Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17124 | 11 May 2025
Klinis : MAsalah Cairan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait Masalah Cairan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi masalah cairan adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan. Ketidakseimbangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terdapat peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti intake cairan yang tidak memadai, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan mekanisme regulasi cairan dalam tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan. Keseimbangan Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terdapat keseimbangan antara intake dan output cairan dalam tubuh, sehingga volume cairan dan komposisi elektrolit dalam tubuh berada dalam batas normal. Indikator keberhasilan dapat berupa pemulihan status hidrasi, stabilitas tanda-tanda vital, dan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran Keseimbangan Cairan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan Cairan: Melakukan pemantauan intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan secara berkala.
2. Pengaturan Intake Cairan: Mengatur jumlah dan jenis cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klien, mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan.
3. Manajemen Kehilangan Cairan: Mengatasi penyebab kehilangan cairan berlebih, seperti diare, muntah, atau perdarahan, dengan memberikan intervensi yang sesuai.
4. Edukasi Klien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan, serta tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit klien secara tepat.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakseimbangan Volume Cairan merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi masalah cairan. Diagnosa ini mengacu pada adanya ketidakseimbangan antara intake dan output cairan, yang dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan volume cairan dalam tubuh. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan, seperti intake cairan yang tidak memadai, kehilangan cairan berlebih, atau gangguan regulasi cairan, sangat penting dalam menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Keseimbangan Cairan merupakan luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan. Luaran ini mengindikasikan tercapainya kondisi di mana volume dan komposisi cairan dalam tubuh berada dalam batas normal, sesuai dengan kebutuhan klien. Indikator keberhasilan dapat berupa pemulihan status hidrasi, stabilitas tanda-tanda vital, dan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran Keseimbangan Cairan meliputi pemantauan cairan, pengaturan intake cairan, manajemen kehilangan cairan, edukasi klien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Masing-masing intervensi memiliki tujuan dan target yang spesifik untuk membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh klien.
Melalui diagnosa keperawatan yang tepat, penetapan luaran yang jelas, dan pelaksanaan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu klien mencapai Keseimbangan Cairan dan memulihkan kondisi kesehatan secara optimal. -
Article No. 17125 | 11 May 2025
Klinis : evaluasi dari diagnosa keperawtaan: hipovolemia berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran atau output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipovolemia berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Hipovolemia:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipovolemia adalah "Penurunan Volume Cairan". Diagnosa ini dicirikan oleh gejala-gejala seperti penurunan tekanan darah, nadi yang cepat dan lemah, kulit pucat dan lembab, serta output urin yang menurun. Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh pasien, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan secara berlebihan, seperti perdarahan, diare, atau muntah.
Evaluasi Diagnosa Keperawatan:
Evaluasi diagnosa keperawatan "Penurunan Volume Cairan" berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI mencakup beberapa aspek:
1. SDKI: Indikator diagnostik seperti tanda-tanda vital, output urin, serta status hidrasi kulit dan membran mukosa dapat digunakan untuk mengevaluasi keparahan dan perkembangan kondisi hipovolemia.
2. SLKI: Luaran yang diharapkan, seperti stabilitas hemodinamik, peningkatan volume cairan, dan perbaikan status hidrasi, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan.
3. SIKI: Intervensi keperawatan yang diterapkan, seperti pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi pasien, dapat dievaluasi untuk menentukan efektivitasnya dalam mengatasi hipovolemia.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan pada pasien dengan hipovolemia adalah:
1. Stabilitas hemodinamik: Pasien menunjukkan tekanan darah, nadi, dan output urin dalam batas normal.
2. Peningkatan volume cairan: Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan.
3. Perbaikan status hidrasi: Pasien menunjukkan perbaikan dalam status hidrasi, seperti peningkatan turgor kulit dan pemulihan membran mukosa.
4. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, kulit kering, dan output urin yang menurun.
5. Tidak ada komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat hipovolemia, seperti syok hipovolemik atau kegagalan organ.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipovolemia meliputi:
1. Manajemen cairan: Pemberian cairan intravena untuk menggantikan volume cairan yang hilang, serta pemantauan asupan dan output cairan.
2. Pemantauan tanda-tanda vital: Pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, dan output urin secara berkala untuk menilai status hemodinamik.
3. Pengkajian status hidrasi: Penilaian turgor kulit, membran mukosa, dan tanda-tanda dehidrasi untuk memantau perbaikan status hidrasi.
4. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipovolemia untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi pasien dalam perawatan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif.
Melalui intervensi keperawatan yang tepat dan terfokus, diharapkan pasien dengan hipovolemia dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, peningkatan volume cairan, perbaikan status hidrasi, dan tidak adanya komplikasi. -
Article No. 17126 | 11 May 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke rumah sakit karena cairan dialisis dari CAPD menjadi keruh sejak 4 hari lalu disertai dengan rasa nyeri di seluruh perut. Pasien tersebut didiagnosis CKD derajat V sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menggunakan CAPD selama 4,5 tahun. Dalam 6 bulan terakhir, cairan dialisis pasien keruh berulang sebanyak 3 kali disertai dengan munculnya benjolan seperti bisul dan luka di jalur keluar CAPD. Dari hasil laboratorium didapatkan CRP kuantitatif 17,9 mg/L, prokalsitonin 5,68 ng/mL, cairan dialisis peritoneal keruh, dan jumlah sel 2823 sel/uL. Dari kultur cairan dialisis didapatkan bakteri Streptococcus alphahemolytic, sehingga pasien didiagnosis CAPD terinfeksi, kemudian diberikan terapi vankomisin intraperitoneal berdasarkan kepekaan antibiotik pasien. Karena telah mengalami CAPD terinfeksi berulang, maka dipertimbangkan mengubah dialisis menjadi hemodialisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani kedua modalitas dialisis tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi CAPD (SDKI Kode: 13141)
Definisi: Proses invasi dan multiplikasi mikroorganisme di dalam rongga peritoneal yang dapat menyebabkan peradangan.
2. Nyeri (SDKI Kode: 10046)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas (SDKI Kode: 00094)
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
4. Risiko Perubahan Keseimbangan Cairan (SDKI Kode: 00028)
Definisi: Rentan mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Infeksi CAPD: Tanda dan gejala infeksi menurun, cairan dialisis kembali jernih, dan tidak ada nyeri pada tempat insert.
2. Nyeri: Skala nyeri menurun, pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman.
3. Intoleransi Aktivitas: Toleransi aktivitas meningkat, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Keseimbangan Cairan: Intake dan output cairan seimbang, vital sign stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi (Kode: 13141)
Definisi: Rangkaian tindakan mencegah dan mengendalikan infeksi.
2. Manajemen Nyeri (Kode: 10046)
Definisi: Rangkaian tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
3. Manajemen Aktivitas (Kode: 00094)
Definisi: Rangkaian tindakan untuk memfasilitasi pasien melakukan aktivitas sesuai toleransinya.
4. Manajemen Cairan (Kode: 00028)
Definisi: Rangkaian tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Dalam kondisi ini, perawat berperan penting dalam memantau tanda-tanda infeksi, mengelola nyeri, meningkatkan toleransi aktivitas, serta menjaga keseimbangan cairan pasien yang menjalani CAPD. Selain itu, perawat juga dapat memfasilitasi diskusi dengan pasien mengenai pertimbangan untuk beralih ke hemodialisis, dengan mempertimbangkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 17127 | 11 May 2025
Klinis : Tentukan diagnosis dari kasus Pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke rumah sakit karena cairan dialisis dari CAPD menjadi keruh sejak 4 hari lalu disertai dengan rasa nyeri di seluruh perut. Pasien tersebut didiagnosis CKD derajat V sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menggunakan CAPD selama 4,5 tahun. Dalam 6 bulan terakhir, cairan dialisis pasien keruh berulang sebanyak 3 kali disertai dengan munculnya benjolan seperti bisul dan luka di jalur keluar CAPD. Dari hasil laboratorium didapatkan CRP kuantitatif 17,9 mg/L, prokalsitonin 5,68 ng/mL, cairan dialisis peritoneal keruh, dan jumlah sel 2823 sel/uL. Dari kultur cairan dialisis didapatkan bakteri Streptococcus alphahemolytic, sehingga pasien didiagnosis CAPD terinfeksi, kemudian diberikan terapi vankomisin intraperitoneal berdasarkan kepekaan antibiotik pasien. Karena telah mengalami CAPD terinfeksi berulang, maka dipertimbangkan mengubah dialisis menjadi hemodialisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani kedua modalitas dialisis tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang Anda berikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut adalah penjelasannya:
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Infeksi
- Kode SDKI: 00004
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Penjelasan: Pasien mengalami CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) yang berulang, yang ditandai dengan cairan dialisis yang keruh, munculnya benjolan/bisul, dan hasil laboratorium yang menunjukkan infeksi (CRP dan prokalsitonin meningkat). Hal ini mengindikasikan adanya risiko infeksi yang tinggi.
2. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Akut
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (nyeri).
- Penjelasan: Pasien mengeluhkan rasa nyeri di seluruh perut, yang merupakan salah satu gejala dari CAPD terinfeksi.
3. Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Napas
- Kode SDKI: 00039
- Definisi: Tidak adanya kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
- Penjelasan: Infeksi pada saluran peritoneal dapat menyebabkan gangguan pada pola napas pasien.
Selanjutnya, berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang menjadi fokus intervensi keperawatan. Kode diagnosis keperawatan diawali dengan 00.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Kode luaran keperawatan diawali dengan 01.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Kode intervensi keperawatan diawali dengan 0.
Dalam praktik keperawatan, diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif. -
Article No. 17128 | 11 May 2025
Klinis : Tentukan diagnosis dan implementasi dari kasus Pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke rumah sakit karena cairan dialisis dari CAPD menjadi keruh sejak 4 hari lalu disertai dengan rasa nyeri di seluruh perut. Pasien tersebut didiagnosis CKD derajat V sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menggunakan CAPD selama 4,5 tahun. Dalam 6 bulan terakhir, cairan dialisis pasien keruh berulang sebanyak 3 kali disertai dengan munculnya benjolan seperti bisul dan luka di jalur keluar CAPD. Dari hasil laboratorium didapatkan CRP kuantitatif 17,9 mg/L, prokalsitonin 5,68 ng/mL, cairan dialisis peritoneal keruh, dan jumlah sel 2823 sel/uL. Dari kultur cairan dialisis didapatkan bakteri Streptococcus alphahemolytic, sehingga pasien didiagnosis CAPD terinfeksi, kemudian diberikan terapi vankomisin intraperitoneal berdasarkan kepekaan antibiotik pasien. Karena telah mengalami CAPD terinfeksi berulang, maka dipertimbangkan mengubah dialisis menjadi hemodialisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani kedua modalitas dialisis tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan, beserta penjelasan singkatnya:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 00085
b. Judul: Infeksi
c. Definisi: Keadaan individu dengan invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen yang mengganggu fungsi normal dari tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Kode: 00004
b. Judul: Manajemen Kesehatan
c. Definisi: Kemampuan untuk mengatur dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Kode: 30001
b. Judul: Manajemen Infeksi
c. Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
Implementasi yang dapat dilakukan terkait dengan diagnosa keperawatan tersebut antara lain:
1. Manajemen Infeksi (30001):
a. Lakukan observasi tanda-tanda infeksi, seperti cairan dialisis yang keruh, nyeri pada perut, dan adanya luka atau benjolan di jalur keluar CAPD.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik sesuai hasil kultur, dalam hal ini vankomisin intraperitoneal.
c. Ajarkan pasien tentang perawatan kateter CAPD yang benar untuk mencegah infeksi berulang.
d. Pantau parameter laboratorium terkait infeksi, seperti CRP dan prokalsitonin.
2. Manajemen Kesehatan (00004):
a. Diskusikan dengan pasien mengenai rencana perubahan modalitas dialisis dari CAPD ke hemodialisis untuk mengevaluasi kualitas hidup pasien.
b. Bantu pasien dalam menyesuaikan diri dengan perubahan modalitas dialisis yang akan dilakukan.
c. Edukasi pasien mengenai pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
d. Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatan.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, tim medis, dan pasien, diharapkan pasien dapat mengatasi infeksi CAPD yang berulang dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik melalui perubahan modalitas dialisis yang tepat. -
Article No. 17129 | 11 May 2025
Klinis : Tentukan diagnosis dan implementasi nyeri akut dari kasus Pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke rumah sakit karena cairan dialisis dari CAPD menjadi keruh sejak 4 hari lalu disertai dengan rasa nyeri di seluruh perut. Pasien tersebut didiagnosis CKD derajat V sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menggunakan CAPD selama 4,5 tahun. Dalam 6 bulan terakhir, cairan dialisis pasien keruh berulang sebanyak 3 kali disertai dengan munculnya benjolan seperti bisul dan luka di jalur keluar CAPD. Dari hasil laboratorium didapatkan CRP kuantitatif 17,9 mg/L, prokalsitonin 5,68 ng/mL, cairan dialisis peritoneal keruh, dan jumlah sel 2823 sel/uL. Dari kultur cairan dialisis didapatkan bakteri Streptococcus alphahemolytic, sehingga pasien didiagnosis CAPD terinfeksi, kemudian diberikan terapi vankomisin intraperitoneal berdasarkan kepekaan antibiotik pasien. Karena telah mengalami CAPD terinfeksi berulang, maka dipertimbangkan mengubah dialisis menjadi hemodialisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani kedua modalitas dialisis tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai Perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan untuk kasus Pasien perempuan, usia 66 tahun dengan nyeri akut berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (NANDA-I, 2018).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Tingkat kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.
Implementasi Keperawatan untuk Nyeri Akut:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
5. Dokumentasikan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih. -
Article No. 17130 | 11 May 2025
Klinis : Ny. A, seorang guru TK berusia 28 tahun, dibawa ke IGD RS dengan kondisi gawat darurat setelah tiga hari mengalami demam tinggi mencapai 39°C disertai munculnya ruam merah yang dengan cepat berubah menjadi lepuh-lepuh besar berisi cairan di seluruh wajah, dada, dan lengan. Pasien mengeluhkan nyeri hebat yang digambarkan seperti terbakar dengan intensitas 8/10 pada skala nyeri, dimana rasa sakit tersebut muncul secara spontan dan semakin parah ketika kulit yang terkena tersentuh atau bergesekan dengan pakaian. Nyeri ini bersifat terus-menerus dan sangat mengganggu terutama di area bibir dan tangan, membuat pasien tidak mampu melakukan aktivitas sederhana sekalipun seperti membuka mata atau menelan ludah. Riwayat penyakit mengungkapkan bahwa gejala muncul 24 jam setelah pasien mengkonsumsi kombinasi paracetamol dan ibuprofen untuk mengatasi sakit kepala dan demam. Perkembangan gejala yang sangat cepat ini disertai dengan mata merah berair dan munculnya luka-luka di dalam mulut yang membuat pasien sama sekali tidak bisa makan atau minum. Riwayat kesehatan masa lalu pasien menunjukkan adanya alergi terhadap sulfonamide saat kecil dan pernah mengalami reaksi kulit ringan terhadap beberapa jenis antibiotik. Latar belakang keluarga pasien memperlihatkan kecenderungan alergi dan atopi yang kuat dimana ibunya pernah mengalami ruam obat setelah mengkonsumsi amoxicillin dan adik kandungnya menderita asma serta alergi lateks. Kakek dari pihak ibu diketahui memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 sedangkan neneknya menderita asma kronis. Secara fisiologis, kondisi pasien sangat terganggu dimana asupan makanan dan cairan berkurang drastis akibat nyeri hebat di mulut, pola tidur tidak teratur karena rasa tidak nyaman yang konstan, dan kemampuan bergerak sangat terbatas akibat lesi kulit yang luas. Dari sisi psikologis, pasien tampak sangat cemas dan terus bertanya apakah kulitnya akan kembali normal, sering menangis ketika mengingat anaknya yang masih kecil, serta menunjukkan tanda-tanda depresi reaktif terhadap perubahan fisik yang dialaminya. Pemeriksaan fisik menyeluruh menunjukkan konjungtiva mata yang sangat merah dengan pembengkakan kelopak mata, bibir pecah-pecah dan berdarah, serta bula-bula besar yang mulai mengelupas di sekitar 30% permukaan tubuh terutama di dada, punggung, dan ekstremitas. Tanda-tanda vital saat masuk menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 98 kali per menit, frekuensi pernapasan 22 kali per menit, suhu tubuh 38.5°C, dan saturasi oksigen 96% pada udara ruangan. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih (12.000/µL) dan kadar CRP yang tinggi (45 mg/L), sementara biopsi kulit mengkonfirmasi adanya nekrosis keratinosit dan pembentukan bula subepidermal yang khas untuk SJS. Tes kulit tambahan menunjukkan reaksi positif terhadap NSAID. Tim medis segera memulai terapi agresif berupa pemberian methylprednisolon intravena dosis 40 mg setiap 12 jam untuk menekan reaksi imun berlebihan, cairan infus RL 2000 mL per hari untuk menjaga keseimbangan cairan, serta paracetamol intravena untuk mengendalikan nyeri dengan menghindari sama sekali penggunaan NSAID. Perawatan luka dilakukan secara steril menggunakan silver sulfadiazine 1% untuk lesi kulit dan lidocaine gel 2% untuk mengurangi nyeri di area mulut. Pasien diisolasi di ruangan khusus untuk mencegah infeksi sekunder dan diawasi ketat terhadap kemungkinan berkembangnya sepsis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Nyeri hebat yang disebabkan oleh reaksi alergi, dengan skala nyeri 8/10 yang digambarkan seperti terbakar, semakin parah saat kulit tersentuh atau bergesekan dengan pakaian.
2. Risiko infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat berkompromi terhadap kesehatan.
- Karakteristik: Lesi kulit yang luas dan terbuka, pemberian steroid sistemik, serta perawatan luka yang membutuhkan teknik aseptik.
3. Gangguan integritas kulit
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Karakteristik: Adanya bula-bula besar yang mengelupas di sekitar 30% permukaan tubuh, terutama di dada, punggung, dan ekstremitas.
4. Gangguan pola tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Karakteristik: Pola tidur tidak teratur akibat rasa tidak nyaman yang konstan.
5. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik: Asupan makanan dan cairan berkurang drastis akibat nyeri hebat di mulut.
6. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak diketahui atau tidak jelas.
- Karakteristik: Pasien tampak sangat cemas dan sering menangis ketika mengingat anaknya yang masih kecil.
7. Perubahan citra tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan fisik.
- Karakteristik: Pasien terus bertanya apakah kulitnya akan kembali normal, menunjukkan tanda-tanda depresi reaktif terhadap perubahan fisik yang dialaminya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Nyeri terkontrol
- Kriteria hasil: Nyeri berkurang, pasien mampu mengontrol nyeri, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
2. Infeksi tidak terjadi
- Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, luka membaik, dan tidak ada demam.
3. Integritas kulit membaik
- Kriteria hasil: Lesi kulit mulai mengering dan epitelisasi, serta tidak ada komplikasi.
4. Pola tidur membaik
- Kriteria hasil: Pasien dapat tidur dengan nyaman, tidak ada gangguan tidur, dan merasa lebih istirahat.
5. Status nutrisi membaik
- Kriteria hasil: Asupan nutrisi dan cairan adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan berat badan stabil.
6. Kecemasan berkurang
- Kriteria hasil: Pasien lebih tenang, dapat mengekspresikan perasaan, dan memiliki strategi koping yang efektif.
7. Citra tubuh positif
- Kriteria hasil: Pasien menerima perubahan pada tampilan fisik, mampu beradaptasi, dan menunjukkan peningkatan harga diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan tindakan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi)
- Pantau efektivitas manajemen nyeri
2. Pencegahan Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara steril
- Pastikan lingkungan pasien bersih dan terkendali
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik dan imunosupresan
3. Perawatan Luka
- Bersihkan luka secara lembut
- Aplikasikan salep atau gel sesuai instruksi
- Ganti balutan secara teratur
- Pantau perkembangan luka
4. Manajemen Tidur
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Monitor pola dan kualitas tidur
5. Manajemen Nutrisi
- Sediakan makanan dan minuman yang mudah dikonsumsi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Pantau asupan dan status nutrisi
6. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan
- Ajarkan teknik meredakan kecemasan (misalnya relaksasi, visualisasi)
- Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
7. Peningkatan Citra Tubuh
- Bantu pasien mengekspresikan perasaan tentang perubahan fisik
- Berikan informasi tentang proses penyembuhan dan perkiraan pemulihan
- Dorong pasien untuk terlibat dalam perawatan diri dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
- Libatkan konselor atau psikolog jika diperlukan -
Article No. 17131 | 11 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Penyebab Potensial: Sekret yang berlebihan, infeksi saluran pernapasan.
Karakteristik Mayor: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab Potensial: Kelemahan fisik, malnutrisi.
Karakteristik Mayor: Kelelahan, kehilangan nafsu makan.
3. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
Penyebab Potensial: Proses penyakit.
Karakteristik Mayor: Demam.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Suara napas bronkial berkurang.
- Frekuensi napas dalam batas normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
- Nafsu makan membaik.
3. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh kembali dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Monitor pola napas dan suara napas.
- Auskultasi suara napas.
- Berikan postural drainage dan batuk efektif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi pemberian terapi bronkodilator dan mukolitik.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Evaluasi kemampuan dan toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi.
- Kolaborasi pemberian nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Hipertermia
- Monitor suhu tubuh secara teratur.
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan.
- Berikan antipiretik sesuai indikasi.
- Upayakan lingkungan yang nyaman dan sejuk.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah pernapasan, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mengendalikan demam pada pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Kolaborasi dengan tim medis lainnya sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 17132 | 11 May 2025
Klinis : Pasien berusia 56 tahun, datang ke igd dengan luka melepuh terkena wajan panas sejak 1 minggu lalu, pasien memiliki diabetes melitus, dirujuk kebangsal bedah untuk melakukan operasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan solusi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
- Karakteristik Definisi: Luka, kerusakan jaringan, adanya perubahan warna kulit, dan gangguan penyembuhan luka.
- Faktor Terkait: Diabetes Melitus, paparan suhu tinggi, usia lanjut.
2. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Riwayat infeksi sebelumnya, paparan lingkungan yang tidak steril, dan penurunan sistem imun.
- Faktor Terkait: Diabetes Melitus, luka terbuka, usia lanjut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit (1101)
- Indikator:
- Kerusakan jaringan membaik
- Luka tertutup
- Penyembuhan luka progresif
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Kontrol Risiko (1902)
- Indikator:
- Mengenali faktor risiko
- Mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
- Tidak ada komplikasi yang timbul
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka (3660)
- Tujuan: Memfasilitasi penyembuhan luka dan mencegah komplikasi.
- Aktivitas:
- Melakukan pengkajian luka secara komprehensif
- Memilih jenis balutan yang sesuai
- Melakukan perawatan luka secara aseptik
- Memantau tanda-tanda infeksi
- Mengoptimalkan nutrisi pasien
2. Peningkatan Sistem Imun (6610)
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
- Aktivitas:
- Mengidentifikasi faktor risiko penurunan sistem imun
- Membantu pasien dalam mengontrol diabetes Melitus
- Memfasilitasi istirahat yang cukup
- Mengoptimalkan asupan nutrisi pasien
3. Manajemen Risiko (6480)
- Tujuan: Mengidentifikasi dan mengurangi risiko komplikasi.
- Aktivitas:
- Mengkaji faktor risiko komplikasi
- Mengembangkan strategi untuk mengurangi risiko
- Memantau tanda-tanda komplikasi
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam manajemen risiko
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan integritas kulit, kontrol risiko infeksi, dan mencegah komplikasi lainnya. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter bedah, juga diperlukan untuk menangani kondisi pasien secara holistik. -
Article No. 17133 | 11 May 2025
Klinis : Tentukan implementasi risiko infeksi dari kasus Pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke rumah sakit karena cairan dialisis dari CAPD menjadi keruh sejak 4 hari lalu disertai dengan rasa nyeri di seluruh perut. Pasien tersebut didiagnosis CKD derajat V sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menggunakan CAPD selama 4,5 tahun. Dalam 6 bulan terakhir, cairan dialisis pasien keruh berulang sebanyak 3 kali disertai dengan munculnya benjolan seperti bisul dan luka di jalur keluar CAPD. Dari hasil laboratorium didapatkan CRP kuantitatif 17,9 mg/L, prokalsitonin 5,68 ng/mL, cairan dialisis peritoneal keruh, dan jumlah sel 2823 sel/uL. Dari kultur cairan dialisis didapatkan bakteri Streptococcus alphahemolytic, sehingga pasien didiagnosis CAPD terinfeksi, kemudian diberikan terapi vankomisin intraperitoneal berdasarkan kepekaan antibiotik pasien. Karena telah mengalami CAPD terinfeksi berulang, maka dipertimbangkan mengubah dialisis menjadi hemodialisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani kedua modalitas dialisis tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (10002)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Infeksi (10005)
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan penyebaran infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi (10002)
Definisi: Identifikasi, pemantauan, dan pengendalian faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi.
Implementasi Risiko Infeksi:
1. Kaji tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri, kemerahan, bengkak, dan cairan tubuh yang keruh.
2. Identifikasi faktor risiko infeksi, seperti prosedur invasif (CAPD), komorbiditas (CKD derajat V), dan riwayat infeksi berulang.
3. Pantau tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan infeksi, seperti CRP, prokalsitonin, dan kultur cairan dialisis.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi antibiotik yang sesuai.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, termasuk perawatan akses CAPD yang benar.
6. Pertimbangkan perubahan modalitas dialisis dari CAPD ke hemodialisis jika infeksi berulang terjadi untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien.