Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16723 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan. Tentukan Pengkajian berupa data subjektif dan objektif dari fisiologis, psikologi, perilaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Risiko Penurunan Perfusi Serebral (00201)
- SLKI: Perfusi Serebral (L04008)
- SIKI: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I0119)
Penjelasan:
Pasien mengalami hidrosefalus obstruktif yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat berdampak pada penurunan perfusi serebral yang dapat mengancam fungsi otak dan mengakibatkan kerusakan jaringan saraf.
2. Gangguan Tidur Berhubungan dengan Ketidaknyamanan Fisik
- SDKI: Gangguan Tidur (00095)
- SLKI: Tidur (L04021)
- SIKI: Manajemen Nyeri (I0122)
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala rewel, sulit tidur, dan kurang nafsu makan yang dapat disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik akibat peningkatan tekanan intrakranial.
3. Kecemasan Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
- SDKI: Kecemasan (00146)
- SLKI: Peran Orang Tua (L04005)
- SIKI: Manajemen Kecemasan (I0121)
Penjelasan:
Ibu pasien tampak cemas dan kelelahan secara fisik dan emosional terkait kondisi anak yang memburuk dan akan menjalani operasi lagi. Keluarga juga belum sepenuhnya memahami kondisi hidrosefalus anak.
Pengkajian:
Data Subjektif:
- Ibu melaporkan kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot.
- Ibu mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring.
- Ibu melaporkan anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan.
- Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti.
- Ibu menyatakan masih belum tenang dan sulit fokus saat edukasi tentang kondisi hidrosefalus diberikan.
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu.
- Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm.
- Pemeriksaan CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan.
- Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. -
Article No. 16724 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosis masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat ditetapkan untuk pasien anak laki-laki usia 16 bulan dengan hidrosefalus obstruktif:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Perkembangan Anak (GDPK)
- Kode SDKI: GDPK
- Definisi: Perubahan perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan perilaku yang tidak sesuai dengan rentang usia dan tahapan perkembangan.
- Kode SLKI: PKPK
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mencapai perkembangan sesuai tahapan usia.
- Kode SIKI: PRKB
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi dan memaksimalkan perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan perilaku sesuai tahapan usia.
2. Nyeri Akut (NA)
- Kode SDKI: NA
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan demikian.
- Kode SLKI: NPNK
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mengelola nyeri akut.
- Kode SIKI: NPKS
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola nyeri akut.
3. Kecemasan (KCM)
- Kode SDKI: KCM
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh persepsi ancaman yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya.
- Kode SLKI: KMNS
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien dan keluarga untuk mengelola kecemasan.
- Kode SIKI: KMKM
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola kecemasan klien dan keluarga.
4. Hipertermia (HTR)
- Kode SDKI: HTR
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Kode SLKI: TNSU
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kode SIKI: TNSU
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien anak laki-laki usia 16 bulan dengan hidrosefalus obstruktif mengalami gangguan perkembangan, nyeri akut, kecemasan, dan hipertermia. Diagnosis keperawatan ditujukan untuk memfasilitasi perkembangan, mengelola nyeri, mengelola kecemasan, dan mengelola peningkatan suhu tubuh. Tindakan keperawatan yang sesuai akan direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diharapkan pada pasien dan keluarga. -
Article No. 16725 | 04 May 2025
Klinis : kriteria hasil dari gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kriteria hasil dari gangguan rasa nyaman, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00214
Definisi: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dan kompleks yang mencakup respons fisik, emosional, dan kognitif terhadap rangsangan yang dipersepsikan mengancam integritas seseorang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01706
Definisi: Tingkat kemampuan pasien untuk mempertahankan dan meningkatkan rasa nyaman fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan lingkungan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 03001
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam mempertahankan dan meningkatkan rasa nyaman fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan lingkungan.
Dalam konteks gangguan rasa nyaman, perawat akan melakukan berbagai intervensi untuk membantu pasien dalam mempertahankan dan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, maupun lingkungan. Intervensi tersebut dapat mencakup manajemen nyeri, dukungan emosional, penyediaan lingkungan yang kondusif, dan lain-lain.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi yang tepat dan terukur untuk membantu pasien dalam mencapai rasa nyaman yang optimal. -
Article No. 16726 | 04 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan analisis yang terperinci untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Faktor yang berhubungan: Penumpukan sekret, batuk tidak efektif, kelelahan otot pernapasan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia, disfungsi gastrointestinal, peningkatan kebutuhan metabolik.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas fisik.
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan fisik, malnutrisi, sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Indikator:
- Frekuensi batuk berkurang
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada suara napas tambahan
- Oksigenasi darah membaik
2. Keseimbangan Nutrisi Membaik
- Indikator:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Intake nutrisi sesuai kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator:
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada sesak napas saat aktivitas
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan setelah aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pemantauan respirasi
- Manajemen jalan napas
- Fisioterapi dada
- Suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pengkajian status nutrisi
- Manajemen nutrisi enteral atau parenteral
- Konseling gizi
- Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
3. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen energi
- Peningkatan aktivitas fisik secara bertahap
- Terapi oksigen saat aktivitas
- Edukasi dan latihan aktivitas
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pasien dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16727 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosa utama masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (00086)
Definisi SDKI:
Adanya risiko peningkatan tekanan cairan serebrospinal di dalam rongga kranial, yang dapat mengakibatkan kerusakan otak.
Faktor Risiko SDKI:
- Obstruksi aliran cairan serebrospinal
- Peningkatan produksi cairan serebrospinal
- Penurunan penyerapan cairan serebrospinal
Karakteristik Definisi SIKI:
- Peningkatan ukuran lingkar kepala
- Iritabilitas
- Pola tidur terganggu
- Perubahan status mental
- Muntah
- Nyeri kepala
- Defisit neurologis
Kode SIKI: 10307
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan ini mencerminkan adanya risiko peningkatan tekanan intrakranial pada anak laki-laki usia 16 bulan dengan hidrosefalus obstruktif dan malfungsi VP shunt. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang terlihat adalah pembesaran lingkar kepala, iritabilitas, pola tidur terganggu, muntah, dan gejala defisit neurologis. Diagnosa ini penting untuk mengarahkan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan dan pencegahan komplikasi akibat peningkatan tekanan intrakranial. -
Article No. 16728 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosa utama masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditentukan adalah:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau beradaptasi terhadap aktivitas fisik.
Kode SDKI: 00092
Kode SLKI: 02031
Kode SIKI: D0014
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami penurunan aktivitas fisik karena adanya peningkatan tekanan intrakranial akibat hidrosefalus obstruktif. Hal ini menyebabkan pasien sulit bergerak, mudah lelah, dan mengalami penurunan nafsu makan.
2. Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Kode SDKI: 00146
Kode SLKI: 02003
Kode SIKI: E0005
Penjelasan singkat:
Ibu pasien merasa cemas dan khawatir karena kondisi anak yang memburuk dan akan menjalani operasi kembali. Selain itu, ketidakpastian jadwal operasi juga menambah kecemasan yang dirasakan.
3. Gangguan Tidur (00095)
Definisi: Pengalaman kualitas dan kuantitas tidur yang terganggu.
Kode SDKI: 00095
Kode SLKI: 02035
Kode SIKI: C0202
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan tidur, terlihat dari sulit tidur dan pola tidur yang terganggu, yang merupakan salah satu tanda peningkatan tekanan intrakranial akibat hidrosefalus obstruktif.
Diagnosa keperawatan utama yang dapat ditentukan adalah Intoleransi Aktivitas, Kecemasan, dan Gangguan Tidur, yang sesuai dengan kondisi pasien dan permasalahan yang ditemukan. -
Article No. 16729 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosa utama masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah:
1. Peningkatan Tekanan Intrakranial (00048)
Definisi: Peningkatan tekanan di dalam rongga kranial yang dapat mengancam otak dan fungsi neurologis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00048
Definisi: Peningkatan tekanan di dalam rongga kranial yang dapat mengancam otak dan fungsi neurologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1801
Judul: Kontrol Tekanan Intrakranial
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan tekanan intrakranial dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3200
Judul: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan peningkatan tekanan intrakranial.
Selain diagnosa utama, beberapa diagnosa keperawatan lain yang dapat muncul berdasarkan kasus ini adalah:
- Gangguan Pola Tidur (00198)
- Penurunan Nafsu Makan (00002)
- Kecemasan (00146)
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Penjelasan singkat untuk diagnosa tambahan dapat diperoleh dari klasifikasi SDKI, SLKI, dan SIKI yang serupa dengan contoh diagnosa utama. -
Article No. 16730 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosa utama masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Gangguan Perfusi Jaringan Serebral** (*Cerebral Tissue Perfusion, Ineffective*)
**Kode SDKI:** 00004
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) akibat malfungsi VP shunt, seperti pelebaran ventrikel pada CT-scan, lingkar kepala membesar (48 cm), retraksi dinding dada, refleks abnormal, iritabilitas, dan gangguan pola tidur. Kondisi ini mengancam perfusi otak dan berisiko menyebabkan kerusakan neurologis permanen.
---
### **Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode 00004: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral**
- **Definisi:** Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak yang mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan fungsi normal.
- **Faktor Penyebab:**
- Obstruksi aliran cairan serebrospinal (VP shunt malfungsi).
- Peningkatan tekanan intrakranial.
- Pelebaran ventrikel (hidrosefalus progresif).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode 1401: Perfusi Jaringan Serebral Memadai**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Tekanan intrakranial dalam batas normal (post-operasi revisi shunt).
- Penurunan lingkar kepala progresif.
- Tanda neurologis stabil (refleks normal, iritabilitas berkurang).
- Tidak ada muntah menyemprot atau sesak napas.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode 2620: Manajemen Hidrosefalus**
- **Intervensi Utama:**
1. **Pemantauan Neurologis:**
- Observasi GCS, refleks pupil, dan tanda peningkatan TIK tiap 2 jam.
- Ukur lingkar kepala harian.
2. **Persiapan Operasi:**
- Kolaborasi dengan tim bedah saraf untuk persiapan revisi VP shunt.
- Puasa pre-operasi sesuai protokol.
3. **Manajemen Nyeri dan Iritabilitas:**
- Posisikan kepala elevasi 30° untuk mengurangi TIK.
- Hindari stimulasi berlebihan (suara/cahaya).
4. **Dukungan Emosional Keluarga:**
- Edukasi ulang tentang tanda malfungsi shunt dan pentingnya operasi.
- Libatkan ibu dalam perawatan non-invasif (mis: sentuhan terapeutik).
---
### **Diagnosa Sekunder dan Kode Terkait:**
1. **Ansietas Orang Tua** (*Parental Anxiety*)
- **SDKI:** 00104
- **Intervensi (SIKI 5270):** Dukungan psikososial dan edukasi.
2. **Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan** (*Nutritional Imbalance: Less Than Body Requirements*)
- **SDKI:** 00002
- **Intervensi (SIKI 1100):** Manajemen nutrisi cairan dan kalori tinggi.
---
**Catatan Akademis:**
Prioritas intervensi difokuskan pada stabilisasi perfusi serebral melalui tindakan kolaboratif (revisi shunt) dan pemantauan ketat tanda vital neurologis. Pendekatan holistik mencakup dukungan keluarga untuk mengurangi ansietas dan meningkatkan kepatuhan perawatan pasca-operasi.
**Referensi:**
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.*
- *PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1.*
*(Format RTF siap dicopy-paste ke dokumentasi keperawatan elektronik)* -
Article No. 16731 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan implementasi keperawatan untuk diagnosis Risiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan, perubahan fungsi psikomotor, perubahan fungsi kognitif, dan terpapar agen nosokomial. Pada kasus anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan SDKI-SLKI-SIKI, dan implementasi keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Cedera (Kode SDKI: 00035)
Definisi: Rentan mengalami luka fisik atau psikologis yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal, yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Cedera (00035)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tingkat Cedera (1913)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pencegahan Cedera (6340)
Implementasi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital secara ketat, termasuk laju pernapasan, nadi, dan suhu tubuh.
2. Memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan tingkat kesadaran, iritabilitas, atau pola tidur terganggu.
3. Menjaga keamanan lingkungan rawat inap, seperti menggunakan pagar pengaman di tempat tidur dan menjaga agar lingkungan bebas dari bahaya.
4. Memberikan edukasi kepada keluarga tentang tanda-tanda komplikasi dan bagaimana mengenalinya.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut, seperti operasi revisi VP shunt.
6. Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan.
7. Memantau asupan nutrisi dan cairan pasien untuk mencegah komplikasi.
8. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi.
Dengan penerapan implementasi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya cedera pada pasien dan mendukung proses pemulihan. -
Article No. 16733 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan implementasi keperawatan untuk diagnosis Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia dan pertumbuhan fisik terganggu. Pada kasus anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjabarkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus yang Anda berikan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dan kodenya.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus, dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia dan pertumbuhan fisik terganggu.
- SDKI: Gangguan Tumbuh Kembang (10026)
- SLKI: Tumbuh Kembang Anak (20018)
- SIKI: Stimulasi Tumbuh Kembang (30209)
Definisi:
- SDKI: Perubahan perkembangan fisik, kognitif, psikososial, atau perilaku yang tidak sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
- SLKI: Kemampuan anak untuk mencapai potensi optimal dalam berbagai aspek perkembangan sesuai dengan usia dan tahapan tumbuh kembang.
- SIKI: Tindakan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tahapan tumbuh kembang.
Implementasi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian perkembangan anak secara komprehensif, termasuk motorik, kognitif, bahasa, dan personal-sosial.
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang yang sesuai dengan usia dan kondisi anak, seperti permainan yang merangsang perkembangan.
3. Libatkan orang tua dalam proses stimulasi dan pantau perkembangan anak secara berkala.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, okupasi terapis, dll) untuk optimalisasi tumbuh kembang anak.
5. Edukasikan orang tua tentang pentingnya stimulasi tumbuh kembang dan pantau kemajuan anak.
6. Berikan dukungan emosional dan psikologis bagi orang tua dalam menghadapi kondisi anak.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Silakan bertanya jika ada yang ingin Anda tambahkan atau klarifikasi.