Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16610 | 02 May 2025
Klinis : pasien dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk pasien dengan hipertensi, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Kode DX.0001 – Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer** *(berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler sistemik sekunder akibat hipertensi)*
#### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (DX.0001):**
Diagnosa ini menggambarkan risiko gangguan aliran darah ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan komplikasi seperti iskemia atau kerusakan organ target (ginjal, otak, jantung).
- **SLKI (LO.0001):** **Perfusi Jaringan Perifer Efektif**
Kriteria luaran yang diharapkan meliputi:
- Tekanan darah dalam rentang target (misal: <140/90 mmHg).
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan simetris.
- Tidak ada keluhan nyeri dada, pusing, atau kelemahan ekstremitas.
- **SIKI (IE.0001):** **Manajemen Hipertensi**
Intervensi yang direkomendasikan:
- Pemantauan tekanan darah secara berkala.
- Edukasi pasien tentang modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktivitas fisik, manajemen stres).
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antihipertensi) sesuai resep.
---
### **Alternatif Diagnosa Keperawatan:**
**Kode DX.0003 – Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik** *(berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap terapi hipertensi akibat kurangnya pengetahuan atau motivasi)*
#### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (DX.0003):**
Pasien mungkin tidak memahami pentingnya kepatuhan pengobatan atau modifikasi gaya hidup, sehingga berisiko mengalami komplikasi hipertensi.
- **SLKI (LO.0003):** **Kepatuhan terhadap Regimen Terapeutik**
Kriteria luaran:
- Pasien mampu menyebutkan jenis obat, dosis, dan efek samping antihipertensi.
- Pasien menerapkan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dan membatasi asupan natrium.
- **SIKI (IE.0003):** **Edukasi Kesehatan**
Intervensi:
- Penyuluhan tentang faktor risiko hipertensi.
- Pelatihan manajemen stres (teknik relaksasi).
- Pemantauan kepatuhan melalui *self-monitoring* tekanan darah.
---
### **Catatan Akademis:**
1. **SDKI, SLKI, dan SIKI** merupakan standar yang dikembangkan PPNI untuk menyeragamkan dokumentasi keperawatan berbasis evidence-based practice.
2. **Kode diagnosis dan intervensi** memudahkan perawat dalam pendokumentasian yang terstruktur.
3. **Pemilihan diagnosa** harus didasarkan pada pengkajian holistik (fisik, psikologis, sosial).
Jika diperlukan pendalaman lebih lanjut, referensi utama dapat merujuk pada *Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi Terbaru* oleh PPNI.
**—**
*Ditulis dengan gaya formal-akademis oleh perawat profesional.* -
Article No. 16611 | 02 May 2025
Klinis : 5 diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Hipertensi**
*(Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI)*
Berikut adalah lima diagnosa keperawatan yang relevan untuk pasien dengan hipertensi beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
---
### **1. Peningkatan Tekanan Darah (SDKI: 0006)**
**Definisi (SDKI):**
Kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg, yang dapat mengakibatkan risiko kerusakan organ target.
**Luaran (SLKI: 1401 – Kontrol Tekanan Darah):**
- Tekanan darah dalam rentang normal (120–129/80–84 mmHg).
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor risiko dan menerapkan modifikasi gaya hidup.
**Intervensi (SIKI: 2120 – Manajemen Hipertensi):**
- Pemantauan tekanan darah rutin.
- Edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan kepatuhan obat.
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis.
---
### **2. Risiko Penurunan Kardiak Output (SDKI: 0004)**
**Definisi (SDKI):**
Risiko ketidakmampuan jantung memompa darah secara adekuat akibat peningkatan afterload (beban kerja jantung).
**Luaran (SLKI: 1202 – Status Sirkulasi):**
- Denyut nadi dan tekanan darah stabil.
- Tidak ada tanda gagal jantung (edema, dyspnea).
**Intervensi (SIKI: 2122 – Manajemen Gagal Jantung):**
- Observasi tanda vital dan gejala gagal jantung.
- Anjurkan istirahat dan batasi aktivitas berat.
- Kolaborasi pemberian diuretik atau vasodilator.
---
### **3. Nyeri Akut (Kepala) (SDKI: 0016)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidaknyamanan subjektif di daerah kepala terkait peningkatan tekanan darah.
**Luaran (SLKI: 0801 – Kontrol Nyeri):**
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10).
- Pasien melaporkan penurunan nyeri setelah intervensi.
**Intervensi (SIKI: 2310 – Manajemen Nyeri):**
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, guided imagery).
- Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
- Hindari faktor pemicu (stres, kafein).
---
### **4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 0005)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**Luaran (SLKI: 0301 – Toleransi Aktivitas):**
- Pasien mampu beraktivitas tanpa kelelahan berlebihan.
- Tekanan darah stabil selama/setelah aktivitas.
**Intervensi (SIKI: 0220 – Latihan Fisik):**
- Rencanakan aktivitas bertahap (jalan kaki ringan).
- Pantau respons kardiovaskular selama aktivitas.
---
### **5. Kurang Pengetahuan tentang Kondisi dan Penatalaksanaan (SDKI: 0018)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidakadekuatan pemahaman pasien terkait hipertensi dan strategi pengendaliannya.
**Luaran (SLKI: 1802 – Pengetahuan: Penyakit):**
- Pasien menyebutkan penyebab, komplikasi, dan cara mengontrol hipertensi.
**Intervensi (SIKI: 3520 – Edukasi Kesehatan):**
- Berikan informasi tentang diet DASH, olahraga, dan monitoring mandiri.
- Gunakan media visual (poster/buku saku).
---
**Catatan:**
- Kode SDKI/SLKI/SIKI dapat berbeda tergantung edisi PPNI terbaru.
- Intervensi harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kolaborasi multidisiplin.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis evidence-based practice.
*(Ditulis dalam format RTF – siap untuk disalin ke dokumen klinis/resep elektronik).* -
Article No. 16612 | 02 May 2025
Klinis : KONJUNGTIVITIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi konjungtivitis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10
- Deskripsi: Konjungtivitis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Pemberian obat tetes mata
Konjungtivitis adalah inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, yaitu membran tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan menutupi sebagian besar permukaan bola mata. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, bakteri, alergi, atau iritasi. Gejala umum yang timbul adalah mata merah, berair, gatal, dan rasa tidak nyaman.
Penanganan utama pada kasus konjungtivitis biasanya meliputi pemberian obat tetes mata yang sesuai berdasarkan penyebab. Obat tetes mata tersebut dapat berupa antibiotik, antihistamin, atau kortikosteroid, tergantung pada etiologi dan tingkat keparahan kondisi pasien. Selain itu, upaya menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan sumber infeksi juga penting untuk membantu proses penyembuhan. -
Article No. 16613 | 02 May 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF (DS) Pasien mengatakan ada nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu Pasien mengatakan anyang-anyangan (ingin terus BAK tetapi sedikit-sedikit) Pasien mengatakan BAK terasa tidak tuntas Pasien mengatakan BAK tiap 2 jam sekali Pasien mengatakan demam sejak malam sebelumnya (13 April) Pasien mengatakan ada mual minimal Pasien mengatakan ada batuk kering Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga Pasien memiliki riwayat hipertensi Pasien memiliki riwayat ISK berulang Pasien memiliki riwayat operasi caesarea ✅ DATA OBJEKTIF (DO) 🔹 Tanda-Tanda Vital (15 April 2025) TD: 131/81 mmHg HR: 85x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.4°C 🔹 Tanda-Tanda Vital (16 April 2025) TD: 112/78 mmHg HR: 74x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.8°C 🔹 Laboratorium Hematologi (14 April 2025) Leukosit: 16.3 uL ↑ Neutrofil: 82% ↑ Limfosit: 11% ↓ Neutrofil/Limfosit Ratio: 7.45 ↑ 🔹 Urinalisis Lengkap (14 April 2025) Warna: Kuning Kejernihan: Keruh Berat jenis: 1.015 pH: 8.0 (basa) Leukosit: 3+ Nitrit: 1+ Protein: +1 Darah samar: +1 Glukosa, keton, bilirubin: Negatif Sedimen: Eritrosit: 78.1 ↑ Leukosit: 8255.0 ↑ Sel epitel: 13 Bakteri: 3421.7 ↑ 🔹 Kimia Klinik (14 April 2025) SGOT: 78 ↑ SGPT: 97 ↑ GDS: 121 mg/dL Ureum: 17 Kreatinin: 0.79 eGFR: 96.6 Natrium: 140 Kalium: 3.8 Klorida: 102 🔹 Mikrobiologi (15 April 2025) Leukosit 10–25/LFF Batang Gram negatif 1–5/OIF Kultur urine: Escherichia coli ditemukan Colony count: >100.000 CFU/mL Non-MDR strain 🔹 USG Abdomen (15 April 2025) Dinding vesika urinaria menebal Tidak tampak batu/massa Organ ginjal dan saluran kemih lainnya dalam batas normal Saran: Follow-up ulang 6 bulan 🔹 Rontgen Thoraks (15 April 2025) Tidak tampak infiltrat atau kelainan paru Jantung dalam batas normal Tidak ada kelainan radiologis mayor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peradangan saluran kemih (ISK) akibat infeksi *Escherichia coli*.
- Iritasi mukosa vesika urinaria (ditandai dengan dinding vesika yang menebal pada USG).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 00132):**
- Nyeri berkurang atau terkontrol (skala nyeri ≤3 dari 10).
- Pasien mampu menunjukkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya: relaksasi).
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0810 – Manajemen Nyeri):**
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep (misal: parasetamol atau antispasmodik).
- Monitor respons nyeri (skala, frekuensi, dan karakteristik).
---
### **Diagnosa Keperawatan Sekunder:**
**Gangguan Eliminasi Urine (SDKI Code: 00016)**
**Definisi:** Gangguan dalam proses pengosongan kandung kemih yang ditandai dengan disuria, frekuensi, dan sensasi tidak tuntas.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Infeksi saluran kemih (ISK) dengan bakteriuria signifikan (*E. coli >100.000 CFU/mL*).
- Peradangan vesika urinaria (leukosituria 8255/LPF, nitrit positif).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 00016):**
- Pola BAK normal (frekuensi 4–6x/hari, tidak ada disuria).
- Urine jernih, tidak ada keluhan anyang-anyangan.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0610 – Manajemen Infeksi):**
- Anjurkan hidrasi adekuat (2–3 L/hari) untuk membantu eliminasi bakteri.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai sensitivitas (*E. coli* non-MDR).
- Monitor hasil urinalisis ulang (leukosit, nitrit, dan kultur).
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI Code: 00025)**
**Faktor Risiko:**
- Peningkatan suhu tubuh (demam) meningkatkan risiko dehidrasi.
- Mual dapat mengurangi asupan oral.
**Intervensi (SIKI Code: 0605 – Manajemen Cairan):**
- Monitor tanda vital (TD, nadi, turgor kulit).
- Anjurkan intake cairan sesuai toleransi.
---
### **Catatan Akademis:**
1. **Patofisiologi:** Infeksi *E. coli* pada saluran kemih menyebabkan respons inflamasi (↑ leukosit, neutrofilia), iritasi mukosa (nyeri, frekuensi BAK), dan gangguan eliminasi.
2. **Evidence-Based Practice:**
- Terapi antibiotik empiris (sesuai kultur) dan hidrasi adalah standar utama ISK (EAU Guidelines, 2023).
- Nyeri pada ISK bersifat visceral dan somatik, sehingga memerlukan pendekatan farmakologis dan non-farmakologis.
3. **Evaluasi:**
- Kriteria keberhasilan: Nyeri ↓, BAK normal, dan hasil urinalisis menunjukkan perbaikan (leukosit <5/LPF, nitrit negatif).
---
Format ini mengacu pada **PPNI (2020)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 16614 | 02 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus pasien dengan dugaan tuberkulosis paru:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler yang disebabkan oleh proses inflamasi dan lesi tuberkulosis di paru.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Lesi parenkim paru (berdasarkan hasil rontgen).
- Peningkatan produksi sekret bronkial (batuk berdahak).
- Suara napas bronkial menunjukkan konsolidasi jaringan paru.
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**SLKI Code: 0401 – Fungsi Pernapasan**
**Kriteria Luaran:**
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
2. Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95% pada udara ruangan.
3. Tidak ada sianosis atau penggunaan otot bantu napas.
4. Batuk produktif dengan dahak yang terkontrol.
**Indikator:**
- **0401.1:** Pernapasan efektif.
- **0401.3:** Keseimbangan asam-basa dalam batas normal.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
1. **Posisikan pasien semi-Fowler/fowler untuk optimalisasi ventilasi.**
2. **Lakukan fisioterapi dada (postural drainage dan perkusi) untuk mobilisasi sekret.**
3. **Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam.**
4. **Pantau saturasi oksigen dan gas darah arteri (bila diperlukan).**
5. **Kolaborasi pemberian oksigen tambahan jika SpO₂ <90%.**
**Intervensi Pendukung:**
- **SIKI 1400 (Edukasi Kesehatan):** Ajarkan pentingnya kepatuhan pengobatan tuberkulosis (OAT).
- **SIKI 2410 (Manajemen Nutrisi):** Tingkatkan asupan kalori-protein untuk melawan infeksi dan anoreksia.
---
### **Rasionalisasi**
1. **Gangguan pertukaran gas** dipilih karena lesi tuberkulosis mengganggu difusi oksigen dan memicu hipoksia (sesak napas, suara bronkial).
2. **SLKI 0401** mengevaluasi perbaikan oksigenasi sebagai luaran utama.
3. **SIKI 3310** menjadi intervensi kritis untuk mempertahankan patensi jalan napas dan mengurangi retensi sekret.
---
### **Catatan Akademis**
- Diagnosis ini sesuai dengan **NANDA-I Domain 3 (Pertukaran Gas)** dan divalidasi oleh temuan klinis (rontgen, auskultasi).
- Intervensi mengacu pada **evidence-based practice** untuk manajemen TB paru (WHO, 2023).
Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut berdasarkan perkembangan kondisi pasien, evaluasi intervensi harus dilakukan setiap 24 jam.
---
**Referensi:**
1. PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
2. PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5*.
3. PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
4. Global Tuberculosis Report. (2023). WHO.
Format RTF terlampir. -
Article No. 16514 | 01 May 2025
Klinis : nyeri kepala, meringis, gelisah, kurang tidur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu nyeri kepala, meringis, gelisah, dan kurang tidur, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis (jika ada):
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Nyeri kepala
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penatalaksanaan yang mungkin dilakukan bergantung pada evaluasi klinis dan kebutuhan pasien, seperti pemberian analgetik, pengelolaan gangguan tidur, atau intervensi psikologis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R51 (Nyeri kepala)
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan keluhan utama pasien, yaitu nyeri kepala.
- Nyeri kepala dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, ketegangan otot, atau kondisi medis lainnya. Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasarinya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini karena penatalaksanaan yang dilakukan bergantung pada evaluasi klinis dan kebutuhan pasien.
- Penanganan yang mungkin dilakukan dapat meliputi:
- Pemberian analgetik atau obat-obatan lain untuk mengatasi nyeri kepala.
- Intervensi psikologis atau manajemen stres untuk mengatasi gejala seperti meringis dan gelisah.
- Pengelolaan gangguan tidur, seperti pemberian obat tidur atau terapi perilaku.
- Penatalaksanaan yang tepat akan ditentukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi lain yang diperlukan. -
Article No. 16515 | 01 May 2025
Klinis : nyeri kepala, meringis, gelisah, kurang tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri kepala, meringis, gelisah, dan kurang tidur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10001)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI:
- Lokasi nyeri (10001.01)
- Karakteristik nyeri (10001.02)
- Durasi nyeri (10001.03)
- Frekuensi nyeri (10001.04)
- Skala nyeri (10001.05)
- Ekspresi wajah (10001.06)
- Perilaku protektif (10001.07)
- Fisiologi (10001.08)
SLKI:
- Kontrol nyeri (10002.01)
- Relaksasi (10002.02)
- Istirahat/tidur yang adekuat (10002.03)
SIKI:
- Manajemen Nyeri (10003)
- Terapi Relaksasi (10004)
- Terapi Peningkatan Tidur (10005)
Dengan kondisi nyeri kepala, meringis, gelisah, dan kurang tidur, pasien dapat mengalami Nyeri Akut yang perlu diatasi melalui intervensi keperawatan terkait manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan terapi peningkatan tidur. -
Article No. 16516 | 01 May 2025
Klinis : nyeri kepala, meringis, gelisah, kurang tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri kepala, meringis, gelisah, dan kurang tidur, dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut (SDKI Code: D.0001)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Karakteristik Mayor:**
- Ekspresi nyeri (meringis, gelisah).
- Perilaku melindungi area nyeri (memegang kepala).
- Gangguan tidur (kurang tidur).
**Faktor Terkait:**
- Penyebab nyeri kepala (misalnya: migrain, tension-type headache, atau gangguan vaskular).
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**SLKI Code: L.0801 (Kontrol Nyeri)**
**Indikator dan Skala Evaluasi:**
1. **Intensitas nyeri** (Skala: 1 = berat, 5 = tidak ada).
2. **Ekspresi wajah** (Skala: 1 = meringis, 5 = rileks).
3. **Durasi tidur** (Skala: 1 = <3 jam, 5 = ≥7 jam).
4. **Perilaku adaptif** (Skala: 1 = gelisah, 5 = tenang).
**Target Luaran:**
- Pasien melaporkan penurunan nyeri (skala ≤2 dalam 24 jam).
- Ekspresi wajah rileks (skala ≥4).
- Tidur ≥6 jam tanpa gangguan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**SIKI Code: I.1101 (Manajemen Nyeri)**
**Intervensi Utama:**
1. **Pengkajian nyeri:**
- Gunakan skala nyeri (numerik/VAS).
- Identifikasi faktor pencetus dan karakteristik nyeri.
2. **Terapi non-farmakologis:**
- Kompres hangat/dingin pada area nyeri.
- Relaksasi napas dalam atau guided imagery.
3. **Kolaborasi farmakologis:**
- Pemberian analgesik sesuai resep (misal: parasetamol/NSAID).
4. **Modifikasi lingkungan:**
- Redupkan cahaya, kurangi kebisingan.
- Atur posisi nyaman (elevasi kepala).
**Intervensi Tambahan:**
- **Edukasi pasien** tentang teknik manajemen nyeri mandiri (SIKI Code: I.1501).
- **Monitor tanda vital** (tekanan darah, nadi) untuk menilai respons terapi.
---
### **Rasionalisasi Akademis**
1. **Nyeri dan Gangguan Tidur:** Nyeri kepala mengaktifkan sistem saraf simpatis, meningkatkan gelisah dan mengganggu siklus tidur (Kozier et al., 2021).
2. **Pendekatan Holistik:** Intervensi non-farmakologis mendukung terapi farmakologis dengan mengurangi ketergantungan obat (WHO, 2018).
3. **Evidence-Based Practice:** Skala nyeri dan evaluasi luaran sesuai dengan standar PPNI dan NANDA-I untuk akurasi asesmen.
---
### **Referensi**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2018). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
- Potter & Perry. (2021). *Fundamentals of Nursing*. Elsevier.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan integrasi teori, standar profesi, dan pendekatan praktik berbasis bukti. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan detail tambahan. -
Article No. 16517 | 01 May 2025
Klinis : pasien wanita berumur 24 tahun kunjungan ke poli kandungan dengan G1 P2 A0 dokter mendiagnosa kehamilan gemelli + anemia dengan usia kehamilan 32 minggu. hasil pengkajian ners di dapatkan konjugtiva anemis, pasien sering merasakan pusing. buatkan diagnosa keperawatan 1 X 30 menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kondisi kehamilan gemelli dan anemia.
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nutrisi: Status Gizi
- Kriteria Hasil:
- Berat badan sesuai dengan usia kehamilan
- Kadar hemoglobin dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi dan kebutuhan nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien
- Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai rekomendasi
- Pantau berat badan dan kadar hemoglobin pasien secara berkala
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama kehamilan
2. Manajemen Anemia
- Kaji tanda-tanda anemia pada pasien (konjungtiva anemis, sering pusing)
- Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan anemia (pemberian suplemen besi, dll.)
- Pantau kadar hemoglobin pasien secara berkala
- Edukasi pasien dan keluarga tentang anemia dan pentingnya penanganan yang tepat
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh" dipilih karena pasien memiliki kondisi kehamilan gemelli dan anemia, yang dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi. Risiko ini dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi ibu dan janin.
Luaran yang diharapkan adalah status gizi pasien yang baik, dengan berat badan sesuai usia kehamilan, kadar hemoglobin dalam rentang normal, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Hal ini penting untuk memastikan kehamilan yang sehat dan perkembangan janin yang optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen nutrisi dan manajemen anemia. Ini mencakup pengkajian status nutrisi dan anemia, kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi, pemantauan status kesehatan, dan edukasi bagi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat dan mendapatkan penanganan yang tepat untuk kondisi anemianya. -
Article No. 16518 | 01 May 2025
Klinis : pasien wanita berumur 24 tahun kunjungan ke poli kandungan dengan G1 P2 A0 dokter mendiagnosa kehamilan gemelli + anemia dengan usia kehamilan 32 minggu. hasil pengkajian ners di dapatkan konjugtiva anemis, pasien sering merasakan pusing. pasien direncakan akan di rujuk ke ruang rawat inap buatkan 2 diagnosa keperawatan 1 X 30 menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan akibat kehamilan gemelli.
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
2. Anemia berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
Definisi: Penurunan jumlah dan/atau fungsi sel darah merah yang menyebabkan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen ke jaringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Hasil yang Diharapkan: Pasien mampu mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi.
- Pasien menunjukkan intake dan output cairan yang adekuat.
2. Anemia:
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam batas normal.
- Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan konjungtiva yang tidak pucat.
- Pasien tidak mengalami gejala pusing.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin.
- Pemantauan intake dan output cairan.
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Edukasi kepada pasien tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan keseimbangan cairan pasien.
2. Anemia:
- Pemantauan tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat, pusing).
- Pemberian suplemen zat besi sesuai dengan resep dokter.
- Edukasi kepada pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang kaya zat besi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau dan mengevaluasi status anemia pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang diberikan berdasarkan kondisi pasien yang mengalami kehamilan gemelli dan anemia pada usia kehamilan 32 minggu. Risiko Kekurangan Volume Cairan dan Anemia merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat dan meningkatkan kadar hemoglobin dalam batas normal. Kriteria hasil yang ditetapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, pemberian suplemen zat besi, edukasi kepada pasien, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan.