posyandu ILP juga hanya melakukan pengecekan tekanan darah dan pengukuran kadar gula darah saja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data pengkajian yang diperoleh, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
3. Risiko Kelelahan (00093)
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)
- SDKI: Kemampuan seseorang yang tidak adekuat dalam mengidentifikasi, mencari, menggunakan, dan mengevaluasi sumber daya kesehatan untuk memelihara atau meningkatkan kesejahteraan.
- SLKI: Kemampuan klien/keluarga untuk mengidentifikasi, mencari, menggunakan, dan mengevaluasi sumber daya kesehatan untuk memelihara atau meningkatkan kesejahteraan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu klien/keluarga dalam mengidentifikasi, mencari, menggunakan, dan mengevaluasi sumber daya kesehatan untuk memelihara atau meningkatkan kesejahteraan.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
- SDKI: Risiko yang dialami seseorang untuk mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan fisik yang membutuhkan kekuatan, daya tahan, dan energi.
- SLKI: Kemampuan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Risiko Kelelahan (00093)
- SDKI: Risiko yang dialami seseorang untuk mengalami perasaan keletihan fisik dan mental yang berkepanjangan.
- SLKI: Kemampuan klien untuk mengelola kelelahan yang dialami.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu klien dalam mengelola kelelahan yang dialami.
Kode dan definisi di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Diagnosa keperawatan dan intervensi yang direkomendasikan diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat di desa Kemuningsari Kidul. -
Article No. 18455 | 12 Jun 2025
Klinis : S: • Pasien mengatakan kakinya bengkak • Pasien mengtakan sesak jika beraktivitas • Pasien mengatakan mudah lelah saat beraktivitas O: • Pasien tampak sesak saat beraktivitas • Pasien tampak kesulitan saat berjalan • Tampak edema pada kedua kaki pasien • Hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil: TD: 130/90mmHg N: 80x/menit rr: 24x/menit S: 36,8oC SpO2: 97% S: • Pasien mengatakan jika kakinya bengkak, sulit untuk berjalan, telapak kaki terasa tebal dan kebas • Pasien mengatakan bengkak sudah ±2 tahun O: • Pasien tampak kesulitan saat berjalan • Tampak edema pada kaki pasien • Dilakukan pemeriksaan pitting edema didapatkan hasil >2detik S: • Pasien mengatakan BAK >4x • Pasien mengatakan sering bolak-balik ke kamar mandi • Pasien mengatakan sulit untuk berjalan O: • Pasien tampak bolak-balik ke kamar mandi • Pasien tampak kesulitan saat berjalan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Edema Perifer
Luaran/Output SLKI:
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal
- Target: Pasien mempertahankan frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas
- Target: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas
3. Keseimbangan Cairan
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda retensi cairan (edema)
- Target: Pasien tidak mengalami edema
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Oksigenasi
- Pemantauan Pernapasan
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
3. Edema Perifer
- Manajemen Cairan
- Terapi Kompresi
- Edukasi Gaya Hidup
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas, menunjukkan adanya gangguan bersihan jalan napas.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien mudah lelah saat beraktivitas, menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
- Edema Perifer: Pasien mengalami pembengkakan pada kaki, menunjukkan adanya edema perifer.
2. Luaran/Output SLKI:
- Bersihan Jalan Napas: Memastikan pasien dapat mempertahankan frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal.
- Toleransi Aktivitas: Memastikan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas.
- Keseimbangan Cairan: Memastikan pasien tidak mengalami tanda-tanda retensi cairan (edema).
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pernapasan, seperti manajemen jalan napas, oksigenasi, dan pemantauan pernapasan.
- Intoleransi Aktivitas: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien, seperti manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas.
- Edema Perifer: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema, seperti manajemen cairan, terapi kompresi, dan edukasi gaya hidup.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 18456 | 12 Jun 2025
Klinis : tindakan terapi komplementer dan imajinasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) terkait dengan tindakan terapi komplementer dan imajinasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tindakan terapi komplementer dan imajinasi adalah "Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan". Definisi dari diagnosa ini adalah "Adanya kemampuan dan motivasi klien untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan secara efektif". Pasien dengan kondisi ini memiliki kesiapan untuk menggunakan terapi komplementer dan imajinasi sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kesehatan Mandiri: Pasien mampu melakukan tindakan terapi komplementer dan imajinasi secara mandiri untuk meningkatkan kesehatannya.
2. Manajemen Gejala: Pasien mampu mengelola gejala-gejala yang dialami dengan baik melalui penggunaan terapi komplementer dan imajinasi.
3. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan melalui penggunaan terapi komplementer dan imajinasi.
4. Koping Efektif: Pasien dapat menggunakan terapi komplementer dan imajinasi sebagai bentuk koping yang efektif dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Asesmen Gejala: Melakukan asesmen terhadap gejala-gejala yang dialami pasien, termasuk intensitas, frekuensi, dan durasi gejala.
2. Edukasi Terapi Komplementer: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai berbagai jenis terapi komplementer yang dapat digunakan, termasuk manfaat, cara penggunaan, dan potensi efek samping.
3. Fasilitasi Imajinasi Terpimpin: Membantu pasien untuk melakukan imajinasi terpimpin sebagai upaya untuk mengelola gejala dan meningkatkan kesehatan.
4. Kolaborasi Ahli Terapi Komplementer: Berkolaborasi dengan ahli terapi komplementer untuk mendapatkan saran dan rekomendasi terkait penggunaan terapi komplementer yang sesuai dengan kondisi pasien.
5. Evaluasi Efektivitas Terapi: Melakukan evaluasi secara berkala mengenai efektivitas penggunaan terapi komplementer dan imajinasi dalam mencapai tujuan peningkatan kesehatan pasien.
Melalui penerapan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI), diharapkan pasien dapat memanfaatkan terapi komplementer dan imajinasi secara efektif untuk meningkatkan kesehatannya. -
Article No. 18457 | 12 Jun 2025
Klinis : Os datang ke UGD RSF dengan keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam membaik dengan obat penurun panas, kemudian beberapa saat demam kembali, nyeri perut -, mual -, muntah +, batuk +, sesak napas + hilang timbul, BAB biasa, BAK biasa. Riwayat CKD on HD rutin di RSF, rutin hari Jumát TD : 130/73 mmHg Nadi : 132 x/menit Resp : 24 x/menit Suhu : 37 ?C SpO2 : 91% on RA Paru: vesikuler +/+, rhonci +/+, wheezing -/- Haemoglobin 8.1 g/dL L Hematokrit 25.4 % L Leukosit 16.7 ribu/ uL H Trombosit 140 ribu/ uL L Eritrosit 2.75 juta/ uL L MCV 92.3 fL MCH 29.6 pg MCHC 32.1 g/ dL H Glukosa sewaktu 100 mg/ dL Ureum darah 233.1 mg/ dl Kritis Kreatinin darah 18.79 mg/ dL Kritis eGFR (CKD-EPI 2021) 2.47 mL/menit/1.73 M2 Natrium 132 mmol/ L Kalium 6.4 mmol/ L Kritis Klorida 93 mmol/ L L CRP Kuantitatif 23.74 mg/dL H Prokalsitonin >32 ng/ mL Kritis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Os:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan demam intermiten, peningkatan suhu tubuh, dan gejala penyakit.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi cairan yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan peningkatan tekanan darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, sesak napas, dan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Berat badan kembali ke berat badan ideal.
- Tidak ada edema.
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas.
- Kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala.
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi.
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat.
- Lakukan tindakan penurun panas (kompres hangat, kipas angin).
- Identifikasi dan tangani penyebab infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan.
- Pertahankan berat badan dalam batas normal.
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi hemodialisis.
- Pantau tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Berikan bantuan dan pengawasan saat beraktivitas.
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anemia.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan data yang diberikan, Os datang ke UGD dengan keluhan demam intermiten, mual, muntah, batuk, dan sesak napas hilang timbul. Riwayat penyakit yang diderita adalah CKD (Chronic Kidney Disease) yang sedang menjalani hemodialisis rutin. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan peningkatan biomarker infeksi (CRP, prokalsitonin). Selain itu, terdapat juga kelainan elektrolit, yaitu hiperkalemia yang merupakan komplikasi dari CKD.
Berdasarkan kondisi pasien tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi cairan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, sesak napas, dan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
1. Hipertermia: Suhu tubuh dalam rentang normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kelebihan volume cairan: Berat badan kembali ke berat badan ideal, tidak ada edema, tekanan darah dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas: Dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, tidak ada sesak napas saat beraktivitas, dan kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi:
1. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala.
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi.
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat.
- Lakukan tindakan penurun panas (kompres hangat, kipas angin).
- Identifikasi dan tangani penyebab infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan.
- Pertahankan berat badan dalam batas normal.
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi hemodialisis.
- Pantau tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Berikan bantuan dan pengawasan saat beraktivitas.
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anemia.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan kondisi Os dapat stabil dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18458 | 12 Jun 2025
Klinis : fracture nasal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "fracture nasal":
1. Kode ICD-10:
- Kode: S02.2
- Deskripsi: Fraktur tulang hidung
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 21.71
- Deskripsi: Reduksi tertutup fraktur tulang hidung, tanpa pemasangan implan internal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S02.2 merujuk pada fraktur tulang hidung, yang merupakan salah satu jenis cedera kepala yang sering terjadi. Kode ini mencakup semua jenis fraktur yang melibatkan tulang hidung, baik fraktur tertutup maupun terbuka.
2. Kode ICD-9-CM 21.71 menggambarkan prosedur reduksi tertutup fraktur tulang hidung, tanpa pemasangan implan internal. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengembalikan tulang hidung ke posisi anatomis yang benar setelah fraktur, tanpa memerlukan pembedahan terbuka.
Dalam praktik klinis, penanganan fraktur tulang hidung dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan karakteristik fraktur. Pada kasus fraktur nasal yang tidak terlalu kompleks, reduksi tertutup dapat dilakukan. Namun, pada kasus yang lebih parah atau tidak dapat ditangani secara konservatif, prosedur pembedahan terbuka mungkin diperlukan.