Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17144 | 11 May 2025
Klinis : Pasien berusia 56 tahun, datang ke igd dengan diagnosa Selulitis manus sinistra DM Hiperglikemia dengan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu, , dilakukan pembedahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap serangan oleh patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa, atau parasit) yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Perubahan Integritas Kulit (00044)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang independen menuju tujuan tertentu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (kode: 10019)
Definisi: Kerentanan terhadap serangan yang disebabkan oleh patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Kerusakan Integritas Kulit (kode: 10013)
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit.
3. Gangguan Mobilitas (kode: 10015)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang independen menuju tujuan tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas Infeksi (kode: 30001)
Definisi: Bebas dari tanda-tanda dan gejala infeksi.
2. Integritas Kulit Membaik (kode: 30004)
Definisi: Perbaikan struktur dan fungsi kulit.
3. Mobilitas Meningkat (kode: 30007)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara independen menuju tujuan tertentu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi (kode: 80001)
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan risiko terinfeksi.
2. Perawatan Luka (kode: 80004)
Definisi: Tindakan untuk memelihara dan memperbaiki integritas kulit.
3. Mobilisasi (kode: 80007)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pergerakan fisik yang independen.
Dalam kasus ini, pasien berusia 56 tahun dengan diagnosa selulitis manus sinistra, DM hiperglikemia, dan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu. Setelah dilakukan pembedahan, pasien memiliki risiko infeksi, perubahan integritas kulit, dan gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 17145 | 11 May 2025
Klinis : Pasien berusia 56 tahun, datang ke igd dengan diagnosa Selulitis manus sinistra DM Hiperglikemia dengan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu, , dilakukan pembedahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus pasien tersebut:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan** *(Kode: 00046)*
**Definisi (SDKI):**
Kerusakan jaringan epidermis, dermis, atau struktur yang lebih dalam akibat luka bakar dan infeksi (selulitis), diperburuk oleh hiperglikemia pada pasien Diabetes Melitus (DM).
**Luaran (SLKI):**
- **Penyembuhan Luka Tercapai** *(Kode: L.08001)*:
- Luka menunjukkan granulasi jaringan, reduksi ukuran luka, dan tidak ada tanda infeksi.
- **Kontrol Glikemik Optimal** *(Kode: L.14023)*:
- Kadar gula darah dalam rentang target (misal: 80–180 mg/dL).
**Intervensi (SIKI):**
- **Perawatan Luka** *(Kode: I.08001)*:
- Membersihkan luka dengan teknik aseptik, aplikasi dressing sesuai indikasi, dan pemantauan tanda infeksi.
- **Manajemen Hiperglikemia** *(Kode: I.14005)*:
- Pemantauan gula darah, pemberian insulin/obat oral sesuai resep, dan edukasi diet DM.
- **Edukasi Perawatan Luka di Rumah** *(Kode: I.18001)*:
- Instruksi tentang perawatan luka, tanda infeksi, dan pentingnya kontrol glikemik.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi** *(Kode: 00004)*
**Definisi (SDKI):**
Peningkatan kerentanan terhadap invasi mikroorganisme patogen akibat luka terbuka, prosedur pembedahan, dan kondisi hiperglikemia.
**Luaran (SLKI):**
- **Pencegahan Infeksi Berhasil** *(Kode: L.08003)*:
- Tidak ada tanda sistemik/lokal infeksi (demam, pus, eritema).
**Intervensi (SIKI):**
- **Pencegahan Infeksi** *(Kode: I.08003)*:
- Teknik steril saat perawatan luka, pemberian antibiotik sesuai resep, dan pemantauan tanda vital.
- **Pengendalian Lingkungan** *(Kode: I.07003)*:
- Memastikan kebersihan lingkungan dan alat untuk minimalkan paparan patogen.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut** *(Kode: 00132)*
**Definisi (SDKI):**
Pengalaman sensori tidak nyaman akibat kerusakan jaringan luka bakar dan pembedahan, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Luaran (SLKI):**
- **Pengendalian Nyeri** *(Kode: L.04001)*:
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10), pasien melaporkan peningkatan kenyamanan.
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Nyeri** *(Kode: I.04001)*:
- Pemberian analgesik sesuai resep, teknik non-farmakologis (distraksi, reposisi).
---
### **Catatan Akademik:**
- **SDKI** (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menetapkan diagnosa.
- **SLKI** (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menggambarkan tujuan/hasil yang diharapkan.
- **SIKI** (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merujuk pada tindakan berbasis evidence-based.
- Kode dan terminologi mengacu pada **PPNI (2017–2019)**.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan klinis dan akademis Anda. Jika diperlukan referensi lebih mendalam, saya sarankan untuk merujuk langsung pada dokumen PPNI terkait.
**Salam profesional,**
*[Nama Anda, S.Kep., Ns.]*
*(Perawat Klinis/Akademis)* -
Article No. 17146 | 11 May 2025
Klinis : Pasien berusia 56 tahun, datang ke igd dengan diagnosa Selulitis manus sinistra DM Hiperglikemia dengan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu, , dilakukan pembedahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk kasus pasien tersebut, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan (SDKI: 2.1)**
**Definisi:** Kerusakan jaringan epidermis dan/atau dermis akibat luka bakar dan infeksi (selulitis).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Luka bakar derajat II pada manus sinistra (tangan kiri).
- Hiperglikemia (DM) yang memperlambat penyembuhan luka.
- Prosedur pembedahan (debridement/insisi).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Penyembuhan Luka (SLKI: 2.1.1)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Luka menunjukkan tanda granulasi (SLKI: 2.1.1.1).
- Tidak ada tanda infeksi (eritema, pus, demam) (SLKI: 2.1.1.3).
- Kadar gula darah terkontrol (SLKI: 1.3.1.2).
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Perawatan Luka (SIKI: 2.1.1)**
- Lakukan perawatan luka steril sesuai protokol (SIKI: 2.1.1.1).
- Pantau tanda infeksi (SIKI: 2.1.1.3).
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan kontrol glikemik (SIKI: 2.1.1.5).
**Manajemen Nyeri (SIKI: 1.7.1)**
- Berikan analgesik sesuai resep (SIKI: 1.7.1.3).
- Ajarkan teknik relaksasi (SIKI: 1.7.1.4).
**Edukasi Perawatan DM & Luka (SIKI: 3.1.1)**
- Ajarkan perawatan luka mandiri (SIKI: 3.1.1.2).
- Anjurkan pemantauan gula darah rutin (SIKI: 3.1.1.4).
---
### **Catatan Akademis:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada buku standar PPNI edisi terbaru.
- **Hiperglikemia** memperberat risiko infeksi, sehingga kontrol glikemik menjadi prioritas.
- **Luka bakar derajat II** memerlukan perawatan khusus untuk mencegah komplikasi seperti selulitis atau nekrosis.
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*Asisten Klinis* -
Article No. 17147 | 11 May 2025
Klinis : Pasien berusia 56 tahun, datang ke igd dengan diagnosa Selulitis manus sinistra DM Hiperglikemia dengan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu, , dilakukan pembedahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus pasien tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.3: Risiko Infeksi**
**Definisi:** Risiko meningkatnya respons patogen terhadap mikroorganisme yang dapat mengancam kesehatan.
**Faktor Risiko:**
- Luka terbuka akibat selulitis dan luka bakar.
- Hiperglikemia (DM) yang memperlambat penyembuhan luka.
- Tindakan pembedahan meningkatkan risiko infeksi sekunder.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.1.3.1: Infeksi Terkendali**
**Indikator:**
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, functio laesa).
- Kadar gula darah terkontrol (target: 80–180 mg/dL).
- Luka menunjukkan tanda penyembuhan (granulasi, epitelisasi).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode IN.1.3.1: Manajemen Infeksi**
**Tindakan:**
1. **Pemantauan tanda-tanda infeksi** (demam, pus, kemerahan).
2. **Perawatan luka steril** sesuai protokol (dressing, debridemen jika diperlukan).
3. **Edukasi pasien** tentang perawatan luka dan kontrol gula darah.
4. **Kolaborasi pemberian antibiotik** sesuai resep dokter.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Kode DX.2.1: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak nyaman akibat kerusakan jaringan.
**Faktor Penyebab:**
- Luka bakar dan selulitis.
- Tindakan pembedahan.
**SLKI (LO.2.1.1): Nyeri Terkontrol**
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10).
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
**SIKI (IN.2.1.1): Manajemen Nyeri**
- Pemberian analgesik sesuai resep.
- Teknik relaksasi dan distraksi.
---
### **Catatan Akademis**
- **Patofisiologi Selulitis & DM:** Hiperglikemia menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan imunosupresi, memperlambat penyembuhan luka.
- **Evidence-Based Practice:** Perawatan luka dengan prinsip TIME (Tissue, Infection, Moisture, Edge) direkomendasikan untuk luka kronis pada pasien DM.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika memerlukan penjabaran lebih lanjut, dapat ditambahkan intervensi kolaboratif dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Pakar]*
*Asisten Klinis* -
Article No. 17059 | 10 May 2025
Klinis : kejang 1x sekitar 2 menit di rumah, kejang seluruh tubuh mata melirik ke atas, demam sejak tadi sore, muntah disangkal, diare disangkal, BAK banyak, minum mau Riwayat kejang demam sebelumnya +
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko Cedera: Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami cidera akibat aktivitas motorik yang tidak terkontrol.
Karakteristik Definisi:
- Kejang 1x sekitar 2 menit di rumah
- Kejang seluruh tubuh, mata melirik ke atas
- Riwayat kejang demam sebelumnya
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Tidak Terjadi Cedera selama Kejang
Definisi: Individu tidak mengalami cedera fisik selama episode kejang.
Indikator:
- Tidak ada cedera kepala atau tubuh selama kejang
- Tidak ada aspirasi sekret selama kejang
- Tidak ada perubahan status neurologis setelah kejang
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Kejang
Definisi: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan kejang serta mencegah komplikasi.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah)
- Pastikan jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen, jika perlu
- Posisikan pasien miring atau pada posisi yang aman untuk mencegah aspirasi
- Berikan obat antikonvulsan, jika perlu, sesuai instruksi dokter
- Hindari penggunaan benda keras di area sekitar pasien
- Lakukan pencatatan rinci selama dan setelah episode kejang
2. Manajemen Demam
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam, jika perlu, sesuai instruksi dokter
- Anjurkan pasien untuk minum banyak cairan
3. Pemantauan Tanda Vital
Definisi: Pengamatan dan pencatatan rutin terkait tanda-tanda vital pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah secara berkala
- Perhatikan tanda-tanda penurunan atau peningkatan tanda vital
- Dokumentasikan hasil pemantauan tanda vital
Penjelasan tambahan:
Kondisi yang Anda deskripsikan menunjukkan kemungkinan adanya kejang demam pada anak. Kejang demam dapat disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh yang tiba-tiba. Intervensi keperawatan utama adalah manajemen kejang dan demam untuk mencegah komplikasi, serta pemantauan ketat tanda vital pasien. Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadinya cedera selama episode kejang. -
Article No. 17060 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko cedera muskuloskeletal (00093)
Definisi: Risiko mengalami cedera pada otot, tulang, sendi, atau struktur yang terkait sebagai akibat dari faktorfaktor dalam lingkungan kerja.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00093
Definisi: Risiko mengalami cedera pada otot, tulang, sendi, atau struktur yang terkait sebagai akibat dari faktorfaktor dalam lingkungan kerja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1613
Judul: Pemulihan Cedera Muskuloskeletal
Definisi: Kemampuan individu untuk memulihkan cedera pada otot, tulang, atau sendi sebagai akibat dari faktor-faktor dalam lingkungan kerja.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6480
Judul: Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan memantau faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko cedera muskuloskeletal" mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera pada sistem muskuloskeletal pekerja. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini memberikan panduan untuk mengelola risiko tersebut, termasuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko, menerapkan strategi pencegahan, dan memulihkan cedera yang terjadi. Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja di lingkungan kerja. -
Article No. 17061 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko keselamatan lingkungan
Definisi: Keadaan di mana individu, keluarga, atau komunitas berisiko mengalami bahaya atau cedera yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi lingkungan yang berbahaya.
Faktor yang berhubungan: Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja, Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keselamatan lingkungan
Definisi: Tingkat di mana individu, keluarga, atau komunitas terlindungi dari bahaya atau cedera yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi lingkungan yang berbahaya.
Kriteria hasil:
a. Individu, keluarga, atau komunitas dapat mengidentifikasi bahaya potensial di lingkungan.
b. Individu, keluarga, atau komunitas dapat mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya di lingkungan.
c. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menerapkan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan.
d. Lingkungan menunjukkan penurunan risiko bahaya atau cedera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen lingkungan
Definisi: Pengaturan dan pengawasan terhadap lingkungan untuk memaksimalkan keselamatan, kenyamanan, dan kesejahteraan.
Aktivitas keperawatan:
a. Identifikasi bahaya potensial di lingkungan kerja.
b. Edukasi tentang ergonomi dan keselamatan kerja.
c. Kolaborasi dengan manajemen tempat kerja untuk mengembangkan panduan dan pelatihan ergonomi.
d. Monitoring dan evaluasi implementasi panduan dan pelatihan ergonomi.
e. Modifikasi lingkungan kerja untuk mengurangi risiko bahaya.
f. Penerapan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko keselamatan lingkungan" sangat sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja dan perasaan bahwa lingkungan kerja berisiko kesehatan. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan potensi bahaya atau cedera di lingkungan kerja.
Luaran yang diharapkan adalah "Keselamatan lingkungan", di mana individu, keluarga, atau komunitas dapat mengidentifikasi bahaya potensial, mengambil tindakan untuk mengurangi risiko, dan menerapkan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja. Hal ini akan mengarah pada penurunan risiko bahaya atau cedera di lingkungan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen lingkungan", yang meliputi identifikasi bahaya, edukasi tentang ergonomi dan keselamatan kerja, kolaborasi dengan manajemen tempat kerja untuk mengembangkan panduan dan pelatihan ergonomi, monitoring dan evaluasi, modifikasi lingkungan, serta penerapan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan lingkungan kerja dan mengurangi risiko bahaya atau cedera yang dialami oleh pekerja. -
Article No. 17062 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Kondisi: Tidak Adanya Pelatihan/Panduan Ergonomik di Tempat Kerja dan Persepsi Lingkungan Kerja Berisiko Kesehatan**
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode SDKI 2.1.1**: *Risiko Cedera pada Sistem Muskuloskeletal*
**Definisi**: **Status kerentanan individu terhadap kerusakan jaringan otot, tulang, atau sendi akibat postur kerja tidak ergonomis**, yang dapat diperburuk oleh kurangnya pelatihan/panduan ergonomik.
**Penjelasan**:
- **Faktor Risiko**: Tidak adanya pelatihan ergonomi, desain workstation tidak sesuai prinsip biomekanik, dan beban kerja fisik berulang.
- **Dasar Pemilihan**: Kondisi ini memenuhi kriteria *risk nursing diagnosis* (SDKI Domain 2: *Safety/Perlindungan*) karena ancaman cedera muskuloskeletal (mis. *low back pain*, *repetitive strain injury*) bersifat potensial namun belum terjadi.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI 2.1.1.1**: *Perilaku Pencegahan Cedera Muskuloskeletal*
**Indikator**:
- **Frekuensi penggunaan prinsip ergonomi** (Skala: 1 = tidak pernah → 5 = selalu).
- **Pengetahuan tentang postur kerja aman** (Skala: 1 = tidak paham → 5 = paham sepenuhnya).
**Target**: Meningkatkan skor indikator minimal ke level 4 dalam 4 minggu melalui intervensi edukasi dan modifikasi lingkungan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI 2.1.1.1**: *Edukasi Ergonomi*
**Aktivitas**:
- Memberikan pelatihan *workstation adjustment* (tinggi kursi, posisi monitor, alat bantu *lifting*).
- Demonstrasi postur netral (tulang belakang lurus, bahu relaks, siku 90°).
- Kolaborasi dengan *occupational health team* untuk penilaian lingkungan kerja (*hazard identification*).
**Kode SIKI 2.1.1.2**: *Modifikasi Lingkungan Kerja*
- Rekomendasi alat ergonomis (*adjustable chair*, *footrest*, *anti-fatigue mat*).
- Pengaturan jadwal istirahat aktif (*microbreak stretching*).
---
### **Dasar Teoretis**
- **Hierarki Pengendalian Risiko (NIOSH)**: Intervensi mengutamakan eliminasi risiko (pelatihan) dan substitusi (modifikasi alat).
- **Model Stress-Koping Lazarus & Folkman**: Persepsi lingkungan berisiko memicu *stress kerja*, memerlukan *coping* berbasis edukasi.
**Referensi**:
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi VI*.
- OSHA. (2021). *Ergonomics Program Guidelines for Nursing Professionals*.
---
Format RTF terlampir dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 17063 | 10 May 2025
Klinis : Pernah mengalami nyeri punggung setelah bekerja lama • Pernah mengalami pegal/sakit punggung saat bekerja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pernah mengalami nyeri punggung setelah bekerja lama dan pernah mengalami pegal/sakit punggung saat bekerja adalah "Nyeri Punggung Akut". Nyeri punggung akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area punggung, yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama periode waktu tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien akan menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien melaporkan nyeri punggung berkurang.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien melaporkan dapat beraktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik dan fungsional.
5. Pasien menunjukkan perbaikan postur tubuh saat bekerja.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang mempengaruhi).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (seperti teknik relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Monitoring efektivitas intervensi dan evaluasi respon pasien terhadap manajemen nyeri.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik:
- Lakukan pengkajian fungsi, kemampuan, dan hambatan fisik pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai.
- Berikan edukasi dan demonstrasi mengenai teknik latihan fisik yang aman dan efektif.
- Pantau dan evaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan mobilitas fisik.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien mengenai anatomi dan fisiologi punggung.
- Ajarkan teknik-teknik ergonomi saat bekerja (seperti postur tubuh yang benar, penggunaan alat bantu, dan manajemen beban kerja).
- Diskusikan dengan pasien mengenai gaya hidup sehat yang dapat membantu mencegah nyeri punggung.
- Evaluasi pemahaman pasien dan kemampuannya dalam menerapkan edukasi yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mengatasi nyeri punggung, meningkatkan kemampuan fisik dan fungsional, serta memiliki perilaku yang mendukung kesehatan punggung dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 17064 | 10 May 2025
Klinis : Risiko Cedera (D.0136) - Pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja • Lingkungan kerja dirasa tidak bebas dari risiko kesehatan • Tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan APA TUJUAN DANKRITERIA HASIL (SLKI) DAN INTERVENSI (SIKI)SERTA KODENYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera" (D.0136). Hal ini didasarkan pada adanya paparan bahan kimia di tempat kerja, lingkungan kerja yang tidak bebas dari risiko kesehatan, serta tidak adanya pelatihan ergonomik dari perusahaan, yang meningkatkan risiko terjadinya cedera pada pasien.
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI):
Tujuan Asuhan Keperawatan:
1. Pasien dapat mengenali faktor risiko cedera di tempat kerja.
2. Pasien dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan cedera di tempat kerja.
3. Pasien dapat memelihara kesehatan dan keselamatan kerja.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor risiko cedera di tempat kerja.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
3. Pasien dapat mempraktikkan posisi kerja yang ergonomis.
4. Pasien dapat menerapkan perilaku sehat dan aman di tempat kerja.
5. Pasien tidak mengalami cedera selama bekerja.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi risiko cedera di tempat kerja (I.02702)
2. Edukasi penggunaan alat pelindung diri (I.06901)
3. Ajarkan teknik ergonomik (I.02707)
4. Fasilitasi pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (I.02708)
5. Monitoring dan evaluasi kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (I.02709)
Penjelasan:
1. Identifikasi risiko cedera di tempat kerja (I.02702): Melakukan pengkajian terhadap faktor-faktor risiko cedera yang mungkin terjadi di tempat kerja, seperti paparan bahan kimia, postur tubuh yang tidak ergonomis, dan lain-lain.
2. Edukasi penggunaan alat pelindung diri (I.06901): Memberikan edukasi dan pelatihan kepada pasien tentang penggunaan alat pelindung diri yang sesuai untuk mengurangi risiko cedera.
3. Ajarkan teknik ergonomik (I.02707): Mengajarkan kepada pasien teknik-teknik ergonomik dalam bekerja, seperti posisi tubuh yang benar, pengaturan stasiun kerja, dan lain-lain.
4. Fasilitasi pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (I.02708): Memfasilitasi pasien untuk mengikuti pelatihan terkait kesehatan dan keselamatan kerja yang diadakan oleh perusahaan.
5. Monitoring dan evaluasi kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (I.02709): Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi kesehatan dan keselamatan kerja pasien untuk memastikan tidak terjadi cedera.
Dengan melaksanakan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengenali faktor risiko cedera, menerapkan langkah-langkah pencegahan, dan memelihara kesehatan serta keselamatan kerja, sehingga dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.