Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16734 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan evaluasi keperawatan untuk diagnosis Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia dan pertumbuhan fisik terganggu. Pada kasus anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta evaluasi keperawatan untuk kondisi pasien:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia dan pertumbuhan fisik terganggu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00111
Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan/atau emosional yang diharapkan sesuai dengan potensi dan usia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 13001
Judul: Pertumbuhan dan Perkembangan
Definisi: Kemampuan individu untuk mencapai perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan/atau emosional yang diharapkan sesuai dengan potensi dan usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 13001
Judul: Peningkatan Pertumbuhan dan Perkembangan
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mencapai perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan/atau emosional yang diharapkan sesuai dengan potensi dan usia.
Evaluasi Keperawatan:
1. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia.
2. Pasien dapat menunjukkan perbaikan pertumbuhan fisik.
3. Pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan pemahaman yang baik tentang kondisi hidrosefalus dan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Keluarga dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan terkait kondisi anak dan rencana tindakan medis. -
Article No. 16735 | 04 May 2025
Klinis : pasien chf dengan keluhan sesak napas dan kaki bengkak dan nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk pasien dengan *Congestive Heart Failure (CHF)* yang mengeluhkan sesak napas, edema tungkai, dan nyeri ulu hati, sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada tingkat alveolar-kapiler, yang dapat disebabkan oleh penumpukan cairan di paru (*pulmonary congestion*) pada CHF.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peningkatan tekanan hidrostatik akibat gagal jantung
- Penurunan compliance paru
- Retensi cairan sistemik
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 0402 – Status Pernapasan)**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit)
- Saturasi oksigen ≥95%
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas)**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler tinggi untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian diuretik (furosemid) untuk mengurangi overload cairan
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Kelebihan Volume Cairan (SDKI Code: 00026)**
**Definisi:**
Peningkatan retensi cairan dan natrium akibat penurunan curah jantung pada CHF, dimanifestasikan oleh edema tungkai, distensi vena jugularis, dan peningkatan berat badan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penurunan fungsi pompa jantung
- Retensi natrium dan air
- Peningkatan afterload sistemik
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 0601 – Keseimbangan Cairan)**
- Edema berkurang/tidak ada
- Output urine adekuat (>0,5 mL/kg/jam)
- Berat badan stabil
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 4120 – Manajemen Cairan)**
- Monitor intake-output cairan
- Batasi asupan natrium (<2 g/hari)
- Berikan terapi diuretik sesuai resep
- Auskultasi suara paru (ronki basah)
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:**
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat iskemia miokard atau distensi lambung (nyeri ulu hati), dengan durasi ≤3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kongesti vena hepatik (akibat CHF)
- Iskemia miokard sekunder terhadap penurunan curah jantung
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1301 – Kontrol Nyeri)**
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10)
- Pasien melaporkan penurunan nyeri
- Tidak ada tanda nonverbal (menggeliat, wajah meringis)
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 1400 – Manajemen Nyeri)**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgesik (parasetamol) atau nitrat (jika terkait angina)
- Hindari posisi telentang untuk mengurangi tekanan abdomen
---
### **Catatan Tambahan:**
- **SDKI, SLKI, SIKI** merupakan standar PPNI yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis *evidence-based practice*.
- **Prioritas Intervensi:** Fokus pada stabilisasi oksigenasi, reduksi beban cairan, dan manajemen nyeri.
- **Kolaborasi:** Perlu kerja sama dengan tim medis untuk terapi farmakologis (ACE inhibitor, beta-blocker, diuretik).
Semoga penjelasan ini dapat menjadi panduan klinis yang komprehensif. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, evaluasi respon pasien terhadap intervensi harus dilakukan secara berkala.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2021). *Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care*. Elsevier. -
Article No. 16736 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S Mengatakan bahwa ia pernah melakukan tes darah yang hasilnya menunjukkan bahwa Ny. S menderita penyakit bronkitis. Data objektif : • Batuk ringan • Saturasi oksigen : 93% Bersihan jalan napas tidak efektif Seringnya terkena paparan asap rokok dan terpajan polutan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, maka diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), penjelasan singkat untuk diagnosis ini adalah:
SDKI:
Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI:
Kode: 0410
Definisi: Derajat kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
SIKI:
Kode: 3020
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien Ny. S memiliki gejala batuk ringan dan saturasi oksigen yang menurun, yang menunjukkan adanya masalah dalam bersihan jalan napas. Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan kondisi pasien dan dapat menjadi dasar untuk rencana asuhan keperawatan selanjutnya. -
Article No. 16737 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S Mengatakan bahwa ia pernah melakukan tes darah yang hasilnya menunjukkan bahwa Ny. S menderita penyakit bronkitis. Data objektif : • Batuk ringan • Saturasi oksigen : 93% Bersihan jalan napas tidak efektif Seringnya terkena paparan asap rokok dan terpajan polutan. luaran dan intervensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan jawaban dengan format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J40
- Deskripsi: Bronkitis, tidak ditentukan apakah akut atau kronis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang sesuai, karena tidak terdapat informasi tentang tindakan medis yang dilakukan.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien Ny. S dilaporkan pernah melakukan tes darah yang menunjukkan hasil positif untuk penyakit bronkitis. Gejala klinis yang nampak adalah batuk ringan dan saturasi oksigen 93%, yang menandakan adanya bersihan jalan napas yang tidak efektif. Selain itu, pasien juga sering terkena paparan asap rokok dan polutan, yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya bronkitis.
Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah J40 (Bronkitis, tidak ditentukan apakah akut atau kronis). Kode ini mencakup kondisi bronkitis yang tidak spesifik, baik dalam bentuk akut maupun kronis. Tidak ada kode ICD-9-CM procedure yang spesifik, karena tidak ada informasi tentang tindakan medis yang dilakukan selain pemeriksaan tes darah.
Dalam penanganan kasus ini, intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Edukasi kepada pasien terkait faktor risiko bronkitis, seperti menghindari paparan asap rokok dan polutan
- Pemantauan tanda-tanda vital, terutama saturasi oksigen
- Pemberian terapi bronkodilator atau obat anti-inflamasi jika diperlukan
- Edukasi tentang manajemen batuk dan cara membersihkan jalan napas secara efektif
- Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti radiologi atau pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis. -
Article No. 16738 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S Mengatakan bahwa ia pernah melakukan tes darah yang hasilnya menunjukkan bahwa Ny. S menderita penyakit bronkitis. Data objektif : • Batuk ringan • Saturasi oksigen : 93% Bersihan jalan napas tidak efektif Seringnya terkena paparan asap rokok dan terpajan polutan. luaran dan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, maka Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Penjelasan:
Ny. S melaporkan bahwa ia pernah melakukan tes darah yang menunjukkan bahwa ia menderita bronkitis. Selain itu, data objektif menunjukkan adanya batuk ringan dan saturasi oksigen yang menurun (93%), yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
2. Luaran dan Intervensi Keperawatan:
a. Luaran SLKI:
- Bersihan Jalan Napas: Kode 00410
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
b. Intervensi SIKI:
- Manajemen Jalan Napas: Kode 6550
Definisi: Memfasilitasi pembukaan dan pemeliharaan jalan napas yang terbuka.
- Terapi Oksigen: Kode 3320
Definisi: Pemberian oksigen tambahan untuk meningkatkan pasokan oksigen.
- Manajemen Batuk: Kode 3140
Definisi: Membantu klien dalam mengontrol dan mengurangi batuk yang tidak produktif.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan singkat atas Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi yang sesuai dengan kondisi Ny. S telah dipaparkan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sumber utama yang menetapkan sistem klasifikasi SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 16739 | 04 May 2025
Klinis : dada terasa nyeri, seperti ditusuk, keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri tembus ke punggung, keringat dingin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Dada Akut (KODE: 00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area dada.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Judul: Nyeri Dada Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area dada.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1410
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Upaya untuk mengendalikan nyeri sehingga klien dapat beraktivitas dengan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri sehingga klien dapat beraktivitas dengan nyaman.
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment yang komprehensif untuk mengetahui penyebab dan karakteristik nyeri dada yang Anda alami. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana keperawatan yang meliputi pemberian analgesik, terapi non-farmakologis (seperti relaksasi, kompres hangat/dingin), serta edukasi terkait cara mengelola nyeri dada. Tujuannya adalah untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan Anda dalam beraktivitas, dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 16740 | 04 May 2025
Klinis : dada terasa nyeri, seperti ditusuk, keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri tembus ke punggung, keringat dingin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah Nyeri Akut. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut. Gejala yang Anda deskripsikan, seperti dada terasa nyeri, seperti ditusuk, keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri tembus ke punggung, serta keringat dingin, sesuai dengan kriteria diagnostik Nyeri Akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri. Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Kontrol Nyeri didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mengendalikan rasa nyeri yang dialami. Indikator keberhasilan Kontrol Nyeri meliputi:
1. Mampu menyatakan skala nyeri yang dirasakan.
2. Mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Melaporkan penurunan intensitas nyeri.
4. Menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks.
5. Tidur dan istirahat yang memadai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran Kontrol Nyeri, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis dan non-farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer untuk mengurangi nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup.
2. Manajemen Aktivitas
- Bantu pasien untuk mengatur aktivitas sesuai dengan toleransi dan kemampuannya.
- Anjurkan posisi yang nyaman saat beristirahat.
- Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan penatalaksanaannya.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Kontrol Nyeri, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 16741 | 04 May 2025
Klinis : Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif (00233)
Definisi:
Berisiko mengalami penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke otot jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00233
Judul: Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke otot jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Judul: Status Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Kemampuan sistem kardiovaskular untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan jantung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6006
Judul: Manajemen Perfusi Miokard
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi ke miokard.
Dengan pendekatan akademis dan sebagai perawat yang berpengalaman, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan komponen-komponen SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif. -
Article No. 16742 | 04 May 2025
Klinis : keputusasaan berhubungan dengan faktor sosial (keluarga dan pertemanan)serta faktor lingkungan (kesulitan adaptasi) ditandai dengan perasaan tidak ada harapan, perilaku pasif, dan minimnya kontak mata
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Keputusasaan (00125)
Definisi SDKI:
Keputusasaan adalah hilangnya harapan dan keyakinan akan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit.
Definisi SLKI:
Keputusasaan adalah hilangnya harapan dan keyakinan akan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit.
Definisi SIKI:
Keputusasaan adalah pengalaman subjektif individu yang merasa tidak ada harapan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
1. Faktor sosial (keluarga dan pertemanan)
2. Faktor lingkungan (kesulitan adaptasi)
Karakteristik Definitif (SDKI):
1. Perasaan tidak ada harapan
2. Perilaku pasif
3. Minimnya kontak mata
Kode Diagnosa:
SDKI: 00125
SLKI: 00125
SIKI: 00125
Sebagai perawat, saya memahami bahwa keputusasaan dapat terjadi akibat berbagai faktor, terutama terkait dengan kondisi sosial dan lingkungan. Kondisi ini dicirikan dengan perasaan tidak ada harapan, perilaku pasif, dan minimnya kontak mata. Diagnosa ini penting untuk diidentifikasi dan ditangani secara tepat agar pasien dapat memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan harapan dan keyakinannya dalam mengatasi situasi sulit yang dihadapi. -
Article No. 16743 | 04 May 2025
Klinis : keputusasaan berhubungan dengan faktor sosial (keluarga dan pertemanan)serta faktor lingkungan (kesulitan adaptasi) ditandai dengan perasaan tidak ada harapan, perilaku pasif, dan minimnya kontak mata
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan adalah "Keputusasaan berhubungan dengan faktor sosial (keluarga dan pertemanan) serta faktor lingkungan (kesulitan adaptasi) ditandai dengan perasaan tidak ada harapan, perilaku pasif, dan minimnya kontak mata." Keputusasaan didefinisikan sebagai "Kehilangan harapan dan motivasi untuk bertindak dalam merespon keadaan hidup." Kondisi ini berhubungan dengan faktor sosial, yaitu masalah dalam hubungan dengan keluarga dan teman, serta faktor lingkungan, yaitu kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat mengekspresikan harapan dan optimisme akan masa depan.
2. Pasien dapat terlibat dalam aktivitas yang bermakna.
3. Pasien dapat mempertahankan kontak mata saat berinteraksi.
4. Pasien dapat mengidentifikasi sumber dukungan sosial.
5. Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Terapi harapan: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengembangkan harapan, serta memfasilitasi perencanaan tujuan yang realistis.
2. Terapi aktivitas: Mengembangkan dan melibatkan pasien dalam aktivitas yang bermakna dan dapat meningkatkan harga diri.
3. Terapi komunikasi: Melatih pasien untuk mempertahankan kontak mata dan meningkatkan interaksi yang efektif.
4. Dukungan sosial: Memfasilitasi pasien untuk mengidentifikasi dan mengakses sumber dukungan sosial, baik dari keluarga maupun kelompok sosial.
5. Edukasi adaptasi: Memberikan edukasi dan latihan kepada pasien untuk mengembangkan strategi beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu memperhatikan kebutuhan holistik pasien, termasuk aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.