Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16953 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan luka setelah kecelakaan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan luka setelah kecelakaan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan luka setelah kecelakaan adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada lapisan kulit, jaringan di bawahnya, atau struktur pendukung sebagai akibat dari trauma fisik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan, gesekan, robekan, atau bahkan luka bakar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Pasien akan menunjukkan perbaikan pada kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan kebersihan luka, pengurangan tanda-tanda infeksi, dan adanya proses penyembuhan yang progresif.
2. Kontrol Nyeri: Pasien akan melaporkan pengurangan tingkat nyeri yang dirasakan akibat luka, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan memfasilitasi proses penyembuhan.
3. Peningkatan Mobilitas: Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan yang disebabkan oleh luka.
4. Manajemen Risiko: Pasien akan mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka, seperti infeksi, nutrisi yang tidak adekuat, atau perawatan luka yang tidak tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka:
- Melakukan debridemen luka untuk membersihkan jaringan nekrotik atau debris.
- Menerapkan teknik perawatan luka yang sesuai, seperti penggunaan balutan yang lembap.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan menanganinya sesuai dengan indikasi.
- Mengatur regimen perawatan luka yang efektif untuk mempromosikan penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai karakteristik dan tingkat nyeri yang dialami pasien.
- Memberikan intervensi farmakologis (misalnya analgesik) sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
- Memantau efektivitas intervensi dan menyesuaikannya sesuai dengan respons pasien.
3. Mobilisasi dan Aktivitas:
- Mengevaluasi kemampuan pasien untuk bergerak dan melakukan aktivitas.
- Memberikan latihan dan bantuan sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien.
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat mobilitas, seperti nyeri atau kelelahan.
- Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman dan memfasilitasi kemandirian pasien.
4. Edukasi dan Manajemen Risiko:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, manajemen nyeri, dan pentingnya mobilisasi.
- Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat penyembuhan luka, seperti riwayat penyakit kronis, nutrisi buruk, atau perawatan luka yang tidak tepat.
- Mengembangkan rencana intervensi yang bertujuan untuk mengatasi faktor-faktor risiko tersebut.
- Memantau perkembangan pasien dan melakukan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dengan luka setelah kecelakaan dapat mencapai pemulihan integritas kulit, kontrol nyeri, peningkatan mobilitas, dan manajemen risiko yang efektif, sehingga dapat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal. -
Article No. 16954 | 08 May 2025
Klinis : Bapak Sigit, seorang pria berusia 36 tahun, datang ke ruang gawat darurat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia terjatuh dari sepeda motor dan menghantam aspal dengan kepala bagian belakang. Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit dan mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual. Tidak ada luka terbuka, tetapi terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 130/85 mmHg, nadi 88 bpm, dan respirasi 16 kali per menit. Pasien tidak kehilangan kesadaran, dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 14. CT scan kepala menunjukkan adanya memar ringan pada otak (contusion) dengan edema yang terbatas di area parietal kiri, tetapi tidak ada perdarahan atau fraktur yang signifikan. Dokter mendiagnosis Bapak Sigit dengan cidera kepala sedang (mild traumatic brain injury), dan memutuskan untuk memantau kondisi pasien lebih lanjut. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan untuk observasi selama 24 jam dan diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Bapak Sigit, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00201
b. Nama Diagnosa: Gangguan Mobilitas Fisik
c. Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurovaskular, atau aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00085
b. Nama Diagnosa: Nyeri Akut
c. Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00010
b. Nama Diagnosa: Risiko Kerusakan Otak
c. Definisi: Risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menimbulkan gangguan pada fungsi kognitif, sensori, motorik, perilaku, dan emosi.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SLKI: 2301
b. Nama Diagnosa: Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial
c. Definisi: Peningkatan tekanan di dalam rongga tengkorak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak.
5. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SIKI: K0127
b. Nama Diagnosa: Risiko Penurunan Kesadaran
c. Definisi: Berisiko mengalami penurunan tingkat kesadaran yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Bapak Sigit mengalami nyeri di kepala dan pusing yang dapat membatasi mobilitas fisiknya.
2. Nyeri Akut: Bapak Sigit mengeluhkan nyeri di kepala bagian belakang akibat benturan saat kecelakaan.
3. Risiko Kerusakan Otak: Adanya cedera kepala sedang dengan memar ringan pada otak dan edema di area parietal kiri yang berisiko menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
4. Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial: Cedera kepala dan adanya edema di otak dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan komplikasi.
5. Risiko Penurunan Kesadaran: Meskipun Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit, cedera kepala yang dialami berisiko menyebabkan penurunan kesadaran. -
Article No. 16955 | 08 May 2025
Klinis : Seorang perempuan, 35 tahun, dirawat di RSJ sejak 10 hari yang lalu. Alasan marah-marah, tidak minum obat sejak 1 bulan sebelum masuk RSJ, berbicara sendiri, sering menyendiri di kamar, tidak mau makan dan membersihkan diri serta tidak bisa tidur. Klien pernah dirawat di RSJ pada tahun 2021 dengan alasan yang sama. Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik. Menurut keluarga, pada tahun 2021 lalu klien pernah mengalami kegagalan menikah dan pemutusan hubungan kerja. Ayah klien adalah penjual es keliling, sehingga klien sangat diharapkan keluarga dapat membantu perekonomian keluarga. Pada saat pengkajian, klien mengatakan mendengar suara-suara yang menertawainya dan menyuruhnya untuk bunuh diri. Klien seringkali terganggu dengan suara yang didengarnya, akan tetapi klien tidak kuasa untuk tidak mengikuti perintah suara yang didengarnya. Klien terlihat sering melamun dan menangis. Menolak berinteraksi dengan teman seruangan dan juga perawat. Hanya mau berinteraksi dengan perawat tertentu saja. Klien tampak sering menggaruk-garuk kepala. Obat yang diberikan yaitu: Trihexyphenidyl, Stelosi dan Chlorpromazine.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi klien berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (SDKI Code: 00023)**
**Penjelasan:**
Klien mengalami halusinasi pendengaran berupa suara yang menertawainya dan menyuruh bunuh diri, sehingga memengaruhi perilaku dan interaksi sosialnya.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 2201:** Klien mampu mengidentifikasi halusinasi.
- **Kode 2202:** Klien mampu mengontrol halusinasi.
- **Kode 2204:** Klien melaporkan penurunan frekuensi halusinasi.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 4320:** Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas.
- **Kode 4321:** Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
- **Kode 4323:** Manajemen halusinasi.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Isolasi Sosial: Menarik Diri (SDKI Code: 00052)**
**Penjelasan:**
Klien menolak berinteraksi dengan orang lain, lebih sering menyendiri, dan hanya mau berkomunikasi dengan perawat tertentu, menunjukkan gejala menarik diri.
**SLKI:**
- **Kode 2701:** Klien mau berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
- **Kode 2702:** Klien berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
**SIKI:**
- **Kode 4410:** Terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
- **Kode 4411:** Pendekatan terapeutik untuk meningkatkan interaksi sosial.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pola Tidur (SDKI Code: 00045)**
**Penjelasan:**
Klien mengalami kesulitan tidur, yang dapat memperburuk kondisi psikotiknya.
**SLKI:**
- **Kode 0801:** Klien melaporkan peningkatan kualitas tidur.
- **Kode 0802:** Klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mempermudah tidur.
**SIKI:**
- **Kode 4120:** Manajemen gangguan tidur.
- **Kode 4121:** Edukasi kebersihan tidur (sleep hygiene).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Bunuh Diri (SDKI Code: 00156)**
**Penjelasan:**
Klien mendengar suara yang menyuruhnya bunuh diri dan memiliki riwayat stresor psikososial (kegagalan pernikahan dan PHK).
**SLKI:**
- **Kode 2401:** Klien tidak menunjukkan perilaku atau ide bunuh diri.
- **Kode 2402:** Klien mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara adaptif.
**SIKI:**
- **Kode 4330:** Pengawasan ketat risiko bunuh diri.
- **Kode 4331:** Kontrak keselamatan (safety contract).
---
### **5. Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene (SDKI Code: 00109)**
**Penjelasan:**
Klien tidak mau membersihkan diri, menunjukkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
**SLKI:**
- **Kode 1001:** Klien mampu melakukan perawatan diri mandiri.
- **Kode 1002:** Klien menunjukkan peningkatan kebersihan diri.
**SIKI:**
- **Kode 4200:** Bantuan perawatan diri.
- **Kode 4201:** Pelatihan aktivitas hidup sehari-hari (ADL training).
---
### **Kesimpulan:**
Klien dengan skizofrenia hebefrenik memerlukan pendekatan keperawatan holistik yang mencakup manajemen halusinasi, peningkatan interaksi sosial, perbaikan pola tidur, pencegahan bunuh diri, serta bantuan dalam perawatan diri. Intervensi keperawatan harus dilakukan secara terstruktur dengan mempertimbangkan respons klien terhadap terapi farmakologis yang diberikan.
*(Sumber: Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI, Edisi Terkini)* -
Article No. 16956 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tenggorokan sakit sejak 3 hari yang lalu demam - , batuk berdahak +
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan tenggorokan sakit sejak 3 hari yang lalu, disertai demam (-) dan batuk berdahak (+), maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif".
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami masalah pernapasan yang ditandai dengan adanya gejala batuk berdahak, yang menunjukkan adanya sekresi atau mukus yang mengganggu aliran udara dalam saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam membersihkan jalan napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk dan bersin secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa adanya suara napas tambahan (ronki, wheezing, atau stridor).
- Pasien menunjukkan pola napas yang dalam dan teratur.
2. Bebas dari Risiko Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan, seperti pneumonia atau atelectasis.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Auskultasi dan identifikasi suara napas tambahan.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika perlu.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Dorong pasien untuk melakukan batuk efektif dan senam napas.
2. Manajemen Demam
- Pantau tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
- Berikan obat penurun demam sesuai resep.
- Lakukan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, dan skala nyeri yang dirasakan pasien.
- Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri tenggorokan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri.
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala infeksi saluran pernapasan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas untuk membantu pengeluaran sekret.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat dan menghindari merokok.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan bebas dari risiko komplikasi. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 16957 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 5 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00030
2. Definisi SDKI:
Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
3. Definisi SLKI:
Intervensi Keperawatan untuk Meningkatkan Bersihan Jalan Napas
Kode SLKI: 0406
4. Definisi SIKI:
Tindakan Keperawatan untuk Meningkatkan Jalan Napas
Kode SIKI: 11010
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 5 hari, yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan. Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan saluran napas secara efektif, yang dapat menghambat pertukaran gas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SLKI adalah "Meningkatkan Bersihan Jalan Napas", yang mencakup tindakan-tindakan untuk memfasilitasi pembersihan dan pemeliharaan saluran napas pasien. Sementara itu, SIKI memberikan definisi tindakan keperawatan yang lebih spesifik, yaitu "Meningkatkan Jalan Napas", yang dapat mencakup aktivitas seperti memberikan oksigen, memantau pola napas, dan melakukan suction bila diperlukan.
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar/perawat, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif. -
Article No. 16958 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek sudah 5 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan, yakni dengan keluhan demam, batuk, dan pilek selama 5 hari, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Kode: 00030
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Permeabilitas Jalan Napas Membaik (1910)
Definisi: Tingkat kemampuan untuk mempertahankan saluran napas bebas dari obstruksi.
Kode: 1910
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembersihan saluran napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Kode: 3140
Dengan nada akademis, persona pakar dan perawat, penjelasan singkat mengenai kondisi pasien tersebut adalah sebagai berikut:
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek yang telah berlangsung selama 5 hari. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan, di mana terdapat sekret yang menghambat aliran udara di saluran napas. Diagnosa keperawatan yang tepat adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang ditandai dengan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga fungsi pernapasan menjadi terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, dengan tujuan untuk memfasilitasi pembersihan saluran napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. Luaran yang diharapkan adalah Permeabilitas Jalan Napas Membaik, dengan tingkat kemampuan pasien untuk mempertahankan saluran napas bebas dari obstruksi. -
Article No. 16959 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami keluhan demam, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti proses infeksi, respon imun, atau gangguan regulasi suhu tubuh.
- Karakteristik Definisi: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, sakit kepala, menggigil, dan mungkin disertai tanda-tanda infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Keperawatan Hipertermia, Luaran/Output yang diharapkan adalah:
1. Suhu Tubuh Terkendali
- Definisi: Keadaan di mana suhu tubuh pasien kembali ke dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh pasien berada dalam rentang 36,5°C - 37,5°C.
b. Pasien tidak lagi mengeluhkan gejala seperti menggigil atau tubuh terasa panas.
c. Tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Suhu Tubuh Terkendali, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Hipertermia
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat di atas normal.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Mengukur suhu tubuh pasien secara teratur (minimal setiap 4 jam).
b. Memberikan kompres hangat/dingin pada area aksila, leher, dan lipatan paha untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
c. Memberikan obat antipiretik sesuai resep dokter untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
d. Memastikan pasien mengonsumsi cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
e. Menjaga lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi pasien.
f. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
g. Mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI Hipertermia:
- Hipertermia adalah Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan demam. Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti proses infeksi, respon imun, atau gangguan regulasi suhu tubuh.
- Karakteristik definisi dari Hipertermia mencakup suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, sakit kepala, menggigil, dan mungkin disertai tanda-tanda infeksi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) - Suhu Tubuh Terkendali:
- Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Keperawatan Hipertermia adalah Suhu Tubuh Terkendali.
- Suhu Tubuh Terkendali didefinisikan sebagai keadaan di mana suhu tubuh pasien kembali ke dalam rentang normal, yaitu 36,5°C - 37,5°C.
- Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah pasien tidak lagi mengeluhkan gejala seperti menggigil atau tubuh terasa panas, serta tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) - Manajemen Hipertermia:
- Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai Luaran/Output Suhu Tubuh Terkendali adalah Manajemen Hipertermia.
- Manajemen Hipertermia adalah tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat di atas normal.
- Aktivitas Keperawatan dalam Manajemen Hipertermia mencakup pengukuran suhu tubuh secara teratur, pemberian kompres hangat/dingin, pemberian obat antipiretik, memastikan asupan cairan yang cukup, menjaga lingkungan yang sejuk dan nyaman, memantau tanda-tanda vital, serta mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kondisi demam, penting bagi perawat untuk mengidentifikasi Diagnosa Keperawatan yang sesuai, menetapkan Luaran/Output yang diharapkan, dan merancang Intervensi Keperawatan yang komprehensif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16960 | 08 May 2025
Klinis : pasien luka luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan luka-luka.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan luka-luka, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Integritas Kulit Terganggu". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada struktur dan fungsi kulit sehingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti infeksi, perdarahan, atau gangguan mobilitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Integritas Kulit Membaik: Pasien menunjukkan perbaikan pada luka, tidak ada tanda-tanda infeksi, penyembuhan luka berjalan baik, dan tidak ada komplikasi yang timbul.
2. Risiko Infeksi Menurun: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan pada area luka.
3. Mobilitas Fisik Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa mengalami hambatan dari luka yang ada.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan Luka:
- Melakukan penilaian luka secara komprehensif, termasuk lokasi, ukuran, kedalaman, tipe, dan stadium luka.
- Membersihkan luka dengan cairan antiseptik atau saline sesuai prosedur.
- Mengganti balutan luka secara teratur dan sesuai dengan kondisi luka.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan intervensi yang sesuai.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai intensitas nyeri pasien menggunakan skala yang sesuai.
- Memberikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi kompres.
3. Peningkatan Mobilitas:
- Mengkaji kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menghambat.
- Menyusun rencana latihan dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Memberikan bantuan atau alat bantu mobilitas yang dibutuhkan.
- Memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan mobilitas.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada perbaikan integritas kulit, pencegahan infeksi, serta peningkatan mobilitas, diharapkan pasien dengan luka-luka dapat memperoleh luaran yang optimal sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan. -
Article No. 16961 | 08 May 2025
Klinis : Wanita usia 70 tahun mengeluh mata sering berair, leher terasa kaku, sakit kepala sejak 3 hari. Tensi 160/90
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan Penglihatan
Definisi: Perubahan kemampuan visual yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Proses penuaan, kelainan anatomi atau fisiologis.
2. Nyeri Kepala
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
Faktor yang Berhubungan: Peningkatan tekanan intrakranial, ketegangan otot, penyakit vaskuler.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu oksigenasi dan metabolisme jaringan otak.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan hemodinamik, proses penuaan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Penglihatan:
- Pasien dapat melaporkan penurunan gejala mata berair.
- Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari terkait penglihatan.
2. Nyeri Kepala:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas dan durasi nyeri kepala.
- Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari tanpa terganggu nyeri kepala.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan kesadaran dan fungsi kognitif.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Penglihatan:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan perawatan mata.
- Edukasi pasien tentang perawatan mata, penggunaan obat tetes mata, dan pencegahan iritasi mata.
- Monitoring tanda-tanda peradangan atau infeksi mata.
2. Nyeri Kepala:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan pengobatan nyeri kepala.
- Manajemen nyeri dengan pemberian analgesik sesuai instruksi dokter.
- Terapi relaksasi, seperti kompres hangat atau dingin pada kepala.
- Edukasi pasien tentang strategi mengatasi nyeri kepala.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi penyebab dan pengobatan hipertensi.
- Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
- Edukasi pasien tentang manajemen hipertensi, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan.
- Intervensi untuk menjaga stabilitas hemodinamik, seperti pemberian cairan atau obat antihipertensi.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu wanita usia 70 tahun dengan keluhan mata sering berair, leher terasa kaku, sakit kepala sejak 3 hari, dan tekanan darah 160/90 mmHg, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Penglihatan, Nyeri Kepala, dan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral. Masing-masing diagnosa memiliki definisi, faktor yang berhubungan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Diagnosa Gangguan Penglihatan berkaitan dengan perubahan kemampuan visual yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, yang disebabkan oleh proses penuaan dan kelainan anatomi atau fisiologis. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan gejala mata berair dan menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari terkait penglihatan. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien, dan monitoring tanda-tanda peradangan atau infeksi mata.
Diagnosa Nyeri Kepala berkaitan dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala, yang dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, ketegangan otot, atau penyakit vaskuler. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas dan durasi nyeri kepala, serta menunjukkan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari tanpa terganggu nyeri kepala. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan edukasi pasien.
Diagnosa Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu oksigenasi dan metabolisme jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh perubahan hemodinamik dan proses penuaan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan kesadaran dan fungsi kognitif, serta tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensinya meliputi kolaborasi dengan dokter, pemantauan tanda-tanda vital, edukasi pasien tentang manajemen hipertensi, dan intervensi untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup terkait kondisi kesehatannya. -
Article No. 16962 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3 Pertanyaan: 1. Sebutkan masalah keperawatan berdasarkan kasus diatas! 2. Buatlah Askep pada bayi tersebut!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas kasus ini secara rinci.
1. Masalah Keperawatan Berdasarkan Kasus:
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan prematuritas dan sindrom gawat napas, ditandai dengan pernapasan 55x/menit, terdengar suara napas ronkhi, dan saturasi oksigen 88%.
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan riwayat instabilitas suhu di pagi hari.
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan pemberian nutrisi enteral melalui OGT.
2. Asuhan Keperawatan:
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- Bayi menunjukkan peningkatan frekuensi pernapasan yang normal (40-60x/menit)
- Bayi menunjukkan perbaikan suara napas, tidak ada suara ronkhi
- Bayi menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (≥95%)
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
- Bayi mempertahankan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda instabilitas suhu
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Bayi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat melalui pemberian nutrisi enteral
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman napas
- Pantau saturasi oksigen dan lakukan sesuai target
- Berikan oksigen melalui CPAP sesuai kebutuhan
- Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan posisi semi-Fowler atau miring untuk memfasilitasi pernafasan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat-obatan yang mendukung fungsi pernapasan
b. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan lingkungan yang hangat dan nyaman
- Lakukan tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, seperti penggunaan inkubator atau pemanas radiant
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi untuk menstabilkan suhu tubuh
c. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan nutrisi enteral melalui OGT sesuai kebutuhan dan toleransi bayi
- Lakukan pemeriksaan laboratorium terkait nutrisi (electrolyte, glukosa, dll)
- Kolaborasi dengan dokter dalam penentuan jumlah dan komposisi nutrisi yang tepat
Penjelasan rinci:
Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu dan berat badan lahir 1800 gram, saat ini dirawat di ruang NICU selama 3 hari. Berdasarkan hasil pengkajian, bayi tampak lemah, terpasang CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21%, serta terpasang OGT. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya asidosis metabolik dengan pH 7,34, pCO2 29 mmHg, pO2 141 mmHg, HCO3 15,6 mmol/L, TCO2 16,5 mmol/L, dan BE -9,3 mmol/L.
Masalah keperawatan yang teridentifikasi adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan prematuritas dan sindrom gawat napas, yang ditandai dengan pernapasan 55x/menit, suara napas ronkhi, dan saturasi oksigen 88%.
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan riwayat instabilitas suhu di pagi hari.
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan pemberian nutrisi enteral melalui OGT.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Bayi menunjukkan peningkatan frekuensi pernapasan yang normal (40-60x/menit)
- Bayi menunjukkan perbaikan suara napas, tidak ada suara ronkhi
- Bayi menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (≥95%)
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh:
- Bayi mempertahankan suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda instabilitas suhu
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Bayi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat melalui pemberian nutrisi enteral
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman napas
- Pantau saturasi oksigen dan lakukan sesuai target
- Berikan oksigen melalui CPAP sesuai kebutuhan
- Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Lakukan posisi semi-Fowler atau miring untuk memfasilitasi pernafasan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat-obatan yang mendukung fungsi pernapasan
2. Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan lingkungan yang hangat dan nyaman
- Lakukan tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, seperti penggunaan inkubator atau pemanas radiant
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi untuk menstabilkan suhu tubuh
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan nutrisi enteral melalui OGT sesuai kebutuhan dan toleransi bayi
- Lakukan pemeriksaan laboratorium terkait nutrisi (electrolyte, glukosa, dll)
- Kolaborasi dengan dokter dalam penentuan jumlah dan komposisi nutrisi yang tepat