Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19822 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan berat kedua kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk pasien dengan keluhan **berat pada kedua kaki**, disajikan dalam format akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0006** – **Nyeri Akut**
**Definisi (SDKI):**
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat (berdasarkan laporan pasien atau observasi klinis).
**Faktor Terkait:**
- Gangguan muskuloskeletal (mis: edema, kelemahan otot, atau gangguan neurologis).
- Aktivitas fisik berlebihan atau imobilisasi.
**Karakteristik Mayor (SDKI):**
- Laporan nyeri (skala ≥4 pada skala 0–10).
- Perilaku menjaga area nyeri (mis: menghindari gerakan kaki).
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode LO.0801** – **Tingkat Nyeri**
**Indikator Evaluasi:**
- Skala nyeri menurun (target: ≤2 dalam 24–48 jam).
- Pasien mampu melakukan aktivitas tanpa gangguan nyeri berat.
**Kriteria Luaran:**
- **Kemampuan mobilitas (LO.0303):** Pasien dapat berjalan jarak pendek dengan bantuan minimal.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode IN.0201** – **Manajemen Nyeri**
**Intervensi Utama:**
- **Terapi non-farmakologis:**
- Kompres hangat/dingin (sesuai indikasi).
- Posisi nyaman (elevasi kaki).
- **Farmakologis:**
- Kolaborasi pemberian analgesik (sesuai resep).
**Kode IN.0302** – **Latihan Rentang Gerak (ROM)**
- Ajarkan pasien teknik peregangan otot kaki bertahap.
---
### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (DX.0006):** Diagnosa difokuskan pada **nyeri akut** karena keluhan berat kaki sering terkait dengan gangguan sensori atau muskuloskeletal.
2. **SLKI (LO.0801):** Target luaran adalah penurunan nyeri dan peningkatan mobilitas.
3. **SIKI (IN.0201 & IN.0302):** Intervensi menggabungkan pendekatan holistik (farmakologis dan non-farmakologis).
**Catatan:** Kode dan standar mengacu pada **PPNI Edisi Terkini**. Rekomendasi disesuaikan dengan **asesmen lengkap** (riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang).
---
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Format ini memenuhi kebutuhan akademis dengan memadukan **evidence-based practice** dan kerangka klinis PPNI. -
Article No. 19823 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing berputar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kondisi pasien dengan keluhan pusing berputar, berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat dan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Vertigo (00161)
Definisi: Sensasi kehilangan keseimbangan atau gerakan berputar yang terkait dengan gangguan fungsi vestibular.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Keseimbangan (10015)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh secara optimal.
b. Mobilitas (10018)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen Vertigo (6820)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sensasi kehilangan keseimbangan atau gerakan berputar yang terkait dengan gangguan fungsi vestibular.
b. Peningkatan Keseimbangan (4974)
Definisi: Memfasilitasi pemeliharaan atau peningkatan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh secara optimal.
c. Peningkatan Mobilitas (4975)
Definisi: Memfasilitasi pemeliharaan atau peningkatan kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Dalam tone akademis dan persona pakar, penjelasan singkat untuk masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan Vertigo (00161):
Vertigo merupakan sensasi kehilangan keseimbangan atau gerakan berputar yang terkait dengan gangguan fungsi vestibular. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan sistem saraf pusat, infeksi telinga, atau kondisi lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Keseimbangan (10015): Kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh secara optimal, yang dapat terpengaruh oleh vertigo.
2. Mobilitas (10018): Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri, yang dapat terganggu akibat vertigo.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Vertigo (6820): Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sensasi kehilangan keseimbangan atau gerakan berputar, seperti manajemen lingkungan, terapi posisi, dan edukasi.
2. Peningkatan Keseimbangan (4974): Memfasilitasi pemeliharaan atau peningkatan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh secara optimal, yang dapat membantu mengatasi vertigo.
3. Peningkatan Mobilitas (4975): Memfasilitasi pemeliharaan atau peningkatan kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri, yang dapat membantu mengatasi keterbatasan mobilitas akibat vertigo. -
Article No. 19826 | 19 Jul 2025
Klinis : Ds- Do : bayi tidak langsung menangis saat melahirkan Terdapat napas cuping hidung Ekstremis terlihat sedikit pucat Tersapat retraksi dinding dada Nadi : 132 Pernafasan : 52 Spo2 :96
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif (00032). Hal ini ditandai dengan adanya tanda-tanda pernapasan yang tidak normal, seperti napas cuping hidung dan retraksi dinding dada, serta frekuensi napas yang cepat (52 kali per menit).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemeliharaan Pola Napas (0403)
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan (retraksi dinding dada, napas cuping hidung)
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>95%)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan (6680)
- Kaji frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan secara berkala
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan (retraksi dinding dada, napas cuping hidung)
- Pantau saturasi oksigen menggunakan oksimetri nadi
2. Peningkatan Jalan Napas (3140)
- Posisikan bayi dalam posisi yang memfasilitasi pernapasan yang efektif
- Bersihkan jalan napas dari sekret, darah, atau benda asing lainnya jika perlu
3. Pemberian Oksigen (3320)
- Berikan oksigen tambahan melalui kanul nasal atau inkubator sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen >95%
4. Stimulasi Taktil (3900)
- Lakukan stimulasi taktil, seperti menggosok punggung atau telapak kaki, untuk merangsang pernapasan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif (00032) diidentifikasi berdasarkan data yang diberikan, yaitu bayi tidak langsung menangis saat lahir, terdapat napas cuping hidung, ekstremitas terlihat sedikit pucat, dan ada retraksi dinding dada. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola pernapasan yang dapat menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat.
Luaran yang diharapkan adalah Pemeliharaan Pola Napas (0403), dengan indikator frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, dan saturasi oksigen dalam rentang normal. Tujuan utamanya adalah memastikan bayi dapat bernapas dengan efektif dan mendapatkan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Pemantauan Pernapasan (6680) untuk mengevaluasi status pernapasan, Peningkatan Jalan Napas (3140) untuk memastikan jalan napas bebas, Pemberian Oksigen (3320) untuk meningkatkan suplai oksigen, dan Stimulasi Taktil (3900) untuk merangsang pernapasan bayi. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan membantu bayi mencapai pola napas yang efektif. -
Article No. 19827 | 19 Jul 2025
Klinis : Pasien datang dari vk Tampak tali pusat layu dan sedikit lembab Tali pusat berwarna putih kehitamantali pusat ridak berbau Hasil lab: leukosit 28,7
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi yang Anda uraikan adalah "Risiko Infeksi". Pasien yang baru lahir, dengan tali pusat yang layu, lembab, dan berwarna putih kehitaman, serta peningkatan jumlah leukosit, menunjukkan adanya risiko terjadinya infeksi pada daerah tali pusat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tanda-tanda infeksi tidak muncul, ditandai dengan tali pusat yang tetap kering, bersih, dan tidak berbau.
2. Laju penyembuhan tali pusat sesuai dengan tahapan normal.
3. Tidak terjadi peningkatan jumlah leukosit yang signifikan.
4. Tanda-tanda vital pasien berada dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Perawatan tali pusat:
a. Membersihkan tali pusat dengan air bersih dan sabun bayi, lalu mengeringkannya dengan hati-hati.
b. Mengaplikasikan salep antiseptik pada tali pusat.
c. Memantau tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, lembab, atau berbau.
2. Pemantauan kesehatan umum:
a. Mengukur tanda-tanda vital secara rutin (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah).
b. Memantau tanda-tanda infeksi, seperti demam, letargi, atau ketidaknyamanan.
c. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, jika diperlukan.
3. Edukasi dan konseling:
a. Memberikan edukasi kepada orang tua tentang perawatan tali pusat yang tepat.
b. Menginformasikan tanda-tanda infeksi yang harus diperhatikan dan kapan harus segera meminta bantuan tenaga kesehatan.
c. Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada orang tua.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena terdapat tanda-tanda yang mengarah pada kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat, seperti tali pusat yang layu, lembab, dan berwarna putih kehitaman. Selain itu, adanya peningkatan jumlah leukosit juga menunjukkan adanya respons inflamasi atau infeksi di dalam tubuh.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup aspek-aspek yang terkait dengan pemulihan dan pencegahan infeksi pada tali pusat. Tali pusat yang tetap kering, bersih, dan tidak berbau, serta laju penyembuhan yang sesuai dengan tahapan normal, menunjukkan keberhasilan penanganan. Selain itu, pemantauan tanda-tanda vital dan jumlah leukosit juga penting untuk memastikan kesehatan umum pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi perawatan tali pusat, pemantauan kesehatan umum, serta edukasi dan konseling bagi orang tua. Perawatan tali pusat yang tepat, disertai dengan pemantauan tanda-tanda infeksi, sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Pemantauan kesehatan umum, termasuk tanda-tanda vital dan pemeriksaan laboratorium, juga diperlukan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi. Edukasi dan konseling bagi orang tua bertujuan untuk memastikan mereka memahami cara perawatan tali pusat yang benar dan dapat mengenali tanda-tanda infeksi yang memerlukan penanganan segera.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu terbebas dari infeksi tali pusat dan mencapai kesembuhan yang optimal. -
Article No. 19761 | 18 Jul 2025
Klinis : intervensi keperawatan dengan masalah integritas kulit berhubungan dengan kerusakan pada dermis. dengan diagnosa abses pedis atau cantengan pada jari kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi dengan masalah integritas kulit berhubungan dengan kerusakan pada dermis, dengan diagnosa abses pedis atau cantengan pada jari kaki.
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu (10017)
Definisi: Kerusakan atau ketidakmampuan kulit untuk melakukan fungsinya sebagai pelindung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017
- Definisi: Kerusakan atau ketidakmampuan kulit untuk melakukan fungsinya sebagai pelindung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017.1
- Definisi: Pemulihan integritas kulit yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10017.1.1
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memulihkan integritas kulit yang optimal.
Contoh intervensi:
1. Perawatan Luka (10017.1.1.001)
2. Debridemen Luka (10017.1.1.002)
3. Aplikasi Balutan (10017.1.1.003)
4. Manajemen Nyeri (10017.1.1.004)
Dalam kasus abses pedis atau cantengan pada jari kaki, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perawatan Luka: Membersihkan dan merawat luka abses atau cantengan pada jari kaki.
2. Debridemen Luka: Membersihkan jaringan nekrotik atau infeksi pada luka.
3. Aplikasi Balutan: Mengaplikasikan balutan yang sesuai untuk luka abses atau cantengan.
4. Manajemen Nyeri: Mengelola dan mengurangi nyeri yang dialami pasien akibat luka.
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI terkait dengan masalah integritas kulit pada kasus abses pedis atau cantengan pada jari kaki. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 19762 | 18 Jul 2025
Klinis : intervensi keperawatan dengan masalah integritas kulit berhubungan dengan kerusakan pada dermis. dengan diagnosa abses pedis atau cantengan pada jari kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu (10019)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10019
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10019.1 Pemulihan Integritas Kulit
Definisi: Mencapai kondisi kulit yang utuh dan sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10019.1 Perawatan Luka
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki integritas kulit yang rusak.
Dalam kondisi abses pedis atau cantengan pada jari kaki, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu. Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan pada dermis akibat infeksi pada jaringan kulit di area jari kaki. Perawatan luka menjadi intervensi keperawatan utama untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu. -
Article No. 19763 | 18 Jul 2025
Klinis : intervensi keperawatan dengan masalah integritas kulit berhubungan dengan kerusakan pada dermis. dengan diagnosa abses pedis atau cantengan pada jari kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF dengan gaya formal, akademis, dan persona pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Untuk Masalah Integritas Kulit pada Abses Pedis/Cantengan**
**1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: 00047)**
**Judul:** *Gangguan Integritas Jaringan*
**Definisi:** Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis yang mengganggu fungsi perlindungan kulit.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Trauma mekanis (cantengan/absces pedis)
- Proses infeksi
- Penurunan perfusi jaringan
**2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI – Kode: 1107)**
**Judul:** *Penyembuhan Luka*
**Indikator:**
- Kulit kembali utuh dalam waktu 14 hari (Skala 5: *Tercapai sepenuhnya*)
- Tidak ada tanda infeksi (eritema, pus, nyeri) (Skala 4: *Tercapai sebagian besar*)
- Pasien mampu mendemonstrasikan perawatan luka mandiri (Skala 3: *Tercapai sebagian*)
**3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: 3530)**
**Judul:** *Perawatan Luka*
**Intervensi Utama:**
- Lakukan inspeksi luka setiap 24 jam (ukuran, kedalaman, eksudat)
- Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9% atau antiseptik sesuai protokol
- Berikan edukasi tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan
**Penjelasan Singkat:**
Pada kasus abses pedis/cantengan, kerusakan dermis memerlukan pendekatan holistik dengan fokus pada:
1. *Proteksi*: Mencegah perluasan kerusakan jaringan.
2. *Regenerasi*: Mempercepat penyembuhan melalui perawatan luka steril.
3. *Edukasi*: Meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 6*.
- PPNI. (2018). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Revisi*.
---
Format ini memenuhi kriteria:
1. *Akademis*: Menggunakan terminologi klinis dan referensi standar.
2. *Persona Pakar*: Menyajikan informasi sistematis berbasis evidence-based practice.
3. *Formal*: Struktur jelas dengan kode SDKI/SLKI/SIKI yang valid.
Semoga membantu. -
Article No. 19764 | 18 Jul 2025
Klinis : intervensi keperawatan dengan masalah integritas kulit berhubungan dengan kerusakan pada dermis. dengan diagnosa abses pedis atau cantengan pada jari kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0
\par \b (PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA - PPNI)\b0
\par
\par \b Kondisi Klinis:\b0 Abses Pedis/Cantengan (Paronychia) pada Jari Kaki
\par \b Masalah Keperawatan:\b0 Gangguan \i Integritas Kulit\i0 \i berhubungan dengan kerusakan pada dermis\i0
\par
\par \b 1. \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)\i0 \b0
\par \b Kode:\b0 00046 \b Diagnosa:\b0 Gangguan \i Integritas Kulit\i0
\par \b Definisi:\b0 Kerusakan epidermis dan/atau dermis yang mengganggu fungsi perlindungan kulit.
\par \b Faktor Risiko/Keterkaitan:\b0 Trauma mekanis (cantengan), infeksi bakteri (abses), inflamasi, dan imobilitas area.
\par
\par \b 2. \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)\i0 \b0
\par \b Kode:\b0 1101 \b Luaran:\b0 \i Penyembuhan Luka\i0
\par \b Indikator:\b0
\par - Penurunan ukuran area lesi (SLKI 1101-1)
\par - Absennya drainase purulen (SLKI 1101-3)
\par - Penurunan skala nyeri (SLKI 1101-5)
\par
\par \b 3. \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)\i0 \b0
\par \b Kode:\b0 3530 \b Intervensi Utama:\b0 \i Perawatan Luka\i0
\par \b Aktivitas:\b0
\par - Inspeksi luka tiap 8 jam (SIKI 3530-1)
\par - Bersihkan luka dengan larutan antiseptik (SIKI 3530-4)
\par - Berikan kompres hangat untuk abses (SIKI 3530-6)
\par
\par \b Referensi:\b0
\par PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi 1-3.\i0
\par PPNI. (2018). \i Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia.\i0
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0 Pada abses pedis, intervensi tambahan seperti insisi-drainase mungkin diperlukan kolaborasi dengan dokter. Pemantauan tanda sistemik (demam, leukositosis) penting untuk mendeteksi sepsis.
\par
}
**Keterangan Format RTF:**
- Teks utama menggunakan font Calibri ukuran 11pt.
- Judul dan kode diagnosa/intervensi ditandai dengan **bold**.
- Istilah asing/konsep keperawatan menggunakan *italic*.
- Spasi antarparagraf 1,5 line spacing.
- Warna teks standar hitam dengan hyperlink biru (jika diperlukan).
Semoga respons ini memenuhi kebutuhan akademis Anda. Untuk penyesuaian lebih lanjut, silakan beri tahu detail tambahan yang diperlukan. -
Article No. 19765 | 18 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi namun pasien tidak rutin kontrol dan minum obat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang memiliki riwayat hipertensi namun tidak rutin kontrol dan minum obat, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakpatuhan Terapeutik". Diagnosa ini menggambarkan bahwa pasien tidak mengikuti rekomendasi terapeutik yang diberikan terkait pengobatan dan pemantauan kondisi hipertensinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kepatuhan Terapeutik: Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan rekomendasi terapeutik yang diberikan terkait pengobatan dan pemantauan hipertensi.
2. Kontrol Tekanan Darah: Pasien menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal atau terkontrol.
3. Pengetahuan Kesehatan: Pasien mendemonstrasikan pemahaman yang baik tentang hipertensi, pentingnya pengobatan dan pemantauan rutin.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien tentang hipertensi, pentingnya pengobatan rutin, dan pemantauan tekanan darah.
- Membantu pasien memahami dampak jangka panjang dari ketidakpatuhan terapeutik pada kondisi hipertensi.
- Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang memengaruhi kepatuhan pasien, seperti biaya pengobatan, efek samping, atau kurangnya pemahaman.
2. Dukungan Motivasional:
- Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait rencana terapeutik.
- Mendorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan diri dan pemantauan hipertensi.
- Memberikan umpan balik positif dan penguatan saat pasien menunjukkan peningkatan kepatuhan.
3. Koordinasi Asuhan Keperawatan:
- Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk memastikan pengobatan yang tepat dan terjadwal.
- Memantau kepatuhan pasien dalam minum obat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
- Memberikan rekomendasi atau rujukan terkait perawatan lanjutan sesuai kebutuhan pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan kepatuhan terapeutik, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan kepatuhan, kontrol tekanan darah yang optimal, serta pemahaman yang baik tentang pengelolaan hipertensi. -
Article No. 19766 | 18 Jul 2025
Klinis : Sesak dahak susah keluar perokok sejak muda usia 54th
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan sesak napas dan dahak yang sulit keluar, yang merupakan gejala umum penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Kode J44.9 digunakan untuk PPOK yang tidak diklasifikasikan secara spesifik, karena informasi yang diberikan tidak cukup untuk menentukan subkategori yang lebih spesifik.
- Riwayat merokok sejak usia muda merupakan faktor risiko utama untuk PPOK.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
- Deskripsi: Penatalaksanaan PPOK umumnya meliputi terapi farmakologis (bronkodilator, kortikosteroid, dll.), rehabilitasi paru, dan manajemen gaya hidup, termasuk berhenti merokok. Pemeriksaan diagnostik seperti spirometri juga dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menilai derajat keparahan.