Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19787 | 18 Jul 2025
Klinis : BAB hitam 6x hari ini, mual ++ muntah hitam 1x demam -,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dijelaskan, yaitu BAB hitam 6x hari ini, mual ++ muntah hitam 1x, dan tidak ada demam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Tercapai
a. Indikator:
- Turgor kulit membaik
- Membran mukosa lembab
- Nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Cairan
a. Pantau intake dan output cairan
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Pantau tanda-tanda dehidrasi
2. Manajemen Cairan
a. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
b. Pertahankan keseimbangan cairan
c. Berikan antiemetik untuk mengurangi muntah
3. Manajemen Diare
a. Identifikasi penyebab diare
b. Kaji frekuensi, konsistensi, dan warna feses
c. Berikan nutrisi dan cairan pengganti yang adekuat
d. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan perianal
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
- Kondisi ini ditandai dengan adanya BAB hitam 6x sehari dan muntah hitam 1x, yang mengindikasikan adanya kehilangan cairan dan risiko dehidrasi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Cairan Tercapai
- Indikator yang menunjukkan tercapainya keseimbangan cairan meliputi turgor kulit yang membaik, membran mukosa yang lembab, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Monitoring Cairan: Memantau intake dan output cairan, tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi untuk mengevaluasi keseimbangan cairan.
- Manajemen Cairan: Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan, mempertahankan keseimbangan cairan, dan memberikan antiemetik untuk mengurangi muntah.
- Manajemen Diare: Mengidentifikasi penyebab diare, mengkaji frekuensi, konsistensi, dan warna feses, memberikan nutrisi dan cairan pengganti yang adekuat, serta menjaga kebersihan dan kenyamanan perianal.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu tercapainya keseimbangan cairan, yang ditandai dengan perbaikan tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan hilangnya tanda-tanda dehidrasi. -
Article No. 19788 | 18 Jul 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN GCS 325. BIBIR MENCONG KE KANAN, TANGAN DAN KAKI KIRI LEMAS. RIWAYAT DARAH TINGGI TENSI 210/104 NADI 88
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu penurunan kesadaran dengan skor GCS 3-2-5, bibir mencong ke kanan, tangan dan kaki kiri lemas, serta riwayat hipertensi dengan tekanan darah 210/104 mmHg dan denyut nadi 88 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Perfusi Serebral Terganggu
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan peningkatan kesadaran yang ditandai dengan peningkatan skor GCS.
2. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan tekanan darah dalam rentang normal.
3. Pasien akan menunjukkan fungsi motorik yang membaik, dengan bibir simetris dan ekstremitas kiri tidak lemas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan.
2. Lakukan pengkajian neurologis secara komprehensif, termasuk pemeriksaan pupil, refleks, dan fungsi motorik.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
4. Pertahankan posisi kepala elevasi 30-45 derajat untuk meningkatkan aliran darah serebral.
5. Berikan obat-obatan antihipertensi sesuai resep untuk menurunkan tekanan darah.
6. Berikan stimulasi taktil dan verbal untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons pasien.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, seperti CT-scan kepala, untuk mengidentifikasi penyebab penurunan kesadaran.
8. Lakukan tindakan fisioterapi, seperti latihan gerak pasif, untuk mempertahankan fungsi motorik.
9. Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan rencana perawatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Perfusi Serebral Terganggu" dipilih karena terdapat indikasi penurunan aliran darah dan suplai oksigen ke otak, yang ditandai dengan penurunan kesadaran, bibir mencong, dan kelemahan ekstremitas. Riwayat hipertensi dan tekanan darah yang sangat tinggi juga dapat menjadi faktor penyebab gangguan perfusi serebral.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup peningkatan kesadaran, stabilisasi tanda-tanda vital, dan perbaikan fungsi motorik. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada pemantauan, stabilisasi hemodinamik, terapi oksigen, posisi elevasi kepala, pemberian obat antihipertensi, stimulasi, pemeriksaan diagnostik, fisioterapi, dan edukasi keluarga.
Tone akademis, persona pakar, nurse diwujudkan dalam penggunaan terminologi keperawatan, penjelasan yang komprehensif, dan pendekatan yang berfokus pada perawatan pasien. -
Article No. 19789 | 18 Jul 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN GCS 325. BIBIR MENCONG KE KANAN, TANGAN DAN KAKI KIRI LEMAS. RIWAYAT DARAH TINGGI TENSI 210/104 NADI 88
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I64
- Deskripsi: Stroke, tidak ditentukan apakah infark atau perdarahan
Penjelasan:
- Pasien menunjukkan gejala-gejala stroke, yaitu penurunan kesadaran, bibir mencong ke kanan, dan kelemahan pada tangan dan kaki kiri, yang merupakan manifestasi dari gangguan neurologis akibat gangguan suplai darah ke otak.
- Kode ICD-10 I64 (Stroke, tidak ditentukan apakah infark atau perdarahan) digunakan karena belum ada informasi yang jelas tentang jenis stroke yang dialami pasien (apakah infark atau perdarahan).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.72
- Deskripsi: Pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras
Penjelasan:
- Untuk menentukan jenis stroke yang dialami pasien, pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras (kode ICD-9-CM 88.72) dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat infark atau perdarahan di otak.
- Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat.
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat hipertensi (tekanan darah tinggi) yang tercatat, dengan tekanan darah saat ini 210/104 mmHg. Pengelolaan hipertensi pada pasien stroke merupakan hal yang penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 19790 | 18 Jul 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN GCS 325. BIBIR MENCONG KE KANAN, TANGAN DAN KAKI KIRI LEMAS. RIWAYAT DARAH TINGGI TENSI 210/104 NADI 88
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (00204)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan skor GCS 3-5, bibir mencong ke kanan, dan tangan serta kaki kiri lemas, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan serebral akibat kemungkinan stroke iskemik atau perdarahan otak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00204
Definisi: Berkurangnya aliran darah ke jaringan otak yang dapat mengakibatkan disfungsi serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00804
Definisi: Pemulihan fungsi serebral yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 02610
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran darah serebral.
Selain itu, berdasarkan riwayat hipertensi yang dimiliki pasien, diagnosis tambahan yang dapat dipertimbangkan adalah:
2. Manajemen Hipertensi (00916)
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan tekanan darah saat ini 210/104 mmHg, yang memerlukan manajemen hipertensi yang tepat.
SDKI:
Kode: 00916
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
SLKI:
Kode: 00902
Definisi: Tekanan darah dalam batas normal.
SIKI:
Kode: 02301
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengontrol tekanan darah.
Harap diingat bahwa diagnosis keperawatan dan rencana asuhan keperawatan harus ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien oleh perawat. -
Article No. 19791 | 18 Jul 2025
Klinis : BBL Sc a/i gagal vacum A/S 5/7/9 sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "BBL Sc a/i gagal vacum A/S 5/7/9 sesak", maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Terdapat suara napas tambahan (ronki, wheezing, stridor), sesak napas, sianosis, pola napas tidak teratur, retraksimuscles dinding dada.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan tujuan/luaran yang ingin dicapai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Meningkat
- Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka
- Pasien menunjukkan pola napas yang teratur
- Pasien menunjukkan tidak ada suara napas tambahan
- Pasien menunjukkan tidak ada retraksi otot dinding dada
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan/luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi nebulizer, surfaktan, atau intervensi lainnya jika diperlukan
2. Monitoring Respirasi
- Kaji tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji pola napas, irama, kedalaman, dan usaha napas
- Kaji adanya tanda-tanda distres pernapasan
3. Perawatan Dada
- Lakukan fisioterapi dada untuk memobilisasi sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif dan nafas dalam
- Lakukan postural drainage jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena kondisi pasien menunjukkan adanya kesulitan bernafas, dengan tanda-tanda seperti suara napas tambahan, sesak napas, dan retraksi otot dinding dada. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan saluran napas secara efektif.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Napas Meningkat", dengan indikator-indikator seperti jalan napas yang terbuka, pola napas yang teratur, tidak ada suara napas tambahan, dan tidak ada retraksi otot dinding dada. Tujuan ini akan mengarahkan asuhan keperawatan untuk mencapai kondisi pernapasan yang stabil dan efektif bagi pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, monitoring respirasi, dan perawatan dada. Manajemen jalan napas bertujuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang terbuka, seperti melakukan suction, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Monitoring respirasi dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pernapasan pasien secara berkala. Perawatan dada bertujuan untuk memobilisasi sekret dan meningkatkan ekspansi paru, seperti fisioterapi dada dan teknik batuk efektif.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu bersihan jalan napas yang meningkat dan kondisi pernapasan pasien yang stabil. -
Article No. 19792 | 18 Jul 2025
Klinis : Etiologi dari kasus Pasien datang via UGD dengan keluhan demam sejak 3 hari. Demanı naik turun, cenderung naik ketika malam. Keluhan disertai mual, muntah, lemas tidak nafsu makan minum dan tidak bisa tidur dua hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala yang dilaporkan oleh pasien, yaitu demam, mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan, dan kesulitan tidur, maka diagnosis yang paling sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat dilaporkan.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak terspesifikasi) digunakan untuk menggambarkan kondisi demam yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik. Hal ini sesuai dengan gejala utama yang dilaporkan, yaitu demam dengan fluktuasi suhu yang cenderung naik pada malam hari.
- Gejala penyerta seperti mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan, dan kesulitan tidur juga umum ditemukan pada kasus demam, terutama pada infeksi viral atau bakterial.
- Tanpa informasi tambahan seperti hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang, diagnosis yang lebih spesifik tidak dapat ditentukan. Oleh karena itu, kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak terspesifikasi) merupakan diagnosis yang paling sesuai dengan informasi yang tersedia. -
Article No. 19793 | 18 Jul 2025
Klinis : A.F dibawa ibunya ke poli kejiwaan anak karena anaknya tampak semakin sering mengurung diri dikamar, tidak mau berbaur dengan teman dan keluarga. Ibu A.F juga mengatakan anaknya sering memukul meja, melempar mainan, dan mendorong bahkan memukul teman dan keluarganya saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan terutama ketika ia kesulitan menyampaikan maksud atau merasa tidak dipahami. Selain itu A.F juga mengalami kesulitan tidur. Ia biasanya baru bisa tidur sekitar jm 11 malam dan sering terbangun di tengah malam. Akibatnya, ia tampak mengantuk dan mudah marah keesokan harinya.Saat dikaji pasien tidak koperatif,pasien tampak bersembunyi dibelakang ibunya,pasien juga tampak ingin memukul perawat dengan mengepalkan tangan dan berteriak terus menerus,pasien juga terus menerus memukul dan berusaha menarik orang tuanya untuk pulang hingga melemparkan barang - barang di sekitarnya saat diajak bicara pasien tampak mengalihkan pandangan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus A.F yang dibawa oleh ibunya ke poli kejiwaan anak, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, yaitu:
1. Perilaku Kekerasan
- Definisi: Respon maladaptif individu terhadap ketegangan internal atau eksternal yang ditunjukkan melalui perilaku agresif secara verbal atau fisik.
- Karakteristik: Sering memukul meja, melempar mainan, mendorong dan memukul teman serta keluarga saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
2. Tidur Terganggu
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan jumlah dan kualitas tidur yang diinginkan.
- Karakteristik: Kesulitan tidur, baru bisa tidur sekitar jam 11 malam, sering terbangun di tengah malam, mengantuk dan mudah marah keesokan harinya.
3. Isolasi Sosial
- Definisi: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara nyata maupun emosional.
- Karakteristik: Semakin sering mengurung diri di kamar, tidak mau berbaur dengan teman dan keluarga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kekerasan:
- Pasien dapat mengendalikan perilaku agresif secara verbal dan fisik.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan kebutuhan dengan cara yang tepat.
- Pasien dapat menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.
2. Tidur Terganggu:
- Pasien dapat tidur dengan cukup dan kualitas yang baik.
- Pasien merasa segar dan tidak mengantuk di siang hari.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal.
3. Isolasi Sosial:
- Pasien dapat berinteraksi dan berbaur dengan teman dan keluarga.
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan dan kebutuhan dengan orang lain.
- Pasien dapat membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perilaku Kekerasan:
- Identifikasi faktor pemicu perilaku kekerasan.
- Latih pasien dalam teknik manajemen marah dan stres.
- Fasilitasi pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara tepat.
- Berikan lingkungan yang aman dan mendukung.
2. Tidur Terganggu:
- Identifikasi faktor yang memengaruhi pola tidur pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur.
- Atur lingkungan yang kondusif untuk tidur.
- Berikan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
3. Isolasi Sosial:
- Fasilitasi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien untuk berbaur.
- Ajarkan keterampilan komunikasi dan sosialisasi yang efektif.
- Berikan penguatan positif saat pasien berinteraksi dengan orang lain.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada ketiga diagnosa keperawatan tersebut, diharapkan dapat membantu pasien A.F mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesehatan mental serta kualitas hidupnya. -
Article No. 19794 | 18 Jul 2025
Klinis : pasien awalnya 3 hari yang lalu mengeluh vertigo dan muntah muntah, berobat ke faskes 1 membaik, lalu sejak kemarin pasien tiba tiba mulut mencong dan bicara susah, untuk menelan juga susah pasien juga mengeluh tubuh sebelah kanan lebih lemah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, yaitu:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kelemahan Anggota Gerak Sebelah Kanan
Pasien mengalami kelemahan pada tubuh sebelah kanan, yang dapat menyebabkan gangguan dalam pergerakan dan mobilitas.
2. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Disfungsi Saraf Kranial
Pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan menelan, yang dapat disebabkan oleh disfungsi saraf kranial.
3. Resiko Aspirasi Terkait Disfagia
Pasien mengalami kesulitan dalam menelan, yang dapat meningkatkan risiko aspirasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kelemahan Anggota Gerak Sebelah Kanan:
- Pasien dapat melakukan pergerakan anggota gerak sebelah kanan dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi gerak.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Disfungsi Saraf Kranial:
- Pasien dapat berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan alternatif komunikasi.
- Pasien dapat memahami instruksi dan informasi yang diberikan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam diskusi dan interaksi sosial.
3. Resiko Aspirasi Terkait Disfagia:
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman.
- Pasien tidak mengalami episode aspirasi selama perawatan.
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kelemahan Anggota Gerak Sebelah Kanan:
- Latihan pergerakan anggota gerak sebelah kanan dengan bantuan perawat atau terapis.
- Latihan keseimbangan dan koordinasi gerak.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik mobilisasi yang aman.
- Penggunaan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
2. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Disfungsi Saraf Kranial:
- Identifikasi metode komunikasi alternatif yang sesuai (misal: komunikasi tertulis, bahasa isyarat).
- Latihan penggunaan metode komunikasi alternatif.
- Pemberian umpan balik yang positif saat pasien berkomunikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi komunikasi yang efektif.
3. Resiko Aspirasi Terkait Disfagia:
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk modifikasi diet dan konsistensi makanan.
- Latihan menelan dengan teknik yang aman (misal: posisi menelan, teknik menelan).
- Pengawasan saat pasien makan dan minum.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan aspirasi.
Setiap intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan berpusat pada pasien, dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Selain itu, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, terapis, dan ahli gizi, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 19795 | 18 Jul 2025
Klinis : pasien awalnya 3 hari yang lalu mengeluh vertigo dan muntah muntah, berobat ke faskes 1 membaik, lalu sejak kemarin pasien tiba tiba mulut mencong dan bicara susah, untuk menelan juga susah pasien juga mengeluh tubuh sebelah kanan lebih lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
2. Gangguan Komunikasi Verbal (Kode: 00051)
Definisi: Keterbatasan dalam pengiriman dan/atau penerimaan pesan verbal.
3. Risiko Aspiraisi (Kode: 00039)
Definisi: Berisiko mengalami masuknya substansi ke dalam saluran pernapasan.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- Disebabkan oleh gangguan neurologis seperti stroke yang menyebabkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh (hemiparesis).
- Dapat mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
- Disebabkan oleh gangguan neurologis seperti stroke yang menyebabkan kesulitan dalam berbicara (disfasia) dan menelan (disfagia).
- Dapat menghambat kemampuan pasien dalam berkomunikasi dan menyampaikan kebutuhan.
3. Risiko Aspiraisi
- Disebabkan oleh gangguan menelan (disfagia) yang dapat menyebabkan masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- Dapat mengakibatkan pneumonia aspirasi dan komplikasi pernapasan lainnya.
Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Mobilitas Fisik (Kode: 00085)
- Gangguan Komunikasi Verbal (Kode: 00051)
- Risiko Aspiraisi (Kode: 00039)
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Mobilitas (Kode: 1804)
- Komunikasi (Kode: 0902)
- Pencegahan Aspirasi (Kode: 1918)
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Peningkatan Mobilitas (Kode: 6490)
- Terapi Wicara (Kode: 4355)
- Pencegahan Aspirasi (Kode: 3200)
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 19796 | 18 Jul 2025
Klinis : ny. d hamil g4p3a0 dengan diagnosa PEB. alasan masuk karna mengeluh pusing kepala berat, jalan sempoyongan, penglihatan terasa seperti berputar-putar, dan kabur. td 157/100 mmHg. kondisi bedrest sejak 1 hari lalu. terpasang kateter urin. pasien mengatakan nyeri punggung suka muncul karna kurang bergerak. pasien mengatakan khawatir dengan kondisi bayi yg dikandungnya, pasien mengatakan gerakan janin berkurang. djj 150 kali/menit. memiliki riwayat penyakit HT. ayah kandung juga memiliki riwayat HT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertensi Akut
Definisi: Peningkatan tekanan darah di atas normal yang terjadi secara tiba-tiba.
Karakteristik Definisi: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Faktor yang Berhubungan: Preeklampsia/eklampsia.
Alasan:
Ny. D memiliki diagnosis preeklampsia berat (PEB) dengan tekanan darah 157/100 mmHg, yang menunjukkan peningkatan tekanan darah secara akut. Preeklampsia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi akut.
2. Ketidakstabilan Hemodinamik
Definisi: Perubahan parameter hemodinamik yang tidak sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang.
Karakteristik Definisi: Perubahan tekanan darah, frekuensi jantung, dan curah jantung.
Faktor yang Berhubungan: Preeklampsia/eklampsia.
Alasan:
Ny. D mengalami peningkatan tekanan darah yang signifikan (157/100 mmHg) dan memiliki diagnosis preeklampsia berat, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Rentan mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Karakteristik Definisi: Adanya penurunan volume cairan, ketidakseimbangan antara asupan dan output cairan.
Faktor yang Berhubungan: Muntah, diare, demam, penurunan asupan cairan.
Alasan:
Ny. D mengalami gejala-gejala preeklampsia berat, seperti pusing, pandangan berputar-putar, dan kabur, yang dapat disebabkan oleh kekurangan volume cairan akibat proses patofisiologi preeklampsia.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Frekuensi jantung dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi
2. Keseimbangan Cairan
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan atau kelebihan cairan
3. Kesejahteraan Janin
- Gerakan janin dalam rentang normal
- Denyut jantung janin dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
- Pantau tekanan darah secara teratur
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertensi
2. Manajemen Cairan
- Kaji intake dan output cairan secara ketat
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pemberian cairan
3. Pemantauan Kesejahteraan Janin
- Pantau pergerakan janin secara teratur
- Pantau denyut jantung janin secara teratur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pemantauan kesejahteraan janin
- Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi Ny. D yang mengalami preeklampsia berat. Hipertensi akut, ketidakstabilan hemodinamik, dan risiko kekurangan volume cairan merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk menggambarkan kondisi pasien. Luaran yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik, keseimbangan cairan, dan kesejahteraan janin, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen hipertensi, manajemen cairan, dan pemantauan kesejahteraan janin. Semua intervensi harus dilakukan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien dan janinnya.