Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21757 | 21 Sep 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan mengeluh nyeri perut, meringis kesakitan
ICD-SDKI: DIAGNOSE SDKI (
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI (Claude):
Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI
Diagnosa Keperawatan
SDKI
SLKI
SIKI
Nyeri Akut
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Onset mendadak atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, berlangsung dalam jangka waktu singkat kurang dari 3 bulan.
Kode: 10001
Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, melaporkan, dan mengatasi nyeri.
Kode: 10001
Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengidentifikasi, memonitor, dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki onset mendadak atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam jangka waktu singkat kurang dari 3 bulan. Dalam kasus ini, pasien mengeluh nyeri perut dan meringis kesakitan, yang merupakan gejala dari suatu penyakit.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Onset mendadak atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, berlangsung dalam jangka waktu singkat kurang dari 3 bulan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, melaporkan, dan mengatasi nyeri.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengidentifikasi, memonitor, dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
Dalam konteks kasus ini, perawat harus melakukan identifikasi, monitoring, dan pengelolaan nyeri yang dialami oleh pasien secara komprehensif. Hal ini mencakup pengkajian nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri. Pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien sangat penting untuk memastikan pengalaman nyeri pasien dapat diatasi secara efektif. -
Article No. 21758 | 21 Sep 2025
Klinis : Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130).
ICD-SDKI: DIAGNOSE SDKI (
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI (Claude):
Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI
Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)
Kode
Definisi
D.0130
Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh proses patologis dalam tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Kode
Definisi
00007
Hipertermi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh proses patologis dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode
Definisi
00001
Suhu tubuh dalam rentang normal: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode
Definisi
I.0041
Manajemen Hipertermi: Serangkaian tindakan untuk mengelola peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh proses patologis dalam tubuh.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan klien.
Diagnosis keperawatan "Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)" mengacu pada peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh proses patologis dalam tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Hipertermi (I.0041) yang meliputi serangkaian tindakan untuk mengelola peningkatan suhu tubuh, seperti pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan, pengaturan lingkungan, dan pemberian obat-obatan sesuai dengan kondisi klien. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Suhu tubuh dalam rentang normal (00001), yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
-
Article No. 21759 | 21 Sep 2025
Klinis : demam 38,2
ICD-SDKI: Kode ICD-10
Diagnosa:
Kode ICD-10:
Kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk Kondisi Demam 38,2°C
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi demam 38,2°C. Penanganan akan bervariasi tergantung pada penyebab dan gejala yang menyertai demam.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi demam yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain.
- Demam 38,2°C dapat menjadi gejala dari berbagai kondisi medis, seperti infeksi, penyakit autoimun, atau bahkan kondisi non-medis seperti dehidrasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan kondisi demam 38,2°C.
- Penanganan demam akan bergantung pada penyebab dan gejala yang menyertai. Tindakan medis yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan fisik, tes diagnostik (misalnya tes darah, rontgen), pemberian obat penurun demam, dan penanganan penyebab yang mendasarinya.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur medis dalam rekam medis pasien. Penggunaannya harus dilakukan dengan berpedoman pada pedoman dan aturan yang berlaku. -
Article No. 21723 | 20 Sep 2025
Klinis : vertigo
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi Vertigo\b0\fs24
\par
\par
\b NANDA-I Diagnosis: (00054) Risiko Cedera\b0
\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0
\par
Vertigo merupakan sensasi berputar atau ketidakseimbangan yang dapat meningkatkan risiko jatuh atau cedera pada pasien. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan untuk meminimalkan potensi bahaya fisik.
\par
\par
\b Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0
\par
\b Kode: D.0016 - Risiko Cedera\b0
\par
\b Definisi:\b0 Rentan terhadap peningkatan kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat membahayakan kesehatan.
\par
\par
\b Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0
\par
\b Kode: L.14016 - Keamanan Lingkungan: Personal\b0
\par
\b Kriteria Luaran:\b0
\par
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor risiko cedera.
\par
- Pasien mendemonstrasikan perilaku pencegahan cedera.
\par
- Tidak terjadi cedera selama perawatan.
\par
\par
\b Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0
\par
\b Kode: I.10280 - Manajemen Lingkungan: Keamanan\b0
\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0
\par
- Identifikasi dan minimalkan faktor lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera.
\par
- Ajarkan teknik perubahan posisi secara perlahan (contoh: \i manuver\i0 Brandt-Daroff).
\par
- Anjurkan pasien untuk menghindari gerakan kepala secara tiba-tiba.
\par
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian farmakoterapi sesuai indikasi.
\par
- Pantau tanda-tanda vital dan tingkat keseimbangan pasien secara berkala.
\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien melalui pengkajian yang komprehensif.
\par
\par
\i Sumber: PPNI (2017). \i0 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1.
\par
} -
Article No. 21724 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sulit bicara dan sulit menggerakkan ekstermitas kanan. pasien mengatakan pernah terkena serangan stroke 4 tahun yang lalu. pasien dibawa ke igd, setelah pemeriksaan didapatkan TD 140/80, N : 84, RR 20, S 36.4. setelah dilakukan pemeriksaan lab didapatkan hasil kolesterol tinggi 500
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan neuromuskuler (Riwayat stroke, kelemahan ekstremitas kanan)
\par \b Kode:\b0 00085
\par \b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 0400 - \i Mobilitas\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Pergerakan tubuh terkontrol (0400.1)
\par - Kekuatan otot ekstremitas (0400.2)
\par - Keseimbangan tubuh (0400.3)
\par - Kemampuan melakukan aktivitas fungsional (0400.4)
\par \b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 0840 - \i Terapi Aktivitas\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Latihan Rentang Gerak (0840.1)
\par - Latihan Transfer dan Ambulasi (0840.2)
\par - Terapi Okupasi (0840.3)
\par - Monitoring Toleransi Aktivitas (0840.4)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Komunikasi Verbal b.d kerusakan neuromuskuler (Sulit bicara)
\par \b Kode:\b0 00051
\par \b SLKI:\b0
\par \b Kode:\b0 0301 - \i Komunikasi\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Kemampuan menyampaikan pesan (0301.1)
\par - Kemampuan memahami pesan (0301.2)
\par - Ketepatan penggunaan kata (0301.3)
\par \b SIKI:\b0
\par \b Kode:\b0 4970 - \i Terapi Komunikasi\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Latihan Wicara (4970.1)
\par - Penggunaan Alat Bantu Komunikasi (4970.2)
\par - Teknik Komunikasi Alternatif (4970.3)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak b.d hipertensi dan hiperkolesterolemia (TD 140/80, kolesterol 500)
\par \b Kode:\b0 00073
\par \b SLKI:\b0
\par \b Kode:\b0 1301 - \i Status Sirkulasi\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Tekanan darah dalam rentang normal (1301.1)
\par - Denyut nadi perifer teraba (1301.2)
\par \b SIKI:\b0
\par \b Kode:\b0 2010 - \i Pengendalian Tekanan Darah\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Monitoring Tekanan Darah (2010.1)
\par - Edukasi Manajemen Hipertensi (2010.2)
\par - Kolaborasi Terapi Farmakologi (2010.3)
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa keperawatan ini bersifat tentatif dan memerlukan validasi lebih lanjut melalui pengkajian yang komprehensif. Penatalaksanaan harus disesuaikan dengan kondisi terkini pasien dan dalam koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
} -
Article No. 21725 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien mempunyai riwayat stroke 4 tahun yang lalu, saat ini pasien dengan kesadaran composmentis GCS 456
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat stroke 4 tahun yang lalu dan status kesadaran compos mentis (GCS 15), berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI:\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak\b0 (Kode: 00073)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis lebih lanjut.\par
- \b SLKI:\b0 Mempertahankan perfusi serebral adekuat dengan tanda-tanda neurologis stabil (GCS 15, tidak ada defisit motorik/sensorik baru).\par
- \b SIKI:\b0 Pemantauan neurologis berkala, manajemen faktor risiko (tekanan darah, gula darah), dan edukasi pasien/keluarga tentang tanda-tanda deteriorasi neurologis.\par
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan mengenai Kondisi, Prognosis, dan Pengobatan\b0 (Kode: 00126)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Ketidakadekuatan informasi atau pemahaman mengenai penyakit stroke, pencegahan kekambuhan, dan penatalaksanaan jangka panjang.\par
- \b SLKI:\b0 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang kondisi, pengobatan, dan strategi pencegahan kekambuhan.\par
- \b SIKI:\b0 Edukasi kesehatan tentang manajemen faktor risiko (diet, aktivitas fisik, kepatuhan pengobatan), serta evaluasi pemahaman pasien/keluarga.\par
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Disfungsi Mobilitas Fisik\b0 (Kode: 00085)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Risiko keterbatasan kemampuan pergerakan independen akibat dampak residual stroke.\par
- \b SLKI:\b0 Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fungsional sesuai kemampuan pasien.\par
- \b SIKI:\b0 Latihan rentang gerak, ambulasi sesuai toleransi, dan pencegahan komplikasi imobilisasi (seperti kontraktur atau trombosis).\par
\par
\b 4. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan\b0 (Kode: 00026) \i(jika terdapat tanda edema atau gangguan eliminasi)\i0\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Peningkatan retensi cairan yang dapat memperberat kondisi hemodinamik dan neurologis.\par
- \b SLKI:\b0 Keseimbangan cairan tercapai dengan tanda vital stabil dan tidak ada edema.\par
- \b SIKI:\b0 Pemantauan balance cairan, pembatasan asupan natrium, dan kolaborasi pemberian diuretik jika diperlukan.\par
\par
Catatan: Penetapan diagnosa keperawatan harus didasarkan pada pengkajian holistik, termasuk kondisi residual stroke, faktor komorbid, dan kebutuhan pasien. Rekomendasi ini bersifat umum dan perlu disesuaikan dengan data klinis lengkap.\par
} -
Article No. 21726 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien mempunyai riwayat stroke 4 tahun yang lalu, saat ini pasien dengan kesadaran composmentis GCS 456
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat stroke 4 tahun yang lalu dan status kesadaran compos mentis (GCS 15), berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Gangguan Mobilitas Fisik\cf0\b0 (Kode SDKI: B.3.1)\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Kondisi dimana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan pergerakan fisik secara mandiri.\par
\cf3\b Faktor Risiko/Karakteristik:\cf0\b0 Riwayat stroke (4 tahun) yang dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan ekstremitas, gangguan koordinasi, atau spastisitas.\par
\b SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf2\b Mobilitas\cf0\b0 (Kode SLKI: L.04010)\par
\cf3\b Kriteria Hasil:\cf0\b0\par
- \'95 Pergerakan ekstremitas bertambah (L.04010.010)\par
- \'95 Kekuatan otot ekstremitas membaik (L.04010.020)\par
- \'95 Kemampuan berjalan meningkat (L.04010.050)\par
- \'95 Kemandirian dalam aktivitas mobilitas tercapai (L.04010.070)\par
\b SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf2\b Latihan Rentang Gerak\cf0\b0 (Kode SIKI: I.09037)\par
\cf3\b Tindakan Keperawatan:\cf0\b0\par
- \'95 Ajarkan teknik latihan rentang gerak aktif/pasif (I.09037.010)\par
- \'95 Bantu pasien dalam melakukan latihan pergerakan sendi (I.09037.020)\par
- \'95 Monitor respons pasien terhadap latihan (I.09037.050)\par
- \'95 Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi (I.09037.070)\par
\cf2\b Manajemen Latihan\cf0\b0 (Kode SIKI: I.09029)\par
\cf3\b Tindakan Keperawatan:\cf0\b0\par
- \'95 Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas (I.09029.010)\par
- \'95 Rencanakan program latihan progresif (I.09029.030)\par
- \'95 Ajarkan teknik konservasi energi (I.09029.050)\par
- \'95 Berikan reinforcement positif terhadap kemajuan pasien (I.09029.070)\par
\cf4\b Catatan:\cf0\b0 GCS 456 biasanya menunjukkan nilai 15 (compos mentis) dengan pembagian: 4 untuk mata, 5 untuk verbal, dan 6 untuk motorik. Aspek "tone=akademis, persona=pakar" mengindikasikan perlunya pendekatan edukasi yang komprehensif dan kolaboratif dengan pasien.\par
} -
Article No. 21727 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa dispepsia mengeluh nyeri perut dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
\b Pasien dengan Dispepsia yang Mengeluh Nyeri Perut dan Demam\b0\par
\par
\b 1. DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 D.0016 \b Nyeri Akut\b0\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.\par
\par
\b 2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 D.0028 \b Hipertermia\b0\par
\b Definisi:\b0 Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.\par
\par
\b 3. STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI):\b0\par
\b D.0016 Nyeri Akut:\b0\par
- Karakteristik utama: Melaporkan nyeri, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi nadi, perilaku berhati-hati, ekspresi wajah kesakitan\par
- Karakteristik tambahan: Gelisah, menangis, fokus pada diri sendiri, perubahan posisi tubuh untuk menghindari nyeri\par
\par
\b D.0028 Hipertermia:\b0\par
- Karakteristik utama: Kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, takikardia, takipnea\par
- Karakteristik tambahan: Kejang, berkeringat, mengigil, penurunan kesadaran\par
\par
\b 4. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI):\b0\par
\b L.04015 Kontrol Nyeri:\b0\par
- Kriteria hasil: Menyatakan nyeri terkontrol, menunjukkan teknik relaksasi, mempertahankan tingkat nyeri yang dapat diterima\par
- Indikator: Skala nyeri, ekspresi wajah, tanda vital, kemampuan istirahat/tidur\par
\par
\b L.1402 Termoregulasi:\b0\par
- Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang normal, kulit hangat dan kering, tidak ada menggigil\par
- Indikator: Pengukuran suhu, warna kulit, tingkat keringat, kenyamanan termal\par
\par
\b 5. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI):\b0\par
\b I.08230 Manajemen Nyeri:\b0\par
- Aktivitas: Ajarkan teknik nonfarmakologis (nafas dalam, distraksi), kolaborasi pemberian analgesik, evaluasi efektivitas intervensi\par
- Monitor: Skala nyeri, respons terhadap terapi, efek samping pengobatan\par
\par
\b I.0820 Manajemen Hipertermia:\b0\par
- Aktivitas: Kompres hangat/dingin, tirah baring, kolaborasi pemberian antipiretik, pertahankan intake cairan\par
- Monitor: Suhu tubuh, tanda vital, status hidrasi, respons terapi\par
\par
\b 6. REKOMENDASI IMPLEMENTASI:\b0\par
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (PQRST)\par
- Monitor suhu tubuh setiap 4 jam\par
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi\par
- Edukasi pasien tentang manajemen gejala di rumah\par
- Dokumentasi respons terhadap intervensi yang diberikan\par
\par
\b Catatan:\b0 Penetapan diagnosis keperawatan harus didasarkan pada pengkajian komprehensif dan validasi data yang akurat. Intervensi disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kebijakan institusi.\par
} -
Article No. 21728 | 20 Sep 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah otak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN\b0\fs24
\b Kode\b0: 0002
\b Diagnosa\b0: Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah otak
\b\fs28 PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) - Kode 0002\b0:
Gangguan perfusi jaringan serebral merupakan kondisi ketidakefektifan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Fokus utama pada kondisi ini adalah penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak akibat gangguan aliran darah, dengan faktor terkait berupa interupsi aliran darah otak yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis seperti stroke, emboli, atau trombosis.
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)\b0:
\b Kode\b0: 2701 - \b Status sirkulasi: otak\b0
\b Indikator\b0:
- Tingkat kesadaran (Skala 1-5)
- Fungsi kognitif (Skala 1-5)
- Kekuatan motorik (Skala 1-5)
- Sensori (Skala 1-5)
- Tanda-tanda neurologis fokal (Skala 1-5)
- Tekanan darah (Skala 1-5)
- Denyut nadi (Skala 1-5)
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)\b0:
\b Kode\b0: 2620 - \b Pemantauan neurologis\b0
\b Aktivitas\b0:
- Monitor status neurologis setiap 2-4 jam sesuai kondisi
- Kaji tingkat kesadaran menggunakan skala GCS
- Observasi perubahan tanda vital
- Monitor fungsi motorik dan sensorik
- Kaji pupil (size, equality, reaction to light)
- Observasi adanya tanda-tanda peningkatan TIK
- Dokumentasi temuan neurologis secara komprehensif
\b Kode\b0: 0800 - \b Manajemen perfusi jaringan\b0
\b Aktivitas\b0:
- Pertahankan posisi kepala netral (30° elevasi)
- Monitor tekanan darah dan nadi secara berkala
- Hindari maneuver valsava dan fleksi leher berlebihan
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Monitor balance cairan (intake-output)
- Kolaborasi pemberian medikasi sesuai program terapi
\par
\b Catatan Klinis\b0: Implementasi intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan dilakukan melalui pendekatan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. Pemantauan neurologis yang ketat dan dokumentasi yang akurat merupakan aspek kritis dalam manajemen gangguan perfusi serebral.
\par
} -
Article No. 21729 | 20 Sep 2025
Klinis : Risiko aspirasi b.d. gangguan reflek menelan (disfagia)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \b0 Berdasarkan kondisi klien dengan \b risiko aspirasi b.d. gangguan refleks menelan (disfagia)\b0 , berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0
\par Risiko Aspirasi b.d. gangguan refleks menelan (disfagia)
\par \b Kode DX:\b0 00039
\par
\b\i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\i0\b0
\par \b Definisi:\b0 Berisiko mengalami masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam trakeobronkial akibat ketidakefektifan atau tidak adanya mekanisme perlindungan jalan napas.
\par \b Faktor Risiko:\b0 Gangguan menelan, penurunan refleks batuk/gag, gangguan kesadaran, adanya selang nasogastrik/endotrakeal.
\par
\b\i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\i0\b0
\par \b Kode:\b0 0901 - \b Status Pernapasan\b0
\par \b Definisi Luaran:\b0 Kepatenan dan kemudahan pertukaran udara pada alveoli-kapiler.
\par \b Indikator:\b0
\par - \b 090104 - Bunyi napas bersih\b0 (mengindikasikan tidak adanya sekret/dahak di jalan napas)
\par - \b 090108 - Tidak ada sianosis\b0 (mengindikasikan tidak terjadi hipoksia)
\par - \b 090114 - Tidak ada bunyi napas tambahan (mengi/ronkhi/stridor)\b0 (mengindikasikan tidak terjadi obstruksi atau aspirasi)
\par - \b 090118 - Batuk efektif\b0 (mengindikasikan kemampuan membersihkan jalan napas)
\par
\b\i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\i0\b0
\par \b Kode:\b0 3320 - \b Manajemen Aspirasi\b0
\par \b Definisi Intervensi:\b0 Mencegah atau meminimalkan risiko masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam trakeobronkial.
\par \b Aktivitas Keperawatan (seleksi):\b0
\par - \b 3320-1 - Identifikasi faktor risiko aspirasi\b0
\par - \b 3320-2 - Posisikan semi/setengah duduk (30-45\super o\nosupersub ) selama dan setelah pemberian makan\b0
\par - \b 3320-4 - Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering\b0
\par - \b 3320-5 - Anjurkan untuk tidak berbicara saat makan\b0
\par - \b 3320-7 - Lakukan penghisapan lendir jalan napas sesuai indikasi\b0
\par - \b 3320-9 - Monitor status pernapasan (bunyi napas, frekuensi, irama, kedalaman)\b0
\par - \b 3320-12 - Kolaborasi pemberian diet sesuai toleransi (mis: tekstur lunak/puree)\b0
\par
\b\i Penjelasan Singkat:\i0\b0 Diagnosa ini bersifat \b risiko\b0 , sehingga fokus intervensi adalah pada \b pencegahan\b0 kejadian aspirasi. Gangguan refleks menelan (disfagia) secara langsung merusak mekanisme pertahanan faring, sehingga meningkatkan kemungkinan material masuk ke jalan napas. Tujuan utamanya adalah mempertahankan \b Status Pernapasan\b0 yang adekuat (SLKI: 0901) melalui serangkaian tindakan dalam \b Manajemen Aspirasi\b0 (SIKI: 3320) untuk meminimalkan ancaman tersebut.
\par
\b0 \lang1057 Sumber:\lang1033 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017-2019). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).\i0 Edisi I-IV. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
}